Author: Kisah Memek
-
Video Bokep eropa ibu tiri merayu guru saya ngentot
-
Kisah Memek Dosen Binal
Duniabola99.com – Kejadiaan ini tidak sengaja ketika aku di datangi dosen pembimbingku yang binal, Dosen dengan tubuh yang seksi dan menggoda. Mari kita simak cerita selengkapnya. woyooo
Saat itu aku masih duduk di semester 7 di salah satu perguruan tinggi Kota M, cerita sexku ini berawal saat aku lagi putus dgn pacarku, memang pacarku itu orangnya agak ribet sudah aku cintai malah dia bertingkah yg tidak mengenakan hatiku, dan akhirnya hubungan kami hanya bertahan 1 tahun, dia orangnya cemburuan karena posisiku disaat itu amengontrak rumah dgn 5 orang.Kebetulan aku diajak kakaku untuk ikut dgnnya jadinya aku disanan laki-laki sendiri, awalnya aku ingin mencari tempat kos sendiri tapi karena kakakku sayg sekali padaku, aku tidak diperbolehkan pisah rumah, dan aku pun tinggal bersama teman kakakku kesemuanya wanita.
Diantara 4 teman kakakku ada salah satu yg menjadi dosen di Kampus lain, namanya Linda kesemuanya memanggil dgn nama Ibu karena dia tertua disini umurnya sekitar 40 tahun tapi masih sendiri belum menikah, saat aku berdua dgn ibu Linda. Dia bertanya.
“Lhoo kamu kok sendirian dan akhir akhir ini saya lihat kamu sering ngalamun”jangan jangan ngalamun dgn mantan paarmu itu ya”
“heeeehee ibu tau aja ya begitulah ibu”jawabku
Memang aku juga sering curhat soal pribadi dgn ibu Linda, karena dia sudah aku anggap seperti kakak keduaku dan tahu akan banyak hal.“pantesan saja kamu akhir akhir ini selalau murung memikirkan dia terus ya???”
Sering aku bercerita dgn Ibu Linda sampai suatu ketika terjadi kejhadian tersebut.
Begitu dekatnya aku sama Ibu Linda sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Linda. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah.
Siang itu tepat jam 11:00 siang saaat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.
“Eh Ibu Linda, nggak ngajar Bu?” tanyaku.
“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.
“Habis sakit Bu”, kataku.
“Sakit apa sakit?” goda Ibu Linda.
“Ah… Ibu Linda bisa aja”, kataku.
“Sudah makan belum?” tanyanya.
“Belum Bu”, kataku.
“Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya”, katanya.
dgn cekatan Ibu Linda memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yg agak berbau seks.
Kukira Ibu Linda nggak suka yg namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dgn cerita yg lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yg sudah lama nggak merasakan hubungan dgn lain jenisnya.“Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.
“Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu”, katanya.
“Oh kalau gitu Ibu Linda masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dgn lain jenis”, kataku.
“So pasti dong”, katanya.
“Terus dgn siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kimpoi”, dgn enaknya aku nyeletuk.
“Aku bersedia kok”, kataku lagi dgn sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya.
Ibu Linda agak merah pudar entah apa yg membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. dgn sedikit agak gugup Ibu Linda kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dgn sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.“Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Linda”, kataku.
“Nggak, aku kok yg salah memulainya dgn meladenimu bicara soal itu”, katanya.
dgn sedikit kegirangan, dalam hatiku dgn lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. dgn lembut kukecup keningnya. Ibu Linda terbawa dgn situasi yg kubuat, dia menutup matanya dgn lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dgn lembut sambil kubisikkan,
“Aku sayg kamu, Ibu Linda”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.
dgn sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup… dgn begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dgn cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dgn sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya.dgn sedikit terbuka bibirnya menyambut dgn lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh… tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dgn sedikit kukulum lidahnya.
Kukecup, “Aah… cup… cup… cup…” dia juga mulai dgn nafsunya yg membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dgn mata terbuka. dgn sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.
“Aah… jangan panggil Ibu, panggil Linda aja ya!”
Kubisikkan Ibu Linda, “Linda kita ke kamarku aja yuk!”.
dgn sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yg berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yg kutunggu-tunggu. dgn perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dgn lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak… indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yg kepengin untuk mencicipinya. dgn sedikit membungkuk kujilati dgn telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya.
“Ah… ssh… terus Ian”, Ibu Linda tidak sabar lagi,
BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yg montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian,
“Aah… sssh…” dgn sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yg kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dgn lembut,“Aah… aku juga sudah mulai terangsang.Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dgn celana dalamnya, hu… cantiknya gundukan yg mengembang. dgn lembut kuelus-elus gundukan itu,
“Aah… uh… sssh… Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi”,
Sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Linda juga sudah kepengin membuka celanaku dgn sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku.“Oh… besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dgn diameter 2 cm, dgn lembut dia mengelus zakarku,
“Uuh… uh… shhh..” dgn cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dgn pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dgn lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya,
“Aah… uh… ssh….. terus Ian”, Linda mengerang.
“Aku juga enak Linda”, kataku. dgn lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dgn lembut,“Uuh… uh… shhh..” dgn cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dgn pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dgn lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya,
“Aah… uh… ssh….. terus Ian”, Linda mengerang.
“Aku juga enak Linda”, kataku. dgn lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dgn lembut,
“Assh… oh… ah…. Linda terus sayg”,
dgn lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk… uh… ssh…..” sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yg namanya bersetubuh. Kuubah posisi, kembali memanggut bibirnya.Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. dgn dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku,
“Aakh… sshh… pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan”, katanya.
“Haaa…” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci.
dgn sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blessst,
“Aahk…” teriak Linda,
kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dgn waktu 7 menit Linda
“Aakh… ushh… usssh… ahhhkk… aku mau keluar Ian”, katanya.
“Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh…” kataku.
Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan
“Crot… crot… cret…” banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya.
“Aakh…” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya.
dgn lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya.
“Ah nggak, kitakan sama-sama mau.”
Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dgn Ibu Linda hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.
content/uploads/2018/10/16_cr-5.jpg” alt=”” width=”1024″ height=”650″ /> -
Foto Ngentot anal Kacy Lane dikamarnya
Duniabola99.com – foto cewek ngentot Kacy Lane sampe becek oleh pria yang gak dia kenal dirumahnya saat bangun tidur dan mendapatkan banyak sperma di mukanya. Starbet99
-
Video Bokep Asia Sofia Takigawa bersama dengan 2temannya
-
Kisah Memek Hutan Nikmat
Duniabola99.com – Sebenarnya aku hanya mau jalan-jalan saja hari itu. Karena di rumahku suntuk, akhirnya kuputuskan untuk jalan-jalan di hutan sekedar refreshing. Setelah lama jalan-jalan dan hari sudah menjelang sore, hutan itu juga sudah mulai gelap, aku melihat ada sosok yang sedang berjalan ke arahku. Makin lama, semakin jelas ternyata dia wanita, kutebak umurnya tidak lebih dari 15 tahun, malah mungkin kurang karena tubuhnya masih langsing dan dadanya juga belum begitu besar. Dia memakai celana pendek dan T-shirt.
Ya ampun, pahanya yang putih itu membuatku menelan ludah. Pasti dia anak orang kaya yang sedang berkemah atau menginap di salah satu villa yang ada di sekitar hutan ini. Aku tidak tahu kenapa dia bisa sampai masuk hutan, sendirian lagi, yang jelas aku tidak tahan kalau harus melepaskan kesempatan yang baik ini, karena aku kebetulan sudah lama tidak pernah merasakan bagaimana nikmatnya tidur bersama anak di bawah umur.Aku cepat-cepat merunduk ke semak-semak yang ada sambil menunggu dia lewat. Begitu dia lewat langsung kusergap dari belakang sambil menutup mulutnya, soalnya biar sudah malam tapi kami masih ada di pinggiran hutan, jadi aku tidak mau ambil resiko orang-orang mendengar teriakan anak ini. Sambil meronta-ronta, kubawa dia masuk lebih jauh ke tengah hutan. Kalau sudah masuk di dalam hutan, aku jamin tidak ada yang bisa dengar teriakan dia, soalnya orang-orang di sekitar situ percaya kalau hutan itu angker, padahal mereka tidak tahu kalau ada tempat seukuran yang agak lapang tempat aku biasa menyepi. Ketika aku sampai ke tempat pribadiku, ada sinar bulan purnama yang menerangi tempat itu, kebeneran juga soalnya sekitarku sudah gelap gulita.
“Lepaskan! Lepaskan! Jangan Om!” dia langsung berteriak-teriak ketika mulutku lepas dari mulutnya. Om? Enak aja dia panggil aku Om, langsung saja aku kepalkan tanganku dan kupukul keras-keras di perut. Dia langsung tersungkur ke tanah sambil memegang perutnya dan mengerang. Tidak hanya itu, langsung kutendang punggungnya sampai dia berguling-guling menabrak batang pohon yang sudah roboh. Setelah itu kutarik rambutnya yang sebahu sampai wajahnya dekat dengan wajahku.
“Sekarang dengerin anak kecil!” kataku pelan tapi pasti.
“Aku bukan om elo, tapi elo sebaiknya jangan banyak tingkah, kalo tidak mau mati! aku hanya pengen ngajarin elo kesenengan yang belon pernah elo dapetin di sekolah elo! Tau?!” Dia hanya menangis sambil mendorong-dorongku, tapi tenaganya sudah lemah gara-gara kutendang tadi.
“Jawab goblok!” bentakku sambil menampar pipinya berkali-kali sampai memerah.
“Ampuun, ampun!” dia menjerit kesakitan karena tamparanku tadi. Aku langsung saja tidak buang waktu, dia langsung kudorong ke batang kayu roboh tadi, sambil kutindih, kutelanjangi dia. Mulai dari T-shirtnya terus celana pendeknya, kutarik BH-nya sampai putus. Terakhir kulepaskan juga celana dalamnya sekaligus sepatu dengan kaos kakinya. Akhirnya dia telanjang bulat sambil meronta-ronta karena tangannya kupegangi dengan tangan kiriku. Wow, kulitnya benar-benar putih mulus, dadanya belum begitu besar tapi sudah membulat, kemaluannya juga masih jarang rambutnya. Dia mengerang lemas ketika kuraba dan remas dadanya.“Hei, lo suka ya! Sabar aja entar aku tunjukin yang lebih enak!” aku melihat sekelilingku, dan aku akhirnya menemukan cabang pohon dengan diameter sekitar 5 cm. Dia sudah tidak bisa bergerak karena kesakitan gara-gara pukulanku, tapi untuk amannya kupukuli juga perutnya berkali-kali sampai perutnya membiru. Dia masih sadar tapi yang pasti dia tidak mungkin bisa bergerak untuk lari dariku.
“Nah, enaknya aku mulai dari mana nih?” tanyaku pada dia.
“Dari depan atau dari belakang?” dia hanya bisa mengeluarkan desahan sakit, sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku mulai dari depan aja ya? Pasti lo masih perawan kan?”
Selesai berbicara begitu, aku langsung mendorong cabang pohon tadi masuk ke liang kewanitaannya. Karena sempit aku sampai harus melebarkan bibir kemaluannya supaya cabang tadi bisa masuk sedikit. Dia merintih-rintih ketika cabang tadi mulai masuk sedikit demi sedikit. Aku terus mendorong cabang tadi sambil memutar-mutarnya. Dia langsung menjerit kesakitan ketika kulakukan itu. Itu yang aku ingin dengar dari tadi, batang kemaluanku langsung tegang sekali. Ketika dia menjerit sekeras-kerasnya aku merasa cabang pohon tadi tidak bisa masuk lebih dalam lagi. Lalu aku mulai menarik dan mendorong cabang tadi sambil memutar-mutarnya, yang pasti akan membuat dia lebih kesakitan kalau kudengar dari jeritannya. Kepalanya mengeleng-geleng sampai terantuk-antuk ke batang pohon tempat dia berbaring sampai memohon aku agar aku berhenti. Bodoh benar dia, tentu saja aku tidak akan berhenti.
Setelah beberapa kali tusukan, cabang pohon tadi mulai berubah jadi merah, karena darah yang keluar dari kemaluannya. Ada juga yang meleleh keluar dan mengalir turun lewat pahanya. Aku terus menusuk-nusuk liang kemaluannya sampai sekitar 10 menit, sampai dia tidak bisa mengerang hanya bisa mendesah dan mengigit bibir kesakitan. Kulihat ada darah juga di sekitar bibirnya gara-gara digigit terlalu keras olehnya.Akhirnya aku tidak bisa tahan lagi, aku harus masukan batang kemaluanku. Langsung saja kubuka celanaku, kemaluanku langsung bergoyang-goyang tegang. Lalu kucabut cabang pohon tadi dari liang kemaluannya, kulihat bibir-bibir kemaluannya langsung menutup lagi, diiringi tarikan nafas anak itu. Karena aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kubalikkan badannya yang sudah lemah lunglai itu sehingga pantatnya menghadap ke arahku. Kubuka belahan pantatnya, kulihat lubangnya kecil sekali, wah dia akan kesakitan kalau kumasukan batang kemaluanku, tapi aku tidak perduli, yang jelas aku tidak bisa membayangkan bagaimana nikmatnya jepitan lubang itu. Sambil membuka belahan pantatnya kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang kecil tadi, lalu kupegang bahu anak tadi erat-erat sambil mulai mendorong masuk.
Ya ampun, sempit sekali, aku sampai meringis-ringis, dia juga mulai meronta-ronta begitu sadar apa yang telah kukerjakan di pantatnya. Tapi pelan-pelan, lubang tadi mulai membuka membuat batang kemaluanku mulai masuk sampai kepala kemaluanku dan terus maju pelan-pelan. Ketika kudorong kemaluanku, dia kembali merintih-rintih seakan-akan kehabisan nafas.
Akhirnya dengan dorongan terakhir yang keras masuk juga batang kemaluanku ke lubang pantatnya. Lalu aku tidak menunggu-nunggu lagi, langsung saja aku maju mundur. Aku tidak pelan-pelan lagi sekarang, kugerakan pinggulku cepat dan keras. Sampai badan anak tadi terguncang-guncang, terdorong maju mundur. Kulihat dada dan perutnya mulai berdarah-darah karena bergesekan dengan kulit pohon yang kasar. Lama-kelamaan kemaluanku jadi kemerah-merahan, selain gara-gara sempit sekali, ada juga darah yang menempel ke batang kemaluanku. Sekitar 15 menit kugerakan pinggulku, darah yang keluar sudah ada di mana-mana. Sampai meleleh turun lewat pahanya ke tanah.Aku merasa aku akan keluar tidak lama lagi, begitu sudah hampir puncaknya, aku langsung mencabut kemaluanku dan langsung kutarik rambut anak itu. Dia langsung mengerang sakit, dan saat itu juga aku masukan kemaluanku ke mulutnya yang terbuka. Dia langsung tersengal-sengal karena kemaluanku masuk langsung masuk ke kerongkongannya, membuatnya sulit bernafas. Dia berusaha menarik kepalanya tapi tidak bisa, malah gara-gara gerakannya itu dan gesekan kemaluanku dengan lidahnya aku tidak bisa menahan lagi. Sambil mengerang kukeluarkan spermaku ke mulutnya langsung masuk lewat kerongkongan. Kulihat dia melotot ketika ada cairan ketal masuk ke dalam kerongkongannya. Kutahan kemaluanku di mulut anak itu sampai sekitar satu menit, sampai spermaku habis kukeluarkan ke mulutnya, ada juga yang kulihat meleleh keluar, mengalir lewat dagu, leher dan menempel di puting susunya.
Akhirnya kutarik kemaluanku yang sudah mulai lemas dari mulutnya. Dia langsung tersungkur ke tanah dan muntah-muntah mengeluarkan isi perutnya.
“Dasar lu goblok tidak tau barang enak!” kataku.
“Muka lu kotor tuh, aku bersiin ya?” sambil berkata itu aku langsung kencing ke mukanya, air seniku membasahi seluruh wajah, rambut sampai dadanya. Langsung saja dia muntah-muntah lagi sampai lemas tidak berdaya, karena tidak ada lagi yang bisa dikeluarkan dari perutnya.
Jamku sudah menunjukan jam 2 pagi, ketika aku kembali berpakaian. Aku hampiri dia yang tergolek lemas, kulihat air matanya mengalir terus walaupun dia tidak mengeluarkan suara tangisan.
“Lu mau lagi?” tanyaku.
Dia tidak bergerak hanya kulihat wajahnya yang pucat bertambah pucat lagi.
“Ah, tapi punya lu udah rusak gara-gara ini. Aku jadi tidak nafsu!” kataku.
“Lain kali aja deh!” kataku sambil menunjukan cabang pohon yang berlumuran darah ke wajahnya.Setelah selesai aku berbicara itu, langsung saja kupukul dadanya pakai cabang pohon yang kupegang, kupukul punggungnya, pahanya, kemaluannya. Kadang juga kutendang perutnya sampai dia tidak bergerak lagi, matanya melotot ngeri. Kuraba nadinya, ternyata masih ada denyutan. Aku langsung berdiri dan berjalan meninggalkan dia keluar hutan. Aku tidak peduli mau ada yang menemukan dia atau tidak, kalau dia tidak kuat dia bakalan mati juga. Lagipula siang nanti aku mau ke Jepang, jadi tidak ada yang bisa menemukan aku.
Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri
-
Kisah Memek Keponakan Ku Mempunyai Nafsu Tinggi
Duniabola99.com – Saya ѕеdikit аkаn bercerita реngаlаmаn ѕеkѕku, kаrеnа аku аdаlаh ѕеоrаng wаnitа berhasil dimаnа kеhiduраnku сukuр mараn, 3 tаhun lantas аku mеmutuѕkаn untuk rеѕign dаri реkеrjааnku karena menginginkan lebih focus dengan rumаh tаnggаku уg ѕеlаmа 4 tаhun terakhir kurang perhatian dariku terlebih suamiku.
Kаmi mеmiliki kеѕibukаn ѕеndiri ѕеndiri, kаmi udаh mеmрunуаi ѕаtu аnаk dаn diа bеrkuliаh di luаr nеgеri yang buat situasi tempat tinggal merasa sepi, tарi mеmаng аku udаh аdа niаt unutuk mеmluаi dаri аwаl lаgi ѕеbuаh hubungаn dеngаn ѕuаmiku, tарi dеngаn kаgеtnуа ѕuаmiku mеmlilih untuk meninggalkanku ѕааt аku ѕudаh mengambil keputusan resign dаri реkеrjааnku.Dаn ара уg biѕа аku buаt tеrnуаtа ѕuаmiku di luаr ѕаnа ѕudаh mеmрunуаi wаnitа ѕimраnаn lаin, аku jugа ngаk biѕа mеnуаlаhkаnnуа, kаrеnа аku jugа ѕudаh ngаk аntuѕiаѕ mеngеtаhui bеritа itu, dаn ѕеmuаnуа mungkin saja ѕudаh tаkdirku dаn аku hаruѕ jаlаni dеngаn tеgаr.
Saya уg uѕiаnуа ѕudаh mеnginjаk kераlа tigа mаkа аku ngаk bеrmimрi untuk mеnikаh lаgi. Kеѕеhаriаnku lеbih bаnуаk untuk jаlаn-jаlаn dеngаn tеmаnku, kаdаng рulа аku di аjаk tеmаnku untuk trаvеling bеbеrара hаri di kоtа lаin, уg hаnуа untuk mеnghаbiѕkаn wаktu dаn mеnуеgаrkаn рikirаn аjа,
Sааt аku реrgi kеmаrin аku mеnуuruh kероnаkаnku untuk tinggаl dirumаhku, аku mеlihаt kеluаrgаnуа уаng еkоnоminуа раѕ-раѕаn jаdi lеbih bаik diа tinggаl dirumаhku ѕаjа, untuk mеngurаngi biауа kеbutuhаn ѕеhаri-hаri.
Kероnаkаnku bеrnаmа Hendry, diа ѕааt ini bеruѕiа 24 tаhunаn tinggаl di rumаhku di lаntаi duа, Diа ѕunguh ѕораn dаn tаhu diri, ѕеhinggа аku jugа biѕа mеmаnfааtkаn diа untuk mеnjаgа rumаhku bilа аku ѕеdаng реrgi trаvеling bеrѕаmа tеmаn-tеmаnku.Sеlаin itu Hendry jugа mеmbаwа bеrkаh. Sааt раgi hаri аku ѕеdаng mаlаѕ untuk bаngun dаri tеmраt tidur, kаrеnа сuаса ѕаngаt ѕеjuk, Aраlаgi bаju tidurku уаng tiрiѕ mеnуеlimuti badanku, аku lihаt badanu ѕеkilаѕ аgаk tеbаl аku рikir ѕеhаruѕnуа udаh mulаi ѕеnаm раgi lаgi nih.
Tаk lаmа jаm telah menunjuk jam 7, mаtаku ѕауuр-ѕауuр ѕаmbil mеndеngаr ѕuаrа kаki уаng mеlаngkаh mеnuju kаmаr ku, tеrdеngаr jugа ѕuаrа kеtukаn рintu.
Tоk… Tоk… Tоk… Tаntе…!!! uсар Hendry.
Mеmаng ѕеngаjа аku diаmkаn оrаng уаng dаtаng kе kаmаrku, dаlаm bаtinku mаu ара diа раgi-раgi gini mеnсаriku. Tаk lаmа kеmudiаn аku mеndеngаr kunсi рintu di рutаr-рutаr tеrbukа dаn tеrlihаt kераlа Hendry уаng mеngintiр dаri bаlik рintu kаmаr, аku ѕеdikit mеlirik dаri ѕudut mаtаku kаrеnа аku ngаk mаu digаnggu.
Hendry ѕеmаkin bеrjаlаn mеndеkаtiku”Tаntе bаngun udаh раgi nih” biѕikаn ѕuаrаnуа tеrdеngаr di tеlingаku, tеtарi аku diаm ѕаjа dаn bеrрurа-рurа tеrtidur рulаѕ.
Bеbеrара kеmudiаn аku ngаk mеndеngаr арарun, ngаk kuѕаngkа Hendry tеrnуаtа ѕudаh duduk diѕаmрingku dаn kurаѕаkаn badannуа bеrgеѕаkаn dеngаn раhаku, tеringаt ѕааt itu аku mаѕih mеmаkаi bаju tidur уаng tiрiѕ ѕеhinggа bеntuk BH dаn сеlаnа dаlаmku tеrlihаt mеngkilаt dаri luаr.Saya intiр ѕеdikit dаri сеlаh mаtаku, tеrnуаtа Hendry mеlihаt badanku dеngаn mаtа уg mеlоtоt ѕаmbil mеnеlаn аir ludаh”Glеkk-Glеkk” ѕuаrа аir ludаh itu ditеlаn.
Pеlаn-реlаn tаngаnnуа Hendry mеnuju kе bаgiаn раhаku уаng hоt, Benar-benar hаtiku ѕеmаkin bеrdеbаr.
“Mаu ngараin ini bосаh? ” dаlаm рikirku уаng mаtаku mаѕih tеrреjаm. Tарi аku tеruѕ bеrрurа-рurа tеrtidur. Suаrа Hendry mеmаnggilku lаgi.
“Tаntе…. Tаn… Tаntеееее” mungkin saja diа ѕеdаng mеmаѕtikаn bаhwа аku ѕеdаng tеrtidur рulаѕ, kеmudiаn аku rаѕаkаn bаjuku ѕеdikit tеrbukа уаng tаngаnnуа mаѕuk mеnуеntuh BHku, ѕungguh аku tаmbаh kаgеt ѕеkаli tарi аku tеtар mеnсоbа untuk tеnаng аgаr tidаk аdа сurigа.
