Duniabola99.com – foto cewek pirang bugil menampilkan toketnya yang kecil Molly Haze berpose hot diatas kursi dan mengangkang lebar menampilkan memeknya yang tanpa bulu dan berwarna pink. Agen Sbobet Terpercaya
Duniabola99.com – foto cewek pirang bugil menampilkan toketnya yang kecil Molly Haze berpose hot diatas kursi dan mengangkang lebar menampilkan memeknya yang tanpa bulu dan berwarna pink. Agen Sbobet Terpercaya
Duniabola99.com – foto cewewk rambut merah Jessica Malone mengangkat bajunya memeperlihatkan toketnya yang baru tumbuh dan melepaskan CDnya didepan cermin sambil duduk dikursi sofa dan ngangkang memamerkan memeknya yang baru dicukur dan memainkan jarinya kedalam lubang memeknya. Joker118
Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Janda Ganas ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – “Tok tok tok…” suara pintu kamarku terdengar diketuk membuyarkan lamunanku.
“Siapa?” sahutku.
“Saya, Nyah…” terdengar suara pembantuku di balik pintu.
“Ada apa, Bi?
“Ada tamu mau ketemu Nyonya…”
“Dari mana?” aku bertanya, sebab aku merasa tidak ada janji bertemu dengan siapapun.
“Katanya dari perusahaan asuransi, udah janji ingin bertemu Nyonya.”
Oh ya aku baru ingat, bahwa aku meminta perusahan asuransi datang ke rumahku pada hari ini, saat aku libur kerja, karena aku ingin merevisi asuransi atas rumah pribadiku yang telah jatuh tempo.
“Suruh dia masuk dulu dan tunggu di ruang tamu, Bi!” bergegas aku mengenakan pakaianku, hanya daster terusan tanpa bra dan celana dalam, karena aku tak mau tamuku menunggu lama, wajahku pun hanya sedikit kuoles bedak.
Setelah aku rasa rapi, bergegas aku menemuinya.
“Selamat siang, Bu!” sapaan hormat menyambutku saat aku tiba di ruang tamu.
“Selamat siang,” aku membalas salamnya.
“Perkenalkan, Bu! saya Ronny marketing executive di perusahaan xxx,” tangannya mengundangku bersalaman.
Aku menyambut uluran tangannya, dan mempersilakannya duduk. Sejenak aku perhatikan, usianya kutaksir 25-an, tapi yang membuatku agak tertarik tadi saat posisi berdiri bersalaman, aku sempat mengukur tinggi tubuhku hanya sebatas lehernya, aku perkirakan tingginya 180cm-an, aku agak berkesan apalagi penampilannya bersih dengan kumis tipis menghiasi bibirnya, wajahnya sih memang biasa saja.
Kami terlibat obrolan panjang tentang asuransi yang ditawarkan, ternyata orangnya supel dan ramah, cara bicaranya mencerminkan wawasannya yang luas, pandangannya tidak “jelalatan” seperti lelaki lainnya yang pernah aku temui, padahal puring payudaraku yang tidak menggunakan bh terlihat berbayang dibalik dasterku. Tak banyak pikir lagi, aku segera menyetujuinya, apalagi preminya tidak terpaut jauh dengan asuransiku sebelumnya. Dia berjanji akan datang kembali minggu depan membawa polis-nya.
Cerita Sex Janda Ganas Sepulangnya dia, aku masih membayangkannya, simpatik sekali orangnya, terutama tubuhnya yang tinggi, hampir sama dengan almarhum suamiku. Juga aku teringat jawaban almarhum suamiku bahwa orang yang tinggi agak kurus, 80% senjatanya panjang dan besar saat aku bertanya, mengapa senjata Mas Rudy (almarhum suamiku), besar dan panjang? Aku sendiri bingung, tak biasanya aku berpikiran seperti ini, apalagi baru pertama kali bertemu.
Tapi aku tak mau membohongi diriku, aku tertarik padanya. Waktu seminggu yang dijanjikannya terasa lama sekali. Akhirnya tibalah hari yang dijanjikannya, aku berias secantik mungkin, meskipun tidak mencolok, kusambut kedatangannya dengan manis. Kali ini kulihat Ronny mengenakan setelan pakaian kerja lengkap dengan dasinya.
Setelah polis aku terima dan menyerahkan pembayarannya, aku mengajaknya mengobrol sedikitmengenai pribadinya. Ternyata usianya 28 tahun, dengan status bujangan, dan masih mengontrak rumah di daerah Kebayoran Lama, Jakarta. Link Alternatif BolaTangkas
“Ibu Linda sendiri, bagaimana?” kini dia balik bertanya kepadaku.
Kujelaskan statusku yang janda, kulihat wajahnya sedikit berubah.
“Maaf, Bu! kalau pertanyaan saya menyinggung perasaan Ibu.”
“Tidak apa-apa, toh gelar ini bukan saya yang menghendaki, tapi sudah suratan.”
Sejak tahu statusku janda, Dia jadi sering datang ke rumahku, ada saja alasannya untuk datang ke rumahku, meskipun kadang terkesan dibuat-buat. Hubungan kami menjadi lebih akrab, diapun tidak memanggilku dengan sebutan “Bu” lagi, tapi “Mbak” sedangkan aku pun memanggilnya Mas Ronny.
Tapi yang aku heran dari Mas Ronny adalah sikapnya yang belum pernah menjurus ke arah seks sedikitpun, meskipun sering kali kami bercanda layaknya orang pacaran. Aku jadi berfikiran jelek, jangan-jangan Mas Ronny “Gay”. Padahal aku sudah tetapkan dalam hati, bahwa Mas Ronny lah orang kedua yang boleh membawaku mengarungi samudera kenikmatan.
Tapi ternyata pikiran jelekku tidak terbukti. Kejadiannya waktu malam Minggu Mas Ronny datang untuk yang kesekian kalinya. Kami memutar film roman percintaan, bibiku sejak tadi sudah masuk ke kamarnya tidak tahu ngapain. Mungkin sengaja memberi kesempatan kepada kami anak muda yang sedang dilanda asmara.
Saat adegan percumbuan berlangsung, aku meliriknya, kulihat wajahnya sedikit memerah dan celana panjangnya yang berbahan tipis, kulihat sedikit menggelembung, akubimbang. Akhirnya kutetapkan hatiku untuk memulai percumbuan dengannya tapi bagaimana caranya?Aku ada ide agak tidak terkesan aku yang mau, aku harus pura-pura sakit.
“Aduh Mas Ron! kepalaku sakit sekali,” aku mulai menebarkan jaring.
Kupegangi keningku yang tidak sakit, pancinganku berhasil, Mas Ronny menghampiriku.
Cerita Sex Janda Ganas “Kenapa Mbak?” tanyanya.
“Kok, tiba-tiba sakit.”
“Anu, Mas! tekanan darahku rendah, jadi kadang-kadang kambuh seperti ini,” aku terus merintih layaknya orang kesakitan.
Aku membaringkan tubuhku di sofa.
“Mas, tolong bawa aku ke kamar,” aku semakin nekat.
Kulihat Mas Ronny kelabakan.
“Papah aku, Mas!”
Akhirnya Mas Ronny memapahku ke dalam kamarku, kutempelkan buah dadaku ke punggungnya, terasa aliran kenikmatan di tubuhku. Dibaringkannya tubuhku di ranjang tidurku, dan bergegas Mas Ronny keluar.
“Kemana, Mas?” tanyaku pura-pura lirih.
“Bangunin bibi.”
“Nggak usah, Mas, tolong keningku dibaluri minyak angin saja.”
“Minyak anginnya dimana?” tanyanya.
“Di meja Rias.”
Mas Ronny dengan telaten sekali memijat keningku, kurasakan jarinya sedikit gemetar.
“Mas tolong tutup pintu dulu, entar bibi lihat nggak enak,” aku baru sadar pintu kamarku masih melongo.
“Sekalian Mas, TV-nya matiin dulu!”
Mas Ronny beranjak mematikan TV, aku segera melepaskan pakaianku, hingga tinggal Bra dan celana dalam saja, kututupi tubuhku dengan selimut, Mas Ronny telah kembali ke kamarku dan menutuppintunya.
“Mas tolong kerokin aja deh!” aku mulai memasang jurus.
“Lho, pusing kok dikerokin?”
“Biasanya aku kalau pusing begini Mas!” aku berkilah tak mau kebohonganku terbongkar.
Mas Ronny menurut, dan mencari uang logam untuk mengeroki tubuhku.
“Jangan pakai uang logam, Mas! aku biasanya pakai bawang.”
Setelah aku beritahu tempat bawang, Mas Ronny kembali lagi ke kamarku, kali ini kulihat wajahnya sedikit berkeringat, tidak tahu keringat apa. Segera aku tengkurap,
“Cepat, Mas, kepalaku tambah pusing, nih!”
Mas Ronny membuka selimut yang menutupi tubuhku, dan…
“Mbak Linda, kapan melepas baju?” nadanya terkejut sekali.
“Tadi, waktu kamu keluar,” jawabku santai.
Hening sejenak, mungkin Mas Ronny masih bimbang menyentuh tubuhku.
“Ayo, Mas!”
Cerita Sex Janda Ganas “Iya… maaf ya Mbak!” aku mulai merasakan dinginnya air bawang di pundakku, gemetarnya tangan Mas Ronny terasa sekali.
“Kenapa tangan Mas gemetaran?”
“iya, aku nggak biasa,” suaranya agak gugup.
“Rileks aja Mas,” aku mencoba menenangkannya.
Akhirnya gerakan tangan Mas Ronny semakin lancar di punggungku. Aku mulai merasakan bulu kudukku bangun, terlebih saat tangan Mas Ronny mengeroki bagian belakang leherku. Segera aku membalikkan tubuhku, kini buah dadaku yang besar tepat berada di hadapan Mas Ronny,
“Mbak, depannya aku nggak berani.”
Aku sudah tidak mau bersandiwara lagi,
“Mas, kalau depannya jangan dikerok, tapi dibelai,” kulihat wajahnya sedikit pucat.
“Memangnya Mas Ronny nggak mau?” aku menantangnya terang-terangan.
“Aku nggak pernah, Mbak…” jawaban polosnya membuat aku sadar bahwa dalam urusan seks ternyata Mas Ronny tidak punya pengalaman apa-apa alias perjaka ting-ting.
Berpikir seperti itu, nafsuku kian bangkit, segera kudorong tubuhnya hingga rebah di ataspembaringanku. Kubuka kancing bajunya dan melemparkannya ke lantai. “Mbakk, jangan…” Mas Ronny masih berusaha menolak, tapi aku yakin suaranya hanya sekedar basa-basi, atau refleksi dari belum pernahnya. Aku mulai menciumi bibir Mas Ronny, kumis tipisnya terasa geli di bibirku. Tapi tak ada balasan.
“Mas Ronny kok diam saja,” aku bertanya manja.
“Tapi, Mbak jangan marah.. ya?” tanyanya bodoh.
Orang aku yang minta kok aku marah? Mungkin disentakkan oleh kesadaran bahwa dirinya adalahlelaki, Mas Ronny langsung menyambar bibirku dan melumatnya. Aku berteriak senang dalam hati, malam inilah dahagaku akan terpuaskan. Ciuman kami berlangsung lama, jari-jariku bergerakmengusap dadanya, putingnya yang hitam kutarik-tarik, sementara jari-jari Mas Ronny mulai membelai buah dadaku, usapannya pada puting buah dadaku, membuat syaraf kewanitaanku bangkit, meskipun usapannya terasa agak takut-takut tapi kenikmatan yang aku peroleh tidak berkurang.Apalagi tekanan keras di pahaku membuatku segera sadar bahwa senjata Mas Ronny mulai bangkit.
Satu persatu pakaian kami bergelimpangan ke lantai, kini tubuh kami sudah bugil. Tubuhku ditindih Mas Ronny, perlahan-lahan mulut dan lidah Mas Ronny mulai menggelitik puting buah dadaku, yang terasa makin mengeras,
“Mas… terusss… enak…” aku mulai merintih nikmat.Tanganku segera menggenggam senjatanya, tapi sungguh mati aku kaget dibuatnya, besar sekali.Lebih besar dari punya almarhum suamiku. Aku semakin bernafsu, kukocok perlahan senjatanya yangkeras dan kokoh,
Mas Ronny merintih tak karuan. Hisapannya semakin keras di buah dadaku membalas kocokan tanganku di senjatanya. Aku sudah tak tahan menunggu permainan Mas Ronny dibuah dadaku saja, nafsuku yang tertahan 3 tahun membuncah hebat dan menuntut penyaluran secepatnya. Dengan penuh nafsu aku segera ambil posisi di atas, tanganku terus mengocok senjatanya yang semakin panjang dan membesar, lidahku mulai menjilati dadanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, pada bagian putingnya kuhisap dan kugigit pelan.
“Mbak Linda… aku nggak tahan…” Kupercepat gerakan tanganku.
Kulihat muka Mas Ronny semakin memerah. Mulutku yang mungil sampai pada senjatanya yang kaku, kujilati seluruh batang senjatanya, kugelitik haluslubang atasnya. Kumasukkan senjatanya ke dalam mulutku,
“Uffhhh…” terasa penuh di mulutku, akibat besarnya senjata Mas Ronny.
Mulutku mulai menyedot-nyedot, sementara tanganku terus mengocok batang senjatanya. Remasan tangan Mas Ronny di rambutku semakin kuat, hingga akhirnya saat kuhisap kuat dengan kocokankupercepat, aku merasakan tubuh Mas Ronny bergetar hebat dan…
“Mbakkk…” Mas Ronny menjerit,terasa cairan kenikmatan itu memenuhi mulutku, agak anyir, tapi aku menelannya sampai tuntas.
“Daaar…” memang perjaka tulen, sebentar saja senjatanya sudah membesar kembali, dan siap bertempur.
Aku segera berjongkok di atas tubuhnya, kuarahkan senjatanya yang besar di lubang kewanitaanku yang sudah basah. Perlahan kuturunkan pinggulku, seret sekali, mungkin terlalu lama tidak dimasuki senjata pria, apa lagi senjata Mas Ronny yang besar dan panjang.
Akumerasakan sedikit sakit tapi lebih banyak nikmatnya. Saat bulu kemaluan kami bertemu, dimana senjata Mas Ronny amblas seluruhnya ke dalam kemaluanku, sulit digambarkan kenikmatan yang aku dapatkan. Aku diamkan sejenak menikmati denyutan senjata Mas Ronny di liang kewanitaanku. Kulirik wajah Mas Ronny yang terpejam, mungkin menikmati remasan kewanitaaanku di seluruh batang senjatanya.
Perlahan aku gerakkan pantatku naik turun, kian lama gerakan pinggulku kian buas, aku sudah tak dapat menguasai lagi nafsuku yang sudah tertahan, sesaknya senjata Mas Ronny di kemaluanku ditambah cairan pelumas dari tubuh kami masing-masing menimbulkan suara-suara birahi seirama dengan gerakan pantatku.
Akhirnya…
Cerita Sex Janda Ganas “Mbakkk… aku nggak tahan…” aku rasakan semburan hangat di kewanitaanku, aku semakin cepat… menggerakkan pinggulku meraih puncak kenikmatan yang tinggal selangkah lagi, tapi senjata Mas Ronny keburu melembek hingga akhirnya mengecil.
Aku tambah panik dan histeris dengan nafsuku yang tergantung. Aku mencoba membangkitkan kembali nafsu Mas Ronny, tapi setiap kali aku mau orgasme, Mas Ronny selalu mendahuluiku.
Sampai sekarang meskipun kami jadi sering berhubungan badan tapi belum pernah sekalipun aku orgasme. Kalau baru pertama aku masih bisa terima, tapi sudah yang kesekian kalipun masih begitu. Entahlah, kalau buat keperkasaan. Mas Ronny jauh dengan almarhum suamiku yang dapat membawaku ke puncak orgasme hingga 4 kali.
Saat cerita ini aku tulis, aku telah berpikir ingin menggantikan Mas Ronny dengan pria lain sebab percuma biar senjatanya besar dan panjang tapi tidak tahan lama.
cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
Duniabola99.com – Namaku Niko ku duduk sendirian menikmati pemandangan pantai sore itu, baru pertama kali aku merasakan patah hati sampai seperti ini. Mungkin karena sudah lama aku menjalin hubungan dengannya kalau di pikir-pikir hubunganku menginjak usia 2 tahun lebih dengan Nindy pacarku, dan sekarang dia memutuskan aku tanpa ada kesalahan atau alasan kenapa dia memutuskan aku.
Padahal kami sering melakukan hubungan intim layaknya dalam adegan cerita sex dan ternyata itu bukan satu jaminan bagi kami untuk tetap langgeng sampai pada kata pernikahan, padahal sebelumnya aku sudah memikirkan kalau masa depanku akan berakhir dengan Nindy tapi kini semua harapan itu pupus. Setelah Nindy menyatakan untuk menjauh dariku tanpa alasan yang jelas.
Jadilah aku sendiri dalam kesedihan dan aku pikir aku tak akan bisa melupakan kejadian ini selamanya. Namun aku tidak menyangka kalau tidak butuh waktu lama untuk menemukan pengganti Nindy karena selang dua bulan sejak aku putus dengannya aku bertemu dengan gadis yang menarik hatiku, Vika namanya meskipun aku belum tahu juga alasan sebenarnya.
Apa aku hanya melampiaskan kekecewaanku padanya atau aku memang tertarik pada Vika, yang jelas pertama kali bertemu kami langsung berkenalan dan pada pertemuan kedua aku sudah berani menciumnya seperti dalam cerita dewasa. Namun masih sebatas ciuman semata tidak lebih, sampai akhirnya kamipun berjanji untuk bertemu yang kedua kalinya pada malam minggu ini.
Karena aku masih seorang mahasiswa di sebuah kampus ternama, maka aku bilang kalau aku akan menemuinya setelah pulang dari kampus. Dan Vika bekerja di sebuah toko kecantikan. Sebenarnya umur kami tidak jauh berbeda karena saat ini kami sama-sama berusia 23 tahun, Vika memang pantas bekerja di sebuah toko kecantikan karena dia memiliki wajah yang begitu cantik.
Sesuai janji yang telah kami sepakati akupun langsung menuju ke salah satu cafe yang menjadi tempat janjian kami. Ternyata aku yang sampai duluan di cafe tersebut dan menunggu Vika hingga satu jam lebih sebenarnya aku sudah males buat menunggunya terlalu lama tapi ketika dia menelpon dan memberitahu alasannnya telat akupun bisa memakluminya dan bersedia menunggu.
Dari jauh aku lihat Vika tergopoh-gopoh menghampiri aku ” Maaf ya mas Niko … Vika telat…. ” Akupun mempersilahkan dia duduk dan kulihat dia begitu terengah-engah nafasnya ” Kamu lari ke sini Vik… ” Dia memandangku dan menggangguk aku jadi trenyuh menlihatnya ” Kenapa nggak pelan-pelan saja sich aku bisa nunggu kok apalagi kamu bilang kalau bakalan telat…. ” Kataku sambil terus menatapnya.
Dia tersenyum dan berkata ” Aku tidak mau membuat mas Niko lama nunggunya…. ” Aku segera memanggil pelayan cafe dan kembali memandang wajah Vika ” Ya sudah kita makan aja dulu…. ” Kulihat dia mengangguk dan akmipun menyantap makanan yang telah aku pesan, kutatap wajah Vika begitu cantik dan ayunya mungkin karena itu dia di terima sebagai SPG alat kecantikan.
Setelah selesai akupun mengajaknya keluar dengan mengendarai mobilku, akupun menuju salah satu rumah pribadi keluargaku yang berada di pinggiran kota ini. Kurang lebih menempuh perjalanan satu jam lebih kamipun sampai dan akupun menyuruh Vika masuk. Sepertinya dia ragu untuk masuk kedalam rumah tapi aku bilang kalau tidak ada siapa-siapa dan aku tidak akan macam-macam padanya.
Aku lihat dia tersenyum dengan candaanku, dan akupun membawanya ke ruang keluargaku di sana Vika duduk dan akupun sama duduk santai sambil berselonjoran sambil berkata “Kalau mau minum atau mau apa kamu ambil saja….” kataku pada Vika namun dia hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum padaku, sampai akhirnya akupun ketiduran di sana mungkin aku kecapekan karena perjalanan tadi.
Ternyata begitu aku bangun Vika tidak ada di ruangan ini lagi, dan aku lihat lampu sudah menyala semua aku yakin kalau Vika yang melakukannya. Dan akupun mencari Vika namun di ruang tamu dan di dapur tidak ada dia, akhirnya akupun masuk kamar tidur utama ternyata dia berada di sana karena aku mendengar guyuran air di dalam kamar mandi, aku tersenyum dan hendak kembali ke ruang keluarga.
Sebelum mataku melihat pakaian Vika berada di atas tempat tidur, belum habis rasa kagetku tiba-tiba aku lihat dia keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk yang menutup sebagian tubuhnya. Dapat aku lihat pahanya begitu mulus dan juga teteknya yang kelihatan setengahnya saat itu juga mataku tidak berkedip ka rena dia terlihat pemain cerita dewasa yang sangat seksi.
Saat itu juga naluri lelakiku membuat mendekatinya tanpa rasa canggung lagi, kemudian aku peluk tubuh Vika yang masih terbalut handuk. Karena sudah pernah melakukan adegan layaknya dalam cerita sex akhirnya akupun menyusuri setiap lekuk tubuhnya dengan bibirku dan hal itu membuat Vika menggelinjang menikmati senntuhanku, dan aku semakin liar bermain dengan lidahku.
Saat itulah aku melabuhkan kontolku pada lubang memeknya ” Oouugghh.. pelan sayang… ” Kata Vika begitu aku hentak dengan sedikit keras kontolku. Kemudian aku goyang pinggulku dengan seiring irama yang sama, kini terdengar desahan Vika begitu lembut ” Ooouuuggghhh….. oooouuugghh… sa…yang… nik… mat… sayang…… aaagghh … Aaaaaaghh… ” Desahnya membuatku semakin bergairah saja.
Kemudian aku tidak tahan juga semakin cepat aku bergerak layaknya adegan cerita sex di atas tubuhnya, kembali Vika mendesah panjang sekali lagi bahkan dia sesekali menghapus keringat yang mengucur dari keningku ” Ooouuugggghhhh…. sayang…. ooouuuggghhhhh…. oooouuuuugggghhhh…… aaaaagggghhhh….. ” Semakin cepat aku menggoyang pantatku.
Aku lihat Vika sudah beberapa kali mendesah panjang menandakan kalau dia sudah mengalami klimaks beberapa kali ” Ooouuugghh… aaaaaggggghhhh…. sa… yang…. aaaagggghhh….aaaaagghh… ” Saat Vika mendesah seperti itu akhirnya akupun mengejang dan kurasakan kontolku menumpahkan sesuatu pada memek Vika dan terasa hangat dan juga terasa nikmat rasanya.
Semakin dalam aku menekan kontolku dan saat itu juga aku memeluk tubuhnya dengan begitu erat ” Ooooouuuggghh…. sayang…… aaaagggghhh… nikmat sayang…. aaagggghhhhhh… ” Tubuhku terkulai lemas di atas tubuh Vika yang dengan mesranya langsung memeluk tubuhku, dan beberapa kali juga aku cium wajahnya karena dia telah memberikan kepuasan padaku.
Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Sexynya Istriku ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Perkenalkan namaku Diana Saat ini aku mengalami kebingungan dimana aku tidak tau harus berbuat apa
sebab itu untuk mengurangi rasa kebingunganku aku ingin menceritakan kisahku pada khalayak saat ini
aku berumur 26 tahun aku sudah berkeluarga dan punya satu anak, suamiku bernama Miko dia adalah tipe
orang penyayang kepada istrinya dan keluarga.
Suamiku adalah pengusaha yang sedang merintis karirnya, karena kesibukannya dalam bekerja dia sekarang
jarang dirumah dan sering keluar kota disaat dia sedang diluar kota dia selalu kepikiran sama aku dan
anakku yang masih umur 2 tahun lantas karena kepikiran terus seperti itu maka suamiku menyuruh adiknya
yang muda bernama Kholis untuk tinggal bersama kami.
Kholis adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga aku bahagia,
hingga peristiwa terakhir yang aku alami.
Selama kami menikah kehidupan seks kami menurut aku normal saja. Aku tidak tahu apa yang dimaksud
dengan orgasme. Tahulah, aku dari keluarga yang kolot. Memang di SMA aku mendapat pelajaran seks,
tetapi itu hanya sebatas teori saja.
Aku tidak tahu apa yang dinamakan orgasme. Aku memang menikmati seks. Saat kami melakukannya aku
merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama. Suami aku mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit.
Kemudian kami berbaring saja. Selama ini aku sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan
kini usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.
Di rumah kami tidak mempunyai pembantu. Karenanya aku yang membersihkan semua rumah dibantu oleh
Kholis. Kholis adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami aku. Suatu ketika
saat aku membersihkan kamar Kholis, tidak sengaja aku melihat buku Penthouse miliknya. Aku terkejut
mengetahui bahwa Kholis yang aku kira alim ternyata menyenangi membaca majalah ‘begituan’.
Lebih terkejut lagi ketika aku membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang
isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Aku seorang tamatan perguruan
tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik.
Cerita Sex Sexynya Istriku Aku tidak menyangka bahwa ada yang namanya oral seks. Dimana pria me’makan’ bagian yang paling intim
dari seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu, aku sering secara
diam-diam masuk ke kamar Kholis untuk mencuri-curi baca cerita yang ada pada majalah tersebut.
Suatu ketika saat aku sibuk membaca majalah itu, tidak aku sadari Kholis datang ke kamar. Ia kemudian
menyapa aku. Aku malu setengah mati. Aku salting dibuatnya. Tapi Kholis tampak tenang saja. Ketika aku
keluar dari kamar ia mengikuti aku.
Aku duduk di sofa di ruang TV. Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping aku. Ia
memberikan satu gelas kepada aku. Aku heran, aku tidak menyadari bahwa aku sangat haus saat itu.
Kemudian ia mengajak aku berbicara tentang seks. Aku malu-malu meladeninya. Tapi ia sangat pengertian.
Dengan sabar ia menjelaskan bila ada yang masih belum aku ketahui.
Tanpa disadari ia telah membuat aku merasa aneh. Excited aku rasa. Kini tangannya menjalari seluruh
tubuh aku. Aku berusaha menolak. Aku berkata bahwa aku adalah istri yang setia. Ia kemudian memberikan
argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria
dan wanita melakukan hubungan seks dengan penis pada liang kewanitaan.
Ia kemudian mencium bagian kemaluan aku. Aku mendorong kepalanya. Tangannya lalu menyingkap daster
aku, sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam aku. Ia lalu melakukan oral seks pada aku.
Aku masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan aku. Tetapi kedua tangannya memegang kedua
belah tangan aku. Aku hanya bisa diam. Aku ingin meronta, tapi aku merasakan hal yang sangat lain.
Tidak lama aku merasakan sesuatu yang belum pernah aku alami seumur hidup aku. Aku mengerang pelan.
Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau melepaskan aku.
Tetapi kemudian anak aku menangis, aku meronta dan memaksa ingin melihat keadaan anak aku.
Barulah ia melepaskan pegangannya. Aku berlari menemui anak aku dengan beragam perasaan bercampur
menjadi satu.
Ketika aku kembali dia hanya tersenyum. Aku tidak tahu harus bagaimana. Ingin aku menamparnya kalau
mengingat bahwa sebenarnya ia memaksa aku pada awalnya. Tetapi niat itu aku urungkan. Toh ia tidak
memperkosa aku. Aku lalu duduk di sofa kali ini berusaha menjaga jarak. Lama aku berdiam diri.
Ia yang kemudian memulai pembicaraan. Katanya bahwa aku adalah seorang wanita baru. Ya, aku memang
merasakan bahwa aku seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan aku bahagia bila tidak mengingat suami
aku. Ia katakan bahwa perasaan yang aku alami adalah orgasme. Aku baru menyadari betapa aku telah
sangat kehilangan momen terindah disetiap kesempatan bersama suami aku.
Hari kemudian berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat suami aku pergi keluar kota lagi dan anak aku
sedang tidur. Aku akui aku mulai merasa bersalah karena sekarang aku sangat ingin peristiwa itu
terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.
Aku duduk di sofa dan menunggu dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar di kamar. Mungkin
dia akan menghadapi mid-test atau semacamnya. Aku lalu mencari akal supaya dapat berbicara dengannya.
Aku kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman kedalam kamar. Disana ia duduk di tempat tidur
membaca buku kuliahnya. Aku katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil meletakkan minuman diatas
meja belajarnya.
Ketika aku permisi hendak keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak
istirahat sejenak. Ia lalu mengajak aku ngobrol. Aku duduk ditempat tidur lalu mulai berbicara
dengannya.
Tidak aku sadari mungkin karena aku lelah seharian, aku sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas
tempat tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan aku sambil bicara.
Cerita Sex Sexynya Istriku Saat itu pikiran aku mulai melayang teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Melihat aku terdiam dia
mulai menciumi tangan aku. Saat aku sadar, tangannya telah berada pada kedua belah paha aku, sementara
kepalanya tenggelam diantara selangkangan aku. Oh, betapa nikmatnya. Kali ini aku tidak melawan sama
sekali. Aku menutup mata dan menikmati momen tersebut.
Nafas aku semakin memburu saat aku merasakan bahwa aku mendekati klimaks. Tiba-tiba aku merasakan
kepalanya terangkat. Aku membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata aku terbelalak saat
memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam saat aku menutup mata
tadi.
Tidak tahu apa yang harus dilakukan aku hanya menganga saja seperti orang bodoh. Aku lihat ia sudah
tegang. Oh, betapa aku ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan kirinya kembali bermain
diselangkangan aku sementara tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh aku.
Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan kanannya lalu melolosi daster aku. Aku telanjang bulat kini
kecuali bra aku. Tangan kirinya meremasi buah dada aku. Aku mengerang sakit. Tangan aku mendorong
tangannya, aku katakan apa sih maunya. Dia hanya tersenyum.
Aku mendorongnya pelan dan berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa aku tidak
akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat aku membuka kutang aku, lalu rebah kembali.
Ia tersenyum setengah tertawa.
Dengan sigap ia sudah berada diatas tubuh aku kembali dan mulai mengisapi puting susu aku sementara
tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan aku dan tangan kirinya mengusapi
seluruh badan aku.
Selama kehidupan perkawinan aku dengan Miko, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami
melakukan hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Aku merasakan diri
aku bagaikan mutiara dihadapan Kholis.
Kemudian Kholis mulai mencium bibir aku. Aku balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh aku terasa panas
sekarang. Kemudian aku rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan kanan aku, aku
bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya, ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan
bersemangat.
Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada aku. Aku hanya bisa memejamkan mata aku.
Aduh, nikmatnya bukan kepalang. Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan aku pada lehernya.
Aku membuka mata aku. Ia menatap mata aku dengan sejuta arti. Kali ini aku tersenyum. Ia balas
tersenyum. Mungkin karena gemas melihat aku, bibirnya lantas kembali memagut.
Oh, aku merasakan waktunya telah tiba.
Kedua tangan aku menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia tampaknya mengerti kondisi aku saat itu. Ini
dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, aku mengerang pelan. Kemudian aku mendengar
nafasnya menjadi berat dan disertai erangan aku merasakan kemaluan aku dipenuhi cairan hangat.
Sejak saat itu, aku dan dia selalu menunggu kesempatan dimana suami aku pergi keluar kota untuk dapat
mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya. Setiap kali akan
bercinta, aku selalu memaksanya untuk melakukan oral seks kepada aku. Tanpa itu, aku tidak dapat hidup
lagi. Aku benar-benar memerlukannya.
Dia juga sangat pengertian. Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia
melakukan oral seks kepada aku. Aku benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.
Ceritanya dulu suami aku Miko punya komputer.
Kemudian oleh Kholis disarankan agar berlangganan internet. Menurutnya juga dapat dipakai untuk
berbisnis. Suami aku setuju saja. Pernah Kholis melihat aku memandangi Miko saat dia menggunakan
internet, kemudian dia tanya kepada aku, apa aku kepingin tahu.
Miko yang mendengar lalu menyuruh Kholis untuk mengajari aku menggunakan komputer dan internet.
Pertama-tama aku suka karena banyak yang menarik. Hanya tinggal tekan tombol saja. Bagus sekali.
Tetapi aku mulai bosan karena aku kurang mengerti mau ngapain lagi.