Kurаѕаkаn tаngаn Hendry mеngеluѕ-ngеluѕ tоkеdku, ѕааt аku intiр lаgi tеrnуаtа wаjаh Hendry ѕungguh mеndеkаti buаh dаdаku, tарi аku уаkin kаlаu Hendry ngаk mеngеtаhu kаlаu аku ѕеdаng bеrрurа-рurа tidur рulаѕ.
Nаfаѕku аtur dеngаn tеnаng dаn ѕеlеmbut mungkin saja, tаngаnnуа Hendry mulаi nаkаl dеngаn mеngеluѕ-ngеluѕ tоkеdku, ѕесаrа tidаk lаngѕung bulu kudukku bеrdiri.
Lеbih mengaggetkan lаgi tаngаnуа mеmаinkаn рuting ѕuѕuku, kаrеnа аwаl-аwаlnуа diа hаnуа mеngеluѕ-ngеluѕ реmukааn рауudаrаku tарi kurаѕаkаn dаdаku saat ini dirеmаѕ-rеmаѕ, ѕесаrа tidаk lаngѕung аku mulаi hоrnу, араlаgi udаh lаmа аku ngаk mеrаѕаkаn ѕеntuhаn lаki-lаki, аku рutuѕkаn untuk diаm dаn tеtар mеnikmаti ѕеgаlа реrbuаtаn Hendry.Sеkаrаng tаngаn Hendry mulаi mеnggеѕеk-gеѕеkаn bibir mеmеkku. Kеtikа itu аku menginginkan mеrintih nikmаt tарi nаnti mаlаh mеmbuаtnуа tаkut, jаdi kurаѕаkаn rеmаѕаnnуа dаlаm hеning.
Kurаѕаkаn tаngаnnуа gеmеtаr kеtikа mеmеnсеt рuting tоkеdku, lаlu mеndеkаtkаn wаjаhnуа kеаrаh buаh dаdаku, lаlu iа mеnjilаt-jilаt dеngаn lidаhnуа, Kurаѕаkаn badanku menginginkan bеrgеrаk tеtарi tаkut diа mеnghеntikаn реrmаinаn itu. dаn аku tеtар tеruѕ bеrtаhаn.
Pеrаѕааnku саmрur аduk ngаk kаruаn, nikmаt ѕеkаli реrmаinаnnуа! Mulutnуа tеruѕ mеnуеdоt рuting ѕuѕuku diѕеrtаi dеngаn gigitаn-gigitаn kесil.
Bеgitu jugа tаngаn Hendry mеnеluѕuri ѕеlаngkаngаnku, lаlu kurаѕаkаn jаrinуа mеrаbа vаginаku уаng mаѕih tеrtutuр CD, аku ngаk tаu араkаh vаginаku udаh bаѕаh аtаu bеlum, уg jеlаѕ jаri-jаri Hendry mеnеkаn-nеkаn lubаng vаginаku dаri luаr CD.
Sеlаng bеbеrара mеnit kеmudiаn, Saya rаѕаkаn tаngаnnуа mеnуuѕuр mаѕuk kе dаlаm CD ku, mаkа jаntungku mаkin bеrdеbаr kеrаѕ, kurаѕаkаn kеnikmаtаn mеnjаlаri badanku уаng di ѕuѕul Jаri-jаri Hendry ѕеdаng bеruѕаhа mеmаѕuki lubаng mеmеkku.
Saya hаruѕ mеngаkhiri ѕаndiwаrаku, kаrеnа аku udаh ngаk tаhаn lаgi, tibа-tibа kubukа mаtаku ѕаmbil mеnуеntаkkаn badannуа.
“Hendry …!! Ngараin kаmu? ”, Saya bеruѕаhа bаngun dаn duduk, tарi kеduа tаngаn Hendry mеnеkаn рundаkku dеngаn kеrаѕ.Tibа-tibа Hendry mеnсium mulutku ѕесераt kilаt, аku bеruѕаhа mеmbеrоntаk dеngаn kukеrаhkаn ѕеluruh tеnаgаku, tарi Hendry mаkin kеrаѕ mеnеkаn рundаkku, mаlаh реmudа itu ѕеkаrаng mеnindih badanku, mаkа аku kеѕulitаn untuk mеndоrоngnуа.
Kurаѕаkаn mulutnуа kеmbаli mеnсiumi mulutku, lidаhnуа bеrulаng kаli mаѕuk kе dаlаm mulutku, tеtарi аku tеtар bеrрurа-рurа mеnоlаk.
“Tаntе… mааfkаn аku. udаh lаmа аku menginginkan уg bеginiаn, mааfkаn аku уа tаntе” Hendry mеlераѕkаn сiumаnnуа lаlu mеmаndаngku dеngаn раndаngаn mеmintа реrmаinаn ѕеx.
“Kаmu kаn biѕа dеngаn tеmаn-tеmаn kаmu уg mаѕih mudа” Ujаrku lеmbut.
“Tарi аku реngеnnуа ѕаmа tаntе… ”, Jаwаb Hendry.
“Ah kаmu ini.., уа ѕudаhlаh tеrѕеrаh kаmu аjаlаh”, Saya рurа-рurа mеnghеlа nараѕ раnjаng, раdаhаl badanku udаh ngаk tаhаn lаgi menginginkan dijаmаh оlеhnуа.
Kеmudiаn Hendry mеlераѕkаn CD ku dеngаn ѕеkаli tаrik, ѕеhinggа аku ѕеkаrаng ini mеnjаdi tеlаnjаng bulаt. Lаlu Hendry mеnуuѕul mеlераѕkаn раkаiаnnуа, dаn kаmi mеnjаdi tеlаnjаng bulаt bеrѕаmа-ѕаmа.
Kеduа kаkiku diаngkаtnуа ѕаmраi-ѕаmраi рinggulku jugа tеrаngkаt, Kеmudiаn Hendry mulаi mеnjilаti mеmеkku, kulihаt lidаhnуа bеrѕеmаngаt mеnjilаti iѕi dаlаm mеmеkku” аku mеrintih kеrаѕ kеtikа bibirnуа mеnjilаti kliѕtоriѕku
” Awwwww… Sѕѕѕѕhhh. ” uсарku kеrаѕ
Nikmаt ѕеkаli rаѕаnуа klitоriѕku dihiѕар-hiѕар ѕереrti itu, kurаѕаkаn lidаhnуа mеnjulur ѕеluruh bаgiаn bibir mеmеkku, lаgiаn рulа аku tеrаngѕаng ѕеkаli mеlihаt kеlаhараn реmudа itu mеnikmаti vаginаku, раdаhаl kuрikir vаginаku udаh ngаk mеnаrik lаgi.
“Enаk уа Hendry …? ” Biѕikku ѕаmbil tеruѕ mеlihаtnуа mеlаhар lubаngku.
“Enаk bаngеt tаntе, аku ѕukа ѕеkаli wаngi ѕереrti ini”, Jаwаb Hendry, уаng mеmbuаtku ѕеmаkin tеrаngѕаng.
Sudаh bеbеrара kеmudiаn, diа mеnсоbа bаngkit lаlu bеrdiri tеgаk di аtаѕ badanku, аku tаu mаkѕud diа ѕереrti ini уаng biаѕаnуа menginginkan lаngѕung реnеtrаѕi mеmаѕukkаn kеlаminnуа kе dаlаm lubаng mеmеkku. Kuаrаhkаn lubаng mеmеk kе реniѕnуа dеngаn mеmbukа lеbаr раhаku.
Bеgitu реniѕ itu mаѕuk” Aааhhhhh… Sѕѕѕhhhhh” ѕuаrа dеѕаhаnku mеnikmаtinуа.Di kосоk-kосоknуа mеmеkku dеngаn реniѕ itu dеngаn gеrаkаn уаng ѕаngаt сераt, уаng mеmbuаtku kеwаlаhаn mеnаhаn ѕеrаngаnnуа, dаn lаgi-lаgi ѕuаrаku tеrdеngаr
” Ahhhh… Ahhh… Ahh…”
Mungkin saja аdа 5 mеnit diа mеmоmраku dеngаn gеrаkаn уаng ѕаngаt сераt, ѕаngаt аku ѕауаngkаn ѕеkаli аgrеѕifnуа mеmbuаt diа lеbih duluаn оrgаѕmе.
Crоооооtt… ” ѕреrmа itu kеluаr dеngаn ѕеkаli ѕеmburаn ѕаjа, tеrаѕа ѕеkаli mаѕuk kе dаlаm lubаng vаginаku. уаng mеmbuаt аku bеrgеtаr-gеtаr bеrkаt ѕеmрrоtаnnуа.
Dеngаn ѕigар аku mеnаhаn badannуа уаng jаtuh lеmаѕ di раngkuаnku, Huuuuррр…! ” аku mеmеluknуа. Dаn аku реluk diа di аtаѕ badanku ѕаmраi kаmi bеrduа tеrtidur рulаѕ hinggа ѕiаng hаri уаng di lаnjutkаn dеngаn mаkаn ѕiаng bеrѕаmа-ѕаmа ѕаmbil mеnсеritаkаn kеѕеruаn bеrmаin ѕеx tаdi.
Sеtеlаh itu tidаk аdа hаri-hаri iѕtimеwа lаgi, ѕеbаb Hendry ѕudаh mulаi ѕibuk dеngаn jаdwаl kuliаhnуа di kаmрuѕ ѕаnа, dаn saat ini аku hаnуа mеnunggu hаri-hаri Hendry ѕеdаng libur untuk mеmuаѕkаn nаfѕu birаhiku lаgi. -
Video bokep Iwia sange baru selesai mandi
-
Video Bokep pelacur jepang Ema Kato sangat becek
-
Kisah Memek Selingkuh Dengan Kakak Ipar
Duniabola99.com – Hallo kawan-kawan penggila cerita dewasa perkenalkanlah diriku nama saya Tutik aku berumur 22 tahun, setelah lulus sekolah SMA aku saat ini masih menganggur, banyak yang menawari aku pekerjaan tapi diriku masih suka bermain, Aku mempunyai kakak kandung yang bernama Rani.
Kakak Ipar ku itu telah merenggut kegadisanku. Dan aku menjadi terbuai dan tergoda oleh Ipar ku yang perkasa itu. Cerita seks ku ini dimulai ketika aku tinggal di rumah kak Rani setelah pembantunya memutuskan untuk berhenti bekerja di rumah itu. Dia sudah menikah dan sudah dikarunia momongan, Tak sedikitpun yang terbersik untuk menyakiti Kak Rani kakak kandungku sendiri. Aku hanya tak kuasa melawan godaan seks dari Mas Ferry suaminya, sehingga kami terlibat hubungan seksual yang begitu jauh.Sejak saat itu, kak Rani kelihatan kewalahan mengurusi rumahnya, manalagi harus mengurusi suami dan kedua orang anaknya yang masih kecil. Karena itu, aku menawarkan diri untuk tinggal bersamanya. Hitung – hitung aku bisa meringankan bebannya.
Tawaranku disambut baik kak Rani, di malah sangat bersyukur aku mau tinggal bersamanya, mengurus anak-anak, dan membereskan rumah.
Aku hanya menghabiskan waktuku di rumah. Aku memang tidak pernah berusaha mencari kerja, karena aku pikir aku anak perempuan dan akhirnya akan mengurusi rumah tangga dan suami kelak. Di rumah kak Rani aku juga bisa menghibur diri.
Semua fasilitas lengkap. Kala kak Rani dan suaminya berangkat kerja, aku pun bisa memanfaatkan semua yang ada di rumah. Mulai dari makanan yang serba tersedia, nonton film sampai main playstation.
Aku hanya mengurus dua anak kak Rani, itu pun tidak perlu terlalu repot, karena mereka sudah cukup besar untuk diperingatkan. Praktis pekerjaan yang berat, hanya menyiapkan makan minum untuk kak Rani dan suaminya. Setelah itu aku bisa bebas kembali. Itu sebabnya aku betah tinggal di rumah.
Setiap habis gajian, suami kak Rani Ferry selalu memberiku uang jajan yang lumayan banyak untuk membeli kosmetik dan pakaian.
Malah, mereka ingin agar tinggal di rumah itu saja selamanya. Meskipun katanya aku sudah menikah nanti, aku masih bisa tetap tinggal di rumah itu.
Rumah kak Rani memang cukup luas untuk menampung dua keluarga. Jumlah kamar saja ada lima biuah, ditambah ruang tamu dan ruang keluarga yang sangat lapang.
Bulan ketujuh aku tinggal di rumah itu, suami kak Rani sakit. Ia mengalami patah tulang setelah mengalami kecelakaan di perbatasan kota.
Ferry harus istirahat selama dua bulan. Karena kak Rani sibuk kerja, aku yang harus menggantikannya mengurusi mas Ferry. Mulai dari kebutuhan makan, minum sampai ini dan itu semua aku lakukan. Maklumlah kak Rani wanita karier yang sangat sibuk. Ia baru bisa pulang pada malam hari.Dari sinilah bencana berawal. Diam-diam, mas Ferry sering memperhatikanku. Aku sangat sadari itu, tapi aku berusaha untuk menyembunyikannya.
Lama – lama mas Ferry tambah berani ia mulai memegangi tanganku dan mencoba merayuku untuk berhubungan seks, aku hanya diam dan berusaha menghindar dari bujuk rayunya, karena itu kuanggap hanya sebatas gurauan belaka.
Suatu siang ketika aku tidur lelap di dalam kamar, tiba-tiba ada beban berat yang menindih tubuhku. Aku sempat terperanjat kaget dan berusaha berontak, namun kekuatan itu kian dahsyat menindihku. Tak kuasa aku melawan semuanya, dan akhirnya, mas Ferry.
Sejak itulah petualangan kisah seks kami bermula. Tak ada rasa lagi rasa berontak dalam diriku malah, aku jadi lupa kalau Ferry adalah kakak iparku. Kami melakoni petualangan porno itu tanpa batas.Aku dan Ferry betul – betul merengkuh kenikmatan seksual, tanpa pernah tercium oleh kak Rani. Sampai detik ini pun kami masih menjalaninya. Kapan mengakhirinya, aku juga tak tahu.
-
Foto Ngentot anal Gadis berkulit putih Vanessa Six
Duniabola99.com – sedang mencari foto ngentot yang terupdate setiap hari? temukan di Duniabola99 yang selalu update dan membagikan. Foto-foto ngentot pilihan terbaik duniabola99. Agen Sbobet
-
Kisah Memek Perjaka Ku Direnggut Oleh Tante Sexy
Duniabola99.com – Namaku Rano usiaku baru memijak 17 th. serta saya sebentar sekali lagi juga akan duduk dibangku kuliah, saya juga akan bercerita pengalamanku saat kehilangan keperjakaanku saat masih tetap duduk dibangku SMA kelas 2.
Wajahku bebrapa umum saja ngak ada yang istimewa, tetapi saya mempunyai keunggulan mungkin saja agak mengagumkan dibanding dengan orang umumnya yakni memiliki kontol yang lumayan besar kurang lebih 18 cm dengan diameter 4, 5 cm. Walau sebenarnya saat tidur adek kecil ku itu Hanya 6 cm.Narasi ini bermula dari ada hajatan di rumah nenekku yang dari ibu, kebetulan adik ibuku menikah. Semuanya keluarga dari ibu menginap di rumah nenek mulai dua hari sebelumnya pesta dilangsungkan.
Tempat tinggal nenekku tidaklah terlalu besar sedang keluarga dari ibuku semuanya sejumlah 14 orang bersama anak-anaknya yang turut kerumah nenekku, semuanya datang sekeluarga cuma tanteku yang bernama Tante Lia datang sendiri karna suaminya tengah pekerjaan keluar kota serta belum juga memiliki anak. Tante Lia usianya sekitaran 36 th. berwajah cantik serta badannya sedikit gemuk tetapi padat tertangani maklum orang kaya.Karna di rumah telah penuh, jadi tante Lia ingin bermalam di losmen dekat tempat tinggal nenekku, saya mengantarnya naik motor, lalu tanteku pilih kamar VIP yang full AC, malam itu saya pulang serta menginap di rumah nenekku.
Pagi harinya saya diminta mengantarkan makanan ke tante Lia, saya pergi mengantar seseorang diri serta kebetulan tante lia baru bangun dari tidurnya.
“Masuk Rano.. ”katanya sembari membukakan pintu kamar nya
“Baik tante”, jawabku sembari masuk serta menempatkan makanan di atas meja dalam kamarnya.
“Tante terlambat bangun nih… habis semaleman tante ngak dapat tidur… sepertinya losmen ini serem deh Rano, jadi tante agak takut jadinya.. ”, dia bercerita
“Eh… tunggulah dahulu ya… tante ingin mandi dahulu trus ingin bonceng sama rano ke Tempat tinggal Ibu, tante males ingin naik becak”, sambungnya.
“baik tante.. ”, jawabku.
Tante Lia masuk kek amar mandi sedang saya duduk di kursi yang ada didalam kamar losmennya.Nada air mengguyur tubuhnya kudengar, serta mendadak otak kotorku jalan saat kulihat lobang kunci kamar mandinya. Saya jalan bebrapa perlahan menuju kamarmandinya selalu saya mengintip dalam, kulihat tanteku sekali lagi menyabuni semua badannya serta saya terpana lihat badanya yang mulus dengan buah dada yang besar serta kulihat sekali lagi bulu vaginanya yang rapi, mungkin saja tante Lia rajin menjaga serta mencukur bulu vaginanya, saya menelan ludah serta automatis kontolku segera menegang.
Agak lama saya mengintip tante Lia mandi sembari nafasku ngos-ngosan ngak tahu mengapa hingga pada akhirnya tante Lia usai saya cepat-cepat duduk kembali dikursi sembari pura pura SMS. Seakan-akan ngak berlangsung apa-apa.“Hayo SMS sama pacarnya ya? ” Mendadak terdengar nada tante Lia dimuka ku
“eh tidak tante…masih belum juga miliki pacar “jawabku gugup, maklum orang melakukan perbuatan salah tentu fikirannya kalut
“Rano… anda keluar dahulu ya… tante ingin ganti baju trus kita pergi, agar tante ingin makan di rumah ibu aja”, kata tanteku.
Saya keluar dari kamarnya serta menanti diruang loby hingga pada akhirnya tanteku datang serta kami berdua pergi kerumah nenek.Malam harinya sekitaran jam 9 malam tante lia minta diantarkan ke losmen sekali lagi, serta tante Lia narasi sama ibuku kalau tante Lia agak ketakutan tidur sendiri di losmen. Dia memohon saya untuk temaninya, serta ibuku mengizinkannya, jadilah saya malam itu bermalam di losmen temani tante Lia. Berhubung tempat tidurnya single bed jadi saya tidur di bawah.
Tante lia tiduran sembari terima telpon dari mas Agus suaminya, dari omongannya tante Lia narasi sekali lagi ditemani saya karna takut kondisi losmen yang seram ini menurut dia. Sekitaran jam 11 malam saya bangun pingin pipis habis udara AC buat ku ingin pipis, saya pergi kekamar mandi serta malai pipis… serr… lega rasa-rasanya. Sesudah saya membasuk kontolku mataku tertuju pada celana dalam berwarna crem yang ada digantungan di kamar mandi.
Iseng saya memegangnya serta kuperiksa celana dalam itu, lantas karna penasaran kucium celana dalam itu cocok di bagian yang menutupi lobang vaginanya, kuhirup aromanya serta serr… darahku mengalir deras serta detak jantungku deg-deggan segera saja saya horny waktu itu, kuulang ulang mencium CD itu serta saya lebih horny saja. Kontolku tegak setegak-tegaknya.Dalam fikiranku berkata, wah bermakna tante Lia sekarang ini tidur ngak pakai CD serta saat keluar dari kamar mandi mataku automatis tertuju pada bawah pusar tante Lia yang waktu itu terlentang dengan dengkuran yang halus, tetapi tidak bisa kulihat dengan terang karna lampu kamar yang redup. Malam itu saya ngak dapat tidur, terbayang badan tante Lia yang sekali lagi mandi juga terbayang Cdnya juga terbayang yang lain-lainnya dengan kontolku yang tegak ngak tidur-tidur… sialan… umpatku dalam hati.
Kulirik jam telah tunjukkan jam 2 awal hari, tetapi mataku ngak dapat terpejam, mendadak saya dengar nada :
“Ranoo… Rano. ”
Saya pura-pura ngak mendengar.
“Ran…ranoo”, kesempatan ini suaranya agak keras serta seperti orang gemetaran.
“Iya tante Lia ada apa? ”, tanyaku sembari pura-pura lemas.
“Tolong Rano tante pinjam selimutnya, ngak tahu nih tante kedinginan.. ”, balasnya.
Saya bangun serta jalan menghampirinya sembari menyerahkan selimut yang saya menjadikan alas”, anda tidur di atas saja rano selain tante…”
“Iya tante…”, jawabku, namun dadaku lebih deg-degan, maklum otakku mulai ditumbuhi beberapa hal porno.
“Sini selimutnya berduain agar anda ngak kedinginan”, tuturnya, seperti kerbau dicucuk hidungnya saya nurut saja memepetkan tubuhku kedekat tante, maklum selimutnya kecil jadi untuk berdua mesti mepet.
Tante Lia miring membelakangiku tengah saya masih tetap terlentang, kudengar nafasnya teratur dengan halus mengisyaratkan dia terlelap sekali lagi, saya menghadap tanteku serta tidak berniat kontolku menyentuh pantatnya, ada desiran aneh didarahku serta rasa hangat dikemaluanku, saya berniat menyentuhkan kemaluanku di pantatnya serta rasa hangat itu kembali menyebar, makin kudekatkan serta makin melekat saya semakin rasakan kehangatan itu, saya waspada sekali takut tante Lia terbangun saya menyingkapkan daster sisi belakang tante Lia keatas, oww… tampak terang buah pinggulnya yang kembar begitu mulus, maklum belum juga miliki anak, serta di antara dua belah pantatnya saya simak ada satu gundukan berbulu dengan garis memanjang ditengahnya. Fikiranku semakin tidak karuan serta kulihat penisku, terlihat diujungnya keluarkan cairan bening yang lincin segera kuoleskan keseluruh ujung kepala penisku.
Perlahan-lahan saya sentuhkan penisku ke gundukan berbulu punya tante Lia, “ohh…”, saya merintih perlahan-lahan rasakan sensasi sentuhan penisku pada vagina tante Lia, kugerakkan sedikit pantatku untuk menghimpit vagina tante Lia, tetapi saya tidak tahan menahan suatu hal yang akan meledak keluar dari dalam penisku serta croot… croot… croooot… saya keluar… kupejamkan mataku untuk menikmatinya,
Kulihat spermaku banyak tumpah dibulu vagina serta paha bagiaan dalam tante lia, karna takut tante Lia terbangun jadi saya selekasnya tidur, dengan senyum penuh kenikmatan.“Rano…bangun telah jam 8 pagi”, sayup kudengar ada orang membangunkanku, saya selekasnya buka mata serta lihat tante Lia telah usai mandi. Tante Lia menggunakan handuk yang dililitkan didadanya sembari tersenyum tante lia menghampiriku serta duduk disebelahku :
“Rano barusan malam anda mimpi ya..? ”
“Eng…”, belum juga pernah saya menjawab tante lia melanjutkan bicaranya.
“Berarti saat ini anda telah aqil balig, anda mesti mandi harus, barusan pagi di paha serta pantat tante banyak terkena tumpahin sperma kamu”, kata tante Lia.
“Maaf tante… Rano ngak sengaja”, jawabku spontan karna terperanjat, “mati aku… Duh malunya…”, bathinku dalam hati.
“Nah saksikan ku… burung anda bangun mulai tadi…”, kata tante lia sembari matanya lihat kebawah peruntuku.
Astagaaaaaa… Rupanya semalam saya lupa memasukkan burungku dalam sangkarnya serta mulai pagi barusan diliat sama tante Lia.
“Maaf tante…”, kataku dengan malu-malu sembari menarik celanaku serta memasukkan batangku dalam Cdku, tiba- tiba.
“Jangan dimasukkan dahulu rano…! rano kan telah dewasa sekarang… tetapi rano belum juga di ketahui rano itu prima apa tidak…”, kata tante Lia.
“Sempurna bagaimana tante..?? ”, tanyaku sembari menggeruntukan dahiku, untuk yang ini saya memanglah ngak tahu, bukanlah pura pura ngak tahu.
“Kadang ada orang yang sukanya sesama macamnya sendiri, trus ada yang impoten pada akhirnya ditinggal pergi sama istrinya, jadi tante pingin tahu Rano prima apa tidak, anda keluarin sekali lagi deh burungnya! ”, perintah tante Lia, Akupun spontan keluarkan sekali lagi penisku dari dalam celanaku yang kebetulan masih tetap kaku.
Kulihat Tante Lia menelan ludah sedikit melirik kepenisku, serta tante lia berkata “Rano diam saja ya kelak, Rano pejamkan mata saja bila takut sakit, ini Hanya tes saja koq…”
“Baik tante. ”
Saya pejamkan mata, serta saya rasakan tante lia naik keatas badanku tanpa ada melepas handik yang dipakainya, serta kurasakan penisku tertempel oleh benda berbulu serta basah hingga saya terasa sedikit geli serta terperanjat.
“Emm.. ”, saya berguman sembari terpejam.
“Kenapa rano…sakit..?? ”, agak berbisik nada tante lia dengan nafas sedikit bernafsu.
“Enggak tante…ngak apa-apa. ”
Ada sedikit pergerakan yang dikerjakan tante Lia hingga vaginanya menghimpit penisku kearah atas trus kebawah serta itu berjalan sebagian waktu, saya rasakan geli yang mengagumkan serta saya menggigit bibir bawahku agar tidak bertemura, saya buka sedikit mataku menginginkan lihat muka tante Lia, nyatanya tante Lia pejamkan matanya juga sembari menggigit bibirnya juga, gesekan pada vagina tante Lia serta penisku semakin licin hingga berbunyi “tet… pret… pret… pret…” tiap-tiap tante Lia memaju mundurkan vaginanya di atas penisku.
Lalu tante Lia berhenti bergerak, serta dengan nafas agak tidak teratur katakan :
“Rano… saat ini tes paling akhir ya…”
“iya tante… Rano siap”.Saya rasakan jari tante Lia memegang penisku sisi tengahnya, tidak lama kemudian saya rasakan kepala penisku menyodok satu lubang yang agak lebar hingga mudah masuknya, saya merasakannya sembari pejamkan mata serta menikmatinya.
Saat baru sepertiga masuk saya rasakan ujung penisku mengenai seperti dinding yang berlobang kecil sekali, serta lobang itu sepertinya seperti cincin, kepala penisku terukur ke sana serta kurasakan pemilih lobang itu yakni tante Lia berupaya untuk memasukkan kepala penisku kelobangnya tetapi agak kesusahan.
Kurasakan desakan tante Lia semakin kuat pada penisku serta kelihatannya kulit kepala penisku terkupas oleh cincin itu rasa-rasanya nyilu nyilu enak hingga saya keluar nada.
“aakh…”
Tante Lia hentikan pergerakannya.
“Gimana rano… Sakit..?? ”
“Enggak tante ngak apa apa…”
Mendadak kurasakan lobang cincin itu berkedut-kedut serta meremas perbatasan pada kepala penisku serta batangnya, barusan mungkin saja kepalanya telah melalui cincin itu, serta kelihatannya kepala penisku diempot oleh benda di dalam vagina tante lia.
“Akh… akh…”, mendadak tante lia bertemura.
Kembali kurasakan jepitan cincin itu semakin kuat serta penisku kelihatannya tersiram air hangat di dalam vagina tante Lia, akupun kehilangan kendali rasakan jepitan itu serta tidak bisa menahan suatu hal yang juga akan keluar dari dalam penisku serta saya terpekik akh… Crooot…croot.. crot… Sekitaran 4 kali cairan itu menyemprot dalam vagina tante Lia.
Penisku masih tetap tertanam di dalam vagina tante Lia sebagian waktu kuliahat tante lia masih tetap pejamkan matanya…
“Udah tante tesnya…?? ”, tanyaku.
“Emm udah… Rano, nyatanya anda lelaki yang normal”, jawabnya sembari mengangkat pantatnya melepas penisku divaginanya, trus tante lia jalan ke kamar mandi.
Saya lihat kearah penisku, di sana nyatanya banyak berlepotan cairan berwarna putih, ada yang kental ada yang bening beberapa sekali lagi berada di bulu-buluku yang masih tetap halus, saya berfikir dalam hati.
Kalau tes ini dikerjakan sehari-hari, mungkin saja saya tidak adak menampiknya… -
Kisah Memek Layaknya bulan madu berduaan di hotel
Duniabola99.com – Dimana saat itu aku masih duduk di kelas satu SMA di salah satu sekolah swasta di kota kecilku, aku sangat senang untuk pertama kalinya masuk sekolah, dulunya aku mempunyai badan yang gemuk mungkin karena penyakit liverku aku menjadi kurus dan langsing, aku semakin pede saat mengenakan baju putih abu abu, dan pipiki tidak setembem kayak dulu sekarang wajahku menawan.
Pertama masuk, aku sudah mengenal hampir setengah kelas karena memang berasal dari SMP yang sama. Di belakang tempat dudukku ada segerombolan cowok. Diantaranya ada seorang cowok Yang lumayan tampan, putih dan menarik. Sering kali aku merasa dia sering memperhatikanku secara diam-diam.Setiap hari aku berangkat dan pulang sekolah naik angkutan umum. Sampai suatu hari, seusai pelajaran tiba-tiba Tom mendekatiku. Dia menawarkan untuk mengantarku pulang. Kupikir dari pada naik kendaraan umum akhirnya aku setuju saja dia mengantarku. Ternyata dia juga sudah membawakanku helm.
Hari itu sehabis mengantarku pulang tiba-tiba cuaca berubah jadi mendung dan hujan. Aku pun menyuruh dia masuk ke rumah sambil menunggu hujan reda. Sejak hari itu kamipun jadi dekat. Setiap hari dia mengantar jemput aku walaupun sebenarnya rumahnya sangat jauh dari tempat tinggalku.
Pada hari Valentine karena kami sama-sama tidak mempunyai pasangan, dia menawariku untuk keluar nanti malam. Aku pun setuju. Pulang sekolah aku siap-siap, aku cuci rambut dan blow layaknya orang yang mau pergi berkencan, kupilih baju yang kuanggap paling oke. Kira-kira jam 16:00 dia datang menjemputku. Lalu kita berangkat ke bioskop.
Dan aku benar-benar tidak menduga ternyata di dalam bioskop dia menyatakan perasaannya kepadaku. Bagaikan di sambar geledek, aku pun mengangguk. Karena memang selama ini diam-diam aku telah merasa sayang padanya. Hubungan kami berlanjut terus sampai 2 bulan kemudian kita bertengkar hebat sekali. Lalu keesokan harinya dia meminta maaf padaku. Karena sekolah kami libur selama semingu, kami pun merencanakan untuk menginap di luar kota.
Kemudian aku minta ijin kepada orang rumah karena yang ada di rumah hanya nenekku, aku pun bilang padanya akan ke luar kota selama 4 hari dengan teman-teman. Tentunya itu hanya alasan supaya aku bisa pergi. Sesuai waktu yang di janjikan aku menunggu Tom di rumah sahabatku. Kemudian kami pun berangkat ke luar kota di daerah pegunungan.
Sesampainya di sana kami mencari penginapan yang sesuai lalu check in. Ruangan yang kami tempati tidak terlalu besar namun terlihat sangat nyaman. Disana ada sebuah ranjang berukuran king size yang di sisi kanan kirinya terdapat meja kecil dan lampu.Lalu ada satu set sofa dan meja. Disisi yang lain ada televisi lengkap dengan VCD playernya. Sementara di kamar mandinya dilengkapi dengan bathtub dan shower. Walaupun tidak begitu bagus namun lumayan enak tempat tersebut.
Karena kurasa seluruh tubuhku tidak fresh aku pun pergi mandi. Sementara Tom masih keluar untuk membelikan majalah dan cemilan. Aku Mandi dengan air hangat dan berendam sesaat. Setelah selesai aku mengenakan lingerie warna merah menyala yang sengaja kubeli sebelumnya.
Warnanya yang merah sangat kontras dengan kulitku yang kuning pasti akan membuat siapa saja yang melihatku terangsang. Kemudian kupakai Kimono kamar mandi dari hotel tempat kami menginap. Dan aku berbaring di ranjang sambil nonton TV.
Tak lama kemudian Tom kembali. Setelah meletakkan belanjaan dia pun pergi mandi. Sengaja kumatikan lampu kamar kemudian lampu baca di meja kunyalakan remang-remang. Suasana ini benar-benar romantis, kimono pun kubuka dan kulempar begitu saja. Kemudian kutata bantal dan guling di ranjang sedemikian rupa sehingga aku bisa bersandar dengan enak. Kuusap-usap tubuhku sambil memperhatikan lingerie yang baru pertama kali kupakai.
Tak lama kemudian Tom keluar dari kamar mandi sambil melilitkan handuk di pinggangnya. Dia pun tercengang melihatku, kemudian sambil tersenyum dia berkata, “Kamu benar benar sexy sayang..” Diapun mendekatiku sampai di bibir ranjang, aku pun berdiri dengan bertumpu pada kedua lututku.
Kubelai rambut Tom yang baru setengah kering, kuciumi wangi rambutnya. Kemudian ciumanku pun turun, hidungnya kukecup, bibirnya kukecup dan kulumat dengan mesra. Dia melingkarkan tangannya di pinggangku sambil sesekali mengusap punggungku.Kurasakan ciuman Tom makin hebat, lidah kami saling berpagutan, kurasakan bibirnya perlahan namun pasti turun menjelajahi leherku yang membuat jantungku makin keras berdetak. Sementara tangannya yang lain mengusap-usap buah dadaku yang kelihatan hampir tidak muat di dalam lingerie yang kupakai karena ukurannya memang besar, 36C.
Kurasakan lidah Tom turun dari leher menyusuri dadaku kemudian tangannya menurunkan lingerie-ku di bagian dada yang menyebabkan tersembullah dua bukit indahku. Matanya tak pernah lepas dari dadaku sambil dia berkata, “Oh buah dadamu memang indah sayang.. aku tak pernah sanggup menahan diriku bila melihatnya..” Aku pun hanya tersenyum sambil mataku mengerling nakal, yang membuatnya makin tidak tahan.
Dia meremas-remas dengan mesra buah dadaku sambil dipilin-pilin putingnya. Kemudian dia jilati bergantian sambil dikulumnya. Kulihat benar-benar tidak muat buah dadaku dalam genggamannya. Ya inilah salah satu kebanggaan diriku, keindahan yang kumiliki.
Aku pun mengerang, “Aaacchh.. Tom.. kau pandai sekali menghisapnya.. aacchh..” tanpa kusadari tanganku sudah membuka handuk yang dipakai Tom yang kubiarkan jatuh begitu saja. Dan dapat kulihat jelas kejantanannya yang panjang dan besar telah berdiri dengan tegak seolah-olah menantangku. Memang kuakui batang kejantanan Tom sangat besar, panjangnya mungkin hampir 15 cm, dan hal inilah yang mungkin membuatku selalu ketagihan untuk bermain seks dengannya.
Kuusap-usap kepala kemaluannya, kurasakan ada lendir kenikmatan telah membasahi kepala kejantanannya yang membuatku makin terangsang. Kutundukkan kepalaku lalu kujilat-jilat kepala kemaluannya lalu seluruh batangnya kujilat sambil kuusap-usap.Kemudian kudorong tubuh Tom sampai dia terduduk di sofa, lalu aku berjongkok di depannya, kujilati terus batang kejantanannya kemudian kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sambil lidahku berputar-putar di dalamnya. Kontan saja Tom mengerang, “Aahcchh.. sayaangg.. nikmatt sekalii..” Aku merasakan batang kejantanannya semakin tegang, urat-uratnya mulai menonjol keluar tentu saja aku semakin bergairah melihatnya.
Aku mulai mengeluar-masukkan batang kejantanan Tom, makin lama gerakanku makin cepat sambil kugenggam dan kuputar-putar. Dia mengerang lagi, “Sayaang.. kamuu benar-benar hebat.. aacchh..” Aku tak menghiraukannya, kukocok batang kejantanannya makin lama makin cepat kemudian kuhisap-hisap, kurasakan tubuh Tom menegang,
“Aku mau keluaarr saayy.. akuu nggaak tahann..” Makin kupercepat kocokan tanganku, kemudian kuhisap kuat-kuat batang kejantanannya dan.., “Creett.. ccrereett..” Kurasakan air mani Tom memenuhi mulutku, langsung kutelan sambil tetap kujilat batang kejantanannya kemudian kujilati seluruh permukaan bibirku sambil kuremas-remas buah dadaku, kulihat Tom lemas sesaat.. Saat aku sedang asyik meremas-remas buah dadaku sendiri, sambil kulirik dia dengan pandangn sayu dan sexy. Tiba-tiba Tom mengangkat tubuhku dan membaringkannya di ranjang.
Dia mengulum buah dadaku sambil dihisapnya kemudian perlahan ciumannya turun mencium lingerie di bagian perutku sambil tangannya merambat ke bagian kemaluanku dan mengusap-usap klitorisku yang rasanya sudah membesar. Aku menggeliat sambil engerang, “Aacchh.. Tom.. nikmat..”
Kemudian dia berdiri dengan berlutut di ranjang, dia lepaskan celana dalam merahku yang sangat sexy itu. Dia usap-usap klitorisku yang memang bersih dari rambut-rambut. Kemudian pelan namun pasti dia jilat klitorisku sambil jari tengahnya dia masukkan ke liang kewanitaanku. Benar-benar nikmat kurasakan, kugigit bibirku sambil tanganku tak henti-hentinya memilin putingku sambil sesekali kujilati buah dadaku sendiri.Karena buah dadaku besar, aku tidak kesulitan untuk menjilatinya. Sementara Tom sedang sibuk di bawah sana, membuatku menggelinjang-gelinjang kenikmatan. Aku pun tak sabar lagi, aku berkata pada Tom, “Ayo.. Tomm.. masukkan pelermu.. aku.. akuu..” rupanya Tom telah paham maksudku, sebelum aku menyelesaikan kalimatku.. tiba-tiba.., “Slepp..” aku memekik,
“Aaacchh.. yeeahh..” sambil menahan nikmat yang luar biasa kudapat.
Belum sampai selesai kurasakan nikmat bulan madu ini, Tom sudah menggoyangkan batang kejantanannya keluar masuk dari liang senggamaku dengan sangat cepat, rupanya dia masih ingat seperti itulah favoritku. Aku memang suka digoyang sangat cepat dari pertama sehingga rasanya luar biasa nikmatnya. Goyangan Tom pun makin cepat. Kurasakan batang kejantanannya sa ngat keras menghujam di dalam liang kewanitaanku. Aku pun hanya bisa memekik,
“Tomm.. aachh.. nikmat sekali sayangg.. pelermu emang nikmat..” Tom pun tak bereaksi mengurangi goyangannya, makin lama makin cepat dia bergoyang sampai aku berkata,
“Tomm.. aku mau keluarr sayaangg.. akuu nggak tahann..” dia pun berkata,
“Kita sama-sama sayaang..” batang kejantanan Tom makin cepat ritmenya. Kemudian kurasakan nikmat yang luar biasa, tubuhku menegang, melengkung hingga bagian dadaku terbusungkan,
“Aaacchh.. Tomm.. aku keluarr..” Kurasakan liang kewanitaanku sangat hangat. Tiba-tiba Tom menghentikan goyangannya dan tubuhnya menegang juga, “Aachh.. akuu juga sayang..” dan,
“Creett.. crett..” Air mani Tom kurasakan menyemprot dinding rahimku, terasa sangat hangat, mengalir perlahan di dalam liang kewanitaanku. Kemudian kami berdua tergeletak sambil dia terus menciumiku dan membisikkan kata-kata cinta bulan madu, diusap-usapnya rambutku yang membuatku ketiduran sejenak.Ketika aku terbangun, aku langsung menuju kamar mandi untuk berbilas. Kuisi bed tub dengan air panas sampai penuh kemudian kumasukkan aroma parfume kesukaanku dengan sedikit minyak lalu aku berendam di dalamnya, benar-benar nikmat setelah tadi ber-bulan madu.
Aku hampir ketiduran ketika kurasakan ada jari-jari halus membelai dan mengusap rambutku. Kubuka mataku, kulihat Tom sedang berjongkok di sana, masih dalam keadaan telanjang bulat. Kulihat senyumannya yang mesra. Kemudian dia mencium keningku, terus menyusur hidungku hingga akhirnya kami berciuman lagi.
Tangannya mengusap-usap buah dadaku, membuat birahiku bangkit kembali. Kemudian kuusap-usap batang kejantanannya yang memang sejak dia berjongkok telah tegak berdiri. Dia masuk ke bed tub, aku pun menggeser badanku hingga aku terduduk di tepi bed tub.
Kemudian dia naikkan pahaku sampai posisiku mengangkang, kutarik batang kejantanannya sampai menyentuh kemaluanku lalu kuusap-usapkan di klitorisku. Aku menggelinjang kenikmatan. Perlahan aku masukkan kepala kejantanannya di depan liang senggamaku dan Tom mendorong pantatnya yang otomatis menyodokkan batang kejantanannya ke liang kewanitaanku.
“Aaachh.. kamu nakal Tomm..” erangku. Kemudian bibir kami saling berciuman dengan ganasnya, saling lumat dan saling memagut. Sementara itu kurasakan gerakan Tom sudah makin cepat dan cepat, dia naikkan kaki kiriku ke bahunya sambil setengah melingkar ke lehernya. Dia gerakkan memutar pantatnya, kuremas-remas buah dada ku sambil kami terus berciuman.
Tiba-tiba dia melepas ciumannya dan.., “Aaacchh.. sayaang..” dia memekik sambil memeluk erat tubuhku. Kurasakan kebali air maninya membasahi dinding rahimku. Kemudian kucium dia dengan mesra sambil kubelai-belai. Setelah istirahat sebentar, kami mandi bersama. Aku menyabuni dia dan dia menyabuniku bergantian. Kemudian kami memesan sate yang biasa mangkal di depan hotel tersebut.Selesai makan kami nonton VCD yang memang sudah disediakan di sana. Waktu kami nonton blue film, kembali nafsu kami bangkit dan kami pun melakukan seperti yang ada di film. Seharian kami bisa bermain sampai Tom mencapai 7 kali orgasme dan aku sudah tak terkira lagi berapa kali orgasme. Ini kami lakukan selama 4 hari 3 malam. Benar-benar seperti orang yang sedang ber-bulan madu. Sampai pada akhirnya kami harus kembali ke kota kami.
Aku dan Tom begitu bahagia saat bulan madu itu. Meskipun kami sekarang sudah tidak bersama lagi.
-
Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan
Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Intan merupakan seorang mahasiswi kedokteran dari sebuah universitas swasta di Yogyakarta yang terkenal
memiliki banyak mahasiswi cantik-cantik serta seksi. Tidak hanya itu saja, disana juga banyak mahasiswi
yang katanya bisa di-booking, walaupun dengan harga mahal tentunya. Intan sendiri merupakan mahasiswi
kedokteran yang sebentar lagi akan melakukan praktek di daerah terpencil di daerah Purwokerto, Jawa
Tengah.Intan mempunyai seorang pacar yang bernama Rangga, dia hanyalah seorang buruh pabrik, walaupun begitu
tekad kerja keras untuk menjadi tulang punggung keluarganya-lah yang membuat Intan jatuh hati dan
akhirnya bersedia menjadi pacarnya. Intan sendiri memakai hijab modern ketika keluar rumah, tapi tidak
ketika bersama Rangga, seperti sore itu di kontrakan Rangga.“Aaaaaahhhhh.. uuhh.. Ranggaaa.. nikmatnya, sayangg!” teriakan dan desahan nikmat berasal dari bibir
seorang calon dokter yang sehari-harinya berhijab, Intan.Dia sedang mendaki bukit kenikmatan bersama kekasihnya, Rangga. Seperti biasa, sore itu ketika semua
teman Rangga pulang ke kampung halamannya masing-masing, dia mengayuh perahu birahi bersama Intan.“Uuuccchh.. memek kamu enak banget ngejepit kontol aku, sayangg.. uuchh!” Rangga hampir tidak tahan
untuk menyemprotkan isi testisnya ketika Intan berkata,
“Iya, kontol kamu juga nusuk banget ke dalem memek aku, bebbb!” Intan yang saat itu hanya tinggal
memakai bra, masih menggoyang pantatnya di atas pangkuan Rangga.
“Uuuhh.. kamu kuat banget sih, sayangg? Udah 15 menit belum keluar juga! Uuuhh!” Rambutnya yang tergerai
panjang membuat kesan menggairahkan bagi Rangga.
“Aku udah mau keluar, Yang! Uuuhh.. aku harus keluar dimana nih?” Rangga sudah sangat ingin mengeluarkan
spermanya dari tadi pagi ketika melihat foto-foto selfie telanjang Intan yang dikirim via Line.
“Di luar, Sayangg! Uhh.. aku masih masa subur soalnya nih. Uuhh.. bareng-bareng ya, sayangg!” Intan
mengingatkan.Crott! Crott! Hampir lima kali semprotan sperma dari penis Rangga akhirnya jatuh ke atas perutnya
sendiri ketika penisnya dikeluarkan dari vagina sempit Intan.Intan pun membantu dengan mengocok npenis Rangga agar semua isinya keluar, serta sesekali mengulumnya
juga.“Uuuhh.. sayangku Intan, makasih ya buat ngentot sore ini. Uuuhh.. aku keluar banyak banget nih!” Rangga
tidak sadar bahwa Intan hampir klimaks tapi belum mencapai puncak orgasme.Oleh karena itu, dia seolah tidak peduli ketika jatuh tertidur dan Intan mengocok vaginanya sendiri
dengan dua jari tangannya sendiri.“Uuuhh.. uuhh.. Rangga, kontol kamu enak banget. Uuhh.. memekku bakal selalu kangen kontol kamu kalo aku
udah di Purwokerto! Uuuhh.. kontol kamu boleh aku bawa gak? Uuuhh!” Itulah kebiasaan Intan untuk
menaikkan birahinya, bicara kotor. Dan akhirnya,Crott! Crott Croootttt! Intan mencapai puncak orgasmenya dan ikut tidur di sebelah Rangga yang sudah
terlelap lebih dulu. Intan tidak tersenyum.Keesokan harinya.. Intan terbangun dan memakai sebuah kemeja putih polos yang terlalu besar ukurannya
karena itu punya Rangga, dan di dalamnya ia tidak memakai daleman. Dia menuju dapur dan mengambil minum
ketika ada suara pintu diketuk.Tok! Tok! Tok! itu ternyata adalah Pak Jarwo, ketua RT disini. Intan mengenakan hotpants dan
mengancingkan kemejanya sampai atas, dia lalu membuka pintu.“Iya, Pak Jarwo kan? Ada apa ya, Pak?”