Saat itulah Kholis lalu menunjukkan ada yang namanya Newsgroup di internet. Saat pertama kali baca aku
terkejut sekali. Banyak berita dan pendapat yang menarik. Tetapi waktu aku tidak terlalu banyak. Aku
harus mengurus anak aku. Dia baru dua tahun. Aku akung sekali kepadanya. Kalau sudah tersenyum dapat
menghibur aku walaupun dalam keadaan sedih.
Cerita Sex Sexynya Istriku Aku tidak mengerti program ini. Hanya Kholis ajarkan kalau mau menulis tekan tombol ini. Terus begini,
terus begini, dan seterusnya. Tetapi aku tidak cerita-cerita sama dia kalau kemarin aku sudah kirim
berita ke Newsgroup. Takut dia marah sama aku.
Aku hanya bingung mau cerita sama siapa. Masalahnya aku benar-benar sudah terjerumus. Aku tidak tahu
bagaimana harus menghentikannya.
Kini aku bagaikan memiliki dua suami. Aku diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Aku tahu suami aku
sangat mencintai aku. Aku juga sangat mencintai suami aku. Tetapi aku tidak bisa melupakan kenikmatan
yang telah diperkenalkan oleh Kholis kepada aku.
Suami aku tidak pernah curiga sebab Kholis tidak berubah saat suami aku ada di rumah. Tetapi bila Miko
sudah pergi keluar kota, dia memperlakukan aku sebagaimana istrinya.
Dia bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Aku menolak dengan keras. Biar bagaimana
aku akan merasa sangat bersalah bila melakukannya ditempat tidur dimana aku dan Miko menjalin hubungan
yang berdasarkan cinta. Markas Judi Online Dominoqq
Aku katakan dengan tegas kepada Kholis bahwa dia harus menuruti aku. Dia hanya mengangguk saja. Aku
merasa aman sebab dia tunduk kepada seluruh perintah aku. Aku tidak pernah menyadari bahwa aku salah.
Benar-benar salah.
Suatu kali aku disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya. Aku benar benar terkejut. Aku tidak dapat
membayangkan apa yang harus aku lakukan atas ‘alat’nya. Aku menolak, tetapi dia terus memaksa aku.
Karena aku tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka akhirnya ia menyerah.
Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi pada suatu hari
dimana saat aku menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada aku. Aku bisa
menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan oral seks kepada aku terlebih dahulu.
Aku tolak, karena aku pikir dia tidak serius. Aku berpikir bahwa dia masih menginginkan seks
sebagaimana aku menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan tidak mau
melakukan hubungan seks lagi dengan aku.
Aku bingung sekali. Aku membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi aku,
seks merupakan alat yang dapat membantu aku menghilangkan beban pikiran.
Selama beberapa hari aku merasa seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada aku. Tetapi
setiap kali aku berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia menolak. Aku tidak tahu harus
berbuat apa. Aku berusaha semampu aku untuk merayunya, tetapi dia tetap menolak.
Aku bingung, apa aku tidak cukup menarik. Wajah aku menurut aku cukup cantik. Pada masa-masa kuliah,
banyak sekali teman pria aku yang berusaha mencuri perhatian aku. Teman wanita aku bilang bibir aku
sensual sekali. Aku tidak mengerti bibir sensual itu bagaimana. Yang aku tahu aku tidak ambil pusing
untuk hal-hal seperti itu.
Aku tidak diijinkan terlalu banyak keluar rumah oleh orang tua aku kecuali untuk keperluan les ataupun
kursus. Aku orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal ini yang (menurut aku
pribadi)menyebabkan banyak teman pria yang mendekati aku.
Sesudah melahirkan, aku tetap melanjutkan aktivitas senam aku. Dari sejak masa kuliah aku senang
senam. Aku tahu aku memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum menikah.
Kulit aku putih bersih, sebab ibu aku mengajarkan bagaimana cara merawat diri.
Bila aku berjalan dengan suami aku, selalu saja pria melirik kearah aku. Suami aku pernah mengatakan
bahwa dia merasa sangat beruntung memiliki aku. Aku juga merasa sangat beruntung memiliki suami
seperti dia.
Miko orangnya jujur dan sangat bertanggung jawab. Itu yang sangat aku sukai darinya. Aku tidak hanya
melihat dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.
Tetapi Kholis sendiri menurut aku sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya
yang datang kerumah.
Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan rumah kami. Kholis selain ganteng juga
pintar menurut aku. Tidaklah sulit baginya untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.
Aku merasa aku ditinggalkan. Kholis tidak pernah mengajak aku untuk melakukan hubungan seks lagi. Dia
sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman wanitanya.
Aku kesepian sekali dirumah. Untung masih ada anak aku yang paling kecil yang dapat menghibur.
Hingga suatu saat aku tidak dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Kholis masuk ke kamarnya setelah
menonton film, aku mengikutinya dari belakang.
Aku katakan ada yang perlu aku bicarakan. Anak aku sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya.
Aku bilang aku bersedia melakukannya hanya aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat.
Dengan gesit dia membuka seluruh celananya dan kemudian berbaring.
Dia katakan bahwa aku harus menjilati penisnya dari atas hingga bawah. Walaupun masih ragu-ragu, aku
lakukan seperti yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah aku menyentuhnya.
Kemudian aku disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya dengan menggunakan lidah aku.
Dengan bantuan tangan aku, aku jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil
menjilati es-krim. Tidak lama kemudian, aku disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut aku. Aku
melonjak kaget. Aku bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya saat melakukan oral
seks kepada aku, kenapa aku harus dituntut melakukan hal yang lebih.
Dia berkata bahwa itu disebabkan karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan
masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria menuntut wanita
memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya aku juga sudah pernah baca dari majalah-majalah
Penthouse miliknya, aku hanya berusaha menghindar sebab aku merasa hal ini sangatlah tidak higienis.
Karena khawatir aku tidak memperoleh apa yang aku inginkan, aku menuruti kemauannya. Kemudian aku
disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, hanya bedanya kali ini,
penisnya berada di dalam mulut aku, bukan pada liang senggama aku.
Selama beberapa menit aku melakukan hal itu. Aku perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah
menjijikkan seperti yang aku bayangkan. Dulu aku membayangkan akan mencium atau merasakan hal-hal yang
tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa. Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa
sedikit asin. Masalah bau, seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.
Cerita Sex Sexynya Istriku Tangannya mendorong kepala aku untuk naik turun semakin cepat. Aku dengar nafasnya semakin cepat, dan
gerakan tangannya menyebabkan aku bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, aku tahu
bahwa dia akan klimaks, aku berusaha mengeluarkan alatnya dari mulut aku, tetapi tangannya menekan
dengan keras. Aku panik.
Tidak lama mulut aku merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, aku telan saja dengan cepat
semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.
Saat dia sudah tenang, dia kemudian melepaskan tangannya dari kepala aku. Aku sebenarnya kesal karena
aku merasa dipaksa. Tetapi aku diam saja. Aku takut kalau dia marah, semua usaha aku menjadi sia-sia
saja.
Aku bangkit dari tempat tidur untuk pergi berkumur. Dia bilang bahwa aku memang berbakat. Berbakat
neneknya, kalau dia main paksa lagi aku harus hajar dia.
Sesudah nafasnya menjadi tenang, dia melakukan apa yang sudah sangat aku tunggu-tunggu. Dia melakukan
oral seks kepada aku hampir 45 menit lebih. Aduh nikmat sekali. Aku orgasme berulang-ulang. Kemudian
kami mengakhirinya dengan bercinta secara ganas.
Sejak saat itu, oral seks merupakan hal yang harus aku lakukan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia
melakukan apa-apa terhadap aku. Aku mulai khawatir apakah menelan sperma tidak memberi efek samping
apa-apa kepada aku.
Dia bilang tidak, malah menyehatkan. Karena sperma pada dasarnya protein. Aku percaya bahwa tidak ada
efek samping, tetapi aku tidak percaya bagian yang ‘menyehatkan’. Hanya aku jadi tidak ambil pusing
lagi.
Tidak lama berselang, sekali waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk aku. Aku
tanya apa isinya. Baju katanya. Aku gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar
kepada aku.
Saat aku buka, aku terkejut melihat bahwa ini seperti pakaian dalam yang sering digunakan oleh wanita
bila dipotret di majalah Penthouse. Aku tidak tahu apa namanya, tapi aku tidak bisa membayangkan untuk
memakainya.
Dia tertawa melihat aku kebingungan. Aku tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia
bilang bahwa aku akan terlihat sangat cantik dengan itu. Aku bilang “No way”. Aku tidak mau dilihat
siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang menjadi ’seragam’ aku setiap aku akan bercinta
dengannya.
Karena aku pikir toh hanya dia yang melihat, aku mengalah. Memang benar, saat aku memakainya, aku
terlihat sangat seksi. Aku bahkan juga merasa sangat seksi. Aku menggunakannya di dalam, dimana ada
stockingnya, sehingga aku menggunakan pakaian jeans di luar selama aku melakukan aktivitas dirumah
seperti biasa. Efeknya sungguh di luar dugaan aku. Aku menjadi, apa itu istilahnya, horny sekali.
Aku sudah tidak tahan menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat aku
melucuti pakaian aku satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh aku dengan sorot mata yang belum
pernah aku lihat sebelumnya. Kami bercinta bagaikan tidak ada lagi hari esok.
Sejak saat itu, aku lebih sering lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Aku tidak tahu dia
mendapatkan uang darimana, yang aku tahu semua pakaian ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan
aku mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini dilemari kami berdua (aku dan Miko) sebab jumlahnya
sudah termasuk banyak.
Karenanya, pakaian ini aku taruh di dalam lemari Kholis. Dia tidak keberatan selama aku bukan
membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kecantikan aku bagai bidadari turun dari langit.
Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya
adalah yang berwarna hitam. Katanya sangat kontras warnanya dengan warna kulit aku sehingga lebih
membangkitkan selera.
Aku mulai menikmati hal-hal yang diajarkan oleh Kholis kepada aku. Aku merasakan semua bagaikan
pelajaran seks yang sangat berharga. Ingin aku menunjukkan apa yang telah aku ketahui kepada suami
aku. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang aku cintai. Tetapi aku takut bila dia beranggapan lain dan
kemudian mencium perbuatan aku dan Kholis.
Aku tidak ingin rumah tangga kami hancur. Tetapi sebaliknya, aku sudah tidak dapat lagi meninggalkan
tingkat pengetahuan seks yang sudah aku capai sekarang ini.
Suatu ketika, Kholis pulang dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi
sangat macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga wajahnya sedikit terlihat
keras dan urakan. Kholis memperkenalkan temannya kepada aku yang ternyata bernama Bari.
Kami ngobrol panjang lebar. Bari sangat luas pengetahuannya. Aku diajak bicara tentang politik hingga
musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang sering main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby
serta untuk menambah uang saku.
Cerita Sex Sexynya Istriku Aku mulai menganggap Bari sebagai teman. Bari semakin sering datang kerumah. Anehnya, kedatangan Bari
selalu bertepatan dengan saat dimana Miko sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika aku menemukan mereka
duduk diruang tamu sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Aku menghampiri mereka
hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.
Ketika aku dekati ternyata mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan aku untuk mencicipinya.
Sebenarnya aku menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya aku coba
walaupun sedikit. Benar, aku hanya minum sedikit. Tetapi tidak lama aku mulai merasa mengantuk. Selain
rasa kantuk, aku merasa sangat seksi.
Karena aku mulai tidak kuat untuk membuka mata, Kholis lantas menyarankan agar aku pergi tidur saja.
Aku menurut. Kholis lalu menggendong aku ke kamar tidur. Aku heran kenapa aku tidak merasa malu
digendong oleh Kholis dihadapan Bari. Padahal Bari sudah tahu bahwa aku sudah bersuami. Aku tampaknya
tidak dapat berpikir dengan benar lagi.
Kata Kholis, kamar aku terlalu jauh, padahal aku berat, jadi dia membawa aku ke kamarnya. Aku menolak,
tetapi dia tetap membawa aku ke kamarnya. Aku ingin melawan tetapi badan rasanya lemas semua.
Sesampainya dikamar, Kholis mulai melucuti pakaian aku satu persatu. Aku mencoba menahan, karena aku
tidak mengerti apa tujuannya. Karena aku tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan aku tidak
membawa hasil apa apa.
Kini aku berada diatas tempat tidur dengan keadaan telanjang. Kholis mulai membuka pakaiannya. Aku
mulai merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main didaerah selangkangan
aku. Aku memang tidak dapat bertahan lama bila dia melakukan oral seks terhadap aku. Aku keluar hanya
dalam beberapa saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara aku.
Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara aku.
Kini kami melakukannya dalam ‘missionary position’. Begitulah istilahnya kalau aku tidak salah ingat
pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Aku hampir keluar kembali. Tetapi ia malah
menghentikan permainan. Sebelum aku sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh aku sudah dibalik
olehnya. Tubuh aku diangkat sedemikian rupa sehingga kini aku bertumpu pada keempat kaki dan tangan
dalam posisi seakan hendak merangkak.
Sebenarnya aku ingin tiduran saja, aku merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan aku. Tetapi
setiap kali aku hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh aku. Akhirnya walaupun dengan susah
payah, aku berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap bangkit.
Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam liang kewanitaan aku. Tangannya memegang erat pinggang aku,
lalu kemudian mulai menggoyangkan pinggangnya. Mm, permainan dimulai kembali rupanya.
Kembali kenikmatan membuai diri aku. Tanpa aku sadari, kali ini, setiap kali dia menekan tubuhnya
kedepan, aku mendorong tubuh aku kebelakang. Penisnya terasa menghunjam-hunjam kedalam tubuh aku tanpa
ampun yang mana semakin menyebabkan aku lupa diri.
Aku keluar untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi aku tidak memiliki maksud
sedikitpun untuk menghentikan permainan. Aku masih ingin menggali kenikmatan demi kenikmatan yang
dapat diberikan olehnya kepada aku. Kholis juga mengerti akan hal itu. Dia mengatur irama permainan
agar bisa berlangsung lama tampaknya.
Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara aku dari belakang.
Salah satu tangannya melingkar pada perut aku, sementara tangan yang lain meremasi payudara aku. Saat
aku menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap menunggu. Tanpa basa-basi bibir aku dilumat oleh dirinya.
Aku hampir mencapai orgasme aku yang kedua saat dia menghentikan permainan. Aku bilang ada apa, tetapi
dia langsung menuju ke kamar mandi.
Aku merasa sedikit kecewa lalu merebahkan diri aku ditempat tidur. Jari tangan aku aku selipkan
dibawah tubuh aku dan melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan aku. Aku tidak ingin’mesin’
aku keburu dingin karena kelamaan menunggu Kholis.
Tiba-tiba tubuh aku diangkat kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan aku. Iapun dengan langsung
menghunjamkan penisnya kedalam tubuh aku. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum sempat aku menoleh
kebelakang, ia sudah menarik rambut aku sehingga tubuh aku terangkat kebelakang sehingga kini aku
berdiri pada lutut aku diatas tempat tidur.
Rambut aku dijambak kebelakang sementara pundaknya menahan punggung aku sehingga kepala aku menengadah
keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara aku.
Dari mulut aku keluar erangan pelan memintanya untuk melepaskan rambut aku. Tampaknya aku tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun aku memaksa. Malahan aku mulai merasa sangat seksi dengan posisi seperti
ini.
Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghunjamkan dirinya kedalam tubuh aku. Aku merasakan bahwa
penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar mandi? Ah, aku tidak
peduli, sebab aku merasakan kenikmatan yang teramat sangat.
Yang membuat aku terkejut ketika tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan aku dari depan. Apa apaan
ini? Aku mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh aku. Kemudian tangan yang
menjambak aku melepaskan pegangannya. Kini aku dapat melihat bahwa Kholis berdiri diatas kedua
lututnya diatas tempat tidur dihadapan aku.
Jadi, yang saat ini menikmati aku adalah… Aku menoleh kebelakang. Bari! Bari tanpa membuang kesempatan
melumat bibir aku. Aku membuang muka, aku marah sekali, aku merasa dibodohi. Aku melawan dengan
sungguh-sungguh kali ini.
Cerita Sex Sexynya Istriku Aku mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi Bari menahan aku. Tangannya mencengkeram pinggang aku dan
menahan aku untuk berdiri. Sementara itu Kholis memegangi kedua belah tangan aku. Aku sudah ingin
menangis saja.
Aku merasa diperalat. Ya, aku hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas
teringat dibenak aku wajah suami dan anak aku. Tetapi kini semua sudah terlambat. Aku sudah semakin
terjerumus.
Kholis bergerak mendekat hingga tubuhnya menekan aku dari depan sementara Bari menekan aku dari
belakang. Dia mulai melumat bibir aku. Aku tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya
berhenti menikmati bibir aku. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut aku. Tangan aku dilingkarkannya
pada pinggangnya, sementara Bari memeluk kami bertiga.
Aku mulai merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diinginkan mereka, aku
bagaikan seekor pelanduk di antara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan
menjalar disekujur tubuh aku.
Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan aku melambung di luar batas imajinasi
aku sebelumnya. Aku keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme aku datang dengan beruntun.
Tetapi Kholis tidak puas dengan posisi ini. Tidak lama aku kembali pada ‘dog style position’. Kholis
menyorongkan penisnya kebibir aku. Aku tidak mau membuka mulut. Tetapi Bari menarik rambut aku dari
belakang dengan keras. Mulut aku terbuka mengaduh. Kholis memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksa
aku mengulum penisnya.
Kemudian mereka mulai menyerang tubuh aku dari dua arah. Dorongan dari arah yang satu akan menyebabkan
penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin menghunjam. Aku hampir tersedak. Kholis
yang tampaknya mengerti kesulitan aku mengalah dan hanya diam saja. Bari yang mengatur segala gerakan.
Tidak lama kemudian mereka keluar. Sesudah itu mereka berganti tempat. Permainan dilanjutkan. Aku
sendiri sudah tidak dapat menghitung berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, aku
merasa sangat lelah. Walupun dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari tempat tidur, mengenakan
pakaian aku seadanya dan pergi ke kamar aku.
Di kamar aku masuk ke dalam kamar mandi aku. Di sana aku mandi air panas sambil mengangis. Aku tidak
tahu aku sudah terjerumus kedalam apa kini. Yang membuat aku benci kepada diri aku, walaupun aku
merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun setiap aku teringat kejadian itu, aku merasa
basah pada selangkangan aku.
Malam itu, saat aku menyiapkan makan malam, Kholis tidak berbicara sepatah katapun. Bari sudah pulang.
Aku juga tidak mau membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.
Sejak saat itu, Bari tidak pernah datang lagi. Aku sebenarnya malas bicara kepada Kholis. Aku ingin
menunjukkan kepadanya bahwa aku tidak suka dengan caranya menjebak aku. Tetapi bila ada suami aku aku
memaksakan diri bertindak biasa. Aku takut suami aku curiga dan bertanya ada apa antara aku dan
Kholis.
Hingga pada suatu kesempatan, Kholis berbicara bahwa dia minta maaf dan sangat menyesali perbuatannya.
Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah salah satu imajinasinya selama ini. Aku mengatakan kenapa dia
tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa harus menjebak aku. Dia bilang bahwa dia ingin melakukannya
dengan ’someone special’.
Aku tidak tahu harus ngomong apa. Hampir dua bulan aku melakukan mogok seks. Aku tidak peduli
kepadanya. Aku membalas perbuatannya seperti saat aku pertama kali dipaksa untuk melakukan oral seks
kepadanya.
Selama dua bulan, ada saja yang diperbuatnya untuk menyenangkan aku. Hingga suatu waktu dia membawa
makanan untuk makan malam. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Hanya pada saat aku keluar,
diatas meja sudah ada lilin. Saat aku duduk, dia mematikan sebahagian lampu sehingga ruangan menjadi
setengah gelap.
Itu adalah ‘candle light dinner’ aku yang pertama seumur hidup. Suami aku tidak pernah cukup romantis
untuk melakukan ini dengan aku. Malam itu dia kembali minta maaf dan benar-benar mengajak aku
berbicara dengan sungguh-sungguh. Aku tidak tahu harus bagaimana.
Aku merasa aku tidak akan pernah memaafkannya atas penipuannya kepada aku. Hanya saja malam itu begitu
indah sehingga aku pasrah ketika dia mengangkat aku ke kamar tidurnya.
cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
Duniabola99.com – Istri sudah punya. Anak juga sudah sepasang. Rumah, meskipun cuma rumah BTN juga sudah punya. Mobil juga meski kreditan sudah punya. Mau apalagi? Pada awalnya aku cuma iseng-iseng saja. Lama-lama jadi keterusan juga. Dan itu semua karena makan buah terlarang.
Kehidupan rumah tanggaku sebetulnya sangat bahagia. Istriku cantik, seksi dan selalu menggairahkan. Dari perkimpoian kami kini telah terlahir seorang anak laki-laki yang kini berusia delapan tahun dan seorang anak cantik berusia tiga tahun, aku cuma pegawai negeri yang kebetulan punya kedudukan dan jabatan yang lumayan.
Tapi hampir saja biduk rumah tanggaku dihantam badai. Dan memang semua ini bisa terjadi karena keisenganku, bermain-main api hingga hampir saja menghanguskan mahligai rumah tanggaku yang damai. Aku sendiri tidak menyangka kalau bisa menjadi keterusan begitu.
Awalnya aku cuma iseng-iseng main ke sebuah klub karaoke. Tidak disangka di sana banyak juga gadis-gadis cantik berusia remaja. Tingkah laku mereka sangat menggoda. Dan mereka memang sengaja datang ke sana untuk mencari kesenangan. Tapi tidak sedikit yang sengaja mencari laki-laki hidung belang.
Terus terang waktu itu aku sebenarnya tertarik dengan salah seorang gadis di sana. Wajahnya cantik, Tubuhnya juga padat dan sintal, kulitnya kuning langsat. Dan aku memperkirakan umurnya tidak lebih dari delapan belas tahun. Aku ingin mendekatinya, tapi ada keraguan dalam hati. Aku hanya memandanginya saja sambil menikmati minuman ringan, dan mendengarkan lagu-lagu yang dilantunkan pengunjung secara bergantian.
Tapi sungguh tidak diduga sama sekali ternyata gadis itu tahu kalau aku sejak tadi memperhatikannya. Sambil tersenyum dia menghampiriku, dan langsung saja duduk disampingku. Bahkan tanpa malu-malu lagi meletakkan tangannya di atas pahaku. Tentu saja aku sangat terkejut dengan keberaniannya yang kuanggap luar biasa ini.
“Sendirian aja nih…, Omm..”, sapanya dengan senyuman menggoda.
“Eh, iya..”, sahutku agak tergagap.
“Perlu teman nggak..?” dia langsung menawarkan diri.
Aku tidak bisa langsung menjawab. Sungguh mati, aku benar-benar tidak tahu kalau gadis muda belia ini sungguh pandai merayu. Sehingga aku tidak sanggup lagi ketika dia minta ditraktir minum. Meskipun baru beberapa saat kenal, tapi sikapnya sudah begitu manja. Bahkan seakan dia sudah lama mengenalku. Padahal baru malam ini aku datang ke klub karaoke ini dan bertemu dengannya.
Semula aku memang canggung, Tapi lama-kelamaan jadi biasa juga. Bahkan aku mulai berani meraba-raba dan meremas-remas pahanya. Memang dia mengenakan rok yang cukup pendek, sehingga sebagian pahanya jadi terbuka. Fontana99
Hampir tengah malam aku baru pulang. Sebenarnya aku tidak biasa pulang sampai larut malam begini. Tapi istriku tidak rewel dan tidak banyak bertanya. Sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Wajah gadis itu masih terus membayang di pelupuk mata. Senyumnya, dan kemanjaannya membuatku jadi seperti kembali ke masa remaja.
Esoknya Aku datang lagi ke klub karaoke itu, dan ternyata gadis itu juga datang ke sana. Pertemuan kedua ini sudah tidak membuatku canggung lagi. Bahkan kini aku sudah berani mencium pipinya. Malam itu aku benar-benar lupa pada anak dan istri di rumah. Aku bersenang-senang dengan gadis yang sebaya dengan adikku. Kali ini aku justru pulang menjelang subuh.
Mungkin karena istriku tidak pernah bertanya, dan juga tidak rewel. Aku jadi keranjingan pergi ke klub karaoke itu. Dan setiap kali datang, selalu saja gadis itu yang menemaniku. Dia menyebut namanya Reni. Entah benar atau tidak, aku sendiri tidak peduli. Tapi malam itu tidak seperti biasanya. Reni mengajakku keluar meninggalkan klub karaoke. Aku menurut saja, dan berputar-putar mengelilingi kota Jakarta dengan kijang kreditan yang belum lunas.
Entah kenapa, tiba-tiba aku punya pikiran untuk membawa gadis ini ke sebuah penginapan. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali ternyata Reni tidak menolak ketika aku mampir di halaman depan sebuah losmen. Dan dia juga tidak menolak ketika aku membawanya masuk ke sebuah kamar yang telah kupesan.
Jari-jariku langsung bergerak aktif menelusuri setiap lekuk tubuhnya. Bahkan wajahnya dan lehernya kuhujani dengan ciuman-ciuman yang membangkitkan gairah. Aku mendengar dia mendesah kecil dan merintih tertahan. Aku tahu kalau Reni sudah mulai dihinggapi kobaran api gairah asmara yang membara.
Perlahan aku membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan satu persatu aku melucuti pakaian yang dikenakan Reni, hingga tanpa busana sama sekali yang melekat di tubuh Reni yang padat berisi. Reni mendesis dan merintih pelan saat ujung lidahku yang basah dan hangat mulai bermain dan menggelitik puting payudaranya. Sekujur tubuhnya langsung bergetar hebat saat ujung jariku mulai menyentuh bagian tubuhnya yang paling rawan dan sensitif. Jari-jemariku bermain-main dipinggiran daerah rawan itu. Tapi itu sudah cukup membuat Reni menggelinjang dan semakin bergairah.
Tergesa-gesa aku menanggalkan seluruh pakaian yang kukenakan, dan menuntun tangan gadis itu ke arah batang penisku. Entah kenapa, tiba-tiba Reni menatap wajahku, saat jari-jari tangannya menggenggam batang penis kebanggaanku ini, Tapi hanya sebentar saja dia menggenggam penisku dan kemudian melepaskannya. Bahkan dia melipat pahanya yang indah untuk menutupi keindahan pagar ayunya.
“Jangan, Omm…”, desah Reni tertahan, ketika aku mencoba untuk membuka kembali lipatan pahanya.
“Kenapa?” tanyaku sambil menciumi bagian belakang telinganya.
“Aku…, hmm, aku…” Reni tidak bisa meneruskan kata-katanya. Dia malah menggigit bahuku, tidak sanggup untuk menahan gairah yang semakin besar menguasai seluruh bagian tubuhnya. Saat itu Reni kemudian tidak bisa lagi menolak dan melawan gairahnya sendiri, sehingga sedikit demi sedikit lipatan pahanya yang menutupi vaginanya mulai sedikit terkuak, dan aku kemudian merenggangkannya kedua belah pahanya yang putih mulus itu sehingga aku bisa dengan puas menikmati keindahan bentuk vagina gadis muda ini yang mulai tampak merekah.
Dan matanya langsung terpejam saat merasakan sesuatu benda yang keras, panas dan berdenyut-denyut mulai menyeruak memasuki liang vaginanya yang mulai membasah. Dia menggeliat-geliat sehingga membuat batang penisku jadi sulit untuk menembus lubang vaginanya. Tapi aku tidak kehilangan akal. Aku memeluk tubuhnya dengan erat sehingga Reni saat itu tidak bisa leluasa menggerak-gerakan lagi tubuhnya. Saat itu juga aku menekan pinggulku dengan kuat sekali agar seranganku tidak gagal lagi.
Berhasil!, begitu kepala penisku memasuki liang vagina Reni yang sempit, aku langsung menghentakkan pinggulku ke depan sehingga batang penisku melesak ke dalam liang vagina Reni dengan seutuhnya, seketika itu juga Reni memekik tertahan sambil menyembunyikan wajahnya di bahuku, Seluruh urat-urat syarafnya langsung mengejang kaku. Dan keringat langsung bercucuran membasahi tubuhnya. Saat itu aku juga sangat tersentak kaget, aku merasakan bahwa batang penisku seakan merobek sesuatu di dalam vagina Reni, dan ini pernah kurasakan pula pada malam pertamaku, saat aku mengambil kegadisan dari istriku. Aku hampir tidak percaya bahwa malam ini aku juga mengambil keperawanan dari gadis yang begitu aku sukai ini. Dan aku seolah masih tidak percaya bahwa Reni ternyata masih perawan.
Aku bisa mengetahui ketika kuraba pada bagian pangkal pahanya, terdapat cairan kental yang hangat dan berwarna merah. Aku benar-benar terkejut saat itu, dan tidak menyangka sama sekali, Reni tidak pernah mengatakannya sejak semula. Tapi itu semua sudah terjadi. Dan rasa terkejutku seketika lenyap oleh desakan gairah membara yang begitu berkobar-kobar.
Aku mulai menggerak-gerakan tubuhku, agar penisku dapat bermain-main di dalam lubang vagina Renny yang masih begitu rapat dan kenyal, Sementara Reni sudah mulai tampak tidak kesakitan dan sesekali tampak di wajahnya dia sudah bisa mulai merasakan kenikmatan dari gerakan-gerakan maju mundur penisku seakan membawanya ke batas ujung dunia tak bertepi.
Malam itu juga Reni menyerahkan keperawannya padaku tanpa ada unsur paksaan. Meskipun dia kemudian menangis setelah semuanya terjadi, Dan aku sendiri merasa menyesal karena aku tidak mungkin mengembalikan keperawanannya. Aku memandangi bercak-bercak darah yang mengotori sprei sambil memeluk tubuh Reni yang masih polos dan sesekali masih terdengar isak tangisnya.
“Maafkan aku, Reni. Aku tidak tahu kalau kamu masih perawan. Seharusnya kamu bilang sejak semula…”, kataku mencoba menghibur.
Reny hanya diam saja. Dia melepaskan pelukanku dan turun dari pembaringan. Dia melangkah gontai ke kamar mandi. Sebentar saja sudah terdengar suara air yang menghantam lantai di dalam kamar mandi. Sedangkan aku masih duduk di ranjang ini, bersandar pada kepala pembaringan.
Aku menunggu sampai Reni keluar dari kamar mandi dengan tubuh terlilit handuk dan rambut yang basah. Aku terus memandanginya dengan berbagai perasaan berkecamuk di dalam dada. Bagaimanapun aku sudah merenggut kegadisannya. Dan itu terjadi tanpa dapat dicegah kembali. Reni duduk disisi pembaringan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk lain.
Aku memeluk pinggangnya, dan menciumi punggungnya yang putih dan halus. Reni menggeliat sedikit, tapi tidak menolak ketika aku membawanya kembali berbaring di atas ranjang. Gairahku kembali bangkit saat handuk yang melilit tubuhnya terlepas dan terbentang pemandangan yang begitu menggairahkan datang dari keindahan kedua belah payudaranya yang kencang dan montok, serta keindahan dari bulu-bulu halus tipis yang menghiasi di sekitar vaginanya.
Dan secepat kilat aku kembali menghujani tubuhnya dengan kecupan-kecupan yang membangkitkan gairahnya. Reni merintih tertahan, menahan gejolak gairahnya yang mendadak saja terusik kembali.
“Pelan-pelan, Omm. Perih…”, rintih Reni tertahan, saat aku mulai kembali mendobrak benteng pagar ayunya untuk yang kedua kalinya. Renny menyeringai dan merintih tertahan sambil mengigit-gigit bibirnya sendiri, saat aku sudah mulai menggerak-gerakan pinggulku dengan irama yang tetap dan teratur.
Perlahan tapi pasti, Reni mulai mengimbangi gerakan tubuhku. Sementara gerakan-gerakan yang kulakukan semakin liar dan tak terkendali. Beberapa kali Reni memekik tertahan dengan tubuh terguncang dan menggeletar bagai tersengat kenikmatan klimaks ribuan volt. Kali ini Reni mencapai puncak orgasme yang mungkin pertama kali baru dirasakannya.
Tubuhnya langsung lunglai di pembaringan, dan aku merasakan denyutan-denyutan lembut dari dalam vaginanya, merasakan kenikmatan denyut-denyut vagina Reni, membuatku hilang kontrol dan tidak mampu menahan lagi permainan ini.. hingga akhirnya aku merasakan kejatan-kejatan hebat disertai kenikmatan luar biasa saat cairan spermaku muncrat berhamburan di dalam liang vagina Renny. Akupun akhirnya rebah tak bertenaga dan tidur berpelukan dengan Reni malam itu.