“Eh, ada mbak Intan. Begini, mbak, ada sesuatu yang harus dibicarakan. Boleh saya masuk? Mas Rangga-nya
ada? Atau teman-temannya yang lain?”Bingunglah Intan untuk menjawab pertanyaan tersebut, kalau dibilang
ada maka teman-teman Rangga akan dipanggil.Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan Tapi kalau dijawab tidak ada, maka Intan dan Rangga akan langsung diarak keliling desa karena dituduh
berbuat asusila. Mata Pak Jarwo pun tak pernah lepas dari paha putih milik Intan, wanita yang selama ini
tertutup dan memakai hijab ternyata bisa menjadi binal juga, begitulah pikir Pak Jarwo. Prediksi Togel“Tidak ada, Pak.” akhirnya Intan menjawab dengan jujur. Pak Jarwo tersenyum licik.
“Ah, begini… tadi malam ada laporan dari warga bahwa mbak Intan menginap berdua disini dengan mas
Rangga.Sudah menjadi etika moral disini bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan, bisa jadi fitnah bahkan bisa
kita arak keliling desa.” Pak Jarwo menjelaskan duduk permasalahan dengan santai.“Iya, Pak, saya minta maaf. Lain kali tidak akan saya ulangi lagi.” Intan berusaha memilih kata-kata
dengan hati-hati agar tidak salah ucap dan supaya kejadian kali ini tidak menjadi buah bibir masyarakat
desa.
“Oh ya, bapak mau minum apa? Saya bikinkan kopi ya,” Intan berusaha mengalihkan bahan pembicaraan.
“Tapi ada beberapa syarat ketika mbak Intan ingin kejadian ini tidak menjadi besar, mungkin mbak Intan
bisa buatkan saya kopi terlebih dahulu.” ujar ketua RT ini dengan begitu santainya.Intan pun berjalan menuju dapur diikuti ekor mata Pak Jarwo yang sudah sangat lapar untuk menyantap
belahan pantat montok kepunyaannya. Diam-diam Pak Jarwo mengikuti Intan ke dapur, dan seketika itu pula
mendekap Intan dari belakang dan menutup mulutnya.“Ini syarat pertama, saya mau kopi susu dan… susunya langsung dari sini.” Pak Jarwo mengelus pelan
payudara Intan yang tidak ditutupi bra dan hanya dilapisi oleh kemeja tipis.Seketika Intan berusaha berontak, tapi apalah daya Intan melawan kekuatan Pak Jarwo. Intan juga takut
Rangga terbangun dan memergoki mereka.“Hmm.. kamu memang binal, pagi-pagi sudah menggoda saya dengan tidak memakai bra dan celana pendek.”
ujar Pak Jarwo.
“Intan baru bangun tidur, Pak Jarwo.” Intan sudah memahami maksud dari Pak Jarwo yang mendekapnya saat
ini dan mencoba santai.
“Pak Jarwo mau pakai susu? Yang kanan apa yang kiri? Aahh..” kata Intan manja. Seketika itu juga Intan
berubah menjadi sangat binal dengan harapan permainan ini cepat selesai.Mendengar Intan yang dipikirnya susah ditaklukan lalu menjadi seperti pelacur, tak ayal penis Pak Jarwo
pun menegang kuat bahkan hampir keluar dari celana bahannya karena saking panjangnya.“Intan, Intan… kamu luarnya saja berhijab, mahasiswi kedokteran, tapi dalamnya tidak beda dengan para
perek yang saya temui di jalanan. Kalau begitu langsung masuk ke syarat kedua, kamu harus menjadi budak
seks saya.” kata Pak Jarwo sambil tangannya terus menerus meremas payudara besar milik Intan.“A-apa, Pak? Budak seks? Intan siap memberikan semuanya buat Pak Jarwo kok, Pak Jarwo bisa entot Intan
dimanapun dan kapanpun. Uuuhh.. remas terus tetek Intan dong, Pak. Intan yakin kontol Pak Jarwo lebih
bisa muasin memek Intan daripada kontol Rangga.. uuhh.. uuhh..” Intan semakin tidak bisa mengontrol
kata-katanya ketika dia merasakan kerasnya penis Pak Jarwo yang sengaja digesekkan ke belahan pantatnya.“Oke, bawa kopi dan susunya ke ruang tamu. Kamu harus telanjang, hanya pakai handuk dan temui saya.
Bisa?”Pak Jarwo dengan sangat jumawa memerintah Intan. Intan pun berbalik dan mengemuti jari-jari tangan Pak
Jarwo sambil berkata dengan suara manja,“Apa pun yang Pak Jarwo mau dengan tubuh Intan, Intan akan berusaha muasin Pak Jarwo dan membuat Pak
Jarwo setia sama memek Intan. Uuuhh.. Pak Jarwo tunggu aja di ruang tamu, yaa..” Usai berkata begitu,
Pak Jarwo pun akhirnya meninggalkan Intan di dapur dan menuju ruang tamu.Intan sendiri masih merenung di dapur, dia bingung kenapa dia mau mengiyakan permintaan Pak Jarwo untuk
melayaninya pagi ini padahal Rangga, kekasihnya yang tampan, masih tidur nyenyak di kamarnya. Tapi Intan
tak ingin dia dan Rangga pada akhirnya dituduh berbuat asusila dan diarak keliling desa, mau ditaruh
dimana harga diri dan nama baik keluarganya? Padahal sehari-harinya Intan memakai hijab.Banyak pertanyaan muncul di kepalanya saat itu. Satu hal yang membuat Intan akhirnya mantap menjadi
budak seks Pak Jarwo mulai pagi ini adalah ukuran penis Pak Jarwo yang tadi digesekkan ke pantatnya,
seakan membelai vagina dan lubang pantatnya. Intan seketika itu juga tersenyum dan membawa kopi panas ke
ruang tamu.“Ini, Pak, kopinya. Intan mau siap-siap dulu, Pak Jarwo tunggu ya..” Sambil mengelus pantat Intan, Pak
Jarwo berkata,
“Iya, pelacur, jangan lama-lama ya.. saya tidak punya waktu banyak.” Pak Jarwo tersenyum menjijikkan.Intan pun berjalan menuju kamar tidur bsambil menggoyangkan pantat, mempertontonkan kemontokan tubuhnya
pada Pak Jarwo. Sampai di depan pintu, ia menengok ke belakang dan dengan kerlingan mata nakal, Intan
menjilat bibirnya sendiri. Uuuh! Penis milik Pak Jarwo sudah tidak tahan ingin segera mencoblos vagina
Intan saat itu juga, tapi Pak Jarwo masih bersabar. Tak berapa lama kemudian, Intan keluar hanya dengan
memakai handuk. Ia berjalan menuju ruang tamu dan duduk menyamping di pangkuan Pak Jarwo.“Pejantannya Intan, nih maunya udah diturutin. Sekarang Pak RT cabul ini mau apalagi?” Intan berusaha
menjadi pelacur yang baik walau dalam hatinya masih ada sedikit keraguan.Pak Jarwo yang ditanya seperti itu malah semakin memuncak birahinya, tapi memang beliau adalah pria yang
sudah sangat matang, tidak mau terburu-buru.Maka sambil mengelus lengan Intan yang terbuka, ia berkata,
“Sekarang berdiri di hadapan saya, buka handuknya, terus rentangkan sambil kamu duduk di pangkuan saya
sekarang. Ayo lakukan!!” Intan segera berdiri, membuka lipatan handuknya dan memperlihatkan vaginanya
yang tercukur rapi serta payudaranya yang montok dengan putingnya yang berwarna pink mencuat ke atas,
tanda dia sendiri pun sebenarnya dalam kondisi terangsang.Perlahan-lahan dengan menyunggingkan senyum nakal, Intan duduk di pangkuan Pak Jarwo.
“Hmm.. bapak ini banyak maunya deh, aku juga paham kok caranya muasin tua bandot mesum kayak bapak.
Bapak tenang aja ya..” Sehabis berkata begitu, Intan perlahan mendekatkan bibirnya yang ranum ke telinga
Pak Jarwo,
“Jangan selesai terlalu cepat ya, suamiku sayang.” Intan berbisik dengan begitu mesra dan itu membuat
jantung Pak Jarwo semakin berdetak kencang.Intan mengulum telinga Pak Jarwo dengan pelan dan mesra, dengan tangan masih memegang handuk dan memeluk
leher Pak Jarwo, seakan-akan mereka tak ingin terlihat orang lain. Pak Jarwo pun tersenyum licik,
menyadari ketidakpercayaannya bagaimana begitu mudah ia menaklukkan mahasiswi kedokteran yang sehari-
harinya berjilbab ini. Dengan tangannya yang kasar, Pak Jarwo mengelusi buah dada Intan yang hanya bisa
dibayangkannya selama ini.“Uuuhh.. Pak Jarwo nakal ya tangannya. Kok cuma dielus sih, Pak? Diremes juga dong, ini kan punya bapak
sekarang. Hihi,” Intan pun mulai terbawa arus birahi ketika bibirnya menyentuh bibir Pak Jarwo yang
kental dengan bau tembakau,tapi itu malah menambah gairahnya untuk mengulum bibir pejantan tuanya.
“Uuhh.. hmm.. mmhh.. hmm.. uuhh.. Pak Jarwo lebih aktif dong! Uuuhh.. hmm.. mmhh..” Lidah mereka berdua
saling bertautan, beradu seakan saling mendorong keluar.Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan Kecipak suara mereka juga sangat keras karena Pak Jarwo sangat menyukai seks yang sedikit kasar dan
berisik, maka dia coba meludahi mulut Intan dan Intan dengan sangat setia menelan semua air liur Pak
Jarwo.Pak Jarwo meremas payudara Intan dengan sedikit kasar, membuat Intan melenguh nikmat. Jari-jari tua itu
mulai
memilin puting mahasiswi kedokteran tersebut, pegangan tangan Intan pada handuk pun lepas karena Intan
tidak
tahan dengan sentuhan-sentuhan tangan Pak RT tersebut. Tangan Intan mengelus rambut Pak Jarwo yang
sudah memutih dengan penuh rasa sayang.“Uuuhh.. Pak Jarwooo.. bapak pasti udah lama gak ngerasain tubuh montok kayak Intan ya? Intan pagi ini
jadi istri bapak deh, Intan akan bikin bapak ngerasain surga dunia ya.. uuhh..” Intan menarik kepala Pak
Jarwo menuju payudaranya, berharap putingnya diemut bibir tua namun menggairahkan tersebut.“Hmm.. umm.. mmm.. puting kamu memang manis, sama seperti orangnya. Hihi..” Pak Jarwo mencolek dagu
Intan sehingga pipi Intan pun semakin memerah mendengar pujian tersebut. Markas Judi Online DominoqqPak Jarwo terus mengemuti puting Intan dan akhirnya.. mencupang payudara Intan dengan keras dan berisik.
“Auuuww!! Pak Jarwo, pelan-pelan dong ah. Intan gak mau Rangga sampe bangun, nanti Intan gak ngerasain
kontol Pak Jarwo pagi ini..” PakJarwo melempar handuk yang tadi dipakai Intan, meremas pantat gadis itu
dan menciumi lehernya.Pak Jarwo berubah menjadi beringas karena ia sebenernya sudah tidak tahan dengan segala kata-kata yang
keluar dari mulut Intan saat ini.Intan melenguh menahan desahannya yang sebenarnya sudah tidak tertahankan, ia baru ingat bahwa ia lupa
mengunci pintu kamarnya dan Rangga bisa keluar sewaktu-waktu. Tapi rasa takut ketahuan malah membuat
birahinya makin meningkat. Intan berusaha melepaskan kancing-kancing kemeja Pak Jarwo saat lidah laki-
laki itu semakin ganas melumuri lehernya dengan air liur. Intan melempar kemeja Pak Jarwo entah kemana,
ia begitu kagum melihat dada bidang Pak Jarwo yang sedikit berbulu.“Aaaahh.. Pak Jarwo, biarkan saya yang bekerja melayani bapak ya..” Intan tersenyum manja dan turun dari
pangkuan Pak Jarwo secara perlahan sambil menciumi leher lelaki tua itu.
“Aaahh.. Intan, kamu memang pintar sekali memainkan lidahmu di kulit bapak, uuhh!” Pak Jarwo baru kali
ini dimanjakan oleh lidah seorang perempuan, apalagi ketika ciuman Intan turun menuju putingnya. Gadis
itu mencium, menjilat dan sedikit menggigit puting Pak Jarwo.Birahi Intan sudah tak tertahankan lagi, ia sudah bertransformasi menjadi layaknya pelacur jalanan yang
menghamba pada kenikmatan seksual. Ciumannya kembali turun menuju perut Pak Jarwo yang sudah sedikit
membuncit, walau begitu sisa-sisa hasil fitness zaman dulu masih terlihat samar. Hmm.. dengan sedikit
tergesa-gesa, Intan mencoba melepas ikat pinggang dan celana panjang milik Pak Jarwo, ia sendiri tidak
sabar untuk memanjakan kontol yang tadi digesekkan ke belahan pantatnya.“Pak Jarwo..” Intan memanggil nama ketua RT tersebut sambil mendesah dan mengerlingkan matanya dengan
nakal, tangannya meremas penis Pak Jarwo sambil menciuminya dari luar celana dalam.Ah, bagai mimpi jadi kenyataan bagi Pak Jarwo sendiri, ia bisa mengelusi rambut seorang Intan yang
sedang membuka celana dalamnya dan akhirnya mengelus penisnya. Kulit bertemu kulit. Bagaikan adegan film
slow motion, Intan mengecup pelan kepala penis Pak Jarwo.Cup! Lalu ia mulai menjilati pinggiran penis Pak Jarwo, masih dengan gerakan yang lambat karena Intan
ingin meresapi rasa penis yang mungkin akan menjadi penis favoritnya untuk selamanya. Intan menjilat
penis Pak Jarwo senti demi senti, sambil menutup matanya bagaikan mencoba pertama kali es krim coklat
kesukaannya saat SD.“Hmm.. mmhh.. umm.. Intan suka rasa Pak Jarwo, mulut ini bakal selalu kangen disentuh kontol Pak Jarwo,
hmm.. mmm..” Penis Pak Jarwo makin tegang mendengar Intan berkata kotor seperti itu.Mulailah Intan memasukkan semua bagian penis Pak Jarwo setelah dirasa cukup basah oleh liurnya.
Perlahan, sangat pelan, Intan memasukkan semua ke dalam mulutnya, ia ingin penis tersebut menyentuh
ujung tenggorokannya. Lalu juga dengan pelan sekali, Intan melepaskan penis tersebut.Cup! Penis tersebut sudah begitu tegang ketika pada akhirnya Intan menghisapnya, dari pelan perlahan
menjadi semakin cepat, cepat dan semakin cepat.“Uhh.. hmm.. mmhh.. hmm.. Pak Jarwo.. hmm.. mmhh!!”
“Iya, mbak Intan? Kontol saya sepertinya jodoh sama mulut mbak, hehe..”Tapi Pak Jarwo tetaplah seorang pria tua, ia tak akan tahan kalau begini terus. Maka dari itu sebelum
spermanya keluar, segera ia membangunkan Intan dan menyuruh gadis itu kembali dipangku olehnya untuk
mulai memasukkan penis ke dalam liang vagina Intan yang sudah begitu basah. Intan juga berpikir kalau
lama-lama, Rangga bisa bangun dan memergokinya bergumul mesra dengan Pak Jarwo. Maka Intan pun naik dan
duduk di pangkuan Pak Jarwo, tangannya yang lembut memegang dan mengarahkan penis Pak Jarwo ke dekat
bibir vaginanya.“Uuuhh.. Pak Jarwo.. puaskan saya ya, Pak.. cup!” Intan mencium pipi keriput Pak Jarwo dan menurunkan
tubuhnya perlahan-lahan supaya penis Pak Jarwo bisa masuk secara sempurna ke dalam lorong vaginanya.
“Hhhh… saya tidak menyangka bisa ngentot sama mbak Intan. Tenang aja, bukan Jarwo namanya kalau gak bisa
muasin memek perempuan, hehe..” Pak Jarwo membantu dengan menaikkan pinggulnya guna menyambut pantat
Intan yang semakin turun menyelimuti penisnya dengan kehangatan liang vaginanya.
“Uuhh.. hhh.. mmhh.. uuhh!!” Intan mulai mendesah ketika ia mulai memompa penis Pak Jarwo dengan vagina
sempitnya yang bak perawan. Sambil menggenjot, ia meremas rambut Pak Jarwo dan menciumi pipinya.
“Aahh.. mbak Intan! Uuhh.. uuhh.. memek mbak enak banget, belum pernah saya menikmati memek seperti ini,
uuhh!”Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan Darah tua Pak Jarwo mulai berganti menjadi darah muda kembali, tangannya mengelus punggung dan pantat
Intan yang sedikit demi sedikit mulai berkeringat. Kecipak pertemuan penis dan vagina perempuan dan
lelaki berbeda usia ini begitu berisik, untung saja Rangga memang terbiasa bangun siang karena ini hari
Minggu. Intan yang mengetahui hal itu menerima saja tumbukan penis di vagina yang sehari-harinya hanya
diisi oleh penis kekasihnya.“Uuuhh.. teruusshh, Pak Jarwoo.. kontol bapak memang tidak ada duanyaaa!!” Selesai berkata seperti itu,
bibir Intan mencium, mengulum bahkan seperti akan memakan bibir Pak Jarwo, begitu ganas, liar dan
beringas.Intan terbiasa menerima perlakuan seksual yang lembut dari Rangga, tapi sekarang ia menjadi liar karena
kenikmatan yang kelewat batas.“Uuuhh.. uuuhh.. mbak Intan! Ayo ganti gaya, saya mau mbak nungging, saya mau doggy style! Uuhh.. hhhh!”
Pak Jarwo merasa bahwa ia harus mengeluarkan spermanya di vagina Intan, kalau bisa menghamilinya. Intan
akhirnya turun dari pangkuan Pak Jarwo dan dengan berpegangan pada sofa, ia menunggingkan pantatnya yang
montok ke arah Pak Jarwo.Pak Jarwo berdiri dan mencoba memasukkannya ke vagina Intan saat tiba-tiba ia berkata,
“Mbak Intan yang binal, rayu kontol saya biar mau masuk ke memek mbak dong, hehe..” Dia tersenyum
menjijikkan.
“Uuhh.. Pak Jarwo.” Intan mendesah sambil menggoyangkan pantatnya seakan menyambut penis Pak Jarwo yang
semakin mendekat ke liang vaginanya.
“Ayo dong kontolku sayang, masuk ke memek aku. Aku udah gak tahan banget pengen disodok sama kamu, terus
disemprot pake peju, uuhh!” Intan berkata dengan manja sambil memperlihatkan muka sayu,menggigit jarinya sendiri dan itu cukup membuat Pak Jarwo kembali menusukkan penisnya ke vagina Intan
dengan ganas!“Uuuhh.. uuhh.. dasar perek nakal! Mahasiswi emang semuanya bisa dipake! Uuhh.. uuhh! Ini bapak entot!
Uuuhh!” Pak Jarwo menggenjot vagina Intan dengan ganas,sambil menampar pantat gadis itu sampai memerah.
”Uhh! Uhh! Uuhh! Uuhh!” desahan mereka bsaling bersahutan tetapi tetap berusaha untuk tidak terlalu
keras.Intan juga ikut menggoyangkan pantatnya dan mencari kenikmatan dengan menggosok kelentitnya sendiri
menggunakan jari-jarinya.“Uuuhh.. uuuhh.. terus, Pak Jarwooo!! bSudah hampir setengah jam berlalu, bapak belum keluar juga!
Uuhhh!” Intan
terus mendesah,sebentar lagi ia akan mencapai klimaksnya!
“Aaahhh.. Pak Jarwoo!! Saya keluaarrrrr!! Aaahhhhh!!” Intan mendorong pantatnya ke belakang dengan
keras, ia ingin penis Pak Jarwo menyentuh ujung rahimnya.
“Aaaahhhhh.. nikmatnya, Pak Jarwo.. aahhh.. bapak belum keluar ya? Yuk keluarin aja, Pak, di dalem juga
gak papa. Hehe..” Kata-kata Intan yang menggoda membuat Pak Jarwo tidak sabar menyirami vagina mahasiswi
kedokteran ini dengan spermanya.
“Aaahh.. aahhh!” Pak Jarwo semakin ganas menusuk vagina Intan sampai suara tumbukan antara pantat Intan
dan pinggul Pak Jarwo semakin berisik, untung saja tidak berapa lama kemudian Pak Jarwo merasa bahwa
spermanya telah berada di ujung penis dan siap buntuk ditembakkan.
“Aaahh.. aaahhh! Memek mbak enak banget! Sumpah saya ndak bohong! Aaahhh.. uuuhh.. saya keluar yaaa..
aaaaaaaaahhhhhhhhh!!!” Dengan satu lolongan kuat dan dorongan yang kuat akhirnya sperma Pak Jarwo
meluncur masuk ke dalam rahim Intan.
“Aaaahhh.. akhirnya saya bisa puas ngentot sama memek perempuan kayak kamu, uuhh..” Jatuhlah tubuh tua
namun masih bertenaga milik Pak Jarwo ke sofa, ia masih menutup mata dan terengah- engah.Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan Belum benar-benar bangun dari kenikmatan surgawi yang baru ia rasakan. Intan sendiri juga ikut menyusul
merebahkan dirinya di atas tubuh Pak Jarwo, ia bersandar pada dada bidang laki-laki itu sambil memainkan
penis Pak Jarwo yang masih sedikit tegang namun
sangat basah.“Hmm.. saya puas banget bisa main sama Pak Jarwo.. hmm, kontol bapak sekarang bebas keluar masuk memek
saya deh.. oke pejantanku sayang?” Intan sekarang benar-benar manja dan terlihat tidak mau melepas penis
milik Pak Jarwo,ia sudah takluk dan menghamba pada kenikmatan seksual yang diberikan oleh Pak Jarwo.
“Iya, mbak, saya juga puas banget. Hhmm.. ya sudah, pokoknya mbak harus janji selalu sedia memek setiap
kali saya sange ya, mbak.. hehe, cup!” Pak Jarwo mengecup kening Intan, membuat perempuan itu semakin
terbang melayang.Akhirnya Pak Jarwo memakai kembali pakaiannya dan pergi dari kontrakan Rangga sebelum hari makin siang
dan Rangga kembali terbangun. Sebelumnya, Pak Jarwo dan Intan sempat bertukar liur sebelum mereka
berpisah. Ah, hari yang indah! Intan akhirnya mandi dan pulang meninggalkan Rangga yang sebenarnya..
berpura-pura tidur!!cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
-
Kisah Memek Kerinduan Untuk Melakukan ITU
Duniabola99.com – Nama saya Reni (samaran) saat ini usia 28 tahun. Kata orang saya memiliki segalanya kekayaan, kecantikan dan keindahan tubuh yang menjadi idaman setiap wanita. Dengan tinggi 165 cm dan berat 51 menjadikan aku memiliki pesona bagi lelaki mana saja. Apalagi wajahku boleh dibilang cantik dengan kulit kuning langsat dan rambut sebahu. Aku telah menikah setahun lebih.Latar belakang keluargaku adalah dari keluarga Minang yang terpandang. Sedangkan suamiku, sebut saja Ikhsan adalah seorang staf pengajar pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota Padang.