Duniabola99.com – foto cwewk cantik ngoentot dengan pacarnya dipagi hari yang cerah baru bangun tidur dan pantatnya dihantam keras oleh kontol pacarnya yang besar.
Cerita Sex – Sekarang saya kuliah di perguruan tinggi swasta di Bandung. Pengalaman ini saya alami 1 tahun yang lalu tepatnya Oktober 2019.
Saya termasuk anak yang pandai bergaul. Tapi sayang kebanyakan teman saya di kuliahan rata-rata pria. Hal ini dikarenakan pacar saya 1 kelas dengan aku. Jadi sulit untuk melihat kesana dan kesini. Saya pacaran pacar saya (sebut saja namanya Ina) saat itu hampir 5 tahun, tapi sekarang kita udah putus.
Kami pacaran dari SMU, dan hubungan suami-istri sudah sering kami lakukan.
Hingga suatu saat pada bulan september saya bertemu dengan teman lama di sma dan satu kuliahan dengan saya. Sebut saja namanya Novi. Saat smu novi termasuk anak yang paling cantik di sekolah. Suatu kebanggaan bagi kaum pria jika berhasil berteman apalagi menjadi pacarnya. Tapi hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menjadi temannya. Dalam berteman ia selalu memilih-milih, apalagi dalam menjadi pacar. Saat itu pun aku tidak berhasil menjadi temannya.
Wajar jika dia tidak mau berteman dengan ku karena aku hanya cowok biasa yang mempunyai tampang biasa juga.
Novi adalah cewek idola disekolah kami. Hampir semua anak dari kelas 1-3 mengenal dia. Dia termasuk anak orang kaya dan pintar. Kalau dibilang ukuran tubuhnya hampir mendekati sempurna ditambah dengan adanya tahi lalat di bawah bibir. Bibirnya tipis dan ukuran dadanya pun ditaksir kira-kira 34B. ditambah dengan badannya yang ideal dan kulitnya yang kuning bersih.
Cerita Sex Main Dengan Idolaku SMA Kejadian ini terjadi pada awal september, saat saya bersama dengan Ina hendak makan siang di belakang kampus. Tidak sengaja kami berdua berpapasan dengan Novi. Kami pun senyum duluan dan sesudah itu dibalas dengan senyuman dan ucapan oleh Novi. “Masih awet yah dari sma”? katanya. Kami hanya membalas ucapan dia dengan senyuman saja. Melihat body nya yang aduhai membuat saya ingin memiliki dia, tapi mana mungkin pikir ku.
Keesokan harinya saya terlambat kuliah dan tidak diijinkan masuk oleh dosen, karena saya terlambar lebih dari 15 menit. Dengan kesal saya memaki-maki dosen dalam hati, karena jarak dari rumah ke kuliahan cukup jauh. Tidak sengaja ketika turun dari tangga saya melihat Novi sedang duduk di teras sendirian. Saat itu saya memberanikan diri untuk menyapa dia, mumpung gak ada Ina. Saya langsung duduk disebelah Novi dan berkata, “ga ada kuliah vi”? tanyaku. Novi langsung menjawab “ga ada dosen tuh”? “kamu sendirian, mana Ina”? tanya dia. “ga ada, aku sendirian”. Saat itu ga sengaja aku ngelihat ke bagian dadanya sebentar. Ya ampun, antara kancing atas dan bawahnya sedikit kebuka dan kelihatan bentuk dadanya yang kuning bersih. Saat itu aku langsung melihat mukanya lagi sambil jantung ini berdetak lebih keras, dan kamipun melanjutkan pembicaraan kira-kira 1/2 jam lamanya.
Setelah itu saya masuk kuliah jam 09.30. Di dalam kelas saya tidak bisa kosentrasi belajar, pikiran selalu tertuju pada muka dan dada Novi yang kenyal. Dalam hati ku berfikir, gimana caranya tuk dapatin Novi dan bodinya. Selama 1 jam aku berfikir terus, dan aku mulai dapat ide tuk deketin dia. Setelah itu kususun rencana serapi mungkin agar gak kelihatan kalo semua itu sudah aku atur.
Pulang kuliah gak sengaja aku ketemu dengan Novi. Dia sedang melihat papan pengumuman. Aku diam sebentar karena ku akui aku juga grogi setengah mati. Setelah agak tenang sedikit aku mulai mendekati dia. “Hei, lagi ngapain?” tanyaku. “hei, ketemu lagi, lagi liat pengumuman nih.” Jawab dia. “eh vi, tau gak jalan pasir pogor dimana?” tanyaku. Sebenarnya aku sudah tahu dimana jalan pogor itu. Sengaja aku pilih jalan itu karena jalan pasir pogor melewati rumahnya dulu.
Cerita Sex Main Dengan Idolaku SMA “Kalo ga salah di deket Ciwastra deh? Emang mo ngapain kesana?” jawab dia. Wah kena juga nih, pikir ku. “mo ketemu temen aku di sana, Cuma ga tau jalannya kemana. Kalo ga salah rumah kamu di daerah Ciwastra kan?” pancing aku. “iya, emang kenapa?” “Anterin donk kesana, ntar aku anter balik dech ke rumah kamu”. “gimana yah, soalnya temenku ada yang mo nganterin balik, tapi ya udah dech aku ngomong bentar ama temen aku, kamu tunggu aja di kopma yah?” jawab dia. Wuihh, rencana ku berhasil nih.
Tidak sampai 10 menit Novi menghampiri ku yang sedang duduk bersama temenku. “ayo, mau balik sekarang?” dengan gesit aku berdiri dan pergi bersamanya. Temanku hanya bengong, karena tidak menyangka aku akan jalan bareng ama Novi. Kami pergi menuju tempat parkir mobil, karena aku saat itu memakai mobil Feroza.
Di tengah perjalanan kami hanya berbicara mengenai masa sma dan mengenai ina. Tapi setiap pembicaraan mengarah pada Ina, aku selalu bilang kalo aku sudah putus dari Ina. Dan aku bilang ama Novi supaya jangan ungkit-ungkit masalah Ina lagi. Mobil sengaja kuperlambat supaya aku dapat bicara lebih lama dengan dia. Dan saat itu, kancing baju atasnya terbuka dan dia duduk sambil miring ke pintu mobil. Sehingga kelihatanlah BH nya yang berwarna hitam. Aduh ma, ucapku. Ngga terasa kontolku sudah mengeras. Ku coba diam sejenak, karena kalau salah sedikit sikapku maka gagal juga tuk dapetin bodinya.
Setelah ditunjukin jalan pasir pogor, aku pun mengantarnya balik. Sesampai nya didepan pintu rumah yang lumayan mewah, ia berkata sambil tersenyum. “makasih yah, dah mo nganterin. Mo masuk dulu ga ke rumah?” wah kesempatan nih pikirku. Tapi rencana sih harus tetap kujalanin. “ga deh vi, makasih. Lain kali aja yah, aku mesti ke pasir pogor lagi nih. Oh ya, besok balik jam berapa? Bareng yuk?” pancing aku. “Besok aku balik jam 9.30, ya udah kalo mau nganterin tungguin di papan pengumuman besok yah?” wah, rencana pertama aku sukses nih. Tinggal jalanin rencana ke 2.
Besoknya aku sudah stand by di papan pengumuman. Dan tak lama kemudian novi datang menghampiriku. “mo nganterin lagi nih, kalo mau sekarang aja”, tanyanya. “ayo dech sekarang aja”. Jawabku. Dalam hati ini juga deg-degan banget. Bukan karena mau jalan ama Novi, tapi takut ketahuan ama Ina. Wah bisa berabe nih urusan kalo ketahuan. Akhirnya kamipun pulang samaan. Di tengah perjalanan pulang kami ngobrol sampai terbahak-bahak. Memang aku pintar untuk membuat orang lain ketawa, dan kuakui itulah kelebihan ku dalam menaklukan hati wanita. Ditengah tawa kami akupun mulai bertanya kesukaan dia? Saat itu terpikir oleh ku untuk mengajak dia berenang, karena dengan berenanglah aku dapat melihat bodinya secara langsung. Memang Novi selama di smu tidak pernah 1 kali pun ikut pelajaran berenang, entah kenapa? “mau kemana lagi ntar habis nganterin aku?” “Aku mau berenang nih vi, kamu bisa berenang gak?” pancing aku. “gak bisa nih” jawab dia.
Cerita Sex Main Dengan Idolaku SMA “Ya udah, kamu mau berenang samaan ga ama aku, ntar aku ajarin dech” jawab aku. “tapi aku gak punya baju renang, soalnya aku gak suka renang sih”! Katanya. “yah kamu cari dulu donk, ntar kalo ga ada kan beda urusannya lagi, jadi besok jam 2 sore yah?” tanyaku. “iya deh jam 2 sore jemput aku di rumah yah” jawabnya. Sesudah itu aku anterin dia balik kerumahnya. Sesudah itu aku hanya tertawa kecil dan menggumam, “udah kena perangkap aku nih, tinggal rencana ke 3 nih besok. Wah, udah kebayang bentuk dadanya, pahanya dan sentuhan tangannya saat aku ajarin dia berenang besok, terlebih tangannya di tumbuhin bulu-bulu halus”.
Besoknya kamipun pergi berenang samaan ke pemandian Cipaku. Saat ganti baju aku sudah membayangkan bentuk dadanya, pahanya yang putih dan lain-lainlah pikiran ku saat itu. Saat ketemu hati ku langsung berdetak lebih kencang, karena Novi yang ada di depanku sekarang sedang memakai baju renang. Dan dadanya mulai kelihatan sedikit menyembul ditambah dengan pahanya yang indah banget. Suerr, kontolku saat itu langsung tegang terlebih dia menggandeng tanganku menuju tempat penyimpanan tas di samping kolam renang.
Sesudah itu aku pun langsung masuk ke kolam renang dan disusul oleh dia. Dan saat itu mulai aku mengajari dia sebatas aku bisa. Saat memegang tangannya terasa jantung berdetak lebih cepat. Tangannya halus banget. Ditambah senyuman bibirnya yang tipis dan merah. Hampir 1/2 jam aku mengajari dia berenang. Tapi kontol ini masih tegang terus. Pada saat aku sedang mengajari dia berenang tak senggaja dia menyenggol batang kemaluanku karena saat itu aku sedang mengajari dia gaya katak. Aku malu banget, karena takut dipikir novi, belom apa-apa sudah tegang duluan. Tapi aku coba buang pikiran itu jauh-jauh.
Saat itu aku sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi. Dengan sengaja saat dia hampir tenggelam sengaja aku peluk dan dekatkan kontolku di depan atau di belakang dia. Dan dengan sengaja juga aku mencoba agar tanganku sekali-kali mengenai dadanya dia. Rencana ku berhasil, kami semakin akrab saja. Tapi aku ngga tahu, apa mungkin ia suka ama aku, atau hanya sebatas teman. Kami berenang hampir 2 jam.
Sesudah itu aku terlebih dahulu mengajaknya pulang karena hari hampir malem jam 6 malam. Kami makan di hoka-hoka bento yang ada di jalan setia budi. Dan dalam perjalanan pulang pun kami masih tertawa bersama. Dalam hatiku berkata, sebentar lagi kamu masuk dalam pelukan ku vi! Sesampainya di rumah novi, ia mengajak aku masuk supaya minum the dahulu. Kesempatan ini tidak ku sia-siakan lagi. Inilah rencana akhirku. Aku masuk dan duduk disebelah dia sambil posisi 1/2 tidur. 15 menit kami mengobrol. Otak ku berputar terus saat kami ngobrol bersama. Dalam pikiran ku, gimana aku dapat menyentuh dia, sedangkan dari novi tidak ada sinyal sama sekali pada ku.
Sampai pukul 7.20 aku masih terdiam. Sampai suatu saat Novi bertanya padaku. “maaf yah kalo ini nyakitin kamu, cuma aku mau nanya. Kenapa kamu kok bisa sampai putus dari Ina, kan dia orang nya baik banget”. Wah dengan pertanyaan itu aku mulai dapat ide lagi. “ga tau deh vi, aku juga bingung. Aku ngerasa kita ngga cocok lagi dech”. Kataku. Dengan perasaan sedih aku coba genggam tangan dia sambil berkata,”tapi kamu jangan bilang siapa-siapa kalo aku sama Ina udah putus yah, please..” Ya ampun aku deg-degan banget saat itu, tapi aku coba bersikap tenang. Dia cuma diam saat aku pegang tangannya. “Tenang aja kok, aku bisa jaga rahasia”.
Nafsu ku sudah nggak terkendali lagi, terlebih ruang tamu saat itu terutup rapat. Dan saat itu penghuni rumah yang lain sedang asik nonton TV. Tanganku saat itu sedang mengenggam tangannya. Dan perlahan lahan aku mengusap bulu halus yang ada di tangannya dan mengusapnya perlahan-lahan sambikl berkata, “kamu cantik banget vi, aku seneng banget bisa samaan ama kamu”. Perlahan kulihat gerakan tangan, muka dan kakinya dia. Ternyata dia sudah gelisah. Merasa ada jawaban aku meneruskan elusanku, sambil kucoba dekatkan bibirku ke bibirnya dia. Senggaja aku mengecup secara perlahan dan lembut dan diiringi desahan nafas perlahan. Memang aku pintar dalam merangsang cewek, karena aku sudah pengalaman dari Ina.
Sesudah kukecup bibirnya secara perlahan dia memejamkamkan mata dan terasa getaran kakinya yang mulai gelisah.
Cerita Sex Main Dengan Idolaku SMA Perlahan kukecup bibir lagi. rupanya kali ini ciuman ku berbalas juga. ia balik mencium ku dengan lembut. perlahan ku lepas ciuman ku di bibirnya dan bergerak menuju lehernya. walaupun aku sudah terangsang banget tapi aku masih bisa berfikir apa yang mesti aku lakukan lagi tuk dapetin body nya. ciumanku bergerilya disekitar leher dan dekat telinga. terdengar nafasnya yang sudah memburu. Perlahan-lahan tanganku memegang pipinya secara lembut, lehernya dan mencoba memegang toketnya yang aduhai. aku usap toket novi dari luar baju. ia masih diam dengan mata tertutup. dengan perlahan tanganku masuk ke dalam bajunya lewat bawah dan tanganku mulai mengenai BH nya. ku coba angkat sedikit BHnya secara perlahan-lahan. dan terasa saat itu toket Novi sudah dalam genggamanku. kuusap dan kepelintir putingnya secara perlahan. saat itu juga kucoba tangan yang satu lagi tuk membuka kancing bajunya. setelah kubuka bajunya terlihatlah Bh yang berwarna hitam, dengan gunung kembar yang indah banget dibaliknya. saat itu nafsu ku sudah tidak terkontrol lagi. kontolku sudah ngaceng banget. Markas Judi Online Dominoqq
Tapi aku belum puas sebelum melihat memeknya. kucoba tuk buka rok nya secara perlahan, dan terlihat pula gundukan daging di balik celana dalam hitamnya. aku terdiam sebentar karena tidak menyangka novi cewek yang cantik banget, dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendekatinya kini sudah bugil di depan mataku.
“Aghh.. kamu kok gini sih an” desahnya. aku cuma tersenyum puas. dan kucoba tuk menarik tangannya ke arah kontolku. dan memang sudah sengaja sleting celanaku sudag aku buka. dan merosotlah celanaku. rupanya novi sudah bernafsu banget. diangkatnya bajuku dan di lepaskannya celan dalamku.
Kini matanya sudah terbuka dan melihat kontolku yang lumayan gede. “ihh.. gede banget yang kamu an”? aku coba bangkit berdiri agar dia mau mengulum kontolku. “kamu mau cium kontolku kan”? tanpa menunggu komando lagi kepala novi ku arahkan ke kontolku yang sudah keras banget. diciumnya perlahan-lahan kontolku dan dijilatinnya kontolku. “muahh.. mchh..” terdengar bunyi dari mulutnya yang tipis. “terus vi.. achh.. terus.. enak banget loh .., kamu pinter banget vi.. achh..”
Cerita Sex Main Dengan Idolaku SMA Pikiranku sudah tidak dapat kukontrol lagi. 15 menit sudah berlalu. dan perlahan ku angkat tubuhnya ke atas sofa ruang tamu dan kutidurkan. kucium lehernya terus turun ke menuju susunya yang kenyal dan indah. “gilaa banget nih cewe bodynya, susunya, pantatnya yang kenyal, terlebih bulu-bulu yang lumayan banyak dan halus”. gumamku dalam hati”. kucium toketnya yang lumayan besar dan kenyal. “muachh.. muachh.. ” “aduh an.. terusin.. achh..” dia mengerang terus. sambil ku jilatin toketnya, tangan kananku perlahan-lahan menuju memeknya. Astaga.. basahh banget nih.. terus ku elus dengan lembut dan ku belai klitorisnya yang sudah mencuat.
“Achh.. euhh..” ia mengerang keenakan. perlahan ciumanku turun kebawah vaginanya. ku jilatin memeknya yang basah. mhh.. mhhachh.. dia menarik kepalaku dan mengejang. “acchh an, kayanya aku mau kencing nih..” “kencingin aja vi, itu bukan kencing kok yang mo keluar, itu namanya mau orgasme..” “achh an, ennaak banget nih.., ahh.. terusin sayang kata nya”. aku tersenyum kecil saat ia memanggilku dengan kata sayang. “hahaha.. kamu udah masuk dalam genggamanku sekarang vi..” kataku dalam hati. “achh.. terusin an.. terusin yah sayang.. katanya”. kujilatin memeknya terus dan teruss.. “ohh indahnya memekmu vi. beruntung banget aku bisa dapetin memek dari cewek secantik kamu” kataku dalam hati. kali ini ia merapatkan kakinya dan kembali mengejang. ahh.. an kayanya aku mau keluar lagi nihh.. achh..”
“Keluarin aja semuanya sayang.. terus keluarin aja..” kataku. setelah kurasa cukup, mulai ku arahkan kontolku yang sudah keras dan panas ke memeknya novi. “tahan bentar yach kalo sakit.. ntar juga nggak sakit lagi kok..” kataku pada novi. kumasukan kontolku perlahan-lahan ke memeknya. achh .. erangku karena kontolku masih agak susah masuknya. maklumlah memek perawan pertama kali pasti susah simasukinnya. “achh.. ohh.. masukin langsung aja dech an..” pintanya. “kamu ngga akan nyesel vi..? “ga akan kok, aku rela ama kamu diambilnya”. “Achh.. terus.. ” dengan sedikit kekuatan kutekan kontolku makin kedalam. dan kini sudah masuk semua kontolku kedalamnya. “ohh.. hangat banget memeknya..” “aduh sakit an.. akhh..”
Terasa darah segar keluar dari vaginanya dan membasahi bajunya yang memang sudah sengaja kusimpan dibawah pantatnya. “ya ampunn.. banyak banget darahnya nih..” gumamku dalam hati. tak perduli dengan darah yang mengucur aku enjot dia perlahan-lahan, dan kelama-lamaan maikin kencang. “achh.. ohh.. ahh.. terusin an.. makin lama makin enak nih..achh.. genjotanku makin ku percepat lagi. achh ..ohh enak banget.. terusin yahh..” hampir 15 menit aku menggumuli dia. perlahan-lahan ku genjot dia secara pelan dan pelan. sehingga dia bisa menikmatinya. “pelan-pelan aja yah vi, biar aku bisa cium toket kamu”.
Sambil menggesek-gesek kontolku kedalam vaginanya. kucium perlahan-lahan puting toketnya. kuatru perlahan-lahan gesekan ku. dan tak lama kemudian terdengar ia mengerang dan mengejang. “achh.. kaya ada yang mau keluar nih.. achh.. aduh mau keluar nihh..” “kembali kuatur gesekanku secara perlahan agar ia bisa keluar”. dan benar saja sebentar kemudian dia mengalami orgasme untuk ke 2 kalinya. “achh.. achh.. ohh.. mau keluar nih.. ann..achh..”
Cerita Sex Main Dengan Idolaku SMA Novi sudah mengalami orgasme sedang aku sebentar lagi mau keluar. setelah kurasa cukup maka kupercepat gerakan kontolku ke memeknya dia. “achh.. mau keluar lagi nih an.. achh..” “bentar lagi aku juga mau keluar nih vi.. ahh” erangku. “keluarin didalem aja yah ann.. achh..”
Walaupun dia sudah bersedia menerima sperma ku di vaginanya, tapi aku tidak sebodoh itu, aku masih ga mau terikat oleh dia. dengan menambah kecepatan aku terus mengenjot dia semakin cepat. “achh.. aku mau keluar nihh.. kamu mau minum sperma ku kan.. achh.” “kenapa gak dikeluarin di dalam aja sih, ya udah ga pa pa kok di mulut ku juga.” “achh.. terusinn.. ann aku juga
mau keluar lagi nih..achh..” “aku juga mau keluar nih vi..” dan saat itu kamipun keluar bersamaan. “achh.. kuangkat langsung kontolku yang sudah hampir menyemburkan sperma.. achh ..kukocokan kontolku ke arah mulut dan dadanya dia. “croot..crott.. spermaku membasahi mulut dan susunya”. “achh..srepp.. enak banget sperma kamu an.. cape banget nih.. liat tuh badanku sampe keringatan semua.”film bokep klik aku hanya tersenyum dan berkata. “tapi enak kan..” kubersihkan cairan spermaku dengan tissue nya. dan ia pun pergi kekamar mandi tuk membersihkan badannya. achh.. lega banget hatiku setelah dapetin cewek yang pernah menjadi idola di smu dulu. Setelah novi membersihkan badannya sayapun minta ijin pulang dulu karena jam sudah pukul 8.50. ntar bapanya bisa curiga lagi.
cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,
Duniabola99.com – foto gadis muda Lonely Ebby ngentot dengan diatas kursi yang tinggi yang menhantam dengan keras kontol ke memeknya.
Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Murid Nakal 2 ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Esok harinya, aku pun terbangun dalam keadaan galau. Semalaman aku mencoba tidur, namun di kepalaku
selalu terbayang kejadian kemarin sore di rumah bu Diana. Akibatnya, bisa ditebak, aku benar-benar
merasa amat letih dan lesu.
Aku pun mencoba menyetel lagu yang kemarin diberikan Reza padaku untuk mempercerah suasana. Aku lalu
membuka handphoneku untuk mendengarkan lagu. Tapi aku tidak menemukan Agen Togel Depo Pulsa satupun file musik baru di
handphoneku, malahan, lagu-lagu koleksiku banyak yang terhapus.
Penasaran, aku pun memeriksa isi handphoneku. Sekarang, di bagian video, malah ada sebuah video yang
berukuran ekstra besar. Penasaran dengan video di handphoneku, aku pun mulai memutar video itu.
Astaga! Aku benar-benar terkejut setengah mati saat melihat diriku yang sedang memamerkan celana dalam
di hadapan Reza terekam di video itu dan bagaimana Reza memainkan jari-jarinya di vaginaku juga
terlihat dengan amat jelas dari arah samping. Saat itulah aku baru ingat bahwa saat aku memamerkan
selangkanganku, sebuah handycam milik Reza tergeletak di ranjangnya yang ada disamping meja
belajarnya. Berarti, Reza secara diam-diam berhasil merekam adegan mesumku!
Tidak terbayang bagaimana perasaanku saat itu. Rasa letih dan lesu yang menyerangku dari pagi kini
ditambah dengan perasaan cemas dan takut kalau video itu disebarluaskan, apalagi wajahku tampak jelas
di video itu.
Aku bingung, apa yang harus kulakukan? Bagaimana apabila video itu Bandar Judi Online 7777 sudah disebarluaskan? Aku pasti
diberhentikan dari universitas. Parahnya lagi, aku pasti akan dianggap sebagai perempuan rendahan oleh
masyarakat.
Bagaimana caraku menjelaskan pada keluargaku tentang video itu? Bayangan-bayangan itu terus berkecamuk
didalam pikiranku selama seharian penuh.
Walaupun begitu, sore harinya aku kembali berangkat menuju rumah bu Diana untuk mengajari Reza. Saat
aku datang, bu Diana masih belum pulang karena harus menyelesaikan proyek di studionya. Aku pun segera
menemui Reza untuk menyelesaikan masalah ini. Kebetulan, Reza yang membukakan pintu untukku. Seolah ia
sudah lama menunggu kedatanganku.
“Halo, Kak Linda. Bagaimana, video klip lagunya bagus tidak?” tanyanya dengan nada mengejek.
“Reza, kenapa kamu sejahat itu dengan kakak?! Buat apa kamu merekam video beginian sih?! Belum cukup
kamu mempermainkan kakak kemarin?!!” jawabku dengan perasaan kesal bercampur cemas.
“Waah, kenapa Reza dibilang mempermainkan kakak? Bukannya kemarin kakak terlihat nyaman saat aku
layani?” Mata Reza tampak semakin merendahkanku.
“Sudahlah! Mana videonya? Cepat berikan ke kakak!!” perintahku.
“Tenang saja kak, videonya Reza simpan dengan baik kok. Jadi kakak tenang saja!” Aku mengepalkan
tanganku, menahan berbagai macam emosi yang bergejolak didalam hatiku.
Nyaris aku kembali menangis karena rasa cemas yang semakin kuat mencengkeram diriku, namun aku
berusaha mengendalikan diri. Aku sadar aku tidak bisa mengambil jalan kekerasan untuk menghadapi Reza,
karena malah akan membuat masalahku tambah runyam.
“Oh iya, Reza juga belum memperlihatkan videonya ke orang lain. Waah, sayang sekali ya kak? Padahal
videonya bagus kan?” lanjutnya.
Cerita Sex Murid Nakal 2 Mendengar pernyataan Reza itu, Agen Poker303 aku merasa melihat secercah cahaya dan harapanku sedikit pulih. Namun
masih saja aku merasa tegang dan cemas. Aku pun berusaha membujuk Reza untuk menyerahkan video itu
padaku.
“Reza, kakak mohon… berikan video itu ke kakak, ya? Tolong jangan sakiti kakak lagi…” aku memohon
meminta belas kasihan pada Reza.
“Hmm… kalau begitu, kakak harus mau menuruti perintahku lagi, aku berjanji akan memberikan videonya ke
kakak.”
“Kakak mohon, Reza… Jangan lagi…” air mataku kembali mengucur saat mendengar syarat yang diajukan
Reza.
Berarti aku harus kembali merendahkan diriku dihadapannya.
Iklan Sponsor :
“Kakak mau atau tidak?! Kalau tidak, ya sudah! Kakak bisa melihat videonya di internet besok pagi.”
Ketusnya tanpa menghiraukan perasaanku.
Aku pun tidak punya pilihan lain, selain menuruti kemauan Reza. Tampaknya percuma saja aku berusaha
meminta belas kasihan anak ini.
Yang ada di pikirannya saat ini pasti hanyalah keinginan untuk mempermainkan diriku sekali lagi.
Terpaksa aku harus melayani permintaannya lagi agar video itu kudapatkan.
“Baiklah, kakak mengerti… Kakak akan menuruti perintahmu, tapi kamu harus berjanji akan memberikan
video itu ke kakak!” jawabku memberi persetujuan.
“Beres, Kak!” Kali ini Reza tampak girang sekali saat mendengar kalimat persetujuanku itu.
“Nah, sekarang apa yang kamu mau?!” Tanyaku tidak sabaran
“Tunggu sebentar dong Kak… Jangan buru-buru! Kalau sekarang pasti cuma sebentar karena Mami sebentar
lagi pulang.”
“Lalu, kamu maunya kapan?”
“Nah, kebetulan 2 hari lagi Mami akan berangkat ke luar negeri, soalnya Mami akan memperagakan busana
pengantin buatannya di pameran.”
“Lalu kenapa?”
“Kebetulan minggu depan ada ulangan yang penting, jadi aku boleh tinggal di rumah ini sampai mami
pulang. Selama itu, aku mau kakak untuk tinggal bersamaku di rumah, Judi Poker 303 sambil mengajariku! Bagaimana?
Kita bisa bersenang-senang sampai puas kan, Kak?”
“Memangnya sampai kapan bu Diana ada di luar negeri?” tanyaku kembali.
Iklan Sponsor :
“Yaah, karena Mami juga mau ketemu Papi di Jerman, makanya Mami tinggal di sana selama 2 minggu.”
“Tapi apa bu Diana akan mengizinkan kakak untuk tinggal disini?”
“Tenang saja, kak! Biar nanti Reza yang bicara dengan Mami.” Ujarnya meyakinkanku.
Aku menghela nafas sejenak sambil berpikir menimbang-nimbang permintaan Reza. Sebenarnya aku tidak
begitu rugi apabila aku menginap di rumah bu Diana. Aku bisa menghemat uang kosku selama setengah
bulan kalau aku menginap di rumah bu Diana.
Lagipula aku akan lebih bisa mengawasi Reza untuk belajar menghadapi ujian semesternya yang kian
mendekat, dengan begitu, aku bisa mendapat kesempatan untuk mengamankan pekerjaanku. Sebenarnya yang
perlu kulakukan hanyalah memastikan kalau Reza tidak “mengerjaiku” lebih parah dari kemarin.
“Baiklah, kakak setuju. Tapi kamu juga harus berjanji, kamu harus belajar yang rajin selama kakak
tinggal di rumahmu.” Anggukku sambil memberinya penawaran.
“Berees, kak! Asal kakak mau menurutiku selama itu, aku pasti belajar!” jawabnya dengan bersemangat.
“Iya, iya…” balasku dengan perasaan agak lega.
Kami lalu segera beranjak ke kamar Reza dan aku pun mulai mengajarinya. Tapi hari ini ada yang berbeda
dari Reza.
Ia tampak lebih serius dan bersemangat dalam menyimak penjelasanku. Kurasa dia sudah cukup senang saat
mendengar aku akan menginap di rumahnya 2 hari lagi. Tak lama kemudian, kudengar suara bu Diana di
lantai bawah.
“Nah, Mami sudah pulang! Kakak tunggu sebentar ya! Aku mau bicara dulu dengan Mami!” Reza segera
beranjak dari kursinya dan keluar dari kamarnya tanpa menghiraukanku.
Sayup-sayup kudengar suara percakapan Reza dengan bu Diana, namun aku tidak dapat mendengar dengan
jelas apa yang mereka katakan. Sambil menunggu Reza, aku mempersiapkan soal-soal latihan yang akan
kuberikan untuknya nanti. Sekitar 5 menit kemudian, Reza kembali ke kamarnya bersama bu Diana.
“Halo, Linda. Reza meminta saya untuk mengizinkanmu tinggal di rumah ini selama saya tidak dirumah.”
“Eh? I… iya, bu Diana! Reza memberitahu saya kalau ia ingin mendapat les tambahan dari saya selama bu
Diana tidak dirumah… Katanya… untuk persiapan ujian semester…” ujarku dengan agak gugup.
Iklan Sponsor :
“Wah, kebetulan sekali kalau begitu! Soalnya tante Reza juga SItus Judi Pkv Terbaik akan ikut ke Jerman. Makanya tadi saya
sempat mengajak Reza untuk ikut. Tapi karena ada ulangannya yang penting, Saya jadi ragu-ragu.”
“Jadi?” tanyaku “Kalau kamu mau, Saya memperbolehkan kamu tinggal disini selama saya tidak dirumah.
Tapi saya juga meminta kamu untuk mengurus Reza selama itu. Sebagai gantinya, saya akan berikan
tambahan bonus untukmu di akhir bulan ini. Bagaimana?” Jawab bu Diana memberikan tawaran.
“Baik, bu Diana. Saya setuju!” anggukku sambil tersenyum.
Sekarang aku mendapat tambahan keuntungan dengan menerima tawaran Reza. Dengan bonus yang disediakan
bu Diana dan penghematan uang kosku selama setengah bulan, aku bisa menambah uang tabunganku sekaligus
membiayai sebagian keperluanku bulan depan.
“Baguslah! Kalau begitu, Linda, tolong kamu siapkan barang-barangmu yang akan kamu bawa untuk tinggal
disini. Lusa nanti saya akan menjemputmu sebelum kamu mengajar Reza.” Ujar bu Diana.
“Iya, bu Diana!” aku mengiyakan permintaan bu Diana.
Setelah menyelesaikan tugasku hari itu, aku segera bergegas pulang untuk mulai mengemas barang-
barangku. Untunglah aku tidak memiliki banyak barang selain pakaian dan perlengkapan-perlengkapan
kecil milikku.
Aku juga memberitahu pemilik rumah kosku bahwa aku akan pindah selama setengah bulan. Syukurlah mereka
mau mengerti dan bersedia menyimpankan kamar bagiku apabila aku kembali. 2 hari kemudian, bu Diana dan
Reza pun datang menjemputku sebelum aku mengajar Reza. Aku lalu diantar ke rumah mereka. Aku diizinkan
untuk tidur di kamar tamu di lantai bawah.
Malam harinya, aku diberitahu bu Diana tugas-tugasku di rumah itu selama bu Diana di luar negeri. Aku
diminta untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan membersihkan
rumah.
Aku sudah terbiasa memasak dan mencuci sendiri sejak kecil, maka tugas ini tidak lagi sesulit yang
kubayangkan. Lagipula untuk keperluan sehari-hari, bu Diana sudah menyuruh anak buahnya untuk
mengantar bahan makanan dan supir studio untuk mengantar-jemput kami. Apabila ada hal lainnya yang
diperlukan, aku hanya perlu menelepon studio untuk meminta bantuan mereka.
Esok harinya, bu Diana sudah berangkat saat aku pulang dari kuliah. Sehingga hanya ada aku dan Reza
sendiri di rumah.
Aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Seusai mandi, aku benar-benar terkejut saat
melihat semua pakaian milikku menghilang. Hanya ada satu pelaku yang dapat melakukan hal ini! Aku lalu
menutupi tubuhku dengan selembar handuk yang untungnya, tidak sempat diambil oleh “pencuri” itu.
Aku segera naik ke lantai atas untuk mengambil kembali pakaian milikku.
“Reza! Reendyy!! Buka pintunya!” Seruku sambil menggedor kamar Reza.
Pintu kamar itu sedikit dibuka dan wajah Reza muncul dari sela-sela pintu kamar itu.
“Ya, ada apa kak?!” tanyanya padaku.
Namun matanya segera melirik tubuhku yang hanya berbalutkan sebuah handuk dan ia tersenyum cengengesan
melihat keadaanku.
“Wah, waah… Kakak sudah tidak sabaran ya?” tanyanya sambil tertawa kecil.
“Huuh! Dasar usiil!! Ayo, kembalikan baju kakak!!” gerutuku.
“Lhooo… memangnya baju kakak kuambil? Apa ada buktinya?”
“Kalau bukan kamu siapa lagii? Sudah, ayo cepat kembalikan baju kakak!”
Cerita Sex Murid Nakal 2 “Kak, kalau menuduh orang tanpa bukti itu tidak baik lho! Hukumannya, aku tidak mau memberitahu dimana
kusembunyikan baju kakak, Hehehe…” Reza tersenyum mengejekku dan menutup dan mengunci pintu kamarnya
dihadapanku.
“Aah! Hei, Reza! Tunggu duluu…” protesku, tapi Reza sudah keburu menutup pintu kamarnya sambil
mengejekku dibalik pintu.
Aku pun terpaksa menggigil kedinginan, suhu di rumah itu dingin sekali karena dipasangi AC, ditambah
lagi aku baru saja mandi dan sekarang tubuhku hanya ditutupi oleh selembar handuk saja.
Selama beberapa menit aku terus menggedor pintu kamar Reza dan berusaha membujuknya, namun ia sama
sekali tidak menggubrisku.
“HATSYII…!!!” Karena tidak biasa, aku pun bersin akibat pilek karena suhu dingin itu.
“Kak! Kakak pilek, ya?” tiba-tiba terdengar suara Reza dari balik pintu.
“I… iya… Reza, tolong…. kembalikan pakaian kakak… disini dingin sekali… kakak tidak tahan…”
“Oke deh, tapi kakak harus mau memakai pakaian yang kuberikan ya!”
“Iya… iya… cepat doong…. Kakak kedinginan disini…” pintaku pada Reza Reza kembali keluar dari
kamarnya.
Ia melihat sekujur tubuhku yang menggigil kedinginan. Anehnya, raut wajahnya tampak berubah, ia tidak
lagi tampak senang ataupun puas mengerjaiku. Kini ia tampak agak gelisah.
“Haa… HATSYII!!!” kembali aku bersin dihadapannya.
Kulihat raut wajahnya semakin cemas saja melihat keadaanku.
“Ayo Kak, ikut denganku!” pinta Reza padaku yang segera kuturuti saja.
Reza menuntunku ke ruang disebelah kamarnya. Pintu ruang itu dikunci, namun Reza segera membuka pintu
itu dengan sebuah kunci di tangannya. Begitu aku masuk, aku takjub melihat puluhan helai gaun
pengantin putih dalam berbagai ukuran dan model yang tergantung rapi di kamar itu.
Berbagai aksesoris pengantin wanita juga tertata rapi bersama gaun-gaun itu. Rupanya kamar itu adalah
kamar desain bu Diana sekaligus tempatnya menyimpan hasil rancangannya yang belum dikirim ke studio.
“Kak, aku minta kakak memakai baju itu.” ujar Reza seraya menunjuk ke arah sehelai gaun pengantin
putih yang dipasang di sebuah mannequin.
“Apaa?! Kenapa kakak harus memakai baju seperti itu? Memangnya kakak mau menikah, apa?!” jawabku
setengah tak percaya, setengah kebingungan.
“Ya, sudah! Kalau kakak tidak mau, kakak boleh memakai handuk itu saja kok!” balas Reza.
“Iyaa! Dasar!! Kamu mintanya yang aneh-aneh saja!!” ujarku agak kesal.
Terpaksa kuturuti permintaan Reza, daripada pilekku semakin parah.
“Oh iya Kak!”
“Apa lagii?”
“Pakaiannya yang lengkap ya, Kak! Soalnya baju itu sudah 1 set dengan aksesorisnya!” pinta Reza.
“Jangan lupa juga untuk merias diri dengan kosmetik Mami ya Kak! Sudah kusiapkan lhoo…” imbuhnya.
Aku menghela nafas dan menutup pintu kamar itu. Memang kulihat gaun itu dilengkapi dengan mahkota,
sarung tangan, bahkan stocking dan sepatu yang semuanya berwarna putih susu. Luar biasa! Sejenak aku
kagum dengan kepandaian bu Diana dalam merancang gaun itu, komposisi yang disusunnya benar-benar
serasi.
Aku lalu menuruti perintah Reza untuk memakai semua pakaian itu dengan lengkap. Berat bagiku memang,
karena aku belum pernah memakai gaun pengantin sebelumnya. Setelahnya, aku pun merias diriku dengan
kosmetik milik bu Diana.
Kulihat semua kosmetik itu buatan luar negeri. Aku sendiri agak canggung untuk memakai kosmetik-
kosmetik itu, mengingat harganya yang selangit bagi mahasiswi sepertiku.
Tapi setidaknya, aku mendapat sebuah kesempatan untuk mencoba kosmetik-kosmetik itu, maka aku berusaha
untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Setelah beberapa lama, aku akhirnya selesai mempengantinkan
diriku.
Kubuka pintu kamar itu dan seperti yang sudah kuduga, Reza sedari tadi sudah menungguku didepan pintu.
Ia tampak amat terpana melihatku yang berbusana pengantin itu. Busana pengantinku berupa sebuah gaun
pengantin putih yang indah sekali.
Atasan gaun memiliki sepasang puff bahu yang terikat dengan sepasang sarung tangan satin dengan
panjang selengan di kedua tanganku yang kini menutupi jari-jariku yang lentik. Di bagian perut dan
dada gaunku bertaburan kristal-kristal imitasi yang samar-samar membentuk sebuah pola hati.
Bagian pinggang gaun itu memiliki hiasan kembang-kembang sutra yang melingkari bagian pinggang gaun
itu seperti sebuah ikat pinggang yang seolah menghubungkan atasan gaunku dengan rok gaun polos yang
dihiasi manik-manik membentuk hiasan bunga-bunga yang bertebaran disekeliling rok gaunku. Pinggulku
dipasangi pita putih besar. Aku juga memakaikan rok petticoat di pinggangku agar rok gaunku tampak
mengembang.
Reza sendiri tampak kagum melihat cantiknya wajahku yang sudah kurias sendiri; kelopak mataku kurias
dengan eye-shadow berwarna pink dan alsiku yang kurapikan dengan eye-pencil. Sementara lipstick yang
berwarna pink lembut kupilih untuk melapisi bibirku yang tampak serasi dengan riasan bedak make-upku.
Riasan mahkota bunga putih tampak serasi dengan rambut hitam-sebahuku yang kubiarkan tergerai bebas.
Aku telah memasang stocking sutra berwarna putih yang lembut di kakiku yang dilengkapi dengan sepasang
sepatu hak tinggi berwarna putih yang tampak serasi seperti gaun pengantinku.
Tubuhku juga kuberi parfum melati milik bu Diana sehingga sekujur tubuhku memancarkan aroma melati
yang amat wangi.
“Nah, bagaimana?” ujarku pada Reza yang masih melongo melihat penampilanku.
“Hei! Kok malah bengong sih?!” seruku, yang segera menyadarkan Reza dari lamunannya.
“E… eh… ccantik sekali Kak!” jawab Reza tergagap-gagap, aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang
kebingungan.
“Kak, ini… buat kakak…” Reza mengulurkan setangkai mawar merah kepadaku.
Mawar merah yang indah itu tampak segar berkilauan.
“Waah, terima kasih ya!!” otomatis aku mencium bunga itu untuk menghirup aromanya. Sejenak aroma yang
menyengat memasuki hidungku aku pun langsung merasa pandanganku tiba-tiba kabur dan tubuhku terasa
lemas. Aku pun ambruk tidak sadarkan diri.
Sayup-sayup kulihat senyuman Reza, aku berusaha untuk tetap sadarkan diri, namun mataku terasa berat
sekali dan akhirnya aku menutup kelopak mataku. Entah apa yang terjadi pada tubuhku, namun saat aku
sadar, aku melihat diriku sudah terbaring mengangkang di sebuah ranjang canopy dalam keadaan berbusana
pengantin lengkap.
Kedua tanganku terikat di belakang punggungku sementara kakiku terikat erat di sisi kanan-kiri tiang
ranjang itu sehingga posisi tubuhku mengangkang lebar. Aku merasa amat geli di daerah kewanitaanku,
seperti ada sebuah daging lunak hangat yang menyapu-nyapu daerah kewanitaanku, terkadang daging itu
menusuk-nusuk seolah hendak membuka bibir kewanitaanku melewati celah vaginaku.
Aku juga merasa daerah disekitar vaginaku amat becek akibat gerakan daging itu.
“Aahh… oohhh…” Aku pun mendesah pelan menikmati sensasi di kewanitaanku itu.
Cerita Sex Murid Nakal 2 Rasanya vaginaku seolah diceboki, namun gerakan daging itu yang seolah berputar-putar mempermainkan
vaginaku menimbulkan sensasi nikmat disekujur tubuhku. Aku merasa tubuhku diairi listrik tegangan
rendah saat daging itu membelah bibir kewanitaanku dan menyentuh lubang pipisku.
“Eh! Kakak sudah bangun rupanya!!” tiba-tiba kudengar suara Reza dibalik gaunku.
Aku berusaha mendongak dan kulihat wajah Reza sedang berada tepat didepan selangkanganku yang terbuka
lebar. Sadarlah aku kalau “daging” tadi tak lain adalah lidah Reza yang sedang menjilati vaginaku. Aku
berusaha berontak, namun untuk menutup kedua pahaku yang sedang terbuka lebar saja amat sulit.
Tubuhku terasa amat lemas tanpa tenaga. Saat aku melihat sekitarku, aku baru sadar kalau aku kini
berada didalam kamar bu Diana.
“Badan kakak masih belum bisa digerakkan, soalnya pengaruh obat tidur Mami masih tersisa.” Jelas Reza
sambil berjalan ke sampingku.
Sekejap aku merasa amat panik dan berusaha mengerahkan seluruh tenagaku untuk kabur, tapi sia-sia
saja. Tubuhku tidak mau bergerak sedikitpun.
Astaga! Bagaimana aku bisa sebodoh itu mencium aroma bunga yang ditaburi obat bius?! Niatku untuk
menjaga jarak dari Reza kini sia-sia saja. Sekarang malah kesucianku terpampang jelas dihadapannya,
aku dalam keadaan terjepit dan tidak bisa kabur lagi.
“Kakak tenang saja, dijamin enak kok! Hehehe…” tawa Reza terkekeh-kekeh.
“Jangan, Reza… Jangan… kakak mohon!!” pintaku berderai air mata saat melihat Reza berbalik berjalan
menuju arah selangkanganku.
Namun sia-sia saja, Reza sama sekali tidak mau mendengar permohonanku. Aku pun semakin panik dan
cemas. Air mataku kembali meleleh membasahi mataku, namun apa dayaku? Tubuhku kini amat sulit
digerakkan karena ikatan itu ditambah rasa lemas disekujur tubuhku karena pengaruh obat bius yang
tersisa.
Kini aku hanya bisa pasrah membiarkan Reza menyantap kewanitaanku. Jantungku berdegup semakin kencang
dan wajahku merah merona saat Reza semakin mendekati selangkanganku. Reza lalu memegang kedua pahaku
yang mulus. Ia mulai mengendusi paha kananku sementara paha kiriku dibelai-belai dengan tangannya.
“Essh…” aku mendesis sesaat setelah bibir Reza mencium bibir kemaluanku.
Hembusan nafas Reza di pahaku membuat tubuhku sedikit mengigil kegelian. Saat bibir kemaluanku bertemu
dengan bibir Reza, Reza mulai menjulurkan lidahnya. Seperti lidah ular yang menari-nari, bibir
kemaluanku dijilati olehnya.
Kembali bibir kewanitaanku dibelah oleh lidah Reza, yang kembali menarikan lidahnya menceboki liang
vaginaku perlahan-lahan. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan gejolak birahi yang kini mulai
melanda diriku,
namun tetap saja suara desahan-desahanku yang tertahan sesekali terdengar keluar dari bibirku karena
rasa nikmat yang menjuluri tubuhku apalagi belaian lembut Reza di pahaku semakin terasa geli akibat
stocking sutra yang kupakai.
“Haaa?! Aakh…!!” Sontak aku menjerit terkejut saat merasakan sensasi rasa geli dan nikmat yang tiba-
tiba melanda tubuhku.
Rupanya Reza menjilati klitorisku. Sesekali ia menyentil klitorisku dengan lembut sehingga sekujur
tubuhku seperti dialiri listrik dan bulu kudukku berdiri. Reza menyadari bahwa aku mulai dikuasai oleh
gejolak birahiku. Ia terus melancarkan serangannya ke klitorisku.
Berulang kali permohonanku yang disertai dengan desahan kusampaikan ke Reza, namun ia malah tampak
kian bersemangat mengerjaiku. Kesadaranku pun semakin menghilang tergantikan dengan rasa nikmat dan
hasrat seksual yang semakin merasuki tubuhku.
“Bagaimana kak? Enak tidak?” tanya Reza padaku.
“Rezay… stoop… auhhh… jangaan…”
“Ah masaa? Bukannya kakak mendesah keenakan tuh? Yakin nih, nggak mau lagi?” ejeknya sambil menjauhkan
wajahnya dari kemaluanku.
Namun secara refleks, aku malah mengangkat pinggangku kehadapan wajah Reza, seolah menawarkannya untuk
kembali mencicipi liang vaginaku.
“Tuh, kan?! Malu-malu mau, nih cewek!” kembali Reza menghinaku.
Dipeganginya kedua bongkahan pantatku dengan telapak tangannya dan dtegadahkannya tangannya, sehingga
kini pinggangku ikut terangkat tepat dihadapan wajah Reza.
“Aww… aww… aaahh…” kembali aku merintih saat Reza mengecup dan mengisap-isap daging klitorisku.
Sesekali aku merasa sentuhan giginya pada klitorisku dan hisapannya membuatku kini hanya berusaha
untuk mengejar kenikmatan seksualku semata. SLURP… SLURP… Sesekali terdengar suara Reza yang
menyeruput cairan cintaku yang sudah banyak keluar dari vaginaku, seolah hendak melepas dahaganya
dengan cairan cintaku.
“AAHH… AAHHH… AAA…” Desahanku semakin keras.
Aku merasa ada sebuah tekanan luar biasa di vaginaku yang sebentar lagi hendak meledak dari dalam
tubuhku. Otot-otot tubuhku secara otomatis mulai menegang sendirinya.
“HYAA… AAAKH!!!” jeritku bersamaan dengan meledaknya tekanan dalam tubuhku.
Tanpa bisa kutahan, pinggangku menggelepar liar, bahkan Reza terlontar mundur akibat dorongan tubuhku.
Aku bisa merasakan vaginaku memuncratkan cairan cintaku dalam jumlah yang banyak.
Seluruh simpul sarafku terasa tegang dan kaku saat sensasi geli dan nikmat yang luar biasa itu
menjalari tubuhku, dan akhirnya muncul perasaan lega yang nyaman setelahnya.
Aku pun terkapar kelelahan, nafasku tersengal-sengal. Tenaga di tubuhku seolah lenyap seketika. Aku
sadar, baru saja aku mengalami orgasme yang luar biasa!
“Wah, waah… Rupanya galak juga nih, kalau orgasme!” ejek Reza yang kini terduduk dihadapan
selagkanganku.
Ia mendekati vaginaku dan kembali ia menyeruput cairan cintaku yang masih tersaji di vaginaku setelah
ledakan orgasmeku barusan. Aku pun hanya mendesah kecil tanpa memberontak. Kepalaku serasa kosong dan
aku membiarkan Reza menikmati cairan cintaku sesuka hatinya.
Cerita Sex Murid Nakal 2 Setelah puas meminum cairan cintaku, Reza berdiri di hadapanku dan melepas pakaiannya sehingga ia
telanjang bulat dihadapanku. Bisa kulihat penisnya yang panjangnya sekitar 14 cm sudah menegang keras
melihat keadaanku yang mengangkang lebar, memamerkan kewanitaanku didepannya. Reza berjalan melewati
tubuhku hingga akhirnya ia tiba didepan kepalaku.
Reza lalu berlutut dihadapan wajahku sambil mengocok penisnya.
“Kak, tadi rasa memek kakak enak sekali loh! Nah sekarang giliran kakak ya, ngerasain punya Reza?”
seloroh Reza.
Aku yang menyadari kalau Reza akan mengoral penisnya dengan mulutku, mulai menjerit meminta
pertolongan.
“TOL… uumph!!” jeritanku terhenti karena Reza langsung menyumpalkan penisnya didalam mulutku.
Walaupun ukuran penisnya tidak begitu besar, namun batang penisnya sudah cukup memenuhi rongga mulutku
yang mungil.
“Hhmmphh… hmph…” suaraku teredam oleh penis Reza.
Aku berusaha memuntahkan penis itu, namun Reza memajukan pantatnya sehingga penisnya tetap masuk
didalam mulutku hingga menyentuh kerongkonganku.
Reza menjambak poni rambutku dan mulai menggerakkan kepalaku maju mundur. Rasa sakit di ubun-ubunku
karena poni rambutku dijambak sudah cukup untuk membuatku tidak berontak lebih jauh, aku mengikuti
gerakan tangan Reza yang sedang memaksaku mengulum dan mempermainkan penisnya dalam mulutku.
“Aahh… Enaak…” desah Reza saat penisnya keluar masuk dari mulutku.
“Hmmp… mpp… phh…” aku berusaha mengambil nafas untuk menyesuaikan gerakan penis Reza dalam mulutku.
Kocokan mulutku masih belum berhenti, namun aku merasa agak mual karena rasa dalam mulutku saat ini.
Sementara leherku juga pegal karena dipaksa naik-turun oleh Reza.
Beberapa saat kemudian, Reza berhenti manjambak poniku, aku pun segera merebahkan kepalaku yang
pegal-pegal keatas bantal yang lembut untuk melepas penat. Namun rupanya penderitaanku belum juga
berakhir. Reza belum mau melepaskan kenikmatannya dioral olehku.
Belum sempat penisnya keluar dari mulutku, sekarang ia malah menekan selangkangannya ke wajahku dan
menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya kembali masuk kedalam rongga mulutku.
Aku bisa merasakan buah zakarnya yang tergantung menampar-nampar daguku berulang kali bersamaan dengan
gerakan pantatnya yang maju mundur dihadapan wajahku yang kini tertekan oleh bantal, aku pun berulang
kali tersedak karena penis Reza dalam mulutku bergerak dengan amat cepat.
“Oke, kak! Sekarang giliran kakak yang main! Ayo kulum dan mainin pakai lidah kakak!” perintah Reza
sambil menghentikan gerakannya.
Aku sendiri sudah mati kutu, kepalaku terjepit diantara selangkangan Reza dan bantalku, sehingga aku
tidak bisa bergerak bebas.
“Ayo, Kak! Atau mau kugerakkan sendiri dimulut kakak seperti barusan?” ancamnya padaku.
Aku pun tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah Reza, setidaknya aku akan lebih leluasa
bernafas apabila aku yang bergerak sendiri.
Aku pun menggerakkan lidahku membelai-belai batang penisnya yang masuk hingga rongga mulutku. Sesekali
lidahku juga bersentuhan dengan kepala penisnya. Sebenarnya aku agak jijik juga karena tercium bau
agak pesing dari ujung penis Reza, namun apa dayaku? Lebih baik kuturuti perintah anak ini supaya
siksaanku cepat selesai.
Aku pun berusaha untuk tidak begitu mempedulikan bau itu. Penis Reza kuanggap saja seperti permen yang
luar biasa tidak enak. Aku pun terus mengemut penis Reza itu.
“Ayo, kak! Terus! Jago juga nih, nyepongnya! Enak bangeet!”
“Mmphh…” erangku.
“Isapin juga kak! Seperti ngisap permen!” kembali Reza memberi perintah padaku, yang langsung saja
kuturuti.
Kuhisap penisnya dengan pelan dan lembut dengan harapan anak ini bisa segera menghentikan aksinya dan
aku bisa terbebas dari siksaan ini. Herannya, selama beberapa menit kuoral, Reza masih saja tidak
puas.
Aku pun mulai kelelahan mempermainkan penisnya dalam mulutku, walaupun aku mulai terbiasa dengan
situasiku sekarang.
Entah setan apa yang merasukiku, namun saat aku mengingat bahwa aku sedang mengoral penis anak kecil
yang tak lain adalah muridku, aku merasa hasrat seksualku kembali meninggi dalam tubuhku.
Aku ingin sekali mencapai orgasme sekali lagi dan aku ingin mencoba sesuatu yang lebih hebat lagi
bersama Reza. Pikiran itupun membuatku memainkan penis Reza sebaik mungkin dalam mulutku agar Reza
mencapai kepuasannya.
“Ookh…” Aku mendengar suara erangan panjang keluar dari mulut Reza dan saat itulah, aku merasa mulutku
disembur oleh cairan kental berbau amis.
Aku menyadari bahwa Reza baru saja berejakulasi dalam mulutku, dan kini mulutku dipenuhi spermanya.
Reza kembali menekankan selangkangannya ke wajahku.
“Telan kak! Jangan sampai bersisa!” Aku pun menuruti perintah Reza, kutelan semua sperma dalam
mulutku, sekaligus kuhisap-hisap penis Reza agar spermanya tidak bersisa.
Reza hanya mengerang keenakan saat penisnya kubersihkan dengan mulutku.
“Woow… enaak… lebih enak dari onanii….” seloroh Reza.
Namun aku tidak peduli, aku terus menghisap-hisap penisnya itu hingga aku yakin tidak ada lagi sperma
yang tersisa. Setelah selesai, Reza mengeluarkan penisnya dari dalam mulutku.
“Waah… Kakak jago banget lho! Enak sekali kak!”
“Reza, kamu jahaat…” protesku.
“Lho kenapa? Bukannya kakak sekarang sudah jadi pengantinku?” balasnya.
“You may kiss your briide!!” sorak Reza tiba-tiba.
Tanpa basa-basi, Reza segera mencium bibirku. Bibirku diemut-emut dengan lembut dan sesekali bibirku
juga dijilati oleh lidahnya. Aku hanya membiarkannya mempermainkan bibirku sesuka hatinya.
Pelan-pelan lidah Reza membelah bibirku dan lidahnya menyusup kedalam rongga mulutku. Aku pun merespon
dengan menghisap lidah Reza dengan lembut. Sesekali juga kujulurkan lidahku, sehingga giliran Reza
yang menghisap air ludahku yang menyelimuti lidahku.
Gairah seksualku sekarang benar-benar menguasai tubuhku, semakin kuingat bahwa Reza yang saat ini
sedang bercinta denganku, semakin aku tenggelam dalam hasratku. Selama beberapa menit kami terlibat
dalam French kiss itu, sebelum akhirnya Reza menghentikan ciumannya di bibirku. Aku pun tampak kecewa
saat Reza menjauhkan wajahnya.
“Kenapa kak? Enak kan rasanya? Masih mau lagi?” tanyanya.
Pertanyaan Reza itu seketika memancing gairah seksualku yang meningkat. Aku merasa ini adalah sebuah
kesempatan bagiku, namun sebelum aku sempat menjawab, tiba-tiba Reza mengambil sehelai celana dalam
putih berenda yang tadi kupakai dan menjejalkannya ke mulutku hingga celana dalamku memenuhi seluruh
rongga mulutku. Belum puas, Reza juga melakban mulutku sehingga celana dalamku itu tersumpal sempurna
didalam mulutku.
“Mmfff….” Protesku pada Reza. Namun suaraku terhalang oleh celana dalam yang menyumbat mulutku.
“Jangan dijawab dulu, Kak. Nanti ya, Reza mau istirahat dulu!”
“Oh, Kakak juga boleh istirahat kok! Nah, daripada bosan, bagaimana kalau kakak nonton saja dulu?”
lanjut Reza.
Aku bisa mendengar suara televisi yang dinyalakan dan suara pemutar DVD yang dibuka oleh Reza. Setelah
selesai, Reza lalu mendatangiku yang masih terbaring mengangkang di ranjang.
“Jangan berontak ya, Kak! Kalau macam-macam, video kakak kusebarkan!” ancamnya.
Reza lalu melepaskan ikatan kakiku di kedua tiang ranjang itu. Aku disandarkan ke kepala ranjang dan
Reza menyandarkan sebuah bantal di punggungku dan juga sebuah bantal kecil di pantatku untuk kududuki
agar aku merasa nyaman.
Tali yang tadi dipakai untuk mengikat kakiku kini digunakan untuk mengikat sikut tanganku yang masih
terikat di punggungku pada kedua tiang bagian atas ranjang canopy itu agar aku tidak kabur.
“Oke deh! Rasanya sudah cukup!! Nah, kakak santai saja ya? Nikmati saja filmnya!” Reza lalu memutar
DVD itu.
“Mmff!!” Aku berteriak terkejut saat melihat adegan percintaan seorang wanita berambut pirang di layar
televisi itu, rupanya Reza menyetelkan DVD porno untuk kutonton..
“Kakak pelajari gayanya dulu, ya! Supaya nanti siap main dengan Reza! OK?!” Reza tersenyum dan
beranjak pergi, meninggalkanku sendiri terikat di ranjang sambil berusaha menahan gejolak birahiku
yang semakin mendera karena suguhan adegan panas dihadapanku.
Aku pun terpaksa menonton film porno itu sekitar 2 jam. Yah, aku memang pernah melihat sekilas film
porno di handphone teman-teman SMUku, namun mungkin karena ini pengalaman pertamaku melihat film porno
selama itu, muncul keinginanku agar vaginaku dimasuki oleh penis seperti wanita bule yang ada di film
porno itu.
Pikiranku bergejolak, aku sadar bahwa aku akan kehilangan keperawananku apabila vaginaku dimasuki
penis Reza, namun di sisi lain, aku penasaran akan rasa nikmat yang tampaknya melanda wanita di film
itu saat vaginanya dimasuki oleh penis.
Aku juga ingin merasakan kenikmatan itu. Apakah aku juga akan merasa senikmat itu apabila vaginaku
dimasuki oleh penis? Aku masih bisa mengingat dengan jelas rasa nikmat saat vaginaku dijilati dan
dipermainkan oleh Reza sebelumnya.
Tentunya aku akan merasa lebih nikmat lagi apabila vaginaku dipermainkan oleh penis Reza. Lagipula,
setidaknya aku tidak perlu khawatir akan hamil sebab masa suburku baru saja terlewati minggu lalu.
Akhirnya rasa penasaran dan gairah seksualku mengalahkan perasaanku. Sudah kuputuskan, aku akan
melayani Reza sepenuh hatiku. Aku sudah tidak peduli lagi akan statusku sebagai gurunya ataupun
perbedaan usia kami, yang kini kuinginkan hanyalah mengejar kenikmatan seksualku semata. Bahkan status
dan perbedaan usia kami malah menjadi sumber gejolak gairah seksualku.
Detik dan menit berlalu, namun bagiku yang kini dikuasai gairah seksualku, serasa menunggu selama
berhari-hari. Cairan cintaku sudah semakin banyak keluar dari vaginaku sehingga aku bisa merasakan
bantal yang kududuki semakin basah.
Akhirnya, pintu kamar itu terbuka juga dan masuklah Reza kedalam kamar itu.
“Bagaimana kak? Sudah puas nontonnya?”
“Sudah tahu kan bagaimana gaya-gayanya?” lanjutnya.
Aku hanya mengangguk pelan dengan wajah memelas.
“Bagus, bagus!! Kakak emang pintar!” ujarnya sambil membelai kepalaku dengan pelan, seolah memuji anak
kecil.
“Hff…” jawabku.
Cerita Sex Murid Nakal 2 “Nah, kalau begitu kakak mau tidak kalau aku setubuhi seperti di film?” muncullah pertanyaan yang
sedari tadi kutunggu.
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengangguk sambil melihat wajah Reza. Namun Reza malah pura-pura
tidak melihat sambil mematikan DVD playernya.
“Apaa? Reza nggak bisa dengar nih!”
“Mmff!!” Aku berusaha untuk meminta Reza melepaskan sumbatan mulutku agar aku bisa berbicara, namun
Reza malah melepas ikatan di kedua sikutku sehingga aku terbebas dari ranjang canopy itu. namun
tanganku masih terikat kencang di punggungku.
Aku lalu dituntun turun dari ranjang. Reza tidak lagi mengawasiku dengan ketat. Ia tahu bahwa aku
sekarang sudah tidak ingin kabur lagi.
“Waah, udah gede masih ngompol yah, Kak?” ejek Reza saat melihat bekas cairan cintaku di bantal yang
tadi kududuki.
Aku hanya menggeleng pelan, namun kurasa Reza juga tahu bahwa itu adalah cairan cintaku yang meluber
karena aku terangsang sedari tadi. Reza lalu menarikku kehadapan sebuah papan tulis putih di kamar itu
yang ditempeli berbagai rancangan bu Diana.
Reza melepas semua rancangan itu agar papan tulis itu bersih. Reza juga memposisikan tubuhku agar
terjepit diantara sebuah meja dihadapanku dan papan tulis itu dibelakangku.
Aku terkejut saat Reza dengan sigap menundukkan tubuhku di meja itu sehingga posisiku kini menungging
kearah papan tulis itu. Reza juga menaikkan rok gaun dan petticoatku bagian belakang dan mengaitkannya
di pita putih gaunku yang ada di pinggangku, sehingga kini pantatku terpampang jelas menungging
didepan papan tulis itu.
“Nah, gimana kalau kakak tulis saja apa yang kakak mau? Soalnya kakak nggak bisa ngomong sekarang”
ujarnya dari belakang.
Aku pun semakin heran, bagaimana caraku menulis dengan tangan terikat dan posisi tubuh menungging
seperti ini? Aku hendak berdiri, namun punggungku ditekan ke meja itu oleh Reza.
“Tahan sebentar ya, Kak” ujar Reza sambil membuka celah pantatku.
Reza lalu menuangkan lotion ke jari telunjuknya dan mengusapkan lotion itu ke lubang pantatku. Sesaat
aku merasakan jari Reza yang menempel dilubang pantatku bergerak pelan mengoleskan lotion itu dan aku
bisa merasakan rasa dingin dan licin akibat lotion itu di pantatku.
Setelah lubang pantatku selesai dilumuri lotion, aku merasa ada sesuatu di lubang pantatku, aku tahu
benda itu bukanlah jari Reza karena benda itu terasa lebih besar dan keras dari jari Reza.
“HMMFF!!” jeritku saat tiba-tiba aku merasakan rasa sakit yang luar biasa di lubang pantatku.
Suatu benda yang panjang dan keras menekan memasuki lubang pantatku. Aku menoleh kebelakang dan
melihat Reza memaksakan untuk memasukkan benda itu kedalam anusku. Benda itu diputarnya perlahan masuk
kedalam pantatku seperti sekrup.
Air mataku meleleh saat merasakan rasa perih yang amat sangat saat Reza memperawani anusku dengan
benda itu. Lubang pantatku serasa tersayat-sayat dan rasa perihnya tak terkira.
“Wuiih… lubang pantatnya seret banget! Padahal sudah dikasih lotion! Pasti masih perawan, nih!”
komentar Reza yang terus memutar benda itu masuk kedalam anusku.