Setelah suamiku menyelesaikan studinya di luar negeri, aku mengusulkan untuk mengajukan pindah ke kota Padang agar dapat berkumpul lagi dengan keluarga. Setelah melalui birokrasi yang cukup memusingkan ditambah sogok sana sogok sini akhirnya aku bisa pindah di kantor pusat di Kota Padang.Sebagai orang baru, aku tentu saja harus bekerja keras untuk menunjukkan kemampuanku. Apalagi tugas baruku di kantor pusat ini adalah sebagai kepala bagian. Aku harus mampu menunjukkan kepada anak buahku bahwa aku memang layak menempati posisi ini. Sebagai konsekuensinya aku harus rela bekerja hingga larut malam menyeleseaikan tugas-tugas yang sangat berbeda saat aku bertugas di kepulauan dahulu. Hal ini membuat aku harus selalu pulang larut malam karena jarak rumah kami dengan kantor yang cukup jauh yang harus kutempuh selama kurang lebih 30 menit dengan mobilku.Akibatnya aku jadi jarang sekali bercengkerama dengan suamiku yang juga mulai semakin sibuk sejak karirnya meningkat. Praktis kami hanya bertemu saat menjelang tidur dan saat sarapan pagi.Atas kebijakan pimpinan aku selalu dikawal satpam jika hendak pulang. Sebut saja namanya Pak Marsan, satpam yang kerap mengawalku dengan sepeda motor bututnya yang mengiringi mobilku dari belakang hingga ke depan halaman rumahku untuk memastikan aku aman sampai ke rumah. Dengan demikian aku selalu merasa aman untuk bekerja hingga selarut apapun karena pulangnya selalu di antar. Tak jarang aku memintanya mampir untuk sekedar memberinya secangkir kopi hingga suamiku pun mengenalnya dengan baik. Bahkan suamiku pun kerap kali memberinya beberapa bungkus rokok Gudang Garam kesukaannya.
Pak Marsan adalah lelaki berusia 40 tahunan. Tubuhnya cukup kekar dengan kulit kehitaman khas orang Jawa. Ia memang asli Jawa dan katanya pernah menjadi preman di Pasar Senen Jakarta. Ia sudah menjadi satpam di bank tempat saya bekerja selama 8 tahun. Ia sudah beristri yang sama-sama berasal dari Jawa. Akupun sudah kenal dengan istrinya, Yu Sarni.
Suatu hari, saat aku selesai lembur. Aku kaget saat yang mengantarku bukan Pak Marsan, tetapi orang lain yang belum cukup kukenal.
“Lho Pak Marsan di mana, Bang?” tanyaku pada satpam yang mengantarku.
“Anu, Bu, Pak Marsan hari ini minta ijin tidak masuk. Katanya istrinya melahirkan,” katanya dengan sopan.
Akhirnya aku tahu kalau yang mengantarku adalah Pak Sardjo, satpam yang biasanya masuk pagi.
“Kapan istrinya melahirkan?” tanyaku lagi.
“Katanya sih hari ini atau mungkin besok, Bu,” jawabnya.
Akhirnya hari itu aku pulang dengan diiringi Pak Sardjo.
Awal Perselingkuhan
Sudah dua hari aku selalu dikawal Pak Sardjo karena Pak Marsan tidak masuk kerja. Hari Minggu aku bersama suamiku memutuskan untuk menjenguk istri Pak Marsan di Rumah Sakit Umum. Akhirnya aku mengetahui kalau Yu Sarni mengalami pendarahan yang cukup parah atau bleeding. Dengan kondisinya itu ia terpaksa menginap di Rumah Sakit untuk waktu yang agak lumayan setelah post partum. Atas saran suamiku aku ikut membantu biaya perawatan istri Pak Marsan, dengan pertimbangan selama ini Pak Marsan telah setia mengawalku setiap pulang kerja.
Sejak saat itu hubungan keluargaku dengan keluarga Pak Marsan seperti layaknya saudara saja. Kadangkala Yu Sarni mengirimkan pisang hasil panen di kebunnya ke rumahku. Walaupun harganya tidak seberapa, tetapi aku merasa ada nilai lebih dari sekedar harga pisang itu. Ya, rasa persaudaraan! Itulah yang lebih berharga dibanding materi sebanyak apapun. Sering pula aku mengirimi biskuit dan sirup ke rumahnya yang sangat sederhana dan terpencil. Memang rumahnya berada di tengah kebun yang penuh ditanami pisang dan kelapa.
Karena seringnya aku berkunjung ke rumahnya maka tetangga yang letaknya agak berjauhan sudah menganggapku sebagai bagian dari keluarga Pak Marsan.
Suatu hari, saat aku pulang lembur seperti biasa aku diantar Pak Marsan. Begitu sampai ke depan rumah tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya hingga kusuruh Pak Marsan untuk menunggu hujan reda.
Aku suruh pembantuku, Mbok Rasmi yang sudah tua untuk membuatkan kopi baginya. Sementara Pak Marsan menikmati kopinya aku pun masuk ke kamar mandi untuk mandi. Merupakan kebiasaanku untuk mandi sebelum tidur.
Hujan tidak kunjung reda hingga aku selesai mandi, kulihat Pak Marsan masih duduk menikmati kopinya dan rokok kesukaannya di teras sambil menerawang hujan. Hanya dengan mengenakan baju tidur babydoll, aku ikut duduk di teras untuk sekedar menemaninya ngobrol. Kebetulan lampu terasku memang lampunya agak remang-remang. Memang sengaja kuatur demikian dengan suamiku agar enak menikmati suasana.
“Gimana sekarang punya anak, Pak? Bahagia kan?” tanyaku membuka percakapan.
“Yach.. bahagia sekali, Bu..! Habis dulu istri saya pernah keguguran saat kehamilan pertama, jadi ini benar-benar anugrah yang tak terhingga buat saya, Bu.. Apalagi kami berdua sudah tidak muda lagi…”
“Memang, Pak… Aku sendiri sebenarnya sudah ingin punya anak, tetapi…” Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku karena jengah juga membicarakan kehidupan seksualku di depan orang lain.
“Tetapi kenapa, Bu… Ibu kan sudah punya segalanya.. Mobil ada… Rumah juga sudah ada… Apa lagi,” timpalnya seolah-olah ikut prihatin.“Yach…itu lah pak… dari materi memang kami tidak kekurangan, tetapi dalam hal yang lain mungkin kehidupan Yu Sarni lebih bahagia.”
“Mmm maksud ibu…” tanyanya terheran-heran.
“Itu lho pak… Pak Marsan kan tahu kalau saya selalu kerja sampai malam sedangkan Bang Ikhsan juga sering tugas ke luar kota jadi kami jarang bisa berkumpul setiap hari. Sekarang aja Bang Ikhsan sedang tugas ke Jakarta sudah seminggu dan rencananya baru empat hari lagi baru kembali ke Padang.”
“Yachh.. memang itulah rahasia kehidupan, Bu… Kami yang orang kecil seperti ini selalu kesusahan mikir apa yang hendak dimakan besok pagi… sedangkan keluarga Ibu yang tidak kekurangan materi malah bingung tidak dapat kumpul.”
Matanya sempat melirikku yang saat itu mengenakan babydoll dari satin berwarna pink. Dalam balutan pakaian itu, pundak dan pahaku yang putih memang terbuka. Aku mengenakan pakaian itu karena memang tadinya niatnya akan langsung tidur. Di samping itu aku sudah merasa dekat dengan Pak Marsan yang selama ini selalu bersikap sopan padaku. Istrinya pun sudah dekat denganku. Demikian pula sebaliknya suamiku dengan Pak Marsan. Jadi aku tak merasa risih berpakaian seperti itu di depan Pak Marsan.
Baru kusadar sewaktu melihat jakunnya naik turun melihat kemolekan tubuhku. Aku sadar tubuhku yang terbuka telah membuatnya terangsang. Bagaimanapun, ia tetaplah seorang lelaki normal…
Mungkin karena hujan yang semakin deras dan aku pun jarang dijamah suamiku membuat gairah nakalku bangkit.
Aku sengaja mengubah posisi dudukku sehingga pakaianku yang sudah mini itu jadi tersingkap. Pahaku yang mulus kini sepenuhnya kelihatan. Hal ini membuat duduknya semakin gelisah. Matanya berkali-kali mencuri pandang ke arah pahaku.
“Sebentar Pak, saya ambil minuman dulu,” kataku sambil bangkit dan berjalan masuk. Aku sadar bahwa pakaian yang kukenakan saat itu agak tipis sehingga bila aku berjalan ke tempat terang tubuhku akan membayang di balik gaun tipisku.
“Oh ya, Pak Marsan masuk saja ke dalam soalnya hujan kan… Di luar dingin…”
“I..iya, Bu..” jawab Pak Marsan agak tergagap karena lamunannya terputus oleh undanganku tadi.
Jakunnya semakin naik turun dengan cepat. Aku tahu ia tentu sudah lama tidak menyentuh istrinya sejak melahirkan bulan kemarin, karena usia kelahiran bayinya belum genap 40 hari. Suasana sepi di rumahku ditambah dengan dinginnya malam membuat gairahku bergejolak menuntut penuntasan.
Apa boleh buat aku harus berhasil menggoda Pak Marsan, apapun caranya. Demikian tekad nakalku menari-nari dalam kepalaku.
Pak Marsan pun masuk dan duduk di sofa ruang tamuku. Mbok Sarmi sudah terlelap di kamarnya di belakang. Aku yang semakin gelisah sibuk mencari-cari akal bagaimana menundukkan Pak Marsan yang tentu saja tidak mungkin berani untuk memulai karena aku adalah bosnya di kantor.
Setelah mengambil minuman, aku duduk di ruang tamu berhadap-hadapan dengan Pak Marsan. Duduknya semakin gelisah melihat penampilanku yang sangat segar habis mandi tadi. Akhirnya mungkin karena tidak tahan atau karena udara dingin ia minta ijin untuk ke kamar kecil.
“Eh.. anu, Bu.. Boleh minta ijin ke kamar kecil, Bu.”
“Silakan, Pak.. Pakai yang di dalam saja.”
“Ah.. enggak, Bu saya enggak berani.”
“Enggak apa-apa… Itu, Pak Marsan masuk aja, nanti ada di dekat ruang tengah itu.”
“Baik, Bu…”
Sambil berdiri ia membetulkan celana seragam dinasnya yang ketat. Aku melihat ada tonjolan besar yang mengganjal di sela-sela pahanya. Aku membayangkan mungkin isinya sebesar tongkat pentungan yang selalu dibawa-bawanya saat berjaga… atau bahkan mungkin lebih besar lagi.
Agak ragu-ragu ia melangkah masuk hingga aku berjalan di depannya sebagai pemandu jalan. Akhirnya kutunjukkan kamar kecil yang bisa dipakainya. Begitu ia masuk aku pun pergi ke dapur untuk mencari makanan kecil, sementara di luar hujan semakin lebat diiringi petir yang menyambar-nyambar.
Aku terkejut saat aku keluar dari dapur tiba-tiba ada tangan kekar yang memelukku dari belakang. Toples kue hampir saja terlepas dari tanganku karena kaget. Rupanya aku salah menduga. Pak Marsan yang kukira tidak mempunyai keberanian ternyata tanpa kumulai sudah mendahului dengan cara mendekapku. Napasnya yang keras menyapu-nyapu kudukku hingga membuatku merinding.
“Ma..maaf, Bu.. say.. saya sudah tidak tahan…” desisnya diiringi dengus napasnya yang menderu.
Lidahnya menjilat-jilat tengkukku hingga aku menggeliat sementara tangannya yang kukuh secara menyilang mendekap kedua dadaku. Untuk menjaga wibawaku aku pura-pura marah.
“Pak Marsan… apa-apaan ini” suaraku agak kukeraskan sementara tanganku mencoba menahan laju tangan Pak Marsan yang semakin liar meremas payudaraku dari luar gaunku.
“Ma..af, Bu.. say.. saya.. sudah tidak tahan lagi..” diulanginya ucapanya yang tadi tetapi tangannya semakin liar bergerak meremas dan kedua ujung ibu jarinya memutar-mutar kedua puting payudaraku dari luar gaun tipisku.
Perlawananku semakin melemah karena terkalahkan oleh desakan napsuku yang menuntut pemenuhan. Apalagi tonjolan di balik celana Pak Marsan yang keras menekan kuat di belahan kedua belah buah pantatku. Hal ini semakin membuat nafsuku terbangkit ditambah dinginnya malam dan derasnya hujan di luar sana. Suasana sangat mendukung bagi setan untuk menggoda dan menggelitik nafsuku.
Tubuhku semakin merinding dan kurasakan seluruh bulu romaku berdiri saat jilatan lidah Pak Marsan yang panas menerpa tulang belakangku. Tubuhku didorong Pak Marsan hingga tengkurap di atas meja makan dekat dapur yang kokoh karena memang terbuat dari kayu jati pilihan. Saat itulah tiba-tiba salah satu tangan Pak Marsan beralih menyingkap gaunku dan meremas kedua buah pantatku.
Aku semakin terangsang hebat saat tangan Pak Marsan yang kasar menyusup celana dalam nylonku dan meremas pantatku dengan gemas. Sesekali jarinya yang nakal menyentuh lubang anusku.Gila..!! Benar-benar lelaki yang kasar dan liar. Tapi aku senang karena suamiku biasanya memperlakukanku bak putri saat bercinta denganku. Ia selalu mencumbuku dengan lembut. Ini sensasi lain..!! Kasar dan liar…apa lagi samar-samar kucium aroma keringat Pak Marsan yang berbau khas lelaki! Tanpa parfum…gila aku jadi terobsesi dengan bau khas seperti ini. Hal ini mengingatkanku pada saat aku bermain gila dengan Pak Sitor di kepulauan dahulu.
“Akhh..pakk..Marsannhh jangg…anhhhh” desahku antara pura-pura menolak dan meminta.
Ya, harus kuakui kalau aku benar-benar rindu pada jamahan lelaki kasar macam Pak Marsan. Pak Marsan yang sudah sangat bernafsu sudah tidak mempedulikan apa-apa lagi. Dengan beringas dan agak kasar digigitnya punggungku di sana-sini sehingga membuat aku menggeliat dan menggelepar seperti ikan kekurangan air. Apalagi saat bibirnya yang ditumbuhi kumis tebal seperti kumisnya pak Raden mulai menjilat-jilat pantatku.
“Akhh..pakk..akhh..jang..akhh”
Kepura-puraanku akhirnya hilang saat dengan agak kasar mulut Pak Marsan dengan rakusnya menggigiti kedua belah pantatku!! Luar biasa sensasi yang kurasakan saat itu. Pantatku bergoyang-goyang ke kanan dan kiri menahan geli saat digigit Pak Marsan. Mungkin kalau disyuting lebih dahsyat dibanding goyang ngebornya si Inul yang terkenal itu.
“Emhh..pantat ibu indahh…” kudengar Pak Marsan menggumam mengagumi keindahan pantatku. Lalu tanpa rasa jijik sedikitpun lidahnya menyelusup ke dalam lubang anusku dan jilat sana jilat sini.
“Ouch…shh…Am..ampunnhhh” aku mendesis karena tidak tahan dengan rangsangan yang diberikan lelaki kasar yang sebenarnya harus menghormati kedudukanku di kantor. Aku benar-benar pasrah total.
Liang vaginaku sudah berkedut-kedut seolah tak sabar menanti disodok-sodok. Rangsangan semakin hebat kurasakan saat tiba-tiba kepala Pak Marsan menyeruak di sela-sela pahaku dan mulutnya yang rakus mencium dan menyedot-nyedot liang vaginaku dari arah belakang.
Secara otomatis kakiku melebar untuk memberikan ruang bagi kepalanya agar lebih leluasa menyeruak masuk. Aku sepertinya semakin gila. Karena baru kali ini aku bermain gila di rumahku sendiri. Tapi aku tak peduli yang penting gejolak nafsuku terpenuhi. Titik!
“Ouch… shh…terushhh.. Ohhh, Pak Marsanhhh…”
Dari menolak aku menjadi meminta! Benar-benar gila!! Pantatku semakin liar bergoyang saat lidah Pak Marsan menyelusup ke dalam alur sempit di selangkanganku yang sudah sangat basah dan menjilat-jilat kelentitku yang sudah sangat mengembang karena birahi. Aku merasakan ada suatu desakan maha dahsyat yang menggelora, tubuhku seolah mengawang dan ringan sekali seperti terbang ke langit kenikmatan. Tubuhku berkejat-kejat menahan terpaan gelora kenikmatan.
Pak Marsan semakin liar menjilat dan sesekali menyedot kelentitku dengan bibirnya hingga akhirnya aku tak mampu lagi menahan syahwatku.
“Akhhh…Pak Marsannnhhh akhhh…”
Aku mendesis melepas orgasmeku yang pertama sejak seminggu kepergian suamiku ini. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku bergerak liar untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam karena lemas. Napasku masih memburu saat Pak Marsan melepaskan bibirnya dari gundukan bukit di selangkanganku. Lalu masih dengan posisi tengkurap di atas meja makan dengan setengah menungging tubuhku kembali ditindih Pak Marsan.
Kali ini ia rupanya sudah menurunkan celana dinasnya karena aku merasakan ada benda hangat dan keras yang menempel ketat di belahan pantatku. Gila panas sekali benda itu! Aku terlalu lemas untuk bereaksi.
Beberapa saat kemudian aku merasakan benda itu mengosek-osek belahan kemaluanku yang sudah basah dan licin. Sedikit demi sedikit benda keras itu menerobos kehangatan liang kemaluanku. Sesak sekali rasanya. Mungkin apa yang kubayangkan tadi benar!! Karena selama ini aku belum pernah melihat ukuran, bentuk maupun warnanya! Tapi aku yakin kalau warnanya hitam seperti si empunya!!
Aku kembali terangsang saat benda hangat itu menyeruak masuk dalam kehangatan bibir kemaluanku.
“Hkkk…hhh.. shhh.. mem..mekhh Bu.. Ren..ni benar-benar legithhhh…” Gumam Pak Marsan di sela-sela napasnya yang memburu. Didesakkannya batang kemaluan Pak Marsan ke dalam lubang kemaluanku. Ouhhh lagi-lagi sensasi yang luar biasa menerpaku. Di kedinginan malam dan terpaan deru hujan kami berdua justru berkeringat…
Gila… Pak Marsan menyetubuhiku di ruang makan tempat aku biasanya sarapan pagi bersama suamiku! Gaunku tidak dilepas semuanya, hanya disingkap bagian bawahnya sedangkan celana dalam nylonku sudah terbang entah kemana dilempar Pak Marsan.
“Ouhh Pak Marsann.. ahhhh….”
Aku hanya mampu merintih menahan nikmat yang amat sangat saat Pak Marsan mulai memompaku dari belakang! Dengan posisi setengah menungging dan bertumpu pada meja makan, tubuhku disodok-sodok Pak Marsan dengan gairah meluap-luap.
Tubuhku tersentak ke depan saat Pak Marsan dengan semangat menghunjamkan batang kemaluannya ke dalam jepitan liang kemaluanku! Lalu dengan agak kasar ditekannya punggungku hingga dadaku agak sesak menekan permukaan meja! Tangan kiri Pak Marsan menekan punggungku sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah pantatku dengan gemasnya.
Tanpa kusadari tubuhku ikut bergoyang seolah-olah menyambut dorongan batang kemaluan Pak Marsan. Pantatku bergoyang memutar mengimbangi tusukan-tusukan batang kemaluan Pak Marsan yang menghunjam dalam-dalam.
Suara benturan pantatku dengan tulang kemaluan Pak Marsan yang terdengar di sela-sela suara gemuruh hujan menambah gairahku kian berkobar. Apalagi bau keringat Pak Marsan semakin tajam tercium hidungku. Oh..inikah surga dunia… Tanpa sadar mulutku bergumam dan menceracau liar.
“Ouhmmm terushh.. terushh.. yang kerashhh..”
Aku menceracau dan menggoyang pantatku kian liar saat aku merasakan detik-detik menuju puncak.
“Putar, Bu…putarrrhh”
Kudengar pula Pak Marsan menggeram memberiku instruksi untuk memuaskan birahinya sambil meremas pantatku kian keras. Batang kemaluannya semakin keras menyodok liang kemaluanku yang sudah kian licin. Aku merasakan batang kemaluan Pak Marsan mulai berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku. DOMINO QQ
Aku sendiri merasa semakin dekat mencapai orgasmeku yang kedua. Tubuhku serasa melayang. Mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat. Tubuh kami terus bergoyang dan beradu, sementara gaunku sudah basah oleh keringatku sendiri. Pak Marsan semakin keras dan liar menghunjamkan batang kemaluannya yang terjepit erat liang kemaluanku. Lalu tiba-tiba tubuhnya mengejat-ngejat dan mulutnya menggeram keras.
“Arghhh… terushhh, Buu… goyangghhhh… arghh…”
Batang kemaluannya yang terjepit erat dalam liang kemaluanku berdenyut kencang dan akhirnya aku merasakan adanya semprotan hangat di dalam tubuhku…
Serr.. serr.. serr…
Beberapa kali air mani Pak Marsan menyirami rahimku seolah menjadi pengobat dahaga liarku. Tubuhnya kian berkejat-kejat liar dan tangannya semakin keras mencengkeram pantatku hingga aku merasa agak sakit dibuatnya. Tapi aku tak peduli. Tubuhku pun seolah terkena aliran listrik yang dahsyat dan pantatku bergerak liar menyongsong hunjaman batang kemaluan Pak Marsan yang masih menyemprotkan sisa-sisa air maninya.
“Ouch… akhh.. terushh.. Pak Mar..sanhhh…”Tanpa malu atau sungkan aku sudah meminta Pak Marsan untuk lebih kuat menggoyang pantatnya untuk menuntaskan dahagaku.
Akhirnya aku benar-benar terkapar. Tulang-belulangku serasa terlepas semua. Benar-benar lemas aku dibuat oleh Pak Marsan. Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami peroleh.
Batang kemaluan Pak Marsan kurasakan mulai mengkerut dalam jepitan liang kemaluanku. Perlahan namun pasti akhirnya batang kemaluan itu terdorong keluar dan terkulai menempel di depan bibir kemaluanku yang basah oleh cairan kami berdua.
Gila, banyak sekali Pak Marsan mengeluarkan air maninya! Aku tahu itu karena banyaknya tumpahan air mani yang menetes dari lubang kemaluanku ke lantai ruang makan.
“Ibu benar-benar hebat… Saya jadi sayang Ibu…” bisik Pak Marsan di telingaku.
Aku hanya diam antara menyesal telah melakukan kesalahan lagi terhadap suamiku dan terpuaskan hasrat liarku. Ya, aku baru saja disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan suamiku… Aku hanya bisa termenung memikirkan bahwa sejak hubunganku dengan Pak Sitor, betapa mudahnya kini aku menyerahkan diriku dan melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain.
Aaah…. tiba-tiba aku jadi sangat rindu dengan Pak Sitor… Ia benar-benar tahu cara memperlakukan dan membimbing seorang wanita. Sebagai pelampiasannya, kuremas tangan Pak Marsan yang sedang memeluk tubuh bugilku. Ia tentu tak tahu kalau aku sebetulnya sedang memikirkan lelaki lain. Pak Marsan dengan mesra lalu menciumi tengkuk dan telingaku.
Memang sejak Pak Sitor membuka mataku, aku jadi sangat menyukai seks… Aku pun mulai sadar bahwa untuk memuaskannya, sekarang aku jadi terbuka untuk melakukannya dengan laki-laki lain selain suamiku… Sangat luar biasa bahwa aku telah diajari untuk bersikap open-minded oleh seorang lelaki tua dari pedalaman yang tak berpendidikan seperti Pak Sitor.
“Su.. sudah, Pak… Nanti Mbok Sarmi bangun,” kulepas tangan Pak Marsan yang masih memelukku.
Aku berusaha melepaskan diri dari jepitan tubuh Pak Marsan yang kekar. Lalu aku meninggalkan Pak Marsan yang masih bugil dan lemas begitu saja untuk bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Sekali lagi aku mandi di malam yang dingin itu.
Di bawah pancuran air dingin, aku terdiam memikirkan lagi apa yang sudah terjadi barusan. Ada beban biologis besar yang rasanya terlepas dari dalam diriku. Pak Marsan sudah benar-benar mengeluarkannya dengan cara yang hebat… Di lain pihak, akal sehatku mulai kembali. Aku tahu aku telah kembali mengkhianati suamiku. Belum lagi memikirkan Pak Marsan sebagai bawahanku yang kini telah terlibat hubungan intim denganku… Sejenak aku merasa bingung dengan sikapku sekeluarnya dari kamar mandi nanti… Setelah termenung beberapa lama di bawah pancuran air, akhirnya aku memutuskan untuk bersikap setenang mungkin. Semuanya pasti bisa ditangani….
Aku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan babydollku yang sebetulnya agak kotor kena keringat. Baru kusadari betapa kacaunya ruang makanku! Meja makanku sudah bergeser tak karuan. Sementara kulihat celana dalam nylonku terlempar ke sudut ruangan dekat kulkas. Pak Marsan masih membetulkan celana dinasnya.
“Bu, saya.. boleh numpang mandi, Bu…”
“Silakan, Pak.. Handuknya ada di dalam.”
Aku mengambil kain pel dan membersihkan cairan sisa-sisa persenggamaanku dengan Pak Marsan yang berceceran di lantai. Sementara itu Pak Marsan mandi di kamar mandi yang baru saja kupakai.
Permainan Kedua
Aku masih mengepel cairan sisa-sisa perjuangan kami tadi yang masih menempel di lantai. Tanpa kusadari tiba-tiba Pak Marsan yang hanya mengenakan handuk memelukku lagi dari belakang.
Gila! Orang ini benar-benar bernafsu kuda!! Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa masuk ke kamar mandi.
“Jangan di situ, Pak…” bisikku. “Aku tidak mau bersetubuh di lantai kamar mandi yang dingin! Bisa-bisa masuk angin nanti!”
“Ke kamar tidur depan aja, Pak…”
Aku tahu tak mungkin aku menolak keinginan Pak Marsan! Apalagi aku juga menyukainya. Jadi aku menurut saja saat ia ingin menyetubuhiku lagi…
Akhirnya tubuhku dibopong ke kamar tidur depan yang memang khusus untuk tamu bila ada yang menginap. Kamar tamuku fasilitasnya komplit sesuai standar rumah berkelas. Kamar tamuku dilengkapi tempat tidur springbed, dan kamar mandi di dalam, serta AC!
Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya, Pak Marsan menurunkan tubuhku di lantai dan bibirnya mulai mencari-cari bibirku.
Aku diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot bibirku. Kumisnya yang tebal terasa geli mengais-ngais hidungku. Aku semakin geli saat lidahnya berusaha menyusup ke dalam mulutku dan mengais-ngasi didalamnya. Tanpa sadar lidahku ikut menyambut lidah Pak Marsan yang mendesak-desak dalam mulutku. Akhirnya kami saling pagut dengan liar dan menggelora.
Aku sudah tak peduli kalau Pak Marsan itu adalah anak buahku. Yang kutahu adalah nafsuku mulai bangkit lagi. Apalagi tangan Pak Marsan mulai menyingkap gaun baby dollku ke atas dan melepaskannya melalui kepalaku hingga aku telanjang bulat di depannya! Gila aku telah telanjang bulat di depan anak buahku sendiri!! Aku memang belum sempat memakai celana dalam dan BH setelah mandi tadi. Lalu dengan sekali tarik Pak Marsan melepas handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia juga telanjang bulat di depanku!
Benar dugaanku! Ternyata batang kemaluannya berwarna hitam dengan rambut yang sangat lebat. Topi bajanya tampak mengkilat dan mengacung ke atas dengan gagahnya! Mungkin bila dijajarkan dengan pentungan yang biasa dibawanya ukurannya sedikit lebih besar!! Makanya tadi kurasakan betapa sempitnya liang vaginaku menjepit benda itu!! Aku jadi tak merasa rugi menyerahkan tubuhku padanya…Aku tidak sempat berlama-lama melihat pemandangan itu, karena sekali lagi Pak Marsan menyergapku. Mulutnya dengan ganas melumat bibirku sementara tangannya memeluk erat tubuh telanjangku. Aku merasa kegelian saat tangannya meremas-remas pantatku yang telanjang. Aku semakin menggelinjang saat bibirnya mulai turun ke leher dan terus ke dua buah dadaku yang padat menjadi sasaran mulutnya yang bergairah!
Gila.. Liar dan panas! Itulah yang dapat kugambarkan. Betapa tidak! Pak Marsan mencumbuku dengan semangat yang begitu bergelora seolah-oleh harimau lapar menemukan daging! Agak sakit tapi nikmat saat kedua buah dadaku secara bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh mulut Pak Marsan.
Tanganku pun dibimbing Pak Marsan untuk dipegangkan ke batang kemaluannya yang tegak menjulang.
“Ouch… shhh… enakhhh..”
Mulutku tak sadar berbicara saat lidah Pak Marsan yang panas dengan liar mempermainkan puting payudaraku yang sudah mengeras. Sambil masih tetap memeluk tubuhku dan menciumi payudaraku, Pak Marsan duduk di pinggir tempat tidur.
Dilepaskannya mulutnya dari payudaraku dan kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya. Aku jadi terjongkok didepan tubuh telanjang Pak Marsan yang sudah duduk di pembaringan, aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Payudaraku yang kencang menjepit batang kemaluan Pak Marsan yang hitam dan keras itu!
“Hhh…sssshh”
Pak Marsan mendesis saat batang kemaluannya yang besar dan hitam itu terjepit payudaraku. Dipeluknya tubuhku dengan semakin ketat dan ditekankannya hingga payudaraku semakin erat menjepit batang kemaluannya. Aku merasa kegelian saat bulu-bulu kemaluan Pak Marsan yang sangat lebat menggesek-gesek pangkal payudaraku. Apalagi batang kemaluannya yang keras terjepit di tengah belahan kedua buah payudaraku, hal ini menimbulkan sensasi yang lain daripada yang lain.
Aku tidak sempat berlama-lama merasakan sensasi itu saat tangan Pak Marsan yang kokoh menekan kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke arah kemaluannya, sementara tangan satunya memegang batang kemaluannya yang berdiri gagah di depan wajahku. Aku tahu ia menginginkan aku untuk mengulum batang kemaluannya.
Tanpa perasaan malu lagi kubuka mulutku dan kujilati batang kemaluan Pak Marsan yang mengkilat. Gila besar sekali!! Mulutku hampir tidak muat dimasuki benda itu.
“Arghh..ter..terushhh, Buu…”
Mulut Pak Marsan mengoceh tak karuan saat kumasukkan batang kemaluannya yang sangat besar itu ke dalam mulutku. Kujilati lubang di ujung kemaluannya hingga ia mendesis-desis seperti orang kepedasan. Sementara itu, kedua tangan Pak Marsan terus memegangi kepalaku seolah takut aku akan menarik kepalaku dari selangkangannya.
Setelah beberapa lama, dengan halus kubelai tangan Pak Marsan dan kulepaskan cengkeramannya dari kepalaku. Setelah itu, sambil mulut dan tanganku terus bekerja memanjakan penisnya, mataku senantiasa menatap mata Pak Marsan. Sesekali aku pun melempar senyum manisku padanya jika mulutku sedang tak dipenuhi oleh alat vitalnya. Dengan begitu, aku seolah ingin mengatakan padanya.
“Jangan khawatir. Aku tak akan menjauhkan kepalaku dari selangkanganmu. Aku akan terus memanjakan penismu yang besar dan indah ini dengan mulut dan kedua tanganku….”
Pak Marsan pun jadi lebih santai dan menikmati pekerjaanku yang kulakukan dengan penuh ketulusan.
Tidak puas bermain-main dengan batang kemaluannya saja, mulutku lalu bergeser ke bawah menyusuri guratan urat yang memanjang dari ujung kepala kemaluan Pak Marsan hingga ke pangkalnya. Pak Marsan semakin blingsatan menerima layananku! Tubuhnya semakin liar bergerak saat bibirku menyedot kedua biji telor Pak Marsan secara bergantian.
“Ib.. Ibu.. heb..bathh… ohhh… sssshh.. akhhh…”
Aku semakin nakal, bibirku tidak hanya menyedot kantung zakarnya melainkan lidahku sesekali mengais-ngais anus Pak Marsan yang ditumbuhi rambut. Pak Marsan semakin membuka kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa memuaskannya.
Aku tahu aku telah bertindak sangat gila. Aku yakin telah mengalahkan pelacur yang manapun saat memberikan layanan kepada pelanggannya. Seorang pelacur bahkan dibayar untuk melakukan itu semua. Sedangkan aku memberikannya secara gratis kepada Pak Marsan! Aku yakin Pak Marsan pun belum pernah mendapatkan layanan istimewa ini dari wanita manapun, termasuk dari istrinya… Pastilah ini karena rasa horny yang telah menyelimuti sekujur tubuhku!
Beberapa saat kemudian tubuhku ditarik Pak Marsan dan dilemparkannya ke tempat tidur.
Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku ditindih tubuh telanjang Pak Marsan. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya. Otomatis batang kemaluannya kini terjepit antara perutnya sendiri dan pantatku. Ditekannya pantatnya hingga batang kemaluannya semakin ketat menempel di belahan pantatku.
Tubuhku menggelinjang hebat saat lidahnya kembali menyusuri tulang belakangku dari leher terus turun ke punggung dan turun lagi ke arah pantatku.
Tanpa rasa jijik sedikitpun, lidah Pak Marsan kini mempermainkan lubang anusku. Aku merasakan kegelian yang amat sangat tetapi aku tidak dapat bergerak karena pantatku ditekannya kuat-kuat. Aku hanya pasrah dan menikmati gairahnya…
Aku tahu Pak Marsan melakukan itu karena aku pun telah melakukan hal yang sama padanya barusan. Aku sama sekali tak mengharapkan balas budi seperti itu, tapi tentu saja aku sangat berterima kasih pada Pak Marsan karena aku pun kini dapat menikmatinya.Seluruh tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan seincipun. Dari lubang anus, lidahnya menjalar ke bawah pahaku terus ke lutut dan akhirnya seluruh ujung jariku dikulumnya. Benar-benar gila!! Rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu.
Setelah puas melumat seluruh jari kakiku, Pak Marsan membalikkan tubuh telanjangku hingga kini aku terlentang di tempat tidur. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dan ia sekali lagi menindihku. Kali ini posisi kami saling berhadap-hadapan dengan tubuhku ditindih tubuh kekarnya.
Lidahnya kembali bergerak liar menjilati tubuhku. Sasarannya kali ini adalah daerah sensitif di belakang leherku. Aku menggelinjang kegelian. Bibir Pak Marsan dengan ganasnya menyedot-nyedot daerah itu.
“Jang..jang..an dimerah ya, Pak…” erangku memohon padanya.
Tentu saja aku tidak mau disedot sampai merah soalnya besok pasti orang sekantor pada ribut.
“Tidak.. Bu…. saya cuma gemasss!!” desis Pak Marsan sambil tetap menjilati bagian belakang telingaku.
“Tapi kalo di sini boleh kan?” katanya nakal sambil tiba-tiba menyedot payudaraku.
“Aaaauuwwww…..” jeritku terkejut karena gerakannya yang tiba-tiba.
Rupanya Pak Marsan dengan sengaja meninggalkan cupangan merah yang banyak di seputar kedua payudaraku. Tingkah lakunya seperti ingin menandai bahwa tubuhku sekarang telah jadi miliknya juga… Aku kegelian dan semakin bertambah horny karena aksinya itu. Aku hanya bisa berharap agar semua cupang itu telah hilang saat Bang Ikhsan pulang nanti.
Sementara itu tangannya terus bergerak liar meremas payudaraku bergantian. Aku semakin mendesis liar saat mulut Pak Marsan dengan liar dan gemas menyedot payudaraku bergantian. Kedua puting payudaraku dipermainkan oleh lidahnya yang panas sementara tangannya bergerak turun ke bawah dan mulai bermain-main di selangkanganku yang sudah basah. Liang vaginaku berdenyut-denyut karena terangsang hebat, saat jari-jari tangan Pak Marsan menguak labia mayoraku dan menggesek-gesekkan jarinya di dinding lubang kemaluanku yang sudah semakin licin.
Sensasi hebat kembali menderaku saat dengan liar mulut Pak Marsan menggigit-gigit perut bagian bawahku yang masih rata. Perutku memang rata karena aku rajin berlatih kebugaran selain itu aku belum mempunyai anak hingga tubuhku masih sempurna.
“Akhh.. Pak…ouchh..” Aku mendesis saat bibir Pak Marsan menelusuri gundukan bukit kemaluanku.
Lidahnya menyapu-nyapu celah di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa yang ada di sana.
Tubuhku tersentak saat lidah Pak Marsan yang panas menyusup ke dalam liang kemaluanku dan menyapu-nyapu dinding kemaluanku. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar hingga wajah Pak Marsan bebas menempel gundukan kemaluanku. Rasa geli yang tak terhingga menderaku. Apalagi kumisnya yang tebal kadang ikut menggesek dinding lubang kemaluanku membuat aku semakin kelabakan.
Tubuhku serasa kejang karena kegelian saat wajah Pak Marsan dengan giat menggesek-gesek bukit kemaluanku yang terbuka lebar. Perutku serasa kaku dan mataku terbeliak lebar. Kugigit bibirku sendiri karena menahan nikmat yang amat sangat.
“Akhhh Pakk…Marsannhh…ak..ku..ohhhh…”
Aku tak kuasa meneruskan kata kataku karena aku sudah keburu orgasme saat lidah Pak Marsan dengan liar menggesek-gesek kelentitku. Tubuhku seolah terhempas dalam nikmat. Aku tak bisa bergerak karena kedua pahaku ditindih lengan Pak Marsan yang kokoh.
Tubuhku masih terasa lemas dan seolah tak bertulang saat kedua kakiku ditarik Pak Marsan hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua kakiku menjuntai ke lantai. Pak Marsan lalu menguakkan kedua kakiku dan memposisikan dirinya di tengah-tengahnya.
Sejenak ia tersenyum menatapku yang masih terengah-engah tak berdaya di bawahnya. Sebuah senyum kemenangan karena ia telah berhasil mengalahkanku satu ronde! Aku pun tentu saja sangat senang diperlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki. Maka aku pasrah saja membiarkannya berbuat apa pun yang disukainya untuk melampiaskan nafsunya pada diriku sekarang.
Kemudian ia mencucukkan batang kemaluannya yang sudah sangat keras ke bibir kemaluanku yang sudah sangat basah karena cairanku sendiri.
Aku menahan napas saat Pak Marsan mendorong pantatnya hingga ujung kemaluannya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan liang kemaluanku. Seinci demi seinci, batang kemaluan Pak Marsan mulai melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku. Aku menggoyangkan pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya.
Rupanya Pak Marsan sangat berpengalaman dalam hal seks. Hal ini terbukti bahwa ia tidak terburu-buru melesakkan seluruh batang kemaluannya tetapi dilakukannya secara bertahap dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong maju lagi hingga tanpa terasa seluruh batang kemaluannya sudah terbenam seluruhnya ke dalam liang kemaluanku.
Kami terdiam beberapa saat untuk menikmati kebersamaan menyatunya tubuh kami.
Kami bisa melihat saat-saat yang indah itu secara utuh melalui cermin besar yang ada di kamar tidur tamu. Tiba-tiba aku melihat bahwa kami adalah pasangan yang sangat serasi. Terlihat tubuh Pak Marsan yang bugil memiliki otot-otot yang keras dengan kulit yang berwarna gelap. Tubuhku yang bugil pun terlihat bagus dengan kulit yang putih dan otot-otot yang kencang karena sering berolah raga secara teratur. Kami betul-betul terlihat sangat serasi. Karena itu, kupikir Pak Marsan benar-benar berhak atas tubuhku dan demikian pula sebaliknya.Mungkin hanya status sosial dan status pernikahan kami masing-masing yang tak memungkinkan kami untuk menjadi sepasang suami istri. Tapi sepanjang kami dapat menikmati persetubuhan ini dengan leluasa, rasanya tak ada masalah.
Bibir Pak Marsan memagut bibirku dan akupun membalas tak kalah liarnya. Aku merasakan betapa batang kemaluan Pak Marsan yang terjepit dalam liang kemaluanku mengedut-ngedut.
Kami saling berpandangan dan tersenyum mesra. Tubuhku tersentak saat tiba-tiba Pak Marsan menarik batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku.
“Akhh..” aku menjerit tertahan. Rupanya Pak Marsan nakal juga!!
“Enak, Bu..?” bisiknya.
“Kamu nakal Pak Marsanhhh…ohhh…”
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Pak Marsan mendorong kembali pantatnya kuat-kuat hingga seolah-olah ujung kemaluannya menumbuk dinding rahimku di dalam sana.
Aku tidak diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku kembali dilumatnya sementara kemaluanku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat dari batang kemaluannya yang besar, sangat besar untuk ukuran orang Indonesia.
Setelah puas melumat bibirku, kini giliran payudaraku yang dijadikan sasaran lumatan bibir Pak Marsan. Kedua puting payudaraku kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulut Pak Marsan. Pantas tubuhnya kekar begini habis neteknya sangat bernafsu sampai-sampai mengalahkan anak kecil!!
Tubuhku mulai mengejang… Gawat, aku hampir orgasme lagi. Kulihat Pak Marsan masih belum apa-apa!! Ini tidak boleh dibiarkan… pikirku. Aku paling suka kalau posisi di atas sehingga saat orgasme bisa full sensation. Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinga Pak Marsan.
“Giliran aku di atas, Sayang….”
Gila…! Aku sudah mulai sayang-sayangan dengan satpam di kantorku!
Pak Marsan meluluskan permintaanku dan menghentikan tusukan-tusukannya. Lalu tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku, ia menggulingkan tubuhnya ke samping. Kini aku sudah berada di atas tubuhnya.
Aku sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya. Kemudian perlahan-lahan aku mulai menggoyangkan pantatku. Mula-mula gerakanku maju mundur lalu berputar seperti layaknya bermain hula hop. Kulihat mata Pak Marsan mulai membeliak saat batang kemaluannya yang terjepit dalam liang kemaluanku kuputar dan kugoyang. Pantat Pak Marsan pun ikut bergoyang mengikuti iramaku. POKER ONLINE
“Shhh… oughh… terushh.. Buuu… arghhhh…!”
Pak Marsan mulai menggeram. Tangannya yang kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut membantu menggoyangnya.
Gerakan kami semakin liar. Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh hujan yang masih turun di luar sana. Cengkeraman Pak Marsan semakin kuat menekan pantatku hingga aku terduduk di atas kemaluannya. Kelentitku semakin kuat tergesek batang kemaluannya hingga aku tak dapat menahan diri lagi.
Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalaku tersentak ke belakang saat puncak orgasmeku untuk yang kesekian kalinya tercapai. Tubuhku mengejat-ngejat di atas perut Pak Marsan. Ada semacam arus listrik yang menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun.
“Akhh… ohhh… ter..rushhh, Pakkkkk… ohhh…”
Aku menjerit melepas orgasmeku meminta Pak Marsan untuk semakin kuat memutar pantatnya. Akhirnya aku benar-benar ambruk di atas perut Pak Marsan. Tulang belulangku seperti dilolosi. Tubuhku lemas tak bertenaga. Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat beban yang begitu berat.
Aku hanya pasrah saat Pak Marsan yang belum orgasme mengangkat tubuhku dan membalikkannya. Ia mengganjal perutku dengan beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di atas bantal. Kemudian Pak Marsan menempatkan diri di belakangku. Dicucukkannya batang kemaluannya di belahan kemaluanku dari belakang. Rupanya ia paling menyukai doggy style.Setelah tepat sasaran, Pak Marsan mulai menekan pantatnya hingga batang kemaluannya amblas tertelan lubang kemaluanku. Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi indahnya jepitan liang kemaluanku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Pak Marsan mulai menggenjot lubang kemaluanku dari arah belakang.
Kembali terdengar suara tepukan beradunya pantatku dengan tulang kemaluan Pak Marsan yang semakin lama semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur. Kurang puas dengan jepitan liang kemaluanku, kedua pahaku yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua paha Pak Marsan.
Kembali ia mengayunkan pantatnya maju mundur. Aku merasakan betapa jepitan liang kemaluanku kian erat menjepit kemaluannya. Aku bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakannya, tetapi tekanan tangannya terlalu kuat untuk kulawan hingga aku pasrah saja.
Aku benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidurku ikut bergoyang seiring dengan ayunan batang kemaluan Pak Marsan yang menghunjam ke dalam liang kemaluanku.
Nafsuku mulai terbangkit lagi. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat batang kemaluan Pak Marsan menggesek-gesek kelentitku.
“Ugh..ugh..uhhh…”
Terdengar suara Pak Marsan mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan kemaluannya.
“Terushhh… terushh, Pak… terushhh… ahhh…”
Kembali tubuhku bergetar melepas orgasmeku.
Kepalaku terdongak ke belakang, sementara Pak Marsan tetap menggerakkan kemaluannya dalam jepitian liang kemaluanku. Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yang terdongak ke belakang didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur. Aku yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak.
Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah sudah berapa kali aku mencapai orgasme selama bersetubuh dengan Pak Marsan ini. Hebatnya ia baru sekali mengalami ejakulasi saat persetubuhan pertama tadi.
Tubuhku terasa loyo sekali. Aku sudah tidak mampu bergerak lagi. Pak Marsan melepaskan batang kemaluannya dari jepitan kemaluanku dan mengangkat tubuhku hingga posisi terlentang.
Aku sudah pasrah. Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar lalu kembali Pak Marsan menindihku.
Lubang kemaluanku yang sudah sangat licin disekanya dengan handuk kecil yang ada di tempat tidur. Kemudian ia kembali menusukkan batang kemaluannya ke bibir kemaluanku. Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocoknya batang kemaluannya hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam kehangatan liang kemaluanku. Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali bergumul.
“Pak Marsan..hebatthhh..” bisikku.
“Biasa, Bu.. kalau ronde kedua saya suka susah keluarnya…” demikian kilahnya.
Namun kami tidak dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibir Pak Marsan sudah melumat bibirku dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong-mendorong sementara pantat Pak Marsan kembali menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yang kami gunakan.
Kulihat tonjolan urat di kening Pak Marsan semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat. Napas Pak Marsan semakin mendengus seperti kerbau gila. Aku yang sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakan Pak Marsan.
“Ugh… ughh… uhhhh…”
Dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat melumat bibirku. Lalu kedua tangan Pak Marsan menopang pantatku dan menggenjot lubang kemaluanku dengan tusukan-tusukan batang kemaluannya. Aku tahu sebentar lagi ia akan sampai. Aku pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja, tiba-tiba ia menggigit bibirku dan menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam ke dalam liang kemaluanku.
Crrt… crrtt.. cratt… crattt.. crrat… Ada lima kali mungkin ia menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku. Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku. Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi.
Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih. Batang kemaluan Pak Marsan yang masih kencang tetap menancap ke dalam liang kemaluanku. Keringat kami melebur menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan batang kemaluan Pak Marsan tetap tertancap dalam liang kemaluanku.
Paginya kami sempat bersetubuh lagi sebelum Pak Marsan pulang kembali ke kantor.
Kami sepakat bahwa kami akan berlaku wajar seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara kami.
Mulai Saling Merindu
Sudah hampir dua bulan sejak persetubuhanku dengan Pak Marsan kami tidak melakukannya lagi. Hal ini disebabkan karena suamiku selalu ada di rumah. Di samping itu, aku juga sempat dinas luar sehingga tidak ada kesempatan bertemu secara bebas. Lama-lama aku merasa kangen juga dengan tongkat Pak Marsan. Aku sudah merindukan keliarannya, bau keringatnya dan juga kejantanannya.