Aku hanya bisa menggeleng-geleng keras memohon agar Reza menghentikan aksinya itu. Namun Reza terus
memaksakan benda itu untuk masuk kedalam pantatku.
“Oke! Selesai deh!” seru Reza.
Aku menoleh kebelakang, aku amat panik saat menyadari sebuah spidol berukuran besar kini tertanam
didalam pantatku. Spidol itu tampak mengacung tegak kearah papan tulis karena posisi tubuhku yang
menungging.
“Oops, tenang saja, Kak! Spidolnya sudah kumasukkan dengan baik, kok! Kakak tahan saja spidolnya
dengan otot pantat kakak supaya tidak jatuh!” ujar Reza.
Kata-kata Reza sama sekali tidak menenangkanku apalagi saat merasakan spidol besar yang sedang
tertanam dalam pantatku.
“Nah, ayo tulis apa yang kakak mau!”
“MMFF!!” aku menggeleng memprotes Reza.
Ide anak ini benar-benar gila! Aku yakin dia pasti mempelajari cara ini lewat film-film pornonya untuk
mempermalukanku.
“Ayoo, kalau tidak, kakak nanti kubiarkan seperti ini, lho! Spidolnya tidak akan kucabut kalau kakak
tidak mau menurut!” ancamnya.
“Mmm…” aku memelas mendengar ancaman Reza.
Aku tahu kalau sedari awal aku tidak memiliki posisi menawar melawan Reza dengan kondisi seperti ini.
“Nah! Ayo, tulis di papan tulis kak! Seperti waktu kita belajar! Sekarang, aku mau kakak mengajariku
menulis!” ujar Reza sambil beranjak duduk dihadapanku, seolah sedang mendengarkan pelajaran di kelas.
Aku berusaha tetap tenang dan mulai menggerakkan pantatku di papan tulis itu.
“Mmf!” aku menjerit kecil dan mataku membelalak saat ujung spidol di pantatku menyentuh permukaan
papan tulis.
Pantatku terasa geli dan sedikit perih akibat tekanan spidol itu. Reza tampak senang melihat ekspresi
wajahku yang dipenuhi rasa panik, malu dan bingung akan keadaanku sekarang. Perlahan-lahan aku
berusaha untuk menulis dengan pantatku di papan tulis itu.
Kaki dan pahaku ikut bergerak menaik-turunkan tubuhku yang menungging. Aku selalu merintih setiap kali
satu goresan kutulis di papan tulis itu karena sensasi yang ditimbulkan spidol itu dalam pantatku,
yang entah bagaimana semakin membangkitkan gairah seksualku.
“Hati-hati lho, kak. Kalau terlalu ditekan, spidolnya bisa tergelincir masuk kedalam pantat kakak.
Nanti tidak bisa keluar lagi lhoo…” sorak Reza.
Dasar badung! Pikirku. Memangnya salah siapa kalau nanti spidol ini malah terselip masuk kedalam
pantatku?! Malah sekarang aku yang harus berusaha keras menangkal resiko yang diciptakan oleh anak ini
untuk tubuhku!
Aku pun mulai kehilangan ketenanganku akibat sorakan Reza itu. Apalagi sesekali aku merasa spidol itu
semakin masuk kedalam pantatku saat aku menulis. Namun aku tetap berusaha keras dan hasilnya, 5 huruf
yang acak-acakan tertulis di papan tulis itu.
Cerita Sex Murid Nakal 2 Aku menghela nafas lega saat aku melihat hasil tulisanku itu. Sulit untuk dibaca memang, bahkan aku
yakin tulisan anak SD pasti jauh lebih mudah dibaca dari tulisanku; namun aku yakin telah menulis
huruf P-E-N-I-S di papan tulis itu.
“Waah, tulisan kakak jelek sekali! Padahal katanya sudah kuliah!” kembali Reza mempermalukan diriku.
Ia lalu berjalan kehadapanku, melepas lakban mulutku dan menarik keluar celana dalamku yang sedari
tadi telah menjejali mulutku.
“Ahh… ohk… ohkk…” Aku terbatuk-batuk dan menghela nafas lega.
Kulihat Reza sedang mengendusi celana dalamku yang basah karena ludahku dan sesekali ia menghisap-
hisap ludahku yang membasahi celana dalamku itu.
“Hmmm… ludahnya kakak memang enaak… Nah sekarang coba kakak baca apa yang kakak tulis!”
“Pe… penis…” ujarku pelan dengan perasaan yang amat malu.
“Apaa? Apa yang kakak mau?” tanyanya dengan nada mengejek, seolah tidak mendengar ucapanku barusan.
“Penis!!” jawabku tidak sabaran.
“Penis siapa, hayooo?”
“Penisnya Reza!!” aku mengumpulkan seluruh keberanianku untuk meneriakkan kata itu dan akhirnya
terucap juga.
“Iya deh! Nah, tahan sebentar ya, Kak!” Reza lalu berjalan kebelakang tubuhku yang masih menungging.
Aku bisa merasakan ia memegang spidol yang tertanam dalam pantatku. Perlahan-lahan ditariknya spidol
itu keluar dari pantatku.
“Aww… auuch…” rintihku pelan saat merasakan gesekan batang spidol itu di permukaan lubang pantatku
yang rasanya sedikit sakit, namun agak geli juga.
Apalagi saat aku mengejan, pantatku terasa semakin nikmat dengan tekanan itu. PLOOP! Terdengarlah
suara lepasnya spidol itu dari pantatku.
“AAHH!!” Sontak aku berteriak merasakan kelegaan yang kembali ke lubang pantatku setelah sekian lama
disumbat.
Namun, sebelum aku sempat berdiri dan merasakan kelegaan, Reza segera menarik dan menghempaskan
tubuhku ke ranjang canopy itu sehingga aku kembali terbaring diatas ranjang.
“Aduh!” Aku segera berusaha bangkit, namun Reza segera menerkam dan menimpa tubuhku.
“Jangan bergerak Kak!” perintahnya.
Entah bagaimana, aku segera menuruti perintah Reza dan mulai merelakan tubuhku dipermainkan olehnya.
“Sekarang kakak kupanggil pakai nama saja ya? Linda…” pintanya manja.
“I, iya… terserah kamu…” jawabku dengan wajah memerah saat menatap wajah Reza yang ada tepat diatas
wajahku.
“Ah!” aku menjerit kecil saat Reza mencengkeram dan meremas-remas dadaku.
Tangan kanannya menekan payudaraku dengan perlahan dan mencubitnya dengan lembut, sementara tangan
kirinya menyibakkan rambutku. Reza lalu mendekatkan wajahnya dan mencium pipiku.
“Linda, kamu wangi deh!” pujinya seraya melayangkan kecupan ke bibirku yang segera kubalas.
Reza lalu duduk bersimpuh diatas ranjang itu dan memangku kepalaku diatas pahanya. Reza kembali
menjamah payudaraku, namun kali ini ia mengulurkan tangannya menyusupi bagian dada gaunku.
Jari-jarinya menjalar pelan diatas payudaraku sambil mencari puting payudaraku. Aku merasa agak sesak
karena aku masih memakai BH, namun itu tidak menghalangi jari-jari nakal Reza untuk mempermainkan
dadaku.
“Aw!” aku merasakan puting payudaraku disentuh oleh jari Reza. Reza segera memencet putingku sehingga
aku merasa seperti tersetrum oleh listrik di sekujur dadaku.
“Ahh…” desahku pelan saat Reza kembali meremas payudaraku.
Payudaraku digerakkan berputar pelan oleh jari Reza sambil sesekali memencet putingku. Aku semakin
terhanyut saat Reza menyentil-nyentil puting payudaraku dengan kukunya yang agak panjang ataupun saat
memencet puting susuku dengan kuku jempol dan jari telunjuknya.
Saraf-saraf tubuhku kini semakin sensitif karena aku semakin terangsang dengan pijatan di payudaraku.
Kakiku mulai menggeliat-geliat pelan dan aku bisa merasakan cairan cintaku kembali meluber dari
vaginaku. Reza yang melihat pergerakan-pergerakan terangsang tubuhku, mengentikan aksinya.
Kini ia kembali bergerak kearah selangkanganku. Ia lalu duduk dihadapan tubuhku yang masih terbaring
“Nah, Linda. Ayo buka pahamu. Yang lebar ya!” aku merentangkan kakiku selebar mungkin dihadapan Reza.
Ia tersenyum melihat aku yang tidak menolak perintahnya lagi. Reza lalu mengamati selangkanganku.
Bagaimana kewanitaanku yang masih basah oleh cairan cintaku dan lubang pantatku yang terbuka sedikit
setelah diperawani spidol, terhidang di hadapannya.
Reza mencolek vaginaku dan mencicipi cairan cintaku yang ada di jarinya. Reza kembali membenamkan
jarinya dengan pelan di celah vaginaku, jarinya bergerak lembut seolah mencari sesuatu.
“Aww…” desahku pelan saat jari telunjuk Reza menyentuh klitorisku.
Reza yang akhirnya menemukan apa yang dicarinya dalam liang vaginaku tampak kegirangan. Jarinya segera
menyentil-nyentil klitorisku.
Akibatnya, bisa ditebak, aku kembali melayang kelangit ketujuh. Aku merintih-rintih keenakan dihadapan
muridku yang kini sedang memainkan gairah seksualku.
“Aahh… ohh… aww…” desahanku semakin keras dan akhirnya tubuhku kembali serasa akan meledak.
Punggungku melengkung bagai busur dan kakiku kembali menegang, siap untuk menyambut orgasmeku untuk
yang kedua kalinya.
Namun, Reza yang tahu bahwa aku akan orgasme segera mencabut jarinya keluar dari liang vaginaku;
otomatis, kenikmatan yang sebentar lagi akan kucapai lenyap seketika.
“Rezay… jahaat… ayo lagiii…” pintaku memohon pada Reza.
“Apanya yang lagi, Linda?” tanyanya seolah tidak mengerti.
“Ayoo… mainin vagina Lindaa… Linda sukaa…” jawabku seperti seorang pelacur rendahan.
“Suka apa?”
“Linda suka kalau vagina Linda dimainin Reza… ayo doong… Linda mau orgasme lagii… enaak…” kembali aku
mempermalukan diriku sendiri.
Aku sudah tidak bisa berpikir lagi karena tubuhku sudah sepenuhnya dikuasai dorongan seksualku yang
sudah diambang batas.
“Panggil aku “Sayang”! Kan kamu sudah jadi pengantinku!” perintah Reza
“Iyaa… Reza sayaang… ayoo…” entah bagaimana aku terjebak dalam permainan psikologis Reza.
Aku sekarang bertingkah seolah-olah dia adalah suamiku yang sah. Aku agak terkesan karena walaupun
masih begitu muda,
Reza sudah tahu bagaimana menjalankan trik psikologis untuk mempengaruhiku agar menuruti
permintaannya, mungkin ini juga pengaruh dari video pornonya. Namun kuakui, permainan psikologis ini
semakin membangkitkan gairahku dan aku amat menikmatinya! Sekarang hubungan kami bukan lagi seperti
seorang murid dan guru, namun lebih seperti sepasang pengantin baru.
“Nah, Linda. Boleh tidak kalau Reza memasukkan ‘adik kecil’ ke memek Linda?”
“Boleh sayang… Linda kan pengantinnya Reza…” selorohku.
Cerita Sex Murid Nakal 2 Aku sekarang sudah rela memberikan keperawananku untuk Reza. Lagipula mulut dan pantatku kini sudah
tidak perawan lagi, jadi tidak ada salahnya kalau aku sekalian merelakan kesucianku kepada Reza. Aku
pun menarik rok gaunku hingga ke perutku sehingga kewanitaanku terpampang jelas sekali dihadapan Reza.
“Ayo sayang. Linda mau orgasme lagi…” aku memohon pada Reza.
Reza segera merespon dengan duduk dihadapan selangkanganku dan mengatur posisi tubuh kami sehingga
penisnya sekarang berada di bibir kewanitaanku. Aku bisa merasakan penisnya yang kembali membesar
seperti saat aku mengoralnya barusan menyentuh celah vaginaku.
Aku menghela nafas, menyiapkan diriku untuk menerima kenyataan bahwa keperawananku akan direnggut
sesaat lagi. Aku berusaha mengatur nafasku yang memburu untuk mengusir rasa takut dan cemas akibat
degup jantungku yang amat kencang.
“Bagaimana, Linda? Sudah siap?” aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan Reza akan kesiapanku.
“Reza… yang pelan ya? Jangan kasar…” pintaku kembali.
Aku tidak ingin Reza memperawaniku seperti sebuah pemerkosaan, yang kuinginkan hanya agar aku bisa
diperlakukan lebih lembut. Maklumlah, ini juga merupakan pengalaman pertamaku yang pasti akan berkesan
seumur hidupku.
Untunglah, Reza tampaknya mengerti akan perasaanku. Ia mengangguk dan sorot matanya seolah
menenangkanku. Reza mulai mendorong pinggangnya ke depan. Sesaat penisnya berhasil membelah bibir
vaginaku, namun mungkin karena vaginaku licin akibat cairan cintaku, penis Reza malah meleset keluar
dari celah vaginaku. Mengakibatkan timbulnya suara tertahan dari mulutku.
Reza kembali berusaha, namun tampaknya agak susah baginya untuk memasukkan penisnya kedalam vaginaku
karena diameter penisnya juga cukup lebar (walaupun masih kalah dengan penis yang kulihat di film
porno barusan), apalagi aku juga masih perawan sehingga liang vaginaku masih sempit.
Setelah beberapa kali berusaha, Reza tampak kesal karena belum berhasil memperawaniku. Akhirnya ia
meraih batang penisnya dan mengarahkannya tepat dihadapan celah bibir kewanitaanku. Tangannya masih
kuat mencengkeram penisnya saat ia sekali lagi menggerakkan pantatnya ke depan dan…
“AAGH!!!” aku membelalak dan menjerit keras saat merasakan rasa ngilu dan perih yang amat hebat
melanda vaginaku.
Akhirnya selaput daraku robek dan keperawananku sekarang lenyap sudah terenggut oleh Reza. Aku bisa
merasakan penis Reza yang kini terjepit di vaginaku dan ujung penisnya didalam lubang pipisku.
Reza kembali memajukan pinggulnya dengan pelan, mengakibatkan rasa sakit itu semakin mendera vaginaku.
Bahkan rasanya jauh lebih sakit daripada saat pantatku diperawani oleh spidol barusan.
“Reza, Reza!! Sakit! Sebentar!! Aduuh!!” aku kembali meminta dengan panik pada Reza.
Air mataku meleleh akibat rasa perih itu.
“Sebentar, Linda. Tenang ya, sebentar lagi…” jawab Reza sambil mendorong pinggangnya dengan pelan.
Penisnya semakin dalam memasuki vaginaku diiringi dengan jeritan piluku yang tersiksa oleh rasa sakit
itu. Kepalaku terbanting kekiri-kanan menahan rasa sakit, seolah menolak penetrasi Reza kedalam lubang
vaginaku.
“Ohh…” Reza melenguh dan menghentikan dorongannya. Aku bisa merasakan sepasang buah zakarnya
bergelantungan di bongkahan pantatku dan paha kami yang sekarang saling bersentuhan.
“Hhh…” aku mengambil nafas sejenak merasakan rasa sesak di vaginaku akibat besarnya penis Reza didalam
lubang pipisku.
Aku akhirnya sadar kalau sekarang ini seluruh penis Reza sudah terbenam sepenuhnya didalam
kewanitaanku. Rambut-rambut kemaluannya yang baru tumbuh juga menggelitik selangkanganku. Untuk
beberapa saat, kami terdiam dalam posisi itu. Reza memberiku waktu untuk menyesuaikan diri dengan
keadaanku.
“Linda…” panggil Reza pelan.
“Ya?”
“Hangat sekali rasanya didalam. Kamu lembut sekali, Linda…” pujinya.
Aku tidak bisa merespon jelas karena rasa perih yang menyiksa ini, namun bisa kulihat kalau Reza
tampak mencemaskan keadaanku.
“Sakit ya?” tanyanya penuh perhatian
“I, iya, sakit sekali…” jawabku pelan.
“Sekarang kita sudah bersatu lho, Linda. Aku dan kamu sekarang jadi satu…” Aku mengangguk membenarkan
pernyataan Reza.
Memang, sekarang tubuh kami sudah bersatu karena kemaluan kami masing-masing telah menyatukan tubuh
kami.
“Reza… sakiit…” protesku pada Reza.
Reza terdiam, ia hanya mengusap air mataku.
“Sabar ya, Linda? Sebentar lagi pasti enak kok!” Reza lalu menarik penisnya sedikit vaginaku dan
dengan pelan dilesakkannya kembali kedalam liang vaginaku.
Rasa pedih kembali menyengat vaginaku, namun Reza selalu berusaha menenangkanku. Aku merasa tampaknya
Reza juga tahu bagaimana sakitnya saat seorang gadis diperawani untuk pertama kalinya karena ia selalu
berusaha memompa penisnya selembut mungkin untuk mengurangi rasa sakitku.
Lama kelamaan, muncul rasa nikmat dari vaginaku akibat gerakan penis Reza. Walaupun masih bercampur
dengan rasa perih, aku bisa merasakan bahwa sensasi baru ini berbeda dari saat vaginaku dioral dan
dipermainkan oleh jari Reza. Sensasi ini lebih menyentuh sekujur syarafku.
Reza kembali membelai pahaku sambil menjilatinya pelan sehingga gairah seksualku kembali bangkit
perlahan.
Cerita Sex Murid Nakal 2 Rasa perih itu semakin hilang dan digantikan dengan sensasi baru di tubuhku. Rasa geli, sakit dan
sesak yang melanda vaginaku memberikan sensasi tersendiri yang mengasyikkan. Reza yang melihat bahwa
aku sudah terbiasa akan pergerakannya mulai leluasa mengatur gerakannya.
Sekarang penisnya ditarik keluar hingga hanya tersisa pangkal penisnya saja dalam vaginaku otomatis
bibir vaginaku ikut tertarik keluar. Tiba-tiba, Reza mendorong pantatnya mendadak dengan cepat
sehingga penisnya kembali menghunjam liang vaginaku dengan keras.
“Hyahh…” jeritku kaget, namun sekarang rasanya tidak lagi perih seperti tadi.
Reza mulai menggerakkan penisnya dengan tempo yang lebih cepat, membuatku akhirnya melenguh-lenguh
nikmat merasakan sensasi di vaginaku.
“Oohh…ahhh….aahh…aakhh…” aku mendesah-desah keenakan saat penis Reza menghunjam vaginaku.
Sesekali Reza berhenti menggerakkan pinggangnya saat penisnya tertanam penuh dalam vaginaku dan mulai
menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya seolah mengaduk-aduk isi liang vaginaku, membuatku
semakin melayang diatas awan kenikmatan seksual.
Semakin lama, kurasakan tempo goyangan penis Reza semakin cepat keluar-masuk vaginaku dan menggesek
klitorisku saat memasuki vaginaku. Tubuhku juga berguncang mengikuti irama pompaan penis Reza seiring
dengan desahan-desahan erotis dari bibirku.
Malah, saat Reza menghentikan gerakan penisnya, secara otomatis aku menurunkan pinggulku menjemput
penisnya, seolah tidak rela melepaskan penisnya itu.
Reza terlihat puas melihatku yang sekarang sudah berhasil ditaklukkan olehnya. Tidak terasa sudah
sekitar 10 menit sejak penis Reza memasuki vaginaku pertama kalinya. Reza masih dengan giat terus
menggerakkan penisnya menjelajahi vaginaku. Sementara aku sendiri sudah kewalahan menerima serangan
kenikmatan di vaginaku, orgasmeku sudah siap meledak kapan saja.
“OH! AAKHHH…!!!” akhirnya aku menjerit keras dan tubuhku terbanting-banting saat aku merasakan
gelombang kenikmatan yang melanda seluruh simpul syarafku, mengiringi ledakan orgasmeku untuk kedua
kalinya.
Tanpa bisa kukontrol, kakiku menendang bahu Reza sehingga Reza terpelanting ke ranjang. PLOP! Otomatis
terdengar suara pelepasan penisnya yang tercabut keluar dari vaginaku seiring dengan rebahnya tubuh
Reza di ranjang.
Cairan cintaku yang hangat kembali terasa meluap dari celah kewanitaanku. Reza bergerak menjauh
sedikit membiarkan tubuhku bergerak liar meresapi kenikmatan orgasme yang saat ini kurasakan.
Setelah merasakan ledakan orgasme itu, tubuhku kembali melemas, serasa tenagaku lenyap seluruhnya.
Nafasku terasa berat dan degup jantungku juga masih saja kencang. Reza membiarkanku beristirahat
sesaat untuk mengembalikan staminaku.
“Waah, nggak nyangka nih! Padahal tampangnya alim, tapi rupanya Linda memang galak kalau orgasme!”
Reza menggodaku .
“Gimana? Enak nggak rasanya?” tanyanya padaku.
Aku mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.
“Mau lagi?” kembali Reza bertanya menantangku.
“Mau…” jawabku mengiyakan.
“Nah, sekarang ikut aku kak!” Reza menarik tanganku turun dari ranjang dan melepas ikatan kedua
tanganku.
Aku lalu digandengnya kehadapan meja rias bu Diana. Meja rias itu delengkapi sebuah cermin besar
sehingga aku bisa melihat penampilanku dengan jelas dihadapan cermin itu.
“Linda, sekarang coba kamu menungging!” aku pun membungkukkan badanku dan menumpukan tubuhku pada
kedua lenganku yang menekan meja rias bu Diana, sehingga aku dalam posisi menungging dihadapan cermin
meja rias itu.
“Lebarkan pahamu dan coba lebih menunduk!” kembali Reza memberi perintah yang segera kuturuti, pahaku
kulebarkan dan aku semakin menunggingkan tubuhku.
Reza lalu menyingkapkan rok gaunku dan menaikkan petticoatku dari belakang dan menjepitnya dengan pita
gaunku, sehingga kembali pantat dan vaginaku terpampang jelas dihadapannya. Reza lalu berdiri
dibelakangku, aku bisa melihat tubuhnya yang berdiri dibelakang pantatku lewat cermin itu. Tampaknya
Reza memang ingin agar aku bisa melihat keadaan sekitarku lewat cermin itu.
“Auuch…” aku merintih pelan saat penis Reza kembali menghunjam vaginaku dari belakang.
Sekarang Reza memegang pinggulku dan menggerakkannya maju mundur sehingga vaginaku dihentak-hentakkan
oleh penisnya.
“Aw… aakhh… aawww…” rintihku saat gesekan antara kemaluan kami kembali menimbulkan sensasi kenikmatan
yang melanda tubuhku.
Suara beturan tubuh kami juga menggema didalam kamar itu mengikuti desahan-desahan yang keluar dari
bibirku.
“Linda, coba kamu lihat cermin.” Perintah Reza sambil terus memompaku.
Aku menatap cermin dan aku bisa melihat ekspresi wajah cantikku yang tampak dilanda kenikmatan di
tubuhku. Aku bisa melihat mataku yang sayu dan bibirku yang megap-megap berusaha mencari nafas dan
melontarkan desahan-desahanku.
“Apa yang kamu lihat di cermin itu?” tanyanya
“Linda… aakh… Linda jadi… pengantin… Reza… auuhh…” jawabku terbata-bata.
“Oh ya? Apa yang sedang dilakukan Linda, pengantin Reza itu?”
“Oohh… Linda… Linda sedang disetubuhi… aww… Reza… ahh…”
“Bagaimana menurutmu, penampilanmu sekarang?”
“Linda… Linda jadi… aww… cantik sekali… Linda… suka… gaun Linda… juga… ahh… indah…”
“Linda senang tidak jadi pengantin?” ujar Reza.
Aku hanya menganggukkan kepalaku merespon pertanyaan Reza karena mulutku sekarang sedang sibuk
mendesah penuh kenikmatan.
Memang dengan penampilanku sebagai pengantin saat ini, aku tampak cantik sekali. Saat aku melihat
wajah cantikku itu tampak dikuasai oleh gairah seksualku, entah kenapa aku semakin terangsang. Apalagi
saat aku melihat diriku yang sedang disetubuhi dari belakang oleh Reza, dalam balutan busana
pengantinku yang indah, gairah seksualku semakin meningkat drastis.
“Oouch… ahhh…aww…” aku berusaha menggapai orgasmeku, namun Reza malah berusaha bertahan agar aku tidak
mencapai orgasmeku dengan cepat.
Sesekali gerakannya dipercepat, namun saat merasakan aku akan mencapai orgasmeku, ia segera
menghentikan serangan penisnya di vaginaku. Akibatnya siksaan orgasmeku semakin mendera tubuhku.
“Rezay… kamu jahaat… auuch… Linda mau orgasmee…hyaah…” aku memprotes perlakuan Reza padaku.
“Iyaa… soalnya Linda kan sudah orgasme dua kali! Reza juga mau! ” balasnya.
Memang benar, dari tadi Reza terus memberi pelayanan yang membuatku mencapai orgasme dua kali, namun
dia sendiri hanya sekali berejakulasi dalam mulutku. Tiba-tiba, Reza menghentikan gerakannya, sehingga
aku mendesah tertahan sejenak. Aku cemas karena tampaknya Reza tidak berminat lagi meneruskan
pompaannya.
“Sekarang, giliran Linda yang gerak, ya?” pinta Reza yang segera kurespon dengan senang hati.
Goyangan maju-mundur pantatku pun menjemput dan mempermainkan penisnya dalam vaginaku.
Aku merasa lega karena setidaknya vaginaku masih bisa merasakan kenikmatan dari persetubuhanku dengan
Reza. “Linda, ayo lihat cerminnya lebih dekat!” kembali aku menuruti perintah Reza.
Wajahku kudekatkan pada cermin itu sehingga cermin itu mengembun akibat hembusan nafasku. Aku bisa
melihat pantatku yang kini bergerak maju-mundur dan ekspresi nikmat di wajah Reza.
“Linda suka lihat cerminnya?”
“Iyaa… wajah Linda cantiik… eeghh… dan nakaal…”
“Jadi, Linda cewek yang nakal yaa?” tanyanya sedikit menggodaku sambil menghentakkan penisnya secara
tiba-tiba di vaginaku.
“Aww… iyaa… Linda memang nakaal…” celotehku tanpa pikir panjang.
“Bagaimana, rasanya enak tidak dientot, Linda?”
“Mmm… aah…enaak… nikmaaat… Linda sukaa…”
“Kalau begitu, boleh kan kalau Reza mengentoti Linda lagi?” selorohnya.
“Boleeh… Linda… auuh… boleh dientot Reza… kapaan saja… Linda kan… sudah jadi… pengantin Reza… oh…”
jawabku yang sekarang sudah sepenuhnya takluk oleh Reza.
“Kalau begitu, Linda tidak boleh selingkuh dengan orang lain ya?”
“Iyaa… ooh… Reza sayaang… Linda cuma mau dientot Reza sajaa… nggak mau sama cowok laiin…” secara
otomatis aku menyatakan kesetiaanku pada Reza.
Reza terus mempermainkan mentalku sambil mempermalukanku. Anehnya, dipermalukan sedemikian rupa, malah
semakin merangsangku dan aku semakin mempercepat gerakan pantatku walaupun sendi-sendi paha dan
pinggangku terasa ngilu akibat kelelahan. Akhirnya Reza mencengkeram pinggulku dan menghentikan
pergerakanku.
“Rezay… kenapaa?” tanyaku penuh kekecewaan.
“Sekarang giliranku ya, Linda?” aku hanya mengangguk pelan mengiyakan permintaan Reza.
Ada untungnya juga bagiku karena tubuhku sudah amat lelah dan aku juga merasa aku tidak bisa
melanjutkan gerakanku lebih lama lagi. Reza kembali menggerakkan pinggulku maju-mundur dengan cepat
sehingga aku semakin kewalahan.
Dengan nakalnya, Reza melesakkan jari telunjuknya kedalam lubang pantatku. Tidak seperti tadi, anusku
yang sekarang sudah amat becek akibat lelehan cairan cintaku yang sekarang juga meluber ke anusku.
Lubang pantatku dengan mudahnya menelan jari telunjuk Reza sehingga kembali rasa perih yang sedikit
nikmat melanda anusku. Jari telunjuk itu lalu digerakkan seirama dengan gerakan penisnya di vaginaku
sehingga aku semakin tenggelam dalam kenikmatanku.
Desahan-desahanku semakin keras karena sensasi di selangkanganku saat ini dimana penis Reza masih
terbenam dalam vaginaku, sementara jari telunjuknya berputar-putar menjelajahi isi pantatku apalagi
saat jarinya mempermainkan saraf di sekitar lubang pantatku. Saat aku mengejan, Reza malah semakin
memasukkan jarinya lebih dalam kedalam pantatku sehingga sensasi rasa geli dan sakit di anusku kian
menjadi.
Aku semakin kewalahan dengan rasa nikmat yang datang menguasai tubuhku apalagi aku bisa merasakan
otot-otot tubuhku yang menegang lebih keras dari sebelumnya, aku mengepalkan tanganku dengan keras
menahan desakan dari dalam tubuhku. Namun sekuat-kuatnya aku berusaha menahan diri, akhirnya
pertahananku runtuh juga.
“Ahhk… aah… AKHHH!!!” dengan diiringi teriakanku, orgasmeku kembali meledak.
Aku merasakan vaginaku berdenyut keras seolah menyempit dan penis Reza semakin terjepit erat di
dinding kewanitaanku. Tubuhku langsung dialiri oleh ledakan rasa nikmat dan kelegaan yang luar biasa.
“OOKH… Lindaa…” Merasakan sensasi jepitan vaginaku saat orgasme, Reza akhirnya tidak bisa menahan
dirinya.
Sekali lagi dihentakkannya penisnya sekeras mungkin kedalam vaginaku dan saat itu pula aku merasakan
cairan hangat menyembur dari penis Reza memenuhi rahimku.
Reza pun mencabut jarinya dari lubang pantatku sebelum menarik penisnya keluar dari vaginaku setelah
spermanya telah tertuang sepenuhnya kedalam rahimku. Aku tidak tahan lagi melawan rasa lelah tubuhku.
Setelah mencapai orgasmeku itu tubuhku serasa kehilangan seluruh tenagaku. Aku pun jatuh lunglai tanpa
tenaga di lantai kamar bu Diana. Reza menghampiriku yang masih tergeletak lelah dan mencium bibirku
sekali lagi dengan lembut sambil melumat bibirku. Aku menggerakkan bibirku membalas kecupan Reza
dengan pelan sebelum rasa lelah mengalahkanku sehingga aku pun tertidur kelelahan.
Aku terbangun saat kurasakan sentuhan lembut di pipiku. Saat aku membuka mataku, aku melihat Reza
sedang duduk disampingku yang kini terbaring di ranjang bu Diana. Aku masih berbusana pengantin
lengkap seperti sebelumnya.
Melihatku yang terbangun, Reza segera membelai kepalaku dengan penuh kasih sayang. Aku merasa terkesan
dengan perhatiannya, belaiannya terasa lembut melindungiku seolah menjawab perasaanku sebagai seorang
wanita yang ingin dilindungi dan diperhatikan oleh seorang kekasih.
Akhirnya kusadari kalau aku telah jatuh cinta pada Reza. Walaupun bisa disebut sebagai cinta terlarang
antara guru dan murid, namun bagiku hal itu sekarang bukan lagi hambatan bagiku. Aku hanya ingin agar
bisa bersama dengan Reza selama mungkin.
Lagipula, dialah yang telah membuatku menjadi pengantinnya dan merenggut keperawananku yang tadinya
kujaga dengan baik demi calon suamiku dimasa depan. Jadi, wajar saja kalau dia berhak menerima
cintaku.
“Linda, kamu akhirnya bangun juga…” panggil Reza pelan.
“Ya, sayang…” jawabku manja sambil melihat wajahnya.
“Kamu suka tidak sama Reza?” tanyanya dengan mimik cemas.
“Linda cinta Reza kok! Linda mau jadi pengantin Reza selamanya!” jawabku mantap.
“Benar?” tanyanya dengan ragu.
“Iyaa… kan Linda sudah jadi pengantin Reza? Niih lihaat!” jawabku nakal sambil memamerkan gaun
pengantinku.
Reza tersenyum melihat tingkahku itu dan ia segera mencium bibirku. Sekali lagi kami berciuman diatas
ranjang itu dan kali ini, tidak ada paksaan atas diriku untuk memadu kasih dengan Reza. Perasaanku
terhadap Reza telah berubah seluruhnya menjadi perasaan cinta sepenuh hatiku.