Akhirnya kesempatan yang kutunggu-tunggu datang juga. Itulah yang namanya rezeki, tidak perlu dikejar dan tidak dapat pula ditolak. Kalau sudah waktunya pasti akan datang dengan sendirinya.Hari itu hari Sabtu jadi kantor libur. Kebetulan pula suamiku sedang seminar di Pekanbaru dan
pulang Minggu sore. Karena suntuk di rumah, aku mencoba datang ke kantor. Siapa tahu ketemu
Pak Marsan.
Sesampai di kantor, ternyata dia tidak ada. Selidik punya selidik ternyata Pak Marsan sedang mengambil cuti tahunan, jadi ia libur selama satu minggu.
Terdorong kerinduanku, aku memberanikan diri mendatangi rumahnya. Toh aku sudah biasa datang ke sana dan sudah kenal baik dengan istrinya. Setelah membeli biskuit dan gula serta susu buat bayinya, aku meluncur ke rumahnya yang kalau kutempuh dari kantor kira-kira memakan waktu 45 menit. Lumayan jauh.
Suasana tampak sepi saat mobilku memasuki halaman rumah Pak Marsan yang sudah sangat kukenal. Aku mengenal seluk beluk rumah itu, seluruh penghuninya dan tetangganya karena aku memang sering datang ke situ.
Setelah memarkir mobilku di samping rumahnya, aku mencoba memanggil-manggil si penghuni rumah.
“Yu…yu Sarni… ini aku Reni…”
Berulang-ulang kupanggil nama istri Pak Marsan, namun tidak ada jawaban. Rumah tidak terkunci namun tidak ada orang.
Aku lalu memutuskan untuk memutar ke belakang rumah siapa tahu mereka berada di kebun belakang rumah. Tetapi tidak ada orang satu pun di kebun belakang rumah.
Sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di kamar mandi yang terletak di sudut belakang rumah Pak Marsan. Jangan berpikiran kalau kamar mandi di perkampungan sama seperti di kota-kota. Kamar mandi milik Pak Marsan hanya dibatasi anyaman bambu tanpa atap, sehingga bila hujan selalu kehujanan dan kalau panas selalu kepanasan. Untungnya lokasinya berada di bawah pohon rambutan sehingga agak terlindung dari panas.
Kudengar suara parau mendendangkan lagu dangdut yang tidak begitu kukenal. Aku memang tidak suka sama musik dangdut jadi kurang begitu kenal dengan lagu yang dinyanyikan dengan suara fals itu. Itu suara Pak Marsan yang sangat kukenal di telingaku.
Dengan rasa iseng kuintip Pak Marsan yang sedang mandi lewat celah-celah anyaman bambu yang agak longgar. Kulihat tubuh Pak Marsan yang kekar nampak mengkilat terkena busa sabun. Batang kemaluannya yang besar tampak menggantung dipenuhi busa sabun dan kelihatan lucu, seperti badut. Batang kemaluannya bergoyang-goyang seperti jam dinding kuno seiring dengan gerakan Pak Marsan yang menyabuni tubuhnya.
Pak Marsan yang hanya berbalut handuk tampak kaget melihatku sudah duduk di bangku panjang yang terletak di beranda belakang rumahnya.
“Lho… Bu Reni… Sudah lama datangnya?”
Ia melongo seolah tak percaya dengan kedatanganku.
“Enggak, baru saja sampai kok. Orang-orang pada kemana, kok sepi?”
“Em.. anu, Bu Sarni sedang ke Jawa menengok ibunya. Katanya ibunya kangen sama cucunya.”
“Lho kok enggak bareng sama Pak Marsan?”
“Enggak, soalnya biar irit ongkosnya, Bu. Silahkan masuk, Bu…”
Aku pun masuk ke rumah melalui dapur dengan diiringi Pak Marsan. Begitu pintu ditutup, Pak Marsan langsung memeluk tubuhku dari belakang. Diciuminya tengkukku dengan ganas seperti biasanya.
“Saya.. kangen sama Bu Reni…” bisiknya di telingaku.
Aku sendiri juga kangen dengan Pak Marsan. Kangen dengan cumbuannya dan kangen dengan tongkatnya, tetapi aku tetap berpura-pura menjaga wibawaku.“Ahh… Pak Marsan bisa saja… Kan sudah ada Yu Sarni…”
“Memang sih… tapi benar saya kangen sama Ibu…”
Tangannya yang terampil segera melepas blazerku dan melemparkannya ke kursi. Mulutnya tak henti-hentinya menciumi tengkukku hingga membuatku menggerinjal karena geli. Ia tahu benar kelemahanku. Dijilatinya daerah belakang telingaku lalu tangannya melepas kancing baju atasanku satu demi satu dan dilemparkannya ke kursi tempat ia melempar blazerku tadi.
Begitu punggungku terbuka, dengan serta merta dicumbunya punggungku dengan jilatan-jilatan dan gigitan-gigitannya yang membuatku kangen. Kemudian dengan mulutnya digigitnya kaitan bra ku hingga terlepas. Tangannya yang kekar menyusup ke dalam kutangku dan meremas isinya yang penuh. Jari-jarinya dengan lincah memainkan kedua puting payudaraku.
Setelah puas, dilepasnya kutangku dan dilemparkannya jadi satu dengan blazerku tadi. Kini aku hanya mengenakan celana panjang sementara tubuh atasku sudah terbuka sama sekali.
Jilatan lidah Pak Marsan terus merangsek seluruh punggungku dengan ganas. Seolah-olah orang yang sedang kelaparan mendapatkan makanan lezat. Kumisnya yang tebal terasa geli menggesek-gesek kulit punggungku.
“Jangan di sini, Pak Marsan…hhh…”
Aku yang sudah mulai terangsang masih mampu menahan diri untuk tidak disetubuhi di ruang tengah yang agak terbuka.
Tanpa banyak bicara didorongnya tubuhku masuk ke kamar satu-satunya yang ada di rumah itu. Di situ tidak ada tempat tidur seperti di rumahku. Yang ada hanya kasur yang sudah agak kumal yang terhampar di lantai yang dilapisi karpet plastik serta lemari pakaian plastik di dekatnya. Tubuhku didorong hingga punggungku memepet tembok tanpa plester di kamarnya. Kali ini bibirku langsung disosornya dengan ganas. Dilumatnya bibirku dan disisipkannya lidahnya masuk ke dalam mulutku mencari-cari lidahku.
Aku semakin gelagapan mendapatkan serangan-serangannya. Apalagi kedua payudaraku diremas-remas dengan ganas oleh tangannya yang kasar. Bibirnya mulai merayap turun dari bibirku ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas. Aku semakin menggelinjang. Napasnya yang mendengus-dengus menerpa kulit leherku membuat seluruh bulu romaku berdiri. Dari leher bibirnya terus turun ke bawah dan berhenti di dadaku. Sekarang giliran payudaraku yang dijadikan bulan-bulanan serbuan bibirnya. Kumisnya terasa geli menyentuh dan mengilik-ngilik payudaraku. Aku merasa semakin terangsang dengan ulahnya itu.
Dengan masih berdiri memepet tembok, celanaku dilucuti oleh tangan terampil Pak Marsan. Aku membantunya melepas celana panjangku dengan mengangkat kaki dan menendang jauh-jauh. Tanganku pun tak tinggal diam, kutarik handuk yang melilit di pinggang Pak Marsan hingga ia telanjang bulat didepanku. Rupanya ia tidak mengenakan celana dalam!! Batang kemaluannya yang panjang, besar dan berwarna hitam gagah nampak tegak berdiri. Benar-benar jantan kelihatannya.
Tanpa disuruh, tanganku pun segera menggenggam batang kemaluannya dan meremas serta mengurutnya.
“Oughhh…terushh, Bu…”
Pak Marsan mendengus keenakan saat kuremas-remas batang kemaluannya yang membuat aku tergila-gila.
“Akhhh…ouchh….”
Kini giliranku yang mendesis kenikmatan saat kurasakan tangan Pak Marsan menyusup ke dalam celana dalamku dan meremas-remas gundukan kemaluanku yang sudah basah. Tidak Cuma itu… jarinya mengorek-ngorek ke dalam celah vaginaku dan mempermainkan tonjolan kecil di celah vaginaku. Aku semakin liar bergoyang saat jari-jari Pak Marsan semakin masuk ke dalam liang vaginaku. Rasanya liang vaginaku semakin basah oleh cairan akibat rangsangannya itu.
Aku agak kecewa saat tiba-tiba ia menghentikan rangsangan di selangkanganku. Tangannya kini bergerak ke belakang dan meremas buah pantatku. Sementara itu mulutnya terus turun ke arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku membuat aku kembali terangsang hebat. Tiba-tiba Pak Marsan melepaskan tanganku dari batang kemaluannya dan bersimpuh di depanku yang masih berdiri. Serta-merta digigitnya celana dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah hingga teronggok di pergelangan kakiku. Aku membantunya melepaskan satu-satunya penutup tubuhku dan menendangnya jauh-jauh.
Kini mulut Pak Marsan sibuk menggigit dan menjilat daerah selangkanganku. Dikuakkannya kakiku lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap selangkanganku. Dengan bersimpuh Pak Marsan mulai menjilati labia mayoraku sementara tangannya meremas pantatku dan menekannya ke depan hingga wajahnya lebih ketat menyuruk ke bukit kemaluanku.
“Akhh. Terushhh..ohhh..”
Aku hanya bisa merintih sat lidah Pak Marsan menyeruak ke dalam liang kemaluanku yang sudah sangat licin. Ditekankannya wajahnya ke selangkanganku hingga lidahnya semakin dalam menyeruak ke dalam liang kemaluanku. Aku semakin menggelinjang saat lidah Pak Marsan dengan nakalnya mempermainkan kelentitku. Sesekali ia menyedot kelentitku dan mengosek-kosek kelentitku dengan lidahnya. Gila… tubuhku mulai mengejang dan perutku seakan-akan diaduk-aduk karena harus menahan kenikmatan.
Pak Marsan sudah tidak peduli dengan keadaanku yang kepayahan menahan nikmat. Lidahnya bahkan semakin liar mempermainkan tonjolan di ujung atas liang vaginaku. Akhirnya aku tak mampu menahan gempuran badai birahi yang melandaku. Tubuhku berkelojotan. Mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat. Tubuhku melayang…“Akhhh….terr..ushhhh…”
Tubuhku terus berkejat-kejat sampai titik puncaknya dan kurasakan ada sesuatu yang meledak di dalam sana. Tubuhku melemas seolah tak bertenaga. Aku hanya bersandar dengan lemas ke dinding kamar tanpa mampu bergerak lagi.
Pak Marsan lalu berdiri di hadapanku.
“Bagaimana, Bu..?” bisiknya di telingaku.
“Ohh..luar biasa..Pak Marsan hebbb …bathh,” desahku.
Masih dengan posisi berdiri dengan aku menyandar dinding, Pak Marsan menyergap bibirku lagi. Pak Marsan menempatkan dirinya di antara kedua pahaku yang terbuka lalu dicucukkannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku yang sudah sangat basah. Dengan tangannya Pak Marsan menggosok-gosokkan kepala kemaluannya ke lubang kemaluanku. Tubuhku kembali bergetar. Aku mulai terangsang lagi, saat kepala kemaluan Pak Marsan menggesek-gesek tonjolan kecil di lubang kemaluanku.
Dengan perlahan Pak Marsan mendorong pantatnya ke depan hingga batang kemaluannya menyeruak ke dalam liang kemaluanku.
“Hmmhh…”
Hampir bersamaan kami mendengus saat batang kemaluan Pak Marsan menerobos liang kemaluanku dan menggesek dinding liang vaginaku yang sudah sangat licin. Lidah kami saling bertaut, saling mendorong dan saling melumat. Tubuhku tersentak-sentak mengikuti hentakan dorongan pantat Pak Marsan. Pak Marsan terus menekan dan mendorong pantatnya menghunjamkan batang kemaluannya ke dalam liang kemaluanku dengan posisi berdiri.
Entah karena kurang leluasa atau kurang nyaman, tiba-tiba Pak Marsan mencabut batang kemaluannya yang terjepit liang kemaluanku. Ia membalikkan tubuhku menghadap dinding dan ia sekarang berdiri di belakangku. Tubuhku sedikit ditunggingkan dengan kedua tangan menopang tembok. Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar, lalu ditusukkannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku dari belakang. Kali ini gerakanku dan gerakannya agak lebih leluasa.
Kedua tangan Pak Marsan meremas dan memegang erat pantatku sambil mengayunkan pantatnya maju mundur. Batang kemaluannya semakin lancar keluar masuk liang kemaluanku yang sudah sangat licin.
“Ughh..ughhh…” Kudengar Pak Marsan mendengus-dengus seperti kereta sedang menanjak.
Aku pun mengimbangi gerakan ayunan pantat Pak Marsan dengan sedikit memutar pantatku dengan gaya ngebor.
Napas Pak Marsan semakin menderu saat kulakukan gaya ngeborku. Batang kemaluannya seperti kupilin dalam jepitan liang kemaluanku. Nafsuku yang sudah terbangkit semakin mengelora. Desakan-desakan kuat di dalam tubuh bagian bawahku semakin menekan. Kugoyang pantatku semakin liar menyongsong sodokan batang kemaluan Pak Marsan.“Terusss.. Buu…terusshhh” Pak Marsan mendesis-desis dan tangannya semakin kuat mencengkeram pantatku membantuku bergoyang semakin kencang.
“Arghh..arghhh.. akhhh.. say..saya… keluarhhh, Buuu…”
Kudengar Pak Marsan menggeram saat batang kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku. Aku pun merasa sudah di ambang puncak kenikmatanku. Kugoyangkan pantatku semakin liar dan akhirnya kuayunkan pantatku ke belakang menyongsong tusukan Pak Marsan hingga batang kemaluannya melesak sedalam-dalamnya seolah-olah menumbuk mulut rahimku. Aku seperti melayang begitu puncak kenikmatan itu datang mengaliri sekujur tubuhku. Baru saja aku menikmati orgasmeku, kurasakan ada semburan cairan hangat dari batang kemaluan Pak Marsan di dalam liang vaginaku.
Crat…crrtt..crutt…crttt..crott..!!
Banyak sekali cairan sperma Pak Marsan yang tersembur menyiram rahimku, hingga sebagian menetes ke karpet kamar tidurnya.
Kami tetap terdiam sambil mengatur napas. Tangan Pak Marsan memeluk dadaku dan batang kemaluannya masih mengedut-ngedut menyemburkan sisa-sisa air mani ke dalam liang kemaluanku. Akhirnya kami berdua menggelosor ambruk ke kasur kumal yang biasa ditiduri Pak Marsan dan istrinya.
Kami berbaring dengan Pak Marsan masih memeluk tubuhku dari belakang. Batang kemaluan Pak Marsan yang sudah terkulai menempel di belahan pantatku. Kurasakan ada semacam cairan pekat yang menempel ke pantatku dari batang kemaluan Pak Marsan. Aku tak tahu dengan kain apa Pak Marsan menyeka lubang kemaluanku untuk membersihkan cairan sperma yang menetes dari labia mayoraku. Aku terlalu lemas untuk memperhatikan. Akhirnya aku tertidur kelelahan setelah digempur habis-habisan oleh Pak Marsan.
Aku tidak tahu berapa lama aku telah tertidur di kasur Pak Marsan. Aku tersadar saat ada sesuatu benda lunak yang memukul-mukul bibirku. Saat kulirik aku terkejut ternyata benda yang memukul-mukul bibirku tadi adalah batang kemaluan Pak Marsan yang sudah setengah ereksi.
Ternyata ia sedang berjongkok dengan mengangkangi mukaku. Tangannya memegangi batang kemaluannya sambil dipukul-pukulkannya pelan-pelan ke bibirku. Begitu melihat aku terbangun, serta-merta Pak Marsan memegang bagian belakang kepalaku dan mencoba memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan karena bangun-bangun sudah disodori batang kemaluan laki-laki!! Gila. Aku pun tak mempunyai pilihan lain kecuali menyambutnya dengan mulut terbuka…
Kurasakan ada sedikit asin-asin yang agak aneh saat bibirku mulai mengulum batang kemaluan Pak Marsan yang disodorkan padaku. Belakangan aku baru tahu bahwa Pak Marsan langsung kencing ke belakang begitu bangun. Sekembalinya ke kamar, ia langsung terangsang melihat diriku yang masih tertidur dalam keadaan bugil.
Demikianlah selanjutnya, ia membangunkanku dengan memukul-mukulkan penisnya ke mukaku supaya aku bisa segera memuaskan nafsunya kembali. Walaupun sedikit gelagapan, tentu saja aku melakukannya dengan setulus hati. Sedikit demi sedikit batang kemaluan itu semakin mengeras dalam kulumanku.
Beberapa saat kemudian Pak Marsan membalikkan posisinya. Batang kemaluannya masih kukulum dengan liar kemudian ia menundukkan tubuhnya dan wajahnya kini menghadap selangkanganku.
Dibentangkannya kedua pahaku kemudian lidahnya mulai bekerja menjilat dan melumat gundukan kemaluanku. Aku semakin gelagapan karena merasa kegelian diselangkanganku sementara mulutku tersumpal batang kemaluan Pak Marsan.Aku ikut menyedot batang kemaluannya saat Pak Marsan menyedot kemaluanku. Kami saling menjilat dan menyedot kemaluan kami masing-masing dengan posisi pak wajah Marsan menyeruak ke selangkanganku dan wajahku dikangkangi Pak Marsan.
Aku semakin menggelinjang liar saat lidah Pak Marsan mengais-ngais lubang anusku dengan menekuk kedua pahaku ke atas. Aku sangat terangsang dengan perlakuannya itu. Apalagi saat lidahnya dimasukkan dalam-dalam ke lubang vaginaku. Aku tak mampu menjerit karena mulutku tersumpal batang kemaluannya.
Tubuhku bergetar hebat menahan kenikmatan yang menyergapku. Pak Marsan dengan ganas menjilat-jilat tonjolan kecil di lubang kemaluanku dengan kedua tangannya membuka lebar-lebar labia mayoraku ke arah berlawanan. Aku tak mampu bertahan lama atas perlakuannya itu. Tubuhku mengejan dan berkelejat seperti cacing kepanasan. Lalu tubuhku tersentak selama beberapa saat dan akhirnya terdiam. Aku mengalami orgasme lagi dengan cepatnya.
Pak Marsan masih membiarkan batang kemaluannya menyumpal mulutku sambil sesekali lidahnya menyapu-nyapu dinding vulvaku. Setelah aku mulai dapat mengatur napasku, Pak Marsan menggulingkan tubuhnya ke samping dan menarik tubuhku agar naik ke perutnya. Ia bergeser ke arah dekat dinding dan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya hingga posisinya kini setengah duduk.
Tubuhku ditariknya hingga menduduki perutnya lalu diangkatnya pantatku dan dicucukannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku. Dengan pelan aku menurunkan pantatku hingga batang kemaluan Pak Marsan secara perlahan melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku. Aku menahan napas menikmati gesekan batang kemaluannya di dinding lubang kemaluanku. Setelah beberapa kocokan yang kulakukan akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluan Pak Marsan ke dalam lubang kemaluanku.
Kini aku duduk di atas perut Pak Marsan yang setengah duduk dengan punggung diganjal bantal. Dengan tangan bertumpu dinding tembok aku mulai bergerak menaik-turunkan pantatku secara perlahan. Sementara itu tangan Pak Marsan mencengkeram pantatku membantu menggerakkan pantatku naik turun, mulutnya sibuk menetek payudaraku.
Posisi di atas merupakan salah satu posisi favoritku. Karena dengan posisi ini aku dapat mengontrol sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifku dengan batang kemaluan laki-laki yang menancap di lubang kemaluanku.
“Akhh… shhh… terushhh.. Pak Mar..sanhhh”
Aku mendesis-desis saat Pak Marsan ikut mengimbangi goyanganku sambil kedua tangannya menekan kedua payudaraku hingga kedua putingku masuk ke dalam mulut Pak Marsan. Kedua putingku dijilat-jilat dan disedot secara bersamaan hingga membuat nafsuku meningkat secara cepat. Aku semakin liar menggerakkan pantatku di pangkuan Pak Marsan. Tubuhku kembali mengejat-ngejat dan seperti terhantam aliran listrik.
“Terusshhh..terusshhh … ouchhh….”
Aku semakin liar mendesis saat kurasakan sesuatu meledak-ledak. Tubuhku terasa terhempas ke tempat kosong lalu akhirnya aku ambruk di dada Pak Marsan.
Pak Marsan lalu bangkit dan berganti menindihku dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan lubang kemaluanku. Bantal yang tadi mengganjal punggungku ditaruhnya untuk mengganjal pantatku hingga gundukan kemaluanku semakin membukit. Aku yang sudah lemas kembali dijadikan bulan-bulanan genjotan batang kemaluannya.
Bibirnya tak henti-hentinya melumat bibirku dan pantatnya dengan mantap memompa batang kemaluannya menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Kedua tangan Pak Marsan mengganjal bongkahan pantatku hingga tusukannya kurasakan sangat dalam menumbuk perutku.
“Ughh..ughhh… putarrrhhh… Buu…putarrrhhh… ugghhh…”
Kudengar Pak Marsan mendengus memerintahku memutar pantatku.
Aku mematuhi perintahnya memutar pantatku dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada.
“Terushhh.. terushhh ter…oughhhh!!”
Akhirnya dengan diiringi dengusan panjang tubuh Pak Marsan berkelojotan. Tubuhnya tersentak-sentak dan hunjaman batang kemaluannya serasa menghantam sangat dalam karena didorong sekuat tenaga olehnya. Batang kemaluannya berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.
Crottt…crott..crott…
Batang kemaluannya menyemburkan cairan kenikmatan ke dalam liang kemaluanku. Aku merasa ada desiran hangat menyembur beberapa kali dalam lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Tubuh Pak Marsan masih berkelojotan untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam.
“Oughh… Bu.. Ren..ni hebattthhhh…” bisiknya di telingaku dengan napas yang masih ngos-ngosan.
Tubuh kekarnya ambruk menindih tubuh telanjangku. Batang kemaluannya dibiarkannya tertancap erat dalam jepitan liang kemaluanku. Kami berdua sama-sama diam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih.
Hari sudah menjelang sore saat aku bangun dari kasur Pak Marsan. Aku kaget saat mau kupakai celana dalamku ternyata sudah basah oleh lendir yang masih menempel. Rupanya tadi Pak Marsan menyeka lubang vaginaku dengan celana dalamku! Sialan juga terpaksa aku tidak memakai celana dalam.
Dengan memakai celana dan baju atasanku aku keluar ke kamar mandi dan cebok membersihkan lubang kemaluanku dari sisa-sisa lendir sehabis persetubuhan tadi.
Aku baru saja mau berdiri dan menaikkan celanaku saat tiba-tiba Pak Marsan yang hanya dililit handuk ikut masuk ke kamar mandi. Belum selesai membanahi celanaku lagi-lagi Pak Marsan merangsekku di kamar mandinya yang terbuka.
Diturunkannya lagi celanaku hingga sebatas lutut lalu didekapnya aku dari belakang. Bibirnya dengan ganas dan rakus menjilat dan mencumbu daerah belakang telingaku hingga gairahku mulai terbangkit lagi.
Melihat aku sudah dalam genggamannya, dilepasnya lilitan handuknya hingga ia telanjang bulat. Batang kemaluannya yang sudah setengah keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku sengaja menekan pantatku mundur hingga menggencet batang kemaluannya semakin terbenam di antara kedua belah buah pantatku. Kugeser-geser pantatku dengan lembut hingga lama-kelamaan batang itu mulai mengeras lagi.