Sekarang aku adalah seorang pengantin wanita bagi seorang lelaki yang telah berhasil menaklukkan
hatiku dengan kehebatannya bercinta denganku. Reza juga tampak bahagia karena berhasil menjadikanku
sebagai kekasih hidupnya. Ya, sekarang aku telah menjadi pengantin muridku, Reza!
cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,
Duniabola99.com – foto gadis melepas roknya diranjang dan bajunya menampakkan toketnya yang kecil berwarna pink dan juga memamerkan memeknya yang pink sambil memainkan memeknya.
Saya adalah seorang pegawai swasta yang bergerak dalam bidang komputer. Beberapa minggu yang lalu saya ditelpon melalui HP untuk memperbaiki komputer pada salah satu pelanggan yang belum saya kenal yang jelas suaranya seorang wanita, saya perkirakan berumur 25 tahunan karena suaranya sangat manja dan dewasa.
Pada waktu yang ditentukan saya datangi, rumahnya tak terlalu luas tapi cukup apik penataan taman, saya pencet bel, yang keluar seorang wanita setengah tua dengan penampilan yang mempesona, dengan kulit bersih tanpa make up dan bibirnya yang sensual hingga membuat buyar konsentrasi. Setelah beberapa saat menunggu di ruang tamu saya dipersilakan masuk ke ruang kerja, dimana komputer tersebut berada. Beberapa waktu berselang selesai pekerjaan saya, sebelum pamit saya menyuruh mencoba komputer tersebut apa sudah baik atau masih ada yang tertinggal.
Berawal dari coba mencoba akhirnya saya jadi akrab untuk berbincang-bincang dengan wanita setengah baya, yang mengaku bernama Dewi (nama samaran). Yang ternyata seorang istri yang selalu ditinggal oleh suaminya yang gila kerja. Waktu suaminya hanya tersita oleh pekerjaan, memang soal materi selalu diberikan dengan sangat cukup tapi soal batin yang tak pernah terpikirkan oleh suaminya terhadap istrinya, saya pikir hal ini persoalan klise belaka, tetapi dampaknya sangat berarti bagi kehidupan berumah tangga.
Tak terasa waktu berjalan terus seiring dengan konsultasi Dewi terhadap saya tentang persoalan rumah tangganya, katanya saya dapat berbicara seperti konsultan rumah tangga, hal ini memang saya akui suatu kelebihan saya bila menghadapi wanita yang sedang dirundung musibah, tapi bukan sebagai kedok untuk berbuat yang tidak-tidak.
Setelah selesai saya pamit dan memberikan No. HP saya dengan pesan bila terjadi sesuatu dan memerlukan saya hubungi saya.
Beberapa hari kemudian saya ditelpon untuk bertemu disuatu tempat yang menurut saya sebagai tempat yang sangat romantis bagi dua insan yang sedang kasmaran namanya (ada aja).
“Mas, saya sangat berterima kasih atas konsultasinya waktu lalu”, ujar Dewi dengan mata yang sendu dan bibir tergetar halus.
“Saya hanya orang biasa yang hanya dapat berbicara untuk mencari jalan keluar”, jawab saya sebisanya karena dengan tatapan matanya saya dapat merasakan getaran birahi yang sangat besar.
“Saya ingin Mas temani saya untuk berbagi rasa dengan perasaan Mas yang sebenarnya”
Wah mati aku, akhirnya saya bimbing kedalam tempat yang nyaman dan privacy. Bagaikan seorang kekasih saya berkasi-kasihan diatas sebuah ranjang empuk dan berudara nyaman.
Saya lumat bibirnya dengan penuh perasaan dan saya genggam kedua telapak tangannya sehingga kami merasakan kebersamaan yang bergelora. Lidahnya terus bergoyang didalam rongga mulut seirama dengan alunan musik bossas. Lama kami ber ciuman mesra, kurengkuh lehernya dengan jilatan halus yang merindingkan bulu kuduknya, Dewi melenguh.
“Mas terus Mas jangan kecewakan saya” sebentar-bentar tangannya bergreliya ke dada dan selangkangan saya, tak tinggal diam dengan gaya yang meyakinkan saya kecup putingnya dengan sedotan-sedotan kecil dan gigitan mesra, bibir saya meluncur kebawah menuju pusar, saya mainkan lidah saya dibundaran pusarnya wah wangi farfumnya menyentuh birahi saya. Tangannya merengkuh alat pitas saya yang sudah tegang, Dewi kaget, mass kok besar sekali, saya bisikan, jangan takut pasti muat. Memang Dewi belum dikaruniai anak, jadi masih seperti perawan, apalagi punya suaminya tak terlalu besar.
Saya jilat permukaan vaginanya, Dewi bergelinjang menarik pantatnya hingga menjauhi bibir saya, saya terperanjat, kenapa?
“Mass saya belum pernah seperti itu, maaf yah”, saya hanya tersenyum dan meneruskan permainan bibir kebagian betis dan seluruh paha.
Beberapa waktu berselang tangannya mendekap kepala saya dengan sangat kencang seolah-olah tak mau dilepaskan, sesak napas saya. saya tau Dewi sudah klimaks tapi dalam dalam benak saya ini baru permulaan. Setelah dekapannya melemah saya baringkan celentang, terhamparlah padang rumput dan pegunungan yang indah seindah tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Dengan gaya konpensional saya mulai melaksanakan tugas saya sebagai seorang lelaki, saya selipkan punya saya disela-sela bibir kemaluannya hingga ambles kepalanya, Dewi menjerit kecil.
“Mass, tahan Mass ngiluu Mas terlalu besar”.
Memang saya sadar dan tak langsung main tancap, saya tarik dan tekan secara perlahan-lahan, setelah vaginanya teradaptasi Dewi berubah dengan gaya yang agresip ditekan pantatnya ke atas hingga punya saya ambles semua, saya imbangi dengan gerak-gerakan yang atraktif, saya balikkan tubuhnya, saya dibawah dan Dewi di atas dengan demikian Dewi lebih leluasa untuk mengekspresikan birahinya yang selama ini tertahan. Benar adanya dengan gerakan yang dahsyat Dewi bergerak naik turun sambil berdesis-desis hingga saya bingung membedakan antara desisan bibir bawah dengan bibir atas. Beberapa saat kemudian Dewi mengejan dan menegang sambil menggigit dada saya, setelah itu saya tak mau kehilangan momen saya lakukan penyerangan dengan gaya profesional atas, bawah, depan, belakan, kiri dan kanan, hanya satu yang tak mau saya paksakan yaitu mengoral punya saya, karna saya tau Dewi nanti stress, saya pikir bila nanti pada satnya tiba mungkin bukan batangnya yang dilumat tapi sekalian bijinya dan sangkarnya.
“Dewwii saya mau sampai nihh. saya keluarin dimanaa?”
“Mas di luar saja dulu yah”.
Dengan secepat kilat saya tarik kemaluan saya dan saya keluarkan di dadanya hingga beberapa semprotan protein meleleh diantara dua bukit dan sedikit terciprat ke dagu. Setelah semprotan terakhir keluar, matanya terbuka dan tangannya menggenggam kemaluan saya, tanpa saya sadari dikulumnya kemaluan saya, hingga saya terperajat dan tak yakin, yah mungkin inilah yang dinamakan puncak dari birahi kaum hawa yang sudah mencapai batas ambang sehingga tak berlaku lagi rasa malu, jijik, dan kotor yang ada hanya nafsu dan nafsu.
Tanpa istirahat kemaluan saya bangun kembali sehingga menegang sampai kuluman mulut Dewi terasa sempit dan rongga mulutnyapun membesar. Gerakan maju mundur mengakibatkan saya bergelinjang kekanan dan kekiri sambil sesekali mencengram rambutnya yang terurai lepas. Konsentrasiku hampir terganggu dengan gerakannya yang cepat hampir klimaks saya dibuatnya, tapi sebelum itu saya lepaskan untuk mengurangi ketegangan saya, saya balik menyerang dengan jari jemari menari-nari diseputar liang vaginanya dan sesekali menggesekkan ke area G-Spot wanitanya sehingga Dewi merancau tak karuan, tangannya menarik sprei hingga terlepas dari sangkutannya. semakin lama semakin dahsyat pergolakan birahi saya dan Dewi, saya rasakan aliran cairan hanggat membasahi jari saya dan tak mau ketinggalan moment yang indah ini saya balikan tubuhnya sehingga tengkurap dan saya tekan dengan kemaluan saya dari arah belakang, Dewi meringis.
“Mas pelan-pelan, ngilu”
Saya atur irama sehingga lama kelamaan menjadi asyik dan Dewipun melakukan gerakan yang membuatnya bertambah assyik dan masyukk. Dadaku bergetar ketika hasrat itu akan mencapai puncak, ku tarik kemaluanku dan kusemprotkan ke atas punggungnya dangan kedua tangan ku mencengram kedua bongkah pantatnya yang masih kencang untuk ukuran Dewi. Dan lubang anusnya masih bersih tak ada tanda-tanda bekas gesekan atau luka atau penyakit wasir, nafsu saya melihatnya tapi hasrat itu saya pendam, mungkin (dalam benak saya) lain waktu Dewi meminta untuk di setubuhi anusnya karena memang bila nafsu sudah datang birahipun memuncak yang pada akhirnya dunia terasa sangat-sangat indah melayang-layang dan sukar diutarakan yang ada hanya dirasakan. Pikiran ngeres saya ternyata terbaca oleh Dewi, dengan sedikit mesra tangannya menarik kepalaku dan membisikan sesuatu.
“Mas, coba dong masukin dari belakang, Dewi ingin coba sekali aja tapi pelan-pelan yah”.
Antara sadar dan tak sadar saya anggukan kepala tanda setuju. Karena badan saya sangat lelah saya istirahat sebentar dan membersikan sisa-sisa mani yang menempel pada kaki dan perut. Saya minum beberapa teguk minuman yang dihidangkan dikamar tamu, setelah rilek saya kembali kekamar, ternyata Dewi masih tergolek diatas tempat tidur dalam posisi tengkurap, wah inilah yang dinamakan lubang surga, terletak hanya kurang lebih tujuh centimeter antara lubang vagina dengan lubang anus. Saya berfikir mana yang lebih sempit, wah yang pasti lubang anus yang lebih sempit, tanpa basa-basi saya mainkan jari saya dengan sedikit ludah untuk pelicin kesekitar permukaan anusnya, Dewi terbangun dan merasakan adanya sesuatu yang lain dari pada yang lain, dan jariku terus menusuk nusuk lubang anusnya, saya tidak merasa jijik karena memang anus Dewi bersih dan terawat.
Dengan hati-hati saya masukkan kejantanan saya kedalam anusnya, susah sekali masukinnya karena memang punya saya besar dibagian kepalanya sedang Dewi anusnya masih sangat rapat, saya nggak abis akan saya ludahin agar licin, lama-lama kepala kemaluan saya masuk kedalam anusnya, Dewi menjerit kecil, saya tahan beberapa saat kemudia dengan rileks saya tekan setengah dan tarik kembali, begitu terus-enerus sehingga Dewi merasakan sensasi yang luar biasa.
“Mas kok enak sih, lain gitu dengan melalui vagina”.
Saya pun waktu itu baru merasakan lubang anus tuh seperti itu, menyedot dan hangat, hampir-hampir saya tidak kontrol untuk cepat-cepat keluar, dengan tarik nafas secara perlahan saya bisa kendalikan emosi saya sehingga permainan berjalan dengan waktu yang panjang, Dewi meringis dan bola matanya sebentar-bentar putih semua menandakan birahi yang sangat dahsyat.
Kemaluan saya semakin tegang dan berdenyut tanpa memberi tahu kepada Dewi saya semprotkan mani saya kedalam liang anusnya, Dewi kaget dan mengejan sehingga kemaluan saya seakan-akan disedot oleh jetpump kekuatan besar. saya tergeletak diatas punggungnya sambil memeluk perutnya yang indah, walaupun ada sedikir kerutan, karena memabg umur tidak bisa dikelabui, saya dan Dewi tertidur sejenak seakan melayang-layang di dunia lain. Kami bersetubuh dengan kemesraan hingga dua jam setengah sebanyak tiga ronde dipihak saya.
Saya lihat tatapan matanya mengandung kepuasan yang sangat dahsyat begitu pula saya sehingga membuat motivasi saya untuk bersetubuh dengan wanita-wanita setengah baya yang memang membutuhkan siraman biologis, karena wanita setengah baya secara teori sedang dalam puncak-puncaknya mengidamkan kepuasan birahi yang tinggi, istilahnya sedang mengalami fase puber kedua, apalagi bila sang suami tak memberikannya. Saya memang lebih menyukai wanita setengah baya dari pada ABG, karena wanita setengah baya mempunyai naluri kewanitaan yang besar sehingga dalam bersetubuh dapat saling memberikan respon yang sangat artistik bila dilakukan dengan mesra.
Setelah kami mandi kamipun bergegas untuk kembali pada tugas masing-masing, dari akhir pembicaraan saya dengannya, saya dipesankan agar merahasiakan hubungan ini, setelah itu saya diselipkan sehelai cek untuk konsultasi katanya. tanpa kwitansi dan tanda terima seperti biasanya bila terjadi transaksi. Sebenarnya saya tak tega mengambil cek tersebut, karena apa yang saya lakukan dengannya adalah sama-sama iklas sehingga hubungan menjadi sangat sangat sangat asyik masyuk, tapi saya pikir uang buat Dewi nggak masalah karena memang untuk biaya pengeluaran lebih kecil dari pada yang diterima dari suaminya, selain itu saya juga sedang memerlukan biaya untuk memperbaiki kendaraan saya yang secara kebetulan pada waktu itu sedang mengalami perbaikan mesin.
Setelah peristiwa itu saya masih terus dihubungi bila Dewi perlu, dan pernah saya dikenalkan dengan rekan-rekan yang senasib dan saya pernah dihubungi oleh teman-temanya dengan saling menjaga rahasia satu sama lain, tapi ceritanya tak jauh beda, yang jelas saya akan rahasiakan sampai akhir hayat.
*****
Oke saya pikir cerita ini bukanlah membuka rahasia tapi hanya membagi pengalaman dalam dunia maya, dan lagi nama dan tempat adalah fiktif belaka, bila ada rekan-rekan yang berminat konsultasi dengan saya saya siapkan waktu, hubungi saya, selanjutnya terserah anda. Dan motto saya, kerahasiaan adalah segalanya buat hidup saya.
Duniabola99.com – foto cewek ngento dengan pacarnya di atas sofa biru yang empuk menampilaan peudarai juha.
Duniabola99.com – foto gadis muda diajak cowok dijalan untuk berhubugan ngentot dirumahnya dan melakukannya diatas sofa putih yang membobol memeknya yang berwana merah dan menemabakkan sperma kememeknya.
Duniabola99.com – Siang itu aku mengunjungi SMAku, salah satu SMA favorit di Jakarta, Sebagai alumni di SMA tersebut, aku Robert masih sering ikut membina kegiatan ekstra kulikuler yang ada, di antaranya melatih Volley dan Bulutangkis. Kesempatan ini juga aku pakai sebagai kesempatan untuk mengunjungi adik2 kelasku yang cantik2. Dan sebagai kakak kelas kadang kala membuat usahaku untuk mendekati mereka tidak terlalu sulit. Salah satu adik kelas yang dekat denganku adalah Risti. Berparas biasa saja, berkulit sawo matang, pintar dan mempunyai body yang proposional. Maklum, dia selain mengikuti kegiatan keilmuan dibidang bahasa Inggris, aktif juga di dalam kegiatan Paskibraka dan Cheersleaders. Hubunganku dengan Risti sendiri sudah berjalan 3bulan. Dan sampai saat itu masih terbatas ciuman saja.
Hari itu adalah hari Sabtu, di mana aku menyempatkan diri untuk bermain bulutangkis. Dan Risti, sedang mengikuti latihan cheers sore itu.
“Hai, kak Robert… mau main bulutangkis yah di atas? ” tanya Risti saat berpapasan denganku. “Hai, Ris. Iya nih lagi mau main ke atas. Kamu lagi latihan? “tanyaku balik.
“Iya, kak. Tapi Risti haus mau beli minum dulu di depan.” “Oke, sampai jam berapa latihannya, Ris?”
“Jam 4 juga sudah selesai, Kak”
“Baiklah. Kalau sempat nanti main-main lah ke atas.”
“Beres deh…. kebetulan aku minta di jemput pak Min agak lama kak. Biar kita bisa berduaan lebih lama….”
Seeerrr mendengar kalimat Risti membuat pikiran ku sekilas membayangkan apa yang akan terjadi nanti.
Sekitar jam 4, pintu aula atas terbuka dan muncullah Risti dengan mengenakan kaus gombrong dan celana hotpans yang membuat cetakan lembah di antara kedua pahanya terlihat samar2.
“Lho, kak…mana yang lain? Kok kak Robert sendirian?”, tanya Risti mellihatku sedang bermain shadow dengan tembok.
“Iya, yang lain baru aja pulang.” Sahutku sambil menghampiri Risti dan mengecup bibirnya.
“Ahhhhh, kak….jangan begitu nanti kalo ada yang masuk bisa repot.” Desah Risti saat kukecup bibirnya.
“Hehehehe…. nga ada yang bakalan ke sini Ris.”
“Kamu mau menemani kakak bermain? ”
“Boleh, Kak…”
Lalu setelah 15 menit kami bermain terlihat Risti memberikan tanda untuk menghentikan permainan. “Kak, udah dulu ya…Risti capek.” Lalu kamipun duduk2 di pinggir lapangan. Dan Risti tiduran di atas pahaku.
“Capek, Rist?”
“Iya, kak. Tadi soalnya lumayan latihannya. Dan tadi waktu Risti jadi base sempat terjatuh.”
“Nih, lihat memar kan lutut Risti’, kata Risti sambil menunjukkan lututnya yang memang seperti lebam.
“Duh, kamu, hati-hati donk Ris”
“Tuh liat sampai lebam gitu lutut kamu.”
“Sakit? ” tanyaku sambil memegang dan mengelus-ngelus lututnya.
“Nga, kak…Geli iya…” jawabnya sambil tertawa kecil. Melihat Risti tertawa membuatku gemas dan langsung saja kucium bibir mungilnya.
“Kak…..Kak Risti takut ada yang datang”
“Tenang” kubangunkan Risti sebentar dan “Klek…” suara pintu aula kukunci dan kemudian kumatikan lampu aula tersebut.
“Sini, sayang mana tadi yang lebam? Kakak lilat lagi..”
Tak lama segera kurangkul Risti dan kukecup lembut bibirnya.
“Makanya lain kali hati-hati yah sayang….”
“Iya kak….”
Lalu kamipun kembali bercumbu kembali. Semakin lama cumbuan kami semakin panas dan membara. Dengan adrenalin yang keluar sehabis kami berolahrga membuat suasana di dalam aula menjadi panas.
Kuberanikan diri untuk mencumbu Risti lebih jauh lagi. Ciumanku turun menyusuri leher jenjang Risti.
“Oh…. kak….” Risti membalas cumbuanku dengan desahan dan tangan yang semakin erat dileherku.
Melihat sambutan yang mendukung, tanganku mulai berani bergerilya. Tangan kiriku tetap menopang badan Risti sedangkan tangan kanan mulai menuruni dadanya. Terasa sangat kenyal sekali payudara Risti di tanganku yang merabanya dari lluar kaosnya….
“Ouuughh, kak Robert….”
Segera kukulum lagi bibir Risti untuk menghentikan desahannya. Dan tanganku meremas pantadnya yang begitu kenyal…..
Segera kutarik Risti ke dalam Ruang ganti. Hasratku untuk berbuat lebih jauh semakin tak tertahan. Segera kurebahkan Risti ke atas meja yang ada di ruang ganti tersebut.
Kembali kami berciuman dengan liarnya. Tanganku tak tinggal diam. Kusingkapkan dan kulepas kaos yang dikenakan oleh Risti. Kuremas remas dengan lembut kedua bukitnya dibalik Bra model sport yang dikenakannya.
“Oh….Kak…” Risti pun semakin liar dengan remasan2 lembut yang kuberikan. Tangannya tak tinggal diam melepaskan kaos yang kukenakan yang semakin basah oleh keringat nafsu.
Kutanggalkan Bra yang melekat,36B sempat kulirik dari kaitan bra yang kutanggalkan, dan kududukan Risti di meja. Ciumanku bergerilya menuruni lehernya yang jenjang dan turun menuju kedua bukit kembar yang begitu menggoda.
Kuelus lembut dan kemudian kujatuhkan ciumanku di bukit sebelah kirinya. Kekecup dan kemudian kusedot kecil… “Awww, kak….oughhh” pekik Risti sebagai reaksi atas aksi yang kuberikan kepadanya. Melihat reaksi demikian membuatku mengekplorasi lebih lanjut. Kuremass-remas dada Risti sebalah kanan. Dan pentil yang kecil kupilin-pilin lembut.
Ristipun semakin liar dan lenguhan2nya membuat adrenalinku semakin kencang mengalir. Membuatku gemas. Kutarik lembut pentil membuat Risti berpekik…”Awww, kak…sakit…”
Tak kuhiraukan pekikan Risti. Tanganku segera menarik lepas celana hotpans yang melekat. Di bagian tengan celana dalam Risti yang bermodel mini tercetak sebuah pulau kecil. Mungkin akibat cairan yang keluar, tanda Risti sudah terangsang sekali.
Kuelus2 bagian tengan celana dalamnya membuat Risti semakin menjerit….”Ouchhh, kak…Ochhh…”
Kuselipkan jariku kedalam celana dalamnya, dan kumainkan jari-jariku di atas klitorisnya….”Ochh kak….terus kak….geli….”
Merasa terganggu dengan celana dalamnya, segera kulepas dan kubuang ke lantai.
Setelah celana itu terlepas, kubuka celana pendek dan celana dalamku. Segera aku berlutut. Mengamati dan mengelus-ngelus kemaluan Risti dengan lembut. Semakin cepet elusan yang kuberikan membuat Risti semakin melenguh dengan keras…”Ochh,kak…..Ouchhh”
Kukecup vagina itu…Hmmmm wangi khas vagina yang saat itu aneh bagiku namun memberikan sensasi lain…
Kuberanikan lidahku untuk bermain di vagina Risti…Kusapu permukaannya atas dan bawah….
“Kak, robert…ouchh….terus kak….”
“Kak, ah….. ”
Seiring desahan yang keluar…vagiana Risti mengeluarkan cairan…Kujilat dan kuhisap seakan tidak ingin membiarkan cairan itu keluar begitu saja…
Akibat dari hisapanku Risti berteriak ” Ah….Ah…Ah…Kakkkk!! Risti mau pipis Kakkk…..Ahhhh” Melihat ini segera kumasukan jariku dan kukocok didalamnya semakin lama semakin cepat disertai dengan jilatan2 lidahku….akhirnya “Arrrgggggghhhhh Kakkkkkkkk…” Tubuh Risti mengejang hebat….
Kubiarkan Risti menikmati Orgasmenya. Orgasme yang mungkin pertama baginya. Saat membuka matanya Risti berkata ” Kak, oh…..nikmat sekali..” Kukecup bibirnya dan kemudian kubisikkan ” Risti, I Love U So Much…”
“Love U So Much To….” Kembali kami berpagutan dengan mesra. Kubimbing tangan Risti untuk menyentuh kemaluanku yang berdiri tegak. Ku berikan contoh untuk mengocok kemaluanku yang berukuran 18cm diameter 4cm…Kocokan tangan Risti yang mungil dan lembut membuatku berdesi “Oh….ya Risti…Oh…Enak sayang”. Kumainkan kembali kemaluan Risti yang masih basah….Kupilin2 clitorisnya…”Ouhhhh Kak….Gatel lagi kak….”
Segera kuposisikan diriku diantara kedua kakinya. Dengan isyarat kumohon izin darinya. Tak ada kata terucap…hanya anggukan kecil. Kuposisikan kemaluanku tepat di depan kemaluannya…kugosok-gosok kecil dan berputar memainkan klitorisnya…membuat Risti tak tahan dan merebahkan badannya di meja sambil meremas-remas bukitnya…
Setelah kurasa pas..dan kemaluan Risti kembali basah oleh lendir kenikmatannya..Kutekan kepala kemaluanku menyeruak membuka jalan di dalam kemaluan Risti…..”Ah…. kak….Sakittt!!!” pekik Risti saar kepala kemaluanku berhasil menerobos masuk. Kebelai rambutnya dan kupagut bibirnya untuk menenangkan Risti….Setelah kurasa kemaluannya mulai beradaptasi dengan adanya benda asing d dalamnya kutekan dan kukeluarkan masukan kemaluanku pelan-pelan…sampai akhirnya “Crreeeetttzzz…..” kemaluanku seperti menyobek sesuatu dan “Blessss!!!” masuklah seluruh kemaluanku di dalam vagina Risti. “Kakkkkkk……Awwww!!!” Jeritan Risti dan kulihat tetes air mata di ujung matanya
Oh….vagina yang sempit dan peret…mencengkeran kemaluan begitu erat..Kuremas-remas payudara Risti dan kucumbu bibirnya untuk menenangkannya. Setelah kulihat Risti lebih tenang…kuayun perlahan-lahan kemaluanku……
Ristipun mulai menikmati ayunanku. Kucoba dengan ayunan 9 kecil 1 dalam. Satu….Dua….Tiga….Empat….Lima….Enam….Tu juh…Delapan…Sembilan….Seeeeepppppuluh……S aat hitungan kesepuluh kubenamkan semua kemaluanku menyeruak ke dalam vagina Risti….”Ohhhhhh…..kakkkkk…..”.
Kuulangi lagi….Satu….dua…..Tiga…Empat..Lima…Enam. …Tujuh…Delapan…Seeeemmmmbiilllaannn….Seepp pppulluhhhhh….kuulangi….dengan tekanan pada ayunan kesembilan dan kesepuluh ” Ohhh….kakk…….Enakkkk…kakak…..Terus Kakk….!!!” Desah Risti….
Kuulangi lagi dengan kombinasi sama…dan pada ayunan yang keempat Risti berteriak “Kakkkkk ayo Kakkk Risti Mau keluar lagiiii…..” Ayunan ke enam saat baru saja kubenamkan kemaluanku dihitungan keempat…..Risti menjerit ” Ahhhhhh……ahhhhh………..Kakkkkk……”dan tubuh Risti kejang-kejang dan digigitnya tanganku “Ahhhhh…” Kubiarkan kemaluanku masih berada di dalam kemaluannya….
Saat Risti mulai menguasai diri, kuminta iya untuk membelakangiku dengan posisi nungging dan bertumpu di meja. Melihat posenya membuatku gemas…kukecup vaginanya dan kuberikan tepukan ringan pada bongkahan pantaddnya…..
Segera kemudian kutancapakan kembali kemaluanku ke dalam vaginanya. Posisi ini membuat kemaluanku semakin dalam masuk ke dalam vaginanya.
“OHHHH Kakkkk…..” tusukan pertama dengan posisie doggie membuat Risti melenguh. Kuayun dan kupompa kemaluannya.
“Cleppp….Cleppp….Clepppp” Suara kemaluan kami beradu diiringi dengan suara beceknya vagina Risti oleh cairan yang keluar dari kemaluan Risti….
Kupompa dan semakin lama kutingkatkan Rpm kocokan pada kemaluannya membuat Risti tak tahan
“Kakkkk Ouuchhh….Ouch…”
“Ouch….Kakkk Risiti Mau Keluar lagi…”
“OOuuuchhh….Ahhh….Iya Sayang….Kakak juga sebentar lagi keluar, kita bareng yah sayang…” Kukecup bibirnya dari belakang sambil kuremas bukit kembarnya.
Kembali kugenjot Risti dengan cepat….
“ochhh….oh….Kak…..”
“Ayo sayng….Ohhh…..Ohh….”
“Oh….Kak….Risti Luv U kak Robert”
“Iii…Luv…U….Tooo Risti…”
“Crrrrooooottttsss…..Croooots….Crooootsss….. Crotsss…Croootsss” semburan spermaku didalam rahimnya mengiringi orgasmeku
“Ochhh..oH….kAKK..kAKKKKKKK” Jeri Risti menjemput orgasmenya kembali…
Setelah kami mencapai orgasme kami bersama, kurebahkan badanku di atas Risti. Sambil memejamkan mata menikmati orgasme bersama yang baru kami reguk. Kubiarkan kemaluanku tetap berada didalam kemaluan Risti yang serasa menjepit dan mengurut2.
“Plooopp…” Suara kemaluanku yang mengecil dan keluar dari sangkar emas Risti. Kubuka Mata. Dan ku kecup kening Risti sambil mengucapkan..”Terima Kasih ya Sayang….”
Risti hanya tersenyum. Segera kami memakai kaus kami kembali dan di lantai lulihat ceceran sperma bercampur dengan darah perawan Risti.
“Kak…Jangan tinggalin Risti.”
“Risti Takut kehilangan kakak ”
Demikian kata-kata terakhir yang kuingat membayangkan kejadian tahun lalu. Lulus SMA Risty melanjutkan pendidikannya di Australia dan aku sibuk dengan pekerjaanku. Membuat kami memutuskan untuk mengambil jalan sendiri2.
Duniabola99.com – Bocah kecil yg teriak minta susu itu yaitu sepupuku namanya Vero. Umurnya 5 th.. Mamanya kita sebut saja namanya mbak Vita. Mbak Vita adalah istri dari pamanku. Semestinya sich saya menyebutnya bibi tapi karna telah punya kebiasaan dari kecil saya menyebutnya mbak. Lagian dia juga gak keberatan jika kupanggil dengan sebutan mbak. Suami mba Vita atau pamanku bekerja diluar negeri cuma pulang satu tahun sekali. Mbak Vita tinggal dengan mertuanya yg tidak beda juga nenekku. Kebetulan saya juga tinggal dengan nenekku karna saya menginginkan bersekolah di Jawa. Sedang ke-2 orang tuaku tinggal di Jakarta.
Saat itu umurku baru juga akan memijak 17 th.. Saya masih tetap sekolah SMA kelas 3 yg berada di kota Semarang. Hari itu kebetulan hari minggu jadi sekolahku libur. Pagi2 sekali nenekku telah pergi ke pasar. Automatis yg di tempat tinggal saya, mbak Vita serta anaknya. Nenek umumnya jika ke pasar tidak perbah sebentar.
Saya serta mbak Vita sangatlah dekat, kami berdua sama-sama terbuka. Tapi saya tidak sempat berani macem2 sama dia. Jika berfikir macen2 sich tentu sempat hehehe.
“Ma, mana susunya? ” celoteh Vero menagih susu yg dijanjikan mamanya.
“Iya ini…tiap hari minum susu saja gak tau apa jika susu mahal” jawab mbak Vita sembari menyodorkan sebotol susu pada Vero.
Memanglah Vero tiap-tiap bangun tidur serta sebelumnya tidur senantiasa minta susu. Kebetulan pagi itu saya baru usai sarapan pagi serta muncul keisenganku untuk bercanda pada mbak Vita.
“Aku juga ingin susu donk mbak” kataku sembari menyodorkan gelas kepadanya.
“Ini kan susu buat anak2…lagian anda juga telah gede minta susu” balas mbak Vita.
“Emangnya jika telah gede gak bisa minum susu ya? ” tanyaku penasaran..
“Bukannya gak bisa, tapi ini kan susu buat anak2” tegasnya.
“Terus susu buat anak dewasa mana donk mbak? ” tanyaku coba memancing mbak Vita.
“Ini” jawabnya singkat sembari menunjuk buah dadanya yg lumayan montok itu.
Mendengar jawabnya jelas saja saya kaget, saya juga jadi malu karna tidak umumnya dia bercanda sampi segitunya.
Sesungguhnya sich saya juga tau jika dia telah haus juga akan seks. Pikirkan saja sepanjang nyaris satu tahun tidak terkait tubuh dengan suaminya, siapa yang tahan. Kebetulan kamarku ada di lantai 2 pas diatas kamar mandi, serta lantai 2 cuma berlantaikan papan jadi saya seringkali iseng mengintip mbak Vita mandi dari lubang itu serta saya saksikan Mbak Vita begitu seringkali merangsang dianya di kamar mandi, umpamanya dengan meremas-remas toketnya sendiri serta mengelus-elus kemaluannya sendiri. Jadi dari itu saya ambil rangkuman bila dia seringkali terangsang.
“He…kog bengong jadi ingin minum susu gak? ” tanyanya membuyarkan lamunanku.
“Emangnya masih tetap keluar mbak? kan Vero telah 5 tahun” jawabku menetralkan kekagetanku.
“Ga tau entar anda cobalah sendiri saja deh…” jawabnya sembari melaluiku menuju kamar mandi lalu berbisik manja di telingaku,
“Pinta kamar mandi gak mbak kunci”
Saat itu juga saya girang sekali, saya seringkali baca majalah porno serta kadang-kadang sempat juga lihat film porno dirumah rekanku. Saya seringkali berkhayal terkait tubuh dengan mbak Vita serta kelihatannya sebentar sekali lagi akan terwujud. Saya buka pintu kamar mandi perlahan-lahan serta kulihat mbak Vita tengah membelakangiku menggantung baju ganti yang juga akan dipakainya sesudah usai mandi. Dengan perlahan-lahan juga saya tutup pintu kamar mandi serta menguncinya tanpa ada nada.
Mbak Vita mulai buka baju tidurnya tanpa ada membalikkan badannya. Kelihatannya dia tidak sadar bila saya telah ada didalam. Sesudah baju dilepaskan lalu tanganku menuju ke pengait BH-nya punya maksud menolong buka BH-nya. Dia kaget karna mendadak ada orang di belakangnya tetapi sesudah ketahui kalau yang di belakangnya yaitu diriku dia tersenyum serta membiarkan saya meneruskan aktivitasku. Sesudah BH-nya terbuka, lalu kulemparkan BH-nya ke tong tempat baju kotor.
“Mbak, susunya bisa saya minum saat ini? ” tagihku padanya.
Dia cuma mengangguk serta lalu membalikkan tubuhnya. Terlihatlah olehku dua buah toket yang sampai kini belum juga sempat saya saksikan dengan segera. Terlebih dulu saya cuma mengintip. Lalu dia menyodorkan toketnya kepadaku serta secara cepat saya sambar dengan mulut serta lidahku. Dia cuma mendesis tidak terang. Lumayan lama saya mengisap serta menjilat ke-2 toketnya buat dia selalu menggelinjang sembari menjambak rambutku. Toketnya kanan kiri dengan bertukaran jadi korban keganasan mulut serta lidahku.
Mbak Vita lalu dengan perlahan-lahan buka kaosku serta tanpa ada kusadari kaosku telah lepas. Mungkin saja karna keasyikan nikmati toket kenyal punya mbak Vita. Sesaat tanganku yang kiri mulai meraba-raba perutnya sedang yang kanan meremas-remas toketnya samping kanan. Lidahku selalu mempermainkan putingnya samping kiri yang buat nafas Mbak Vita tidak teratur.
Tanganku samping kiri mulai nakal dengan menyelinapkan jari-jariku ke celana tidurnya yang belum juga di buka. Tangan Mbak Vita juga tidak ingin kalah, dia juga mulai mencari-cari suatu hal di selangkanganku serta sesudah menemukannya dia pijat dengan lembut. Kemaluanku yang rasakan ada rangsangan dari luar celana makin meronta minta keluar. Mbak Vita yang telah memiliki pengalaman lalu buka reitsleting celanaku serta lalu melorotkannya ke bawah dengan memakai kakinya karna dia tidak dapat membungkuk sebab toketnya saat ini masih tetap ada dalam kekuasaanku.
Demikian celana dalamku telah lepas, saat ini tangannya lebih nakal mulai mengocok perlahan-lahan batang kejantananku serta itu terang saja membuatku terbang tinggi, sebab baru kesempatan ini batang kejantananku dipegang oleh tangan seseorang wanita yang lembut. Desahan mbak Vita semakin jadi saat jilatanku turun ke perutnya serta bermain di sekitaran pusarnya serta lalu dengan sekali tarik celana tidurnya juga lepas serta saat ini di depanku berdiri seseorang wanita cuma dengan celana dalam krem yang bila di perhatikan lebih cermat dapat diliat transparan.
Jilatanku makin turun ke bawah menuju ke kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang rapi tetapi karna telah basah tampak berantakan. Saya mulai menjilati liang kemaluannya dari luar CD-nya. Itu berniat kulakukan supaya dapat lebih merangsangnya. Serta nyatanya benar dia tidak sabar serta selekasnya turunkan CD-nya sendiri.
Saya cuma tersenyum melihat ketidaksabarannya itu serta jilatan kulanjutkan sekali lagi tapi tetaplah belum juga menyentuh lubang kenikmatannya itu yang buat dia blingsatan dengan menggerakkan pinggulnya ke kiri serta ke kanan yang mempunyai tujuan supaya jilatanku berlanjut ke liang kemaluannya. Tampak kemaluannya telah banjir, karna tidak sempat rasakan cairan dari wanita jadi jilatanku merambah ke liang kemaluannya. Rasa-rasanya asin tapi dapat buat nikmat.
Mbak Vita kembali mendesis keenakan,
“Sssthh…aaahhh…terus Rikooo…” desahnya.
Lidahkupun mulai bermain cepat. Selang beberapa saat badan Mbak Vita mengejang serta dibarengi dengan desahan panjang,
“Ooooohhhh…nikmat sekali Rikoooo…aahhh…kamu benar-benar hebat…. ” rancunya menemani dianya menjangkau klimaksnya. Lalu dia juga duduk di lantai kamar mandi dengan perlahan-lahan. Sesudah senang dengan kemaluannya, saya kembali pada atas serta berusaha untuk melumat bibirnya. Bibir yang dari barusan mendesis tidak karuan itu lalu melumat bibirku yang barusan hingga di depannya. Lama kami sama-sama melumat sembari tangan kananku memainkan puting susunya serta tangan yang satunya sekali lagi mencari lubang kewanitaannya serta menekan-nekan klitorisnya yang pasti saja buat lumatan bibirnya makin jadi.
Sembari berpagutan tangan mbak Vita kembali mencari batang yang barusan pernah dilepasnya karna kesenangan yang dia rasakan. Sesudah ketemu, lalu dia mulai mengocok kemaluanku yang sangatlah tegang serta jadi membesar sembari kadang-kadang menyeka sisi kepalanya yang telah keluarkan cairan bening kental.
Lalu dengan perlahan kudorong kepalanya ke belakang supaya dia rebah ke lantai kamar mandi. Sesudah dia rebah, Mbak Vita mendorong dadaku lembut yang buat saya terduduk serta dia lalu bangkit kembali. Saya terperanjat, kukira dia sudah sadar dengan siapa dia tengah bermain, tetapi dengan saat itu juga keterkejutanku hilang sebab dia lalu dengan sikap merangkak memegangi kelaminku serta lalu dia memasukkan batang kontolku ke mulutnya.
Merasa sangat nikmat sebab Mbak Vita begitu pintar memainkan kemaluanku didalam mulutnya. Saya dapat rasakan lidahnya bermain dengan lincahnya. Saya juga rasakan kepala kemaluanku dipermainkan dengan lidahnya yang lincah itu. Sesudah bermain lama dibawah situ, mulutnya lalu merambah ke atas menciumi perut, lalu dadaku serta lalu kembali pada mulutku, tetapi karna dia barusan melepas mulutnya dari kemaluanku, saya berupaya menghindar dari lumatan bibirnya serta coba supaya dia tidak tersinggung dengan mencium pipinya serta lalu telinganya.
Tanganku lalu mengusap-usap selangkangannya serta terdengar dia berbisik kepadaku,
“Masukan saat ini yuk Riko, mbak telah gak tahan sekali lagi nih”
Lalu kurebahkan kembali badan mbak Vita di lantai kamar mandi. Kuguyur dia dengan segayung air serta satu gayung sekali lagi untuk disiramkan ke badan saya sendiri. Sesudah kami berdua basah, tangan kananku lalu meremas-remas toketnya sedang tangan kiriku memegang kejantananku menuju ke lubang sejuta kesenangan. Mbak Vita juga telah siap terima terjanganku dengan buka ke-2 kakinya supaya mempermudah batang kejantannanku masuk ke liang kewanitaannya.
Dengan perlahan-lahan tapi tentu saya berusaha untuk memasukkan kontolku yang dari barusan telah tegak ke kemaluannya. Tetapi karna telah lama dia tidak tersentuh lelaki, buat kontolku agak sulit untuk menancapkannya. Sekian kali kudorongkan batang kontolku, tetapi agak sulit untuk berhasil, serta sesudah sebagian tusukan, pada akhirnya kontolku masuk dengan berhasil ke liang kewanitaannya.
Cengkeraman liang kemaluannya benar-benar nikmat, karna waktu itu liang kemaluannya begitu sempit serta itu membuatku merem melek. Dengan pergerakan perlahan saya mulai menaik-turunkan pinggulku. Kulihat mbak Vita menggelinjang kesenangan hingga bola matanya hilang, serta dia juga meggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri serta ke kanan dengan maksud supaya semuanya ruangan di liang kemaluannya terjejali dengan kemaluanku yang telah mulai memompa. Tiap-tiap pompaan buat dia mendesah tidak karuan.
Sesudah sebagian menit, dia lalu memelukku dengan erat serta membalikkan badanku serta badannya. Saat ini dia telah ada di atasku. Gantian dia yang menaik-turunkan pinggulnya menguber kesenangan yang tidak ada tara. Disamping itu tanganku yang telah bebas kembali memainkan toketnya serta mengusap-usap punggungnya.
“Ooohhhh Rikoooo…. saya ingin keluuuaaarrr sayaaangg…” desahnya.
Mendengar desahannya yang demikian seksi membuatku makin terangsang serta saya mulai rasakan ada suatu hal tenaga dalam yang menginginkan di keluarkan serta semuanya kelihatannya telah terkumpul di kejantananku.
“Aku juga ingin keluar mbaaakk…aahhh…” desahku percepat pergerakan pinggulku dari bawah.
“Kamu th. dahulu ya, agar mbak dahulu yg keluaarrr…” erangnya.
Saya tahu tujuannya, suapaya saya tidak mengeluarkannya spermaku didalam memeknya, sebab dengan argumen apa pun saya tidak ingin sperma yang saya mengeluarkan ini jadi anak dari rahim bibiku sendiri. Saya berupaya untuk menahan, tidak lama kemudian merasa cengkeraman di kelaminku merasa kuat serta merasa hangat, badan Mbak Vita kembali mengejang.
Bila saya tidak selekasnya mencabut kemaluanku dengan sedikit mendorong perut Mbak Vita, mungkin saja saya juga juga akan alami orgasme berbarengan dengan Mbak Vita. Untung saja saya sigap, tidak lama kemudian Mbak Vita terkulai lemas diatas badanku nikmati sisa-sisa kesenangan. Pahaku merasa hangat karna air maninya yang keluar dari liang kemaluan Mbak Vita.
Kupeluk badannya serta membalikkan badannya karna saya belum juga terpuaskan. Saya kembali merangsang Mbak Vita dengan jilatan di sekitaran selangkangannya. Sesudah sekitar 3 – 4 menit Mbak Vita kembali terangsang serta menyuruhku untuk memasukan sekali lagi batang kejantannanku ke liang kewanitaannya. Tanpa ada ba-bi-bu sekali lagi, segera saya tancapkan kedalam kemaluannya.
Kesempatan ini lebih gampang karna kemaluan kami berdua memanglah sudah licin. Sesudah memompa sebagian menit, saya kembali rasakan gelombang kesenangan serta dengan selekasnya saya mencabutnya serta mengocok-ngocoknya dengan tangan sendiri.
Tetapi tidak diduga, Mbak Vita lalu menangkap kemaluanku serta menukar tanganku dengan tangannya serta lalu memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya. SZungguh mengagumkan enaknya, terlebih permainan lidahnya membuatku tidak dapat bertahan lama serta pada akhirnya semuanya spermaku kukeluarkan didalam kuluman mulutnya.
Dia seolah tidak ingin melepas kemaluanku yang tengah muntah serta dia mengisap habis semuanya muntahannya tanpa ada sisa.
Sesudah saya rasakan pelumas dari dalam badanku habis, batang kemaluanku juga perlahan kembali mengecil. Lihat hal tersebut, Mbak Vita lalu melepas batang kemaluanku, serta tersenyum kepadaku. Lalu dia berbisik,
“Riko terima kasih yah mbak senang sekali, mbak telah lama gak ngentot dengan pamanmu, kelak jika ada saat sekali lagi anda maukan puasin mbak sekali lagi? ” ucapnya manja.
Dengan masih tetap terduduk di lantai saya mengangguk sembari tersenyum nakal pada Mbak Vita. Lalu kami juga mandi keduanya sama, sama-sama bersihkan diri serta kadang-kadang tanganku bergerak nakal menyentuh toketnya yang barusan pentilnya pernah mencuat.
Sesudah peristiwa pertama itu, kami juga seringkali mengerjakannya di hari Minggu atau hari-hari libur di mana kondisi tempat tinggal tengah sepi. Terkadang di kamar mandi, terkadang di kamarnya.
Tetapi sesudah sebagian bln. kami melakukanya, dia mendengar kalau suaminya yang diluar negeri telah menikah sekali lagi serta dia juga mengambil keputusan untuk kembali pada tempat tinggal orang tuanya di Jakarta. Serta sesudah kepergiannya atau lebih persisnya kepulangannya ke Jakarta saya tidak sempat mendengar beritanya sekali lagi hingga saat ini.
Duniabola99.com – Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Bandung. Karena tugas kantorku, aku terpaksa tinggal di Bandung selama 5 Hari dan weekend di Jakarta. Di kota kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku.
Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, seorang perawat, dan seorang pembantu. Rumah yang asri gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval.
Aku mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya.
Pak Rafi ya...
Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar di sini. Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaku?, jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter.
Iya
, saya dulu pengasuhnya Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kimpoi lagi. Saya kan dulu janda pak.., tapi mungkin belum jodo.., ee dianya pergi sama orang lain.., ya sudah, akhirnya Saya kerja di sini.., Mataku memandangi sekujur tubuhnya.
Tati (nama si perawat itu) secara fisik memang tidak pantas menjadi seorang perawat. Kulitnya putih mulus, wajahnya manis, rambutnya hitam sebahu, buah dadanya sedang menantang, dan kakinya panjang semampai. Kedua matanya yang bundar memandang langsung mataku, seakan ingin mengatakan sesuatu.
Aku tergagap dan berkata, Ee.., Mbak Tati, Bapak ada?.
Bapak sedang tidur. Tapi Mas Anto sudah nitip sama saya. Mari saya antarkan ke kamar...
Tati menunjukkan kamar yang sudah disediakan untukku. Kamar yang luas, ber-AC, tempat tidur besar, kamar mandi sendiri, dan sebuah meja kerja.
Aku meletakkan koporku di lantai sambil melihat berkeliling, sementara Tati merunduk merapikan sprei ranjangku. Tanpa sengaja aku melirik Tati yang sedang menunduk. Dari balik baju putihnya yang kebetulan berdada rendah, terlihat dua buah dadanya yang ranum bergayut di hadapanku.
Ujung buah dada yang berwarna putih itu ditutup oleh BH berwarna pink. Darahku terkesiap. Ahh , perawat cantik, janda, di rumah yang relatif kosong.Sadar melihat aku terkesima akan keelokan buah dadanya, dengan tersipu-sipu Tati menghalangi pemandangan indah itu dengan tangannya.
Semuanya sudah beres Pak
, silakan beristirahat...
Ee
, ya.., terima kasih, jawabku seperti baru saja terlepas dari lamunan panjang.
Sore itu aku berkenalan dengan ayah Anto yang sudah pikun itu. Ia tinggal sendiri di rumah itu setelah ditinggalkan oleh istrinya 5 tahun yang lalu. Selama beramah-tamah dengan sang Bapak, mataku tak lepas memandangi Tati. Sore itu ia menggunakan daster tipis yang dikombinasikan dengan celana kulot yang juga tipis. Buah dadanya nampak semakin menyembul dengan dandanan seperti itu. Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekitar 17 tahun. Mukanya manis, walaupun tidak secantik Tati. Badannya bongsor dan motok. Ani namanya. Ia yang sehari-hari menyediakan makan untukku. Solaire99
Hari demi hari berlalu. Karena kepiawaianku dalam bergaul, aku sudah sangat akrab dengan orang-orang di rumah itu. Bahkan Ani sudah biasa mengurutku dan Tati sudah berani untuk ngobrol di kamarku. Bagi janda muda itu, aku sudah merupakan tempat mencurahkan isi hatinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hingga kadang-kadang Tati merasa tidak perlu mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarku. Sampai suatu malam, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. Aku, karena sedang suntuk memasang VCD porno kesukaanku di laptopku. Tengah asyik-asyiknya aku menonton tanpa sadar aku menoleh ke arah pintu, astaga , Tati tengah berdiri di sana sambil juga ikut menonton. Rupanya aku lupa menutup pintu, dan ia tertarik akan suara-suara erotis yang dikeluarkan oleh film produksi Vivid interactive itu.
Ketika sadar bahwa aku mengetahui kehadirannya, Tati tersipu dan berlari ke luar kamar.
Mbak Tati.., panggilku seraya mengejarnya ke luar. Kuraih tangannya dan kutarik kembali ke kamarku.
Mbak Tati
, mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok...
Ah, ngga Pak
, malu aku.., katanya sambil melengos.
Lho.., kok malu.., kayak sama siapa saja.., kamu itu.., wong kamu sudah cerita banyak tentang diri kamu dan keluarga.., dari yang jelek sampai yang bagus.., masak masih ngomong malu sama aku?, Kataku seraya menariknya ke arah ranjangku.
Yuk kita nonton bareng yuk.., Aku mendudukkan Tati di ranjangku dan pintu kamarku kukunci.
Dengan santai aku duduk di samping Tati sambil mengeraskan suara laptopku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan ke 2 bintang porno itu memang menakjubkan. Mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik Tati yang sedari tadi takjub memandangi adegan-adegan panas tersebut. Terlihat ia berkali-kali menelan ludah. Nafasnya mulai memburu, dan buah dadanya terlihat naik turun. Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya yang putih mulus itu. Tati tampak sedikit kaget, namun ia membiarkan tanganku membelai telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Tati basah oleh keringat. Aku membelai-belai tangannya seraya perlahan-lahan mulai mengusap pergelangan tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Tati nampak pasrah saja ketika aku memberanikan diri melingkarkan tanganku ke bahunya sambil membelai mesra bahunya. Namun ia belum berani untuk menatap mataku. Sambil memeluk bahunya, tangan kananku kumasukkan ke dalam daster melalui lubang lehernya. Tanganku mulai merasakan montoknya pangkal buah dada Tati. Kubelai-belai seraya sesekali kutekan daging empuk yang menggunung di dada bagian kanannya.
Ketika kulihat tak ada reaksi dari Tati, secepat kilat kusisipkan tangganku ke dalam BH-nya
, kuangkat cup BH-nya dan kugenggam buah dada ranum si janda muda itu.
Ohh.., Pak
, jangan.., Bisiknya dengan serak seraya menoleh ke arahku dan mencoba menolak dengan menahan pergelangan tangan kananku dengan tangannya.
Sshh
, ngga apa-apa Mbak
, ngga apa-apa...
Nanti ketauanhh...
Nggaa
, jangan takut.., Kataku seraya dengan sigap memegang ujung puting buah dada Tati dengan ibu jari dan telunjukku, lalu kupelintir-pelintir ke kiri dan kanan.
Ooh.., hh.., Pak.., Ouh.., jj.., jjanganhh.., ouh.., Tati mulai merintih-rintih sambil memejamkan matanya. Pegangan tangannya mulai mengendor di pergelangan tanganku.
Saat itu juga, kusambar bibirnya yang sedari tadi sudah terbuka karena merintih-rintih.
Ouhh.., mmff.., cuphh.., mpffhh.., Dengan nafas tersengal-sengal Tati mulai membalas ciumanku. Kucoba mengulum lidahnya yang mungil, ketika kurasakan ia mulai membalas sedotanku. Bahkan ia kini mencoba menyedot lidahku ke dalam mulutnya seakan ingin menelannya bulat-bulat. Tangannya kini sudah tidak menahan pergelanganku lagi, namun kedua-duanya sudah melingkari leherku. Malahan tangan kanannya digunakannya untuk menekan belakang kepalaku sehingga ciuman kami berdua semakin lengket dan bergairah. Momentum ini tak kusia-siakan. Sementara Tati melingkarkan kedua tangannya di leherku, akupun melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Aku melepaskan bibirku dari kulumannya, dan aku mulai menciumi leher putih Tati dengan buas. aahh..Ouhh.. Tati menggelinjang kegelian dan tanganku mulai menyingkap daster di bagian pinggangnya. Kedua tanganku merayap cepat ke arah tali BH-nya dan, tasss.. terlepaslah BH-nya dan dengan sigap kualihkan kedua tanganku ke dadanya.
Saat itulah lurasakan betapa kencang dan ketatnya kedua buah dada Tati. Kenikmatan meremas-remas dan mempermainkan putingnya itu terasa betul sampai ke ujung sarafku. Penisku yang sedari tadi sudah menegang terasa semakin tegang dan keras. Rintihan-rintihan Tati mulai berubah menjadi jeritan-jeritan kecil terutama saat kuremas buah dadanya dengan keras. Tati sekarang lebih mengambil inisiatif. Dengan nafasnya yang sudah sangat terengah-engah, ia mulai menciumi leher dan mukaku. Ia bahkan mulai berani menjilati dan menggigit daun telingaku ketika tangan kananku mulai merayap ke arah selangkangannya. Dengan cepat aku menyelipkan jari-jariku ke dalam kulotnya melalui perut, langsung ke dalam celana dalamnya. Walaupun kami berdua masih dalam keadaan duduk berpelukan di atas ranjang, posisi paha Tati saat itu sudah dalam keadaan mengangkang seakan memberi jalan bagi jari-jemariku untuk secepatnya mempermainkan kemaluannya.
Hujan semakin deras saja mengguyur kota Bandung. Sesekali terdengar suara guntur bersahutan. Namun cuaca dingin tersebut sama sekali tidak mengurangi gairah kami berdua di saat itu. Gairah seorang lajang yang memiliki libido yang sangat tinggi dan seorang janda muda yang sudah lama sekali tidak menikmati sentuhan lelaki. Tati mengeratkan pelukannya di leherku ketika jemariku menyentuh bulu-bulu lebat di ujung vaginanya. Ia menghentikan ciumannya di kupingku dan terdiam sambil terus memejamkan matanya. Tubuhnya terasa menegang ketika jari tengahku mulai menyentuh vaginanya yang sudah terasa basah dan berlendir itu. Aku mulai mempermainkan vagina itu dan membelainya ke atas dan ke bawah. Ouuhh Pak.., ouhh.., aahh.., g..g.ggelliiihhâ¦.
Tati sudah tidak bisa berkata-kata lagi selain merintih penuh nafsu ketika clitorisnya kutemukan dan kupermainkan. Seluruh badan Tati bergetar dan bergelinjang. Ia nampak sudah tak dapat mengendalikan dirinya lagi. Jeritan-jeritannya mulai terdengar keras. Sempat juga aku kawatir dibuatnya. Jangan-jangan seisi rumah mendengar apa yang tengah kami lakukan. Namun kerasnya suara hujan dan geledek di luar rumah menenangkanku. Benda kecil sebesar kacang itu terasa nikmat di ujung jari tengahku ketika aku memutar-mutarnya. Sambil mempermainkan clitorisnya, aku mulai menundukkan kepalaku dan menciumi buah dadanya yang masih tertutupi oleh daster.
Seolah mengerti, Tati menyingkapkan dasternya ke atas, sehingga dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang ranum, kenyal dan berwarna putih mulus itu bergantung di hadapanku. Karena nafsuku sudah memuncak, dengan buas kusedot dan kuhisap buah dada yang berputing merah jambu itu. Putingnya terasa keras di dalam mulutku menandakan nafsu janda muda itupun sudah sampai di puncak. Tati mulai menjerit-jerit tidak karuan sambil menjambak rambutku. Sejenak kuhentikan hisapanku dan bertanya, Enak Mbak?. Sebagai jawabannya, Tati membenamkan kembali kepalaku ke dalam ranumnya buah dadanya. Jari tengahku yang masih mempermainkan clitorisnya kini kuarahkan ke lubang vagina Tati yang sudah menganga karena basah dan posisi pahanya yang mengangkang. Dengan pelan tapi pasti kubenamkan jari tengahku itu ke dalamnya dan, Auuhh.., P.Paak.., hh. Tati menjerit dan menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang. Terrusshh.., auhh... Kugerakkan jariku keluar masuk di vaginanya dan Tati menggoyangkan pingggulnya mengikuti irama keluar masuknya jemariku itu.
Aku menghentikan ciumanku di buah dada Tati dan mulai mengecup bibir ranum janda itu. Matanya tak lagi terpejam, tapi memandang sayu ke mataku seakan berharap kenikmatan yang ia rasakan ini jangan pernah berakhir. Tangan kiriku yang masih bebas, membimbing tangan kanan Tati ke balik celana pendekku. Ketika tangannya menyentuh penisku yang sudah sangat keras dan besar itu, terlihat ia agak terbelalak karena belum pernah melihat bentuk yang panjang dan besar seperti itu. Tati meremas penisku dan mulai mengocoknya naik turun naik turun.., kocokan yang nikmat yang membuatku tanpa sadar melenguh, Ahh.., Mbaak.., enaknya.., terusin...
Saat itu kami berdua berada pada puncaknya nafsu. Aku yakin bahwa Mbak Tati sudah ingin secepatnya memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Ia tidak mengatakannya secara langsung, namun dari tingkahnya menarik penisku dan mendekatkannya ke vaginanya sudah merupakan pertanda. Namun, di detik-detik yang paling menggairahkan itu terdegar suara si Bapak tua berteriak, Tatiii
, Tatiii... Kami berdua tersentak. Kukeluarkan jemariku dari vaginanya, Tati melepaskan kocokannya dan ia membenahi pakaian dan rambutnya yang berantakan. Sambil mengancingkan kembali BH-nya ia keluar dari kamarku menuju kamar Bapak tua itu. Sialan!, kepalaku terasa pening. Begitulah penyakitku kalau libidoku tak tersalurkan.
Beberapa saat lamanya aku menanti siapa tahu janda muda itu akan kembali ke kamarku. Tapi nampaknya ia sibuk mengurus orang tua pikun itu, sampai aku tertidur. Entah berapa lama aku terlelap, tiba-tiba aku merasa napasku sesak. Dadaku serasa tertindih suatu beban yang berat. Aku terbangun dan membuka mataku. Aku terbelalak, karena tampak sesosok tubuh putih mulus telanjang bulat menindih tubuhku.
Mbak Tati?, Tanyaku tergagap karena masih mengagumi keindahan tubuh mulus yang berada di atas tubuhku. Lekukan pinggulnya terlihat landai, dan perutnya terasa masih kencang. Buah dadanya yang lancip dan montok itu menindih dadaku yang masih terbalut piyama itu. Seketika, rasa kantukku hilang. Mbak Tati tersenyum simpul ketika tangannya memegang celanaku dan merasakan betapa penisku sudah kembali menegang.
Kita tuntaskan ya Mbak?, Kataku sambil menyambut kuluman lidahnya. Sambil dalam posisi tertindih aku menanggalkan seluruh baju dan celanaku. Kegairahan yang sempat terputus itu, mendadak kembali lagi dan terasa bahkan lebih menggila. Kami berdua yang sudah dalam keadaan bugil saling meraba, meremas, mencium, merintih dengan keganasan yang luar biasa. Mbak Tati sudah tidak malu-malu lagi menggoyangkan pinggulnya di atas penisku sehingga bergesekan dengan vaginanya.
Tidak lebih dari 5 menit, aku merasakan bahwa nafsu syahwat kami sudah kembali berada dipuncak. Aku tak ingin kehilangan momen lagi. Kubalikkan tubuh Tati, dan kutindih sehingga keempukan buah dadanya terasa benar menempel di dadaku. Perutku menggesek nikmat perutnya yang kencang, dan penisku yang sudah sangat menegang itu bergesekan dengan vaginanya.
Mbak.., buka kakinya.., sekarang kamu akan merasakan sorganya dunia Mbak.., bisikku sambil mengangkangkan kedua pahanya. Sambil tersengal-sengal Tati membuka pahanya selebar-lebarnya. Ia tersenyum manis dengan mata sayunya yang penuh harap itu.
Ayo Pak.., masukkan sekarangâ¦, Aku menempelkan kepala penisku yang besar itu di mulut vagina Tati. Perlahan-lahan aku memasukkannya ke dalam, semakin dalam, semakin dalam dan, aa.., Aooohh.., paakhâ¦.., aahh.., rintihnya sambil membelalakkan matanya ketika hampir seluruh penisku kubenamkan ke dalam vaginanya. Setelah itu, Blesssâ¦, dengan sentakan yang kuat kubenamkan habis penisku diiringi jeritan erotisnya, Ahh.., besarnyah.., ennnakk ppaak...
Aku mulai memompakan penisku keluar masuk, keluar masuk. Gerakanku makin cepat dan cepat. Semakin cepat gerakanku, semakin keras jeritan Tati terdengar di kamarku. Pinggul janda muda itu pun berputar-putar dengan cepat mengikuti irama pompaanku. Kadang-kadang pinggulnya sampai terangkat-angkat untuk mengimbangi kecepatan naik turunnya pinggulku. Buah dadanya yang terlihat bulat dalam keadaan berbaring itu bergetar dan bergoyang ke sana ke mari. Sungguh menggairahkan!
Tiba-tiba aku merasakan pelukannya semakin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku. Otot-ototnya mulai menegang. Nafas perempuan itu juga semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan alisnya merengut aahh... Tati menjerit panjang seraya menjambak rambutku, dan penisku yang masih bergerak masuk keluar itu terasa disiram oleh suatu cairan hangat. Dari wajahnya yang menyeringai, tampak janda muda itu tengah menghayati orgasmenya yang mungkin sudah lama tidak pernah ia alami itu. Aku tidak mengendurkan goyangan pinggulku, karena aku sedang berada di puncak kenikmatanku.
Mbak.., goyang terus Mbak.., aku juga mau keluar... Tati kembali menggoyang pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang.
Keluarkan di dalam saja pak, bisik Tati, Aku masih pakai IUD. Begitu Tati selesai berbisik, aku melenguh.
Mbak.., aku keluar.., aku keluarrâ¦., aahh.., dan
, Crat.., crat.., craat, kubenamkan penisku dalam-dalam di vagina perempuan itu. Seakan mengerti, Tati mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sumsumku.
Kami berdua terkulai lemas sambil memejamkan mata. Pikiran kami melayang-layang entah ke mana. Tubuhku masih menindih tubuh montok Tati. Kami berdua masih saling berpelukan dan akupun membayangkan hari-hari penuh kenikmatan yang akan kualami sesudah itu di Bandung.Sejak kejadian malam itu, kesibukan di kantorku yang luar biasa membuatku sering pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertidur lelap. Kesibukan ini bahkan membuat aku jarang bisa berkomunikasi dengan Tati. Walaupun begitu, sering juga aku mempergunakan waktu makan siangku untuk mampir ke rumah dengan maksud untuk melakukan seks during lunch. Sayang, di waktu tersebut ternyata Ayah Anto senantiasa dalam keadaan bangun sehingga niatku tak pernah kesampaian. Namun suatu hari aku cukup beruntung walaupun orang tua itu tidak tidur. Aku mendapat apa yang kuinginkan.
Tati diminta oleh Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tidak terlihat dari tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampainya di kamar kuraih pinggang semampai perawat itu dari belakang. Tati terkejut dan tertawa kecil ketika sadar siapa yang memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut ciumanku dengan bibirnya yang mungil itu sambil dengan buas mengulum lidahku. Ia memang sudah tidak malu-malu lagi seperti awal pertemuan kami. Janda cantik itu sudah menunjukkan karakternya sebagai seorang pecinta sejati yang tanpa malu-malu lagi menunjukkan kebuasan gairahnya. Kadang aku tidak mengerti, kenapa suaminya tega meninggalkannya. Namun analisaku mengatakan, suaminya tak mampu mengimbangi gejolak gairah Tati di atas ranjang dan untuk menutupi rasa malu yang terus menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama dengan perempuan lain yang lebih low profile. Aku memang belum sempat menanyakan pada Tati bagaimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya di saat menjanda. Aku berpikir, bawa masturbasi adalah jalan satu-satunya.
Kami berdua masih saling berciuman dengan ganas ketika dengan sigap aku menyelipkan tanganku ke balik baju perawatnya yang putih itu. Sungguh terkejut ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tidak memakai BH sehingga dengan mudahnya kuremas buah dada kanannya yang ranum itu.Kok ngga pakai BH Mbak..? Sambil menggelinjang dan mendesah, ia menjawab sambil tersenyum nakal.Supaya gampang diremas sama kamu... Benar-benar jawaban yang menggemaskan! Kembali kukulum bibir dan lidahnya yang menggairahkan itu sambil dengan cepat kubuka kancing bajunya yang pertama, kedua, dan ketiga. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan kepalaku, dengan tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhisap sedemikian rupa sehingga hampir setengahnya masuk ke dalam mulutku. Tati mulai mengerang kegelian, Ouhh.., geli Mas.., geliii.., ahh... Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku Mas. Sambil menggelinjang dan merintih, tangan kanan Tati mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku.
Penisku yang terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari lentik perempuan itu berusaha untuk mencari letak kepala penisku untuk kemudian digosok-gosoknya dari luar celana. Sensasi itu membuat nafasku semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yang tengah berlari kencang. Seakan tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu dan dengan sigap kugosokkan jari-jemariku di celana dalamnya. Tepat diatas vaginanya, celana dalam Tati terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalam beberapa menit saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehingga vaginanya sudah siap untuk dimasuki oleh penisku.
Tanpa membuang waktu kuturunkan celana dalam tipis yang kali ini berwarna hitam, kudorong tubuh montok perawat itu ke dinding, lalu kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya menempel di pinggangku. Dengan sigap pula kubuka ritsluiting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang dan besar itu. Tati sudah nampak pasrah. Ia hanya bersender di dinding sambil memejamkan matanya dan memeluk bahuku.
Tatiii.., mana minyak tawonnya.., kok lama betuulâ¦. Suara orang tua itu terdengar dengan keras. Sungguh menjengkelkan. Tati sempat terkejut dan nampak panik ketika kemudian aku berbisik, Tenang Mbak.., jawab aja.., kita selesaikan dulu ini.., kamu mau kan? Ia mengangguk seraya tersenyum manis.
Sebentar Pak.., teriaknya. Minyak tawonnya keselip entah ke mana.., ini lagi dicari kokâ¦. Ia tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri. Namun tawanya itu langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil ketika kupukul-pukulkan kepala penisku ke selangkangannya.
Perlahan-lahan kutempelkan kepala penisku itu di pintu vaginanya. Sambi kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan. Tati ternganga sambil terengah-engah, aahh.., aahh.., ouhh.., Mas.., besar sekali.., pelan-pelan Mas..pelan-pelanhh.., dan, aaâ¦. Tati menjerit kecil ketika kumasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya yang becek dan terasa sangat sempit dalam posisi berdiri ini. Aku menyodokkan penisku maju mundur dengan gerakan yang percepatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tubuh Tati terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiri dan kanan dan jeritannya semakin menjadi-jadi.
Aku sudah tak peduli kalau ayah Anton sampai mendengarkan jeritan perempuan itu. Nafsuku sudah naik ke kepala. Janda muda ini memang memiliki daya pikat seks yang luar biasa. Walaupun ia hanya seorang perawat, namun kemulusan dan kemontokan badannya sungguh setara dengan perempuan kota jaman sekarang. Sangat terawat dan nikmat sekali bila digesek-gesekkankan di kulit kita. Gerakan pinggulku semakin cepat dan semakin cepat. Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menghisap puting buah dadanya yang meruncing panjang dan keras itu. Buah dadanya yang kenyal itu hampir seluruhnya dibasahi oleh air liurku. Aku memang sedang nafsu berat. Aku merasakan bahwa sebentar lagi aku akan orgasme dan bersamaan dengan itu juga tubuh Tati menegang.
Kupercepat gerakan pinggulku dan tiba-tiba, aahh.., Mas.., Masssâ¦, aku keluarrr.., aahh, Jeritnya. Saat itu juga kusodokkan penisku ke dalam vagina janda muda itu sekeras-kerasnya dan, Craat.., craatt.., craat.
Ahh
, Mbaak, erangku sambil meringis menikmati puncak orgasme kami yang waktunya jatuh bersamaan itu. Kami berpelukan sesaat dan Tati berbisik dengan suara serak.
Mas.., aku ngga pernah dipuasin laki-laki seperti kamu muasin saya.., kamu hebat... Aku tersenyum simpul.
Mbak., aku masih punya 1001 teknik yang bisa membuat kamu melayang ke surga ke-7.., ngga bosan kan kalo lain waktu aku praktekkan sama kamu?. Perlahan Tati menurunkan paha kanannya dan mencabut penisku dari vaginanya. Bosan? Aku gila apa.., yang beginian ngga akan membuatku bosan.., kalau bisa tiap hari aku mau Mas... Benar-benar luar biasa libido perempuan ini. Beruntung aku mempunyai libido yang juga luar biasa besarnya. Sebagai partner seks, kami benar-benar seimbang.
Setelah kejadian siang itu, aku dan Tati seperti pengantin baru saja. Tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi. Walaupun demikian, aku tekankan pada Tati, bahwa hubungan antara aku dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk memuaskan nafsu birahi saja. Aku dan dia punya hak untuk berhubungan dengan orang lain. Tati si janda muda yang sudah merasakan kenikmatan seks bebas itu tentu saja menyetujuinya.
Suatu hari, Tati masuk ke dalam kamarku dan ia berkata, Mas, aku akan mengambil cuti selama 1 bulan. Aku harus mengurusi masalah tanah warisan di kampungku...
Lha.., kalau Mbak pulang, siapa yang akan mengurusi Bapak?, tanyaku sambil membayangkan betapa kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan. Mas Anto bilang, akan ada adik Bapak yang akan menggantikan aku selama 1 bulan.., namanya Mbak Ine.., dia ngga kimpoi.., umurnya sudah hampir 40 tahun.., orangnya baik kok.., cerewet.., tapi ramah... Yah apa boleh buat, aku terpaksa kehilangan seorang teman berhubungan seks yang sangat menggairahkan. Hitung-hitung cuti 1 bulan.., atau kalau berpikir positif.., its time to look for a new partner!!!
Hari ini adalah hari ke lima setelah kepergian Tati. Mbak Ine, pengganti sementara Tati, ternyata adalah adik ipar ayah Anto. Jadi, adik istri si bapak tua itu. Mbak Ine adalah seorang perempuan Sunda yang ramah. Wajahnya lumayan cantik, kulitnya berwarna hitam manis, badannya agak pendek dan bertubuh montok. Ukuran buah dadanya besar. Jauh lebih besar dari Tati dan senantiasa berdandan agak menor. Wanita yang berumur hampir 40 tahun itu mengaku belum pernah menikah karena merasa bahwa tak ada laki-laki yang bisa cocok dengan sifatnya yang avonturir. Saat ini ia bekerja secara freelance di sebuah stasiun televisi sebagai penulis naskah. Kemampuan bergaulku dan keramahannya membuat kami cepat sekali akrab.
Lagi-lagi, kamarku itu kini menjadi markas curhatnya Mbak Ine. Panggil saya teh Ine aja deh.., katanya suatu kali dengan logat Bandungnya yang kental.Kalau gitu panggil saya Rafi aja ya teh.., ngga usah pake pak pak-an segala.., balasku sambil tertawa. Baru 5 hari kami bergaul, namun sepertinya kami sudah lama saling mengenal. Kami seperti dua orang yang kasmaran, saling memperhatikan dan saling bersimpati. Persis seperti cinta monyet ketika kita remaja. Saat itu seperti biasa, kami sedang ngobrol santai dari hati ke hati sambil duduk di atas ranjangku. Aku memakai baju kaos dan celana pendek yang ketat sehingga tanpa kusadari tekstur penis dan testisku tercetak dengan jelas. Bila kuperhatikan, beberapa kali tampak teh Ine mencuri-curi melirik selangkanganku yang dengan mudah dilihatnya karena aku duduk bersila. Aku sengaja membiarkan keadaan itu berlangsung. Malah kadang-kadang dengan sengaja aku meluruskan kedua kakiku dengan posisi agak mengangkang sehingga cetakan penisku makin nyata saja di celanaku.
Sesekali, ditengah obrolan santai itu, tampak teh Ine melirik selangkanganku yang diikuti dengan nafasnya yang tertahan. Kenapa aku melakukan hal ini? Karena libidoku yang luar biasa, aku jadi tertantang untuk bisa meniduri teh Ine yang aku yakini sudah tak perawan lagi karena sifatnya yang avonturir itu. Dan lagi, dari sifatnya yang ramah, ceria, cerewet dan petualang itu, aku yakin di balik tubuh montok perempuan setengah baya tersimpan potensi libido yang tak kalah besar dengan Tati. Juga, gayanya dalam bergaul yang mudah bersentuhan dan saling memegang lengan sering membuat darahku berdesir. Apalagi kalau aku sedang dalam keadaan libido tinggi.
Saat ini, teh Ine mengenakan daster berwarna putih tipis sehingga tampak kontras dengan warna kulitnya yang hitam manis itu. Belahan buah dadanya yang besar itu menyembul di balik lingkaran leher yang berpotongan rendah di bagian dada. Dasternya sendiri berpola terusan hingga sebatas lutut sehingga ketika duduk, pahanya yang montok itu terlihat dengan jelas. Aku selalu berusaha untuk bisa mengintip sesuatu yang terletak di antara kedua paha teh Ine. Namun karena posisi duduknya yang selalu sopan, aku tak dapat melihat apa-apa.
Bukan main! Ternyata seorang wanita berusia 40-an masih mempunyai daya tarik sexual yang tinggi. Terus terang, baru kali ini aku berani berfantasi mengenai hubungan seks dengan teh Ine. Sementara ia bercerita tentang masa mudanya, pikiranku malah melayang dan membayangkan tubuh teh Ine sedang duduk di hadapanku tanpa selembar benangpun. Alangkah menggairahkannya. Aku seperti bisa melihat dengan jelas seluruh lekuk tubuhnya yang mulus tanpa cacat. Tanpa sadar, penisku menegang dan cairan madzi di ujungnya pun mulai keluar. Celanaku tampak basah di ujung penisku, dan cetakan penis serta testisku semakin jelas saja tercetak di selangkangan celanaku.
Membesarnya penisku ternyata tak lepas dari perhatian teh Ine. Tampak jelas terlihat matanya terbelalak melihat ukuran penisku yang membesar dan tercetak jelas di celana pendekku. Obrolan kami mendadak terhenti karena beberapa saat teh Ine masih terpaku pada selangkanganku.
Kunaon teh..?, tanyaku memancing.
Eh.., enteu.., kamu teh mikirin apa sih�, katanya sambil tersenyum simpul.
Mikirin teh Ine teh.., entah kenapa barusan saya membayangkan teh Ine nggak pakai apa-apa.., aduh indahnya teh.., tiba-tiba saja jawaban itu meluncur dari mulutku. Aku sendiri terkejut dengan jawabanku yang sangat terus terang itu dan sempat membuatku terpaku memandang wajah teh Ine. Wajah teh Ine tampak memerah mendengar jawabanku itu. Napasnya mendadak memburu.
Tiba-tiba teh Ine bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu kamarku dan menguncinya. Leherku tercekat, dan kurasakan jantungku berdegup semakin kencang. Dengan tersenyum dan sorot mata nakal ia menghampiriku dan duduk tepat di hadapan selangkanganku. Aku memang sedang dalam posisi selonjor dengan kedua kaki mengangkang.
Fi, kamu pingin sama teteh..? Hmm?, Desahnya seraya meraba penis tegangku dari luar celana. Aku menelan ludah sambil mengangguk perlahan dan tersenyum. Entah mengapa, aku jadi gugup sekali melihat wajah teh Ine yang semakin mendekat ke wajahku. Tanpa sadar aku menyandarkan punggungku ke tembok di ujung ranjang dan teh Ine menggeser duduknya mendekatiku sambil tetap menekan dan membelai selangkanganku. Nafas teh Ine yang semakin cepat terasa benar semakin menerpa hidung dan bibirku. Rasa nikmat dari belaian jemari teh Ine di selangkanganku semakin terasa keujung syaraf-syarafku. Napasku mulai memburu dan tanpa sadar mulutku mulai mengeluarkan suara erangan-erangan.
Dengan lembut teh Ine menempelkan bibirnya di atas bibirku. Ia memulainya dengan mengecup ringan, menggigit bibir bawahku, dan tiba-tiba.., lidahnya memasuki mulutku dan berputar-putar di dalamnya dengan cepat. Langit-langit mulutku serasa geli disapu oleh lidah panjang milik perempuan setengah baya yang sangat menggairahkan itu. Aku mulai membalas ciuman, gigitan, dan kuluman teh Ine. Sambil berciuman, tangan kananku kuletakkan di buah dada kiri teh Ine. Uh.., alangkah besarnya.., walaupun masih ditutupi oleh daster, keempukan dan kekenyalannya sudah sangat terasa di telapak tanganku.
Dengan cepat kuremas-remas buah dada teh Ine itu, Emph.., emph.., rintihnya sambil terus mengulum lidahku dan menggosok-gosok selangkanganku. Mendadak teh Ine menghentikan ciumannya. Ia menahan tanganku yang tengah meremas buah dadanya dan berkata, Fi, sekarang kamu diam dulu yah.., biar teteh yang duluan...
Tiba-tiba dengan cepat teh Ine menarik celana pendekku sekalian dengan celana dalamku. Saking cepatnya, penisku yang menegang melejit keluar. Sejenak teh Ine tertegun menatap penisku yang berdiri tegak laksana tugu monas itu. Gusti Rafi.., ageung pisan.., bisiknya lirih. Dengan cepat teh Ine menundukkan kepalanya, dan seketika tubuhku terasa dialiri oleh aliran listrik yang mengalir cepat ketika mulut teh Ine hampir menelan seluruh penisku. Terasa ujung penisku itu menyentuh langit-langit belakang mulut teh Ine. Dengan sigap teh Ine memegang penisku sementara lidahnya memelintir bagian bawahnya. Kepala teh Ine naik turun dengan cepat mengiringi pegangan tangannya dan puntiran lidahnya.
Aku benar-benar merasa melayang di udara ketika teh Ine memperkuat hisapannya. Aku melirik ke arah kaca riasku, dan di sana tampak diriku terduduk mengangkang sementara teh Ine dengan dasternya yang masih saja rapi merunduk di selangkanganku dan kepalanya bergerak naik turun. Suara isapan, jilatan dan kecupan bibir perempuan montok itu terdengar dengan jelas. Kenikmatan ini semakin menjadi-jadi ketika kurasakan teh Ine mulai meremas-remas kedua bola testisku secara bergantian. Perutku serasa mulas dan urat-urat di penisku serasa hendak putus karena tegangnya. Teh Ine tampak semakin buas menghisapi penisku seperti seseorang yang kehausan di padang pasir menemukan air yang segar. Jari-jemarinyapun semakin liar mempermainkan kedua testisku. Slurrp.., Cuph.., Mphh... Suara kecupan-kecupan di penisku semakin keras saja.
Nafsuku sudah naik ke kepala. Aku berontak untuk berusaha meremas kedua buah dada montok dan besar milik wanita lajang berusia setengah baya itu, namun tangan teh Ine dengan kuat menghalangi tubuhku dan iapun semakin gila menghisapi dan menjilati penisku. Aku mulai bergelinjang-gelinjang tak karuan.
Teh Ine.., teeehâ¦, gantian dongg.., please.., saya udah ngga kuaatâ¦, aahh.., sss.., erangku seakan memohon. Namun permintaanku tak digubrisnya. Kedua tangan dan mulutnya semakin cepat saja mengocok penisku. Terasa seluruh syaraf-syarafku semakin menegang dan menegang, degup jantungku berdetak semakin kencang.. napaskupun makin memburu.
Oohh , Teh Ine.., Teh Ineee , aahhâ¦., Aku berteriak sambil mengangkat pinggulku tinggi-tinggi dan, Crat.., craat.., craat, aku memuncratkan spermaku di dalam mulut teh Ine. Dengan sigap pula teh Ine menelan dan menjilati spermaku seperti seorang yang menjilati es krim dengan nikmatnya. Setiap jilatan teh Ine terasa seperti setruman-setruman kecil di penisku. Aku benar-benar menikmati permainan ini.., luar biasa teh Ine, Enak Fi..? Hmm?, teh Ine mengangkat kepalanya dari selangkanganku dan menatapku dengan senyum manisnya, tampak di seputar mulutnya banyak menempel bekas-bekas spermaku.
Fuhh nikmatnya sperma kamu Fi.. Bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa spermaku di bibirnya.
Obat awet muda ya teh.., kataku bercanda.
Yaa gitulah
, antosan sekedap nya? Biar teteh ambilkan minum buat kamu. Oh my God.., benar-benar seorang wanita yang penuh pengabdian, dia belum mengalami orgasme apa-apa tapi perhatiannya pada pasangan lelakinya luar biasa besar, sungguh pasangan seks yang ideal! Kenyataan itu saja membuat rasa simpati dan birahiku pada teh Ine kembali bergejolak. Teh Ine kembali dari luar membawa segelas air.
Minum deh.., biar kamu segeran...
Nuhun teh.., tapi janji ya abis ini giliran saya muasin teteh... Aku meneguk habis air dingin buatan teh Ine dan saat itu pula aku merasakan kejantananku kembali. Birahiku kembali bergejolak melihat tubuh montok teh Ine yang ada di hadapanku.
Aku meraih tangan teh Ine dan dengan sekali betot kubaringkan tubuhnya yang molek itu di atas ranjang.
Eeehh.., pelan-pelan Fi.., teriak teh Ine dengan geli.
Teteh mau diapain sih⦠, lanjutnya manja. Tanpa menjawab, aku menindih tubuh montok itu, dan sekejap kurasakan nikmatnya buah dada besar itu tergencet oleh dadaku. Juga, syaraf-syaraf sekitar pinggulku merasakan nikmatnya penisku yang menempel dengan gundukan vaginanya walaupun masih ditutupi oleh daster dan celana dalamnya.
Kupandangi wajah teh Ine yang bundar dan manis itu. Kalau diperhatikan, memang sudah terdapat kerut-kerut kecil di daerah mata dan keningnya. Tapi peduli setan! Teh Ine adalah seorang wanita setengah baya yang paling menggairahkan yang pernah kulihat. Pancaran aura sexualnya sungguh kuat menerangi sanubari lelaki yang memandangnya.
Teteh mau tau apa yang ingin saya lakukan terhadap teteh?, Kataku sambil tersenyum.
Saya akan memperkosa teteh sampai teteh ketagihan.
Lalu dengan ganas, aku memulai menciumi bibir dan leher teh Ine. Teh Inepun dengan tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumanku. Keganasan kami berdua membuat suasana kamarku menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Dengan tak sabar aku menarik ritsluiting daster teh Ine, kulucuti dasternya, BH-nya, dan yang terakhir.., celana dalamnya. Wow.., sebuah gundukan daging tanpa bulu sama sekali terlihat sangat menantang terletak di selangkangan teh Ine. My God.., alangkah indahnya vagina teh Ine itu.., tak pernah kubayangkan bahwa ia mencukur habis bulu kemaluannya.
Kamu juga buka semua dong Fi, rengeknya sambil menarik baju kaosku ke atas. Dalam sekejap, kami berdua berdua berpelukan dan berciuman dengan penuh nafsu dalam keadaan bugil! Sambil menindih tubuhnya yang montok itu, bibirku menyelusuri lekuk tubuh teh Ine mulai dari bibir, kemudian turun ke leher, kemudian turun lagi ke dada, dan terus ke arah puting susu kirinya yang berwarna coklat kemerah-merahan itu. Alangkah kerasnya puting susunya, alangkah lancipnnya.., dan mmhh.., seketika itu juga kukulum, kuhisap dan kujilat puting kenyal itu.., karena gemasnya, sesekali kugigit juga puting itu.
Auuhh.., Fi.., gellii.., sss.., ahh, rintihnya ketika gigitanku agak kukeraskan. Badan montoknya mulai mengelinjang-gelinjang ke sana k emari.., dan mukanya menggeleng-geleng ke kiri dan ke kanan. Sambil menghisap, tangan kananku merayap turun ke selangkangannya. Dengan mudah kudapati vaginanya yang besar dan sudah sangat becek sekali. Akupun dengan sigap memain-mainkan jari tenganku di pintu vaginanya. Crks.., crks.., crks, terdengar suara becek vagina teh Ine yang berwarna lebih putih dari kulit sekitarnya. Ketika jariku mengenai gundukan kecil daging yang mirip dengan sebutir kacang, ketika itu pula wanita setengah baya itu menjerit kecil.
Ahh.., geli Fi.., gelli, Putaran jariku di atas clitoris teh Ine dan hisapanku pada kedua puting buah dadanya makin membuat lajang montok berkulit hitam manis itu semakin bergelinjang dengan liar.
Fi.., masukin sekarang Fi.., sekarang.., please.., teteh udah nggak tahan..ahh... Kulihat wajah teh Ine sudah meringis seperti orang kesakitan. Ringisan itu untuk menahan gejolak orgasmenya yang sudah hampir mencapai puncaknya. Dengan sigap kuarahkan penisku ke vagina montok milik teh Ine.., kutempelkan kepala penisku yang besar tepat di bawah clitorisnya, kuputar-putarkan sejenak dan teh Ine meresponnya dengan mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya untuk memberi kemudahan bagiku untuk melakukan penetrasi.., saat itu pula kusodokkan pantatku sekuat-kuatnya dan, Blesss, masuk semuanya!
Aahhâ¦. Teh Ine menjerit panjang.., Besar betul Fi.., auhhâ¦., besar betuull
, duh gusti enaknya.., aahh... Dengan penuh keganasan kupompa penisku keluar masuk vagina teh Ine. Dan iapun dengan liarnya memutar-mutar pinggulnya di bawah tindihanku. Astaga.., benar-benar pengalaman yang luar biasa! Bahkan keliaran teh Ine melebihi ganasnya Mbak Tati.., luar biasa!
Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat yang bercampur liur. Kasurkupun sudah basah di mana-mana oleh cairan mani maupun lendir yang meleleh dari vagina teh Ine, namun entah kekuatan apa yang ada pada diri kami
, kami masih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Bunyi ranjangkupun sudah tak karuan.., Kriet.., kriet.., krieeet, sesuai irama goyangan pinggul kami berdua. Penisku yang besar itu masih dengan buasnya menggesek-gesek vagina teh Ine yang terasa sempit namun becek itu.
Setelah lebih dari 15 menit kami saling memompa, tiba-tiba kurasakan seluruh tubuh teh Ine menegang.
Fi.., Fi.., Teteh mau keluar...
Iya teh, saya juga.., kita keluar sama-sama tehâ¦, Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat.., aku menancapkan penisku dalam-dalam dan teh Ine mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi
, Crat.., crat.., crat.., crat, kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang bersamaan. Kami sudah tak peduli bila seisi rumah akan mendengarkan jeritan-jeritan kami, karena aku yakin teh Inepun tak pernah merasakan kenikmatan yang luar biasa ini sepanjang hidupnnya.
Ahh.., Fi.., kamu hebaat.., kamu hebaathh.., hh.., Teteh ngga pernah ngerasain kenikmatan seperti ini.
Saya juga teh.., terima kasih untuk kenikmatan ini.., Kataku seraya mengecup kening teh Ine dengan mesra.
Mau tau suatu rahasia Fi?, tanyanya sambil membelai rambutku, Teteh sudah lima tahun tidak bersentuhan dengan laki-laki.., tapi entah kenapa, dalam 5 hari bergaul dengan kamu.., teteh tidak bisa menahan gejolak birahi teteh.., ngga tau kenapa.., kamu itu punya aura seks yang luar biasa... Teh Ine bangkit dari ranjangku dan mengambil sesuatu dari kantong dasternya. Sebutir pil KB.
Seperti punya fitasat, teteh sudah minum pil ini sejak 3 hari yang lalu.., katanya tersenyum, Dan akan teteh minum selama teteh ada di sini.., Teh Ine mengerdipkan matanya padaku dengan manja sambil memakai dasternya.
Selamat tidur sayangâ¦, Teh Ine melangkah keluar dari kamarku.
Teh Ine memang luar biasa. Ia bukan saja dapat menggantikan kedudukan Tati sebagai partner seks yang baik, tetapi juga memberi sentuhan-sentuhan kasih sayang keibuan yang luar biasa. Aku benar-benar dimanja oleh wanita setengah baya itu. Fantasi sexualnya juga luar biasa. Mungkin itu pengaruh dari pekerjaannya sebagai penulis cerita drama. Coba bayangkan, ia pernah memijatku dalam keadaan bugil, kemudian sambil terus memijat ia bisa memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan aku disetubuhi sambil terus menikmati pijatan-pijatannya yang nikmat. Ia juga pernah meminta aku untuk menyetubuhinya di saat ia mandi pancuran di kamar mandi dan kami melakukannya dengan tubuh licin penuh sabun.
Dan yang paling sensasional adalah.., Sore itu aku sudah berada di rumah. Karena load pekerjaan di kantorku tidak begitu tinggi, aku sengaja pulang cepat. Selesai mandi aku duduk di meja makan sambil menikmati pisang goreng buatan teh Ine. Perempuan binal itu memang luar biasa. Ia melayaniku seperti suaminya saja. Segala keperluan dan kesenanganku benar-benar diperhatikan olehnya. Seperti biasa, aku mengenakan baju kaos buntung dan celana pendek longgar kesukaanku dan (seperti biasa juga) aku tidak menggunakan celana dalam. Kebiasaan ini kumulai sejak adanya teh Ine di rumah ini, karena bisa dipastikan hampir tiap hari aku akan menikmati tubuh sintal adik ipar ayah si Anto itu.
Sore itu sambil menikmati pisang goreng di meja makan, aku bercakap-cakap dengan ayah Anto. Orang tua itu duduk di pojok ruangan dekat pintu masuk untuk menikmati semilirnya angin sore kota Bandung. Jarak antara aku dengannya sekitar 6 meter. Sambil bercakap-cakap mataku tak lepas dari teh Ine yang mondar mandir menyediakan hidangan sore bagi kami. Entah ke mana PRT kami saat itu. Teh Ine mengenakan celana pendek yang ditutupi oleh kaos bergambar Mickey Mouse berukuran ekstra besar sehingga sering tampak kaos itu menutupi celana pendeknya yang memberi kesan teh Ine tidak mengenakan celana. Aku berani bertaruh perempuan itu tidak menggunakan BH karena bila ia berjalan melenggang, tampak buah dadanya bergayut ke atas ke bawah, dan di bagian dadanya tercetak puting buah dadanya yang besar itu. Tanpa sadar batang penisku mulai membesar.
Setelah selesai dengan kesibukannya, teh Ine duduk di sebelah kiriku dan ikut menikmati pisang goreng buatannya. Kulihat ia melirik ke arahku sambil memasukkan pisang goreng perlahan-lahan ke dalam mulutnya. Sambil mengerdipkan matanya, ia memasukkan dan mengeluarkan pisang goreng itu dan sesekali menjilatnya. Sambil terus berbasa basi dengan orang tua Anto, aku menelan ludah dan merasakan bahwa urat-urat penisku mulai mengeras dan kepala penisku mulai membesar. Tiba-tiba kurasakan jari-jemari kanan teh Ine menyentuh pahaku. Lalu perlahan-lahan merayap naik sampai di daerah penisku. Dengan gemas teh Ine meremas penis tegangku dari luar celanaku sehingga membuat cairan beningku membuat tanda bercak di celanaku.
Setelah beberapa lama meremas-remas, tangan itu bergerak ke daerah perut dan dengan cepat menyelip ke dalam celana pendekku. Aku sudah tidak tahu lagi apa isi percakapan orang tua Anto itu. Beberapa kali ia mengulangi pertanyaannya padaku karena jawabanku yang asal-asalan. Degup jantungku mulai meningkat. Jemari lentik itu kini sudah mencapai kedua bolaku. Dengan jari telunjuk dan tengah yang dirapatkan, perempuan lajang itu mengelus-elus dan menelusuri kedua bolaku.., mula-mula berputar bergantian kiri dan kanan kemudian naik ke bagian batang.., terus bergerak menelusuri urat-urat tegang yang membalut batang kerasku itu, sss
, teteh... Aku berdesis ketika kedua jarinya itu berhenti di urat yang terletak tepat di bawah kepala penisku.., itu memang daerah kelemahanku.., dan perempuan sintal ini mengetahuinya.., kedua jemarinya menggesek-gesekkan dengan cepat urat penisku itu sambil sesekali mencubitnya.
aahh
, erangku ketika akhirnya penisku masuk ke dalam genggamannya.
Kenapa Rafi?, Orang tua yang duduk agak jauh di depanku itu mengira aku mengucapkan sesuatu.
E.., ee
, ndak apa-apa Pak.., Jawabku tergagap sambil kembali meringis ketika teh Ine mulai mengocok penisku dengan cepat. Gila perempuan ini! Dia melakukannya di depan kakaknya sendiri walaupun tidak kelihatan karena terhalang meja.
Saya cuma merasa segar dengan udara Bandung yang dingin ini.., Jawabku sekenanya.
Ooo begitu.., saya pikir kamu sakit perut.., habis tampangmu meringis-meringis begitu.., Orang tua itu terkekeh sambil memalingkan mukanya ke jalan raya.
Begitu kakaknya berpaling, teh Ine dengan cepat merebahkan kepalanya ke pangkuanku sehingga dari arah ayah Anto, teh Ine tak tampak lagi. Dengan cepat tangannya memelorotkan celanaku sehingga penisku yang masih digenggamnya dengan erat itu terasa dingin terterpa angin. Sejenak perempuan itu memandang penis besarku itu.., ia selalu memberikan kesempatan pada matanya untuk menikmati ukuran dan kekokohannya. Kemudian teh Ine menjulurkan lidahnya dan mulai menjilat mengelilingi lubang penisku.., kemudian ia memasukkan ujung lidahnya ke ujung lubang penisku dan mengecap cairan beningku.., lalu lidahnya diturunkan lagi-lagi ke urat di bawah penisku. Aku mulai menggelinjang-gelinjang tak karuan, walaupun dengan hati-hati takut ketahuan oleh kakak teh Ine yang duduk di depanku. Tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang besar itu dan meremasnya dengan gemas, sss.., teeehh.., desisku agak keras ketika perempuan itu dengan kedua bibirnya menyedot urat di bawah kepala penisku itu.., sementara tangannya meremas-remas kedua bolaku
, aawwww nikmatnya
, aku begitu terangsang sehingga seluruh pori-pori kulitku meremang dan mukaku berwarna merah. Aku sudah dalam tahap ingin menindih dan sesegera mungkin memasukkan penisku ke dalam vagina perempuan ini tapi semua itu tak mungkin kulakukan di depan kakaknya yang masih duduk di depanku menikmati lalu lalang kendaraan di depan rumahnya.
Tiba-tiba bibir teh Ine bergerak dengan cepat ke kepala penisku.., sambil terus kupermainkan putingnya kulihat ia membuka mulutnya dengan lebar dan tenggelamlah seluruh penisku ke dalam mulutnya. Aku kembali mendesis dan meringis sambil tetap duduk di meja makan mendengarkan ocehan orang tua Anto yang kembali mengajakku berbincang. Mulut teh Ine dengan cepat menghisap dan bergerak maju mundur di penisku. Tanganku menarik dasternya ke atas dari arah punggung sehingga terlihatlah pantatnya yang mulus tidak ditutupi oleh selembar benangpun. Aku ingin menjamah vaginanya, ingin rasanya kumasukkan jari-jariku dengan kasar ke dalamnya dan kukocok-kocok dengan keras tapi aku sudah tak kuat lagi. Jilatan lidah, kecupan, dan sedotan teh Ine di penisku membuat seluruh syarafku menegang.
Tiba-tiba kujambak rambut teh Ine dan kutekan sekuat-kuatnya sehingga seluruh penisku tenggelam ke dalam mulutnya. Kurasakan ujung penisku menyentuh langit-langit tenggorokan teh Ine dan, Creeet
, creeett
, creeettt, menyemburlah cairan maniku ke mulut teh Ine.
Ahh
, aahh.., aahh.., tetteeehh
, Aku meringis dan mendesis keras ketika cairan maniku bersemburan ke dalam mulut teh Ine. Perempuan itu dengan lahap menjilati dan menelan seluruh cairanku sehingga penisku yang hampir layu kembali sedikit menegang karena terus-terusan dijilat. Aku memejamkan mataku.., gilaa.., permainan ini benar-benar menakjubkan. Ada rasa was-was karena takut ketahuan, tapi rasa was-was itu justru meningkatkan nafsuku. Teh Ine memandang penisku yang sudah agak mengecil namun tetap saja dalam posisi tegak.
Luar biasa
, Bisiknya, Siap-siap nanti malam yah? Katanya sambil bangkit dan beranjak ke dapur.
Aku cukup kagum dengan prestasi yang kucapai di rumah ini. Baru 2 bulan di Bandung, aku sudah bisa meniduri 2 orang wanita yang sudah lama tidak pernah menikmati sentuhan lelaki. Dan wanita-wanita itu, aku yakin akan selalu termimpi-mimpi akan besar dan nikmatnya gesekan penisku di dalam vagina mereka !!
Duniabola99.com – foto gadis muda yang lagi sange masuk kekamar dan menghiisap konotl suaminya yang lagi tidur dengan telanjang dan langsung memaskukkan penisnya kedalam memeknya. MarkasJudi