Setelah keras, dicucukkannya batang kemaluannya ke celah-celah sempit di gundukan bukit kemaluanku lalu dikosek-kosekkannya ujungnya ke alur sempit itu yang sudah mulai basah.
Sekali lagi kami bersetubuh dengan hanya menurunkan celana panjangku sebatas lutut dan Pak Marsan menggenjotku lagi dengan posisi berdiri. Aku harus bertumpu pada bak mandi yang terbuat dari gentong tanah sambil setengah nungging sementara Pak Marsan menggenjot dari belakang.
Gila. Pak satpam satu ini memang gila! Bagaimana tidak ia punya dua tongkat satu dapat membuat orang kesakitan sedangkan yang satunya dapat membuat orang merem-melek keenakan! Aku pun jadi ketagihan dibuatnya dan resmilah Pak Marsan menjadi kekasih gelapku.
-
Astounding Japanese POV Along Superb Kyoka Mizusawa
-
Kisah Memek Ngentot Keponakan Pengantin Baru
Duniabola99.com – Pernah satu malam, aku mendengar erangan Ines dari kamar mereka. Aku mendekat ke pintu, terdengar Ines mengerang2, “Terus mas, enak mas, terus ……, yah udah keluar ya mas, Ines belum apa2″. Sepertinya Ines tidak terpuaskan dalam ‘pertempuran” itu karena suaminya keok duluan. Beberapa kali aku mendengar lenguhan dan diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Ines.
Suatu sore, sepulang dari kantor, aku lupa membawa kunci rumah. Aku mengetok pintu cukup lama sampai Ines yang membukakan pintu. Aku sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Ines hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15cm di atas lutut.Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan toket yang montok itu menyembul di belahan baju, pentilnya membayang di kimononya. Rupanya Ines belum sempat mengenakan bra. Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya.
Agaknya Ines sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kon tolku berdiri melihat tubuhnya. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Ines sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kon tolku di gundukan pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas toket montoknya habis-habisan.
“Sori Nes, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya”, kataku. “Udah selesai kok om”, jawabnya. Aku duduk di meja makan. Ines mengambilkan teh buatku dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Ines keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan toket yang membusung. Ines tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Ines beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangiku, aku menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang.
Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem2. kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Ines tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan toket yang montok kala agak merunduk. kon tolku pun menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex. “Nes, kamu gak puas ya sama suami kamu”, kataku to the point. Ines tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. “Kok om tau sih”, jawabnya lirih. “Om kan pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh.Suami kamu cepet ngecretnya ya”, kataku lagi. “Iya om, si mas cepet banget keluarnya. Ines baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Ines cuma jadi pemuas napsunya aja”, Ines mulai curhat. Aku hanya mendengarkan curhatannya saja. “Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Ines nyiapin makan dulu ya”, katanya mengakhiri pembicaraan seru. “Kirain Ines nawarin mau mandiin”, godaku. “Ih si om, genit”, jawabnya tersipu. “Kalo Ines mau, om gak keberatan lo”, jawabku lagi. Ines tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk kamarku dan mandi. kon tolku tegang gak karuan karena pembicaraan seru tadi.
Selesai mandi, aku hanya memakai celana pendek dan kaos, sengaja aku tidak memakai CD. Pengen rasanya malem ini aku ngen totin Ines. Apalagi suaminya sedang tugas keluar kota untuk beberapa hari. kon tolku masih ngaceng berat sehingga kelihatan jelas tercetak di celana pendekku. Ines diam saja melihat ngacengnya kon tolku dari luar celana pendekku. Ketika makan malem, kita ngobrol soal yang lain, Ines berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Kalo Ines tertawa, ingin rasanya kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya kusedot-sedot toket nya dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Ines itu sampai dia menggial-gial keenakan.
Selesai makan, Ines membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Ines terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Ines membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Ines membentur rak kayu. “Aduh”, Ines mengerang kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong Ines kekamarnya. Kuletakkan Ines di ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga aku dapat dengan leluasa melihat kemontokan toketnya.
Nafsuku pun naik. kon tolku semakin tegang. ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Ines berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. “Pelan om, sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Ines, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Ines sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah. Aku semakin melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.
Kupandangi Ines yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jenjang. Toketnya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya. pentilnya menyembul dari balik dasternya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar. Daster tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik CDya, kon tolku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap. Kuelus betisnya. Kusingkapkan bagian bawah dasternya sampai sebatas perut.Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang minim. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Ines. Kueluskan perlahan ibu jariku di belahan bibir no noknya. kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Kemudian aku melepas celana pendekku. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis nya.
Kutempelkan kepala kon tolku yang sudah ngaceng berat di pahanya. Rasa hangat mengalir dari paha Ines ke kepala kon tolku. kugesek-gesekkan kepala kon tol di sepanjang pahanya. kon tolku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Nafsuku semakin tinggi. Aku semakin nekad. Kulepaskan daster Ines, Ines terbangun karena ulahku. “Om, Ines mau diapain”, katanya lirih. Aku terkejut dan segera menghentikan aksiku. Aku memandangi tubuh mulus Ines tanpa daster menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. toket yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilnya berdiri tegak.
“Nes, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau enggak”, kataku perlahan sambil mencium toket nya yang montok. Ines diam saja, matanya terpejam. Hidungku mengendus-endus kedua toket yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku.pentil toket kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika pentil itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. “Om…”, rintihnya, rupanya tindakanku membangkitkan napsunya juga. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, Ines diam saja membiarkan aku menjelajahi tubuhnya. kusedot-sedot pentil toketnya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku.
Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajah Ines tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toket harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. kon tolku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli toket dengan bibir, lidah, dan wajahnya, aku terus menggesek-gesekkan kon tol di kulit pahanya yang halus dan licin. Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Ines. perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian.Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Ines. Sementara gesekan-gesekan kepala kon tolku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian belahan bibir no noknya. Ines makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya.
Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuhnya. kon tolku yang tegang kutempelkan di kulit toket Ines. Kepala kon tol kugesek-gesekkan di toket yang montok itu. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala kon tol terus kugesekkan di toketnya, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu. Kuraih kedua belah gumpalan toket Ines yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Ines dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kon tolku kujepit dengan kedua gumpalan toketnya. Kini rasa hangat toket Ines terasa mengalir ke seluruh batang kon tolku.
Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kon tolku di cekikan kedua toket Ines. Kekenyalan daging toket tersebut serasa memijit-mijit batang kon tolku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kon tolku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kon tolku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur kon tolku bertambah cepat, dan kedua toket nya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang kon tolku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketnya. Ines pun mendesah-desah tertahan, “Ah… hhh… hhh… ah…”
kon tolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toket Ines. Oleh gerakan maju-mundur kon tolku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua toketnya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kon tolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kon tolku di dalam jepitan toketnya. Dengan adanya sedikit cairan dari kon tolku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kon tolku dengan toketnya. “Hih… hhh… … Luar biasa enaknya…,” aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafas Ines menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya , yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahan Ines semakin membuat nafsuku makin memuncak.Gesekan-gesekan maju-mundurnya kon tolku di jepitan toketnya semakin cepat. kon tolku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kon tolku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan.. Aku menggerakkan maju-mundur kon tolku di jepitan toket Ines dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari kon tol ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Ines. Alis matanya bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu.
Toket sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing kon tol dan menggesek-gesekkan kepala kon tol dengan gerakan memutar di kulit toketnya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas toket kiri Ines, kon tolku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kon tolku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya.
kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lobang no noknya. Kedua paha mulus Ines kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan no noknya. Aku pun mengambil posisi agar kon tolku dapat mencapai no nok Ines dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang kon tol, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Ines.
Rasa geli menggelitik kepala kon tolku. kepala kon tolku bergerak menyusuri jembut menuju ke no noknya. Kugesek-gesekkan kepala kon tol ke sekeliling bibir no noknya. Terasa geli dan nikmat. kepala kon tol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang no nok itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kon tolku sambil terus memasuki lobang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut no nok Ines. Jepitan mulut no nok itu terasa hangat dan enak sekali. Kembali dari mulut Ines keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi. kon tolku semakin tegang.
Sementara dinding mulut no nok Ines terasa semakin basah. Perlahan-lahan kon tolku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kumasukkan kon tolku ke dalam no nok. Terbenam sudah seluruh batang kon tolku di dalam no nok Ines. Sekujur batang kon tol sekarang dijepit oleh no nok Ines dengan sangat enaknya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kon tolku ke dalam no noknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam no nok hanya kepala kon tol saja. Sewaktu masuk seluruh kon tol terbenam di dalam no nok sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kon tolku. Aku terus memasuk-keluarkan kon tolku ke lobang no noknya.Alis matanya terangkat naik setiap kali kon tolku menusuk masuk no noknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Aku terus mengocok perlahan-lahan no noknya. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali kukocok secara perlahan no noknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot no nok pada kon tolku. Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik kon tolku dari no nok Ines. Namun kini tidak seluruhnya, kepala kon tol masih kubiarkan tertanam dalam mulut no noknya. Sementara batang kon tol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya
Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Ines. Ines mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kon tolku pada dinding mulut no noknya, “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…”
Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kon tolku ke dalam no nok Ines. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada no noknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kon tolku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi
keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, “Nes… no nokmu luar biasa… nikmatnya…”
Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kon tolku. Berarti beberapa saat lagi aku akan ngecret. Kucopot kon tolku dari no nok Ines. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kon tolku mudah mencapai toketnya. Kembali kuraih kedua belah toket montok itu untuk menjepit kon tolku yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kon tolku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. kon tol kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan toketnya. Cairan no nok Ines yang membasahi kon tolku kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kon tolku dan kulit toketnya. “Oh… hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, aku merintih-rintih keenakan. Ines juga mendesis-desis keenakan, “Sssh.. sssh… sssh…” Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah. Aku mempercepat maju-mundurnya kon tolku. Aku memperkuat tekananku pada toketnya agar kon tolku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat kon tolku. Rasa hangat menyusup di seluruh kon tolku.Karena basah oleh cairan no nok, kepala kon tolku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toket Ines. Leher kon tol yang berwarna coklat tua dan helm kon tol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kon tolku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan kon tolku pada toket Ines. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kon tolku di toket montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kon tolku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan kon tol di kempitan toket indah Ines dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar
biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku. “Ines…!” pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kon tolku saat menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!
Pejuku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang Ines. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leher Ines. Peju yang tersisa di dalam kon tolku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan toketnya. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan. “Luar biasa… nes, nikmat sekali tubuhmu…,” aku bergumam. “Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kata Ines lirih. “Gak apa kalo om ngecret didalem Nes”, jawabku.“Gak apa om, Ines pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi Ines ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Ines ngerasain kenikmatan seperti ini”, katanya lagi. “Ini baru ronde pertama Nes, mau lagi kan ronde kedua”, kataku. “Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabnya. “Kok tadi kamu diem aja Nes”, kataku lagi. “Bingung om, tapi nikmat”, jawabnya sambil tersenyum. “Engh…” Ines menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap kon tol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Ines. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya. “Mo kemana om”, tanyanya. “Mo ambil minum dulu”, jawabku. “Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua”, katanya. Rupanya Ines sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi.
Aku kembali membawa gelas berisi air putih, kuberikan kepada Ines yang langsung menenggaknya sampe habis. Aku keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas aku memandangi toket indah yang terhampar di depan mataku tersebut. mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke no noknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat. Betapa enaknya ngen totin Ines. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Mengocok no noknya dengan kon tolku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan pejuku di dalam no noknya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.
“Ines…,” desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Sementara Ines pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Ines pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketnya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Ines mulai meremas-remas kulit punggungku.
Ines mencopot celanaku.Ines pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh Ines sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendekap tubuhnya sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketnya yang montok menekan ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilnya seolah-olah menggelitiki dadaku. kon tolku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Ines, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. kon tolku tergencet perut bawahku dan perut bawah Ines dengan enaknya.Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku. “Ah… geli… geli…,” desah Ines sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Ines pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas toket tersebut dengan perasaan gemas.
Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Kugeluti belahan toket Ines, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu. bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket nya, dan kumasukkan pentil toket di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot pentil toket kiri Ines.
Kumainkan pentil di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. “Ah… ah… om… geli…,” Ines mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada pentilnya. “Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…” Aku semakin gemas.toket Ines itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya pentilnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. “Ah…om… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Ines mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.
Sampai akhirnya Ines tidak kuat melayani serangan-serangan awalku. Jari-jari tangan kanan Ines yang mulus dan lembut menangkap kon tolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. Batang kon tolnya besar ya”, ucapnya. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kon tolku secara berirama. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kon tolku.
kurengkuh tubuhnyadengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kon tolku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Ines pun menggelinjang ke kiri-kanan.
“Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” Ines merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di toketnya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kon tolku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin keenakan. “Ines… enak sekali Ines… sssh… luar biasa… enak sekali…,” aku pun mendesis-desis keenakan.
“Om keenakan ya? Batang kon tol om terasa besar dan keras sekali menekan perut Ines. Wow… kon tol om terasa hangat di kulit perut Ines. tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintih Ines. “Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” Ines semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku. Dia sudah makin liar saja desahannya, rupanya dia sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa aku ini om dari suaminya. “om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali… Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… kon tol om … besar sekali… kuat sekali…”
Ines menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Ines. kon tolku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kon tolku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kon tolku untuk mencari liang no noknya.
Kuputar-putarkan dulu kepala kon tolku di kelebatan jembut disekitar bibir no nok Ines. Ines meraih batang kon tolku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om kon tolnya besar dan keras sekali” katanya sambil mengarahkan kepala kon tolku ke lobang no noknya. kepala kon tolku menyentuh bibir no noknya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kon tol kutekankan masuk ke liang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku pun terbenam di dalam no noknya. Aku menghentikan gerak masuk kon tolku.“Om… teruskan masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” Ines protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kon tolku hanya masuk ke lobang no noknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kon tolku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ines menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! kon tolku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam no nok Ines dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.
Sementara kulit batang kon tolku bagaikan diplirid oleh bibir no noknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! “Auwww!” pekik Ines. Aku diam sesaat, membiarkan kon tolku tertanam seluruhnya di dalam no nok Ines tanpa bergerak sedikit pun. “Sakit om… ” kata Ines sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya. Aku pun mulai menggerakkan kon tolku keluar-masuk no nok Ines. Aku tidak tahu, apakah kon tolku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang no nok Ines yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kon tolku yang masuk no noknya serasa dipijit-pijit dinding lobang no noknya dengan agak kuatnya.
“Bagaimana Nes, sakit?” tanyaku. “Sssh… enak sekali… enak sekali… kon tol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang no nok Ines..,” jawabnya. Aku terus memompa no nok Ines dengan kon tolku perlahan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. kon tolku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kon tolku menyentuh suatu daging hangat di dalam no nok Ines. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala kon tol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.
aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kon tolku tidak tercabut dari lobang no noknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ines kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok no noknya perlahan dengan kon tolku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku.
Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kon tolku maju-mundur perlahan di no nok Ines. Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah toketnya. Masih dengan kocokan kon tol perlahan di no noknya, tanganku meremas-remas toket montok Ines. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. pentil itu semakin mengeras, dan bukit toket itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ines pun merintih-rintih keenakan.
Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. “Ah… om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. kon tol om membuat no nok Ines merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar no nok, ya om. Ngecret di dalam saja… ” Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kon tolku di no nok Ines. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat… Terus om, terus… ” Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ines. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kon tolku di no nok Ines. Terus dan terus. Seluruh bagian kon tolku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh no nok Ines. Mata Ines menjadi merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.“Sssh… sssh… Ines… enak sekali… enak sekali no nokmu… enak sekali no nokmu…” “Ya om, Ines juga merasa enak sekali… terusss… terus om, terusss…” Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. “Omi… sssh… sssh… Terus… terus… Ines hampir nyampe…
sedikit lagi… sama-sama ya om…,” Ines jadi mengoceh tanpa kendali. Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau ngecret. Namun aku harus membuatnya nyampe duluan. Sementara kon tolku merasakan no nok Ines bagaikan berdenyut dengan hebatnya. “Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba kurasakan kon tolku dijepit oleh dinding no nok Ines dengan sangat kuatnya. Di dalam no nok, kon tolku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari no nok Ines dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ines meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Ines pun berteriak tanpa kendali: “…keluarrr…!” Mata Ines membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ines kurasakan mengejang.
Aku pun menghentikan genjotanku. kon tolku yang tegang luar biasa kubiarkan tertanam dalam no nok Ines. kon tolku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan no nok Ines. Kulihat mata Ines memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding no noknya pada kon tolku berangsur-angsur melemah, walaupun kon tolku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ines lalu kuletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ines dengan mempertahankan agar kon tolku yang tertanam di dalam no noknya tidak tercabut.
“Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kata Ines dengan mimik wajah penuh kepuasan. kon tolku masih tegang di dalam no noknya. kon tolku masih besar dan keras. Aku kembali mendekap tubuh Ines. kon tolku mulai bergerak keluar-masuk lagi di no nok Ines, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding no nok Ines secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kon tolku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kon tolku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh no nok Ines beberapa saat yang lalu.“Ahhh… om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di no nok Ines.. Sssh…,” Ines mulai mendesis-desis lagi. Bibirku mulai memagut bibir Ines dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas toket Ines serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kon tolku di no noknya. “Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis Ines. Sambil kembali melumat bibir Ines dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kon tolku di no noknya. Pengaruh adanya cairan di dalam no nok Ines, keluar-masuknya kon tol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Ines tidak henti-hentinya merintih kenikmatan, “Om… ah… ”
kon tolku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari toketnya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ines menyusup ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Ines pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kon tolku ke dalam no nok Ines sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kon tol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk no nok Ines sedalam-dalamnya. kon tolku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding no nok Ines. Sampai di langkah terdalam, mata Ines membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar no nok, kon tol kujaga agar kepalanya tetap tertanam di lobang no nok.
Remasan dinding no nok pada batang kon tolku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir no nok yang mengulum batang kon tolku pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini Ines mendesah, “Hhh…” Aku terus menggenjot no nok Ines dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Ines meremas punggungku kuat-kuat di saat kon tolku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang no noknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kon tolku dan no nok Ines menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Ines:
“Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…” kon tolku terasa empot-empotan luar biasa. “Nes… Enak sekali Nes… no nokmu enak sekali… no nokmu hangat sekali… jepitan no nokmu enak sekali…”
“Om… terus om…,” rintih Ines, “enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kon tolku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kon tolku ke no noknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kon tolku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di kon tol pun semakin menghebat. “Ines… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu. “Om, Ines… mau nyamper lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…”Tiba-tiba kon tolku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding no nok Ines mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kon tolku terasa disemprot cairan no nok Ines, bersamaan dengan pekikan Ines, “…nyampee…!” Tubuh Ines mengejang dengan mata membeliak-beliak. “Ines…!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ines sekuat-kuatnya. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Pejuku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejuku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding no nok Ines yang terdalam. kon tolku yang terbenam semua di dalam no nok Ines terasa berdenyut-denyut.
Beberapa saat lamanya aku dan Ines terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Aku menghabiskan sisa-sisa peju dalam kon tolku. Cret! Cret! Cret! kon tolku menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam no nok Ines. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Ines maupun tubuhku tidak mengejang lagi.
Aku menciumi leher mulus Ines dengan lembutnya, sementara tangan Ines mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil ngen totin Ines.
-
Video Bokep Eropa dakota skye dan aspen ora sedang asik disofa
-
Kisah Memek Selalu Menggodanya Pembantu Bohay
Duniabola99.com – Beberapa waktu yang lalu, karena telah berulang kali dipanggil oleh anaknya di kampung, maka pembantu kami yang sudah tua, Mbok Iyem akhirnya pulang juga ke kampungnya di Jawa Tengah, tetapi sebelum pulang ia berjanji akan membantu kami untuk mencarikan seorang pembantu lain yang berasal dari kampungnya juga, jadi pada saat Mbok Iyem pulang kampung, tidak terjadi kekosongan pembantu di rumah kami. Hal ini penting bagi kami, karena kami berdua, suami isteri bekerja sehingga kami memerlukan seorang pembantu untuk beres-beres di rumah.
Pada hari yang telah ditentukan, maka datanglah seorang pembantu baru yang dijanjikan oleh Mbok Iyem, yaitu seorang gadis kampung yang telah putus sekolah, berumur 18 tahun bernama Lastri. Sulastri bertubuh sedang dengan kulit bersih dan berambut panjang, yang dengan malu-malu memperkenalkan dirinya kepada kami, setelah menerima instruksi ini itu dari isteriku, Lastri pun mulai bersiap untuk kerja.Memasuki hari Senin, secara kebetulan saya mendapat cuti kantor selama tiga hari, yang mana bisa saya pergunakan untuk beristirahat di rumah. Setelah isteriku berangkat kerja, sayapun santai di rumah sambil baca koran dan mendengarkan radio, sedang Lastri sibuk membersihkan rumah sehabis mencuci pakaian.
Sedang saya asyik membaca, tiba-tiba dikejutkan oleh sapaannya, “Maaf Pak.., Saya mau mengepel lantainya”. Nexiabet“Oh iya, pel aja..”, kata saya sambil terus membaca, tetapi mataku memperhatikan pembantu ini dengan lebih seksama. Lastri mengepel lantai sambil berjongkok dan sesekali merangkak sambil terus mengayunkan tangannya. Saat ia merangkak, terlihat pinggulnya yang besar dengan pantat yang membentuk bulat bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan irama yang teratur, celana dalam yang dipakainya terbayang sangat jelas dari balik daster yang dipakainya.
Saat ia berbalik untuk mengepel di bawah kaki saya, terlihat dari belahan dasternya dua buah bukit yang ranum, terbungkus oleh kutang ketat, yang kelihatannya sudah agak kekecilan. Tanpa terasa saya menggosok batang kemaluanku, yang tiba-tiba menjadi tegang. Konsentrasi saya untuk membaca menjadi hilang.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Lastri bersiap-siap untuk membersihkan dirinya dan mengambil handuk serta masuk ke kamar mandi, begitu terdengar suara air yang terguyur di kamar mandi, saya cepat-cepat meloncat bangun dan berjalan cepat-cepat ke arah kamar mandi. Dari sela-sela pintu kamar mandi terdapat celah yang bisa dipakai untuk mengintip ke dalam. Ternyata pemandangan di dalam kamar mandi begitu asyiknya, Sulastri ternyata mempunyai badan yang bersih mulus dengan kedua payudaranya yang ranum keras dengan puting yang mengarah ke atas berwarna coklat muda, pinggulnya yang besar sangat seksi dengan bulu-bulu halus di atas kemaluannya. Lastri sibuk menggosok-gosok badannya tanpa sadar ada mata yang sedang menikmati tubuhnya yang ranum. Dengan berdebar saya terus mengintip Lastri yang sesekali menunduk untuk menggosok kakinya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Nafsu saya naik ke kepala, saya mulai mengelus batang kemaluanku sampai tegang. “Aah, enaknya kalau bisa memeluk dan menancapkan batang penisku di vaginanya”.
Sedang asyik mengintip, saya teringat kalau di lemari saya masih ada menyimpan sebotol obat perangsang bermerek ‘Spanish fly’ oleh-oleh teman dari luar negeri. Cepat-cepat saya ke kamar mengambil obat tersebut dan membawanya ke dapur, dan benar saja dugaanku bahwa Lastri memang sudah menyiapkan teh hangat bagi dirinya sendiri di situ. Segera saya tuangkan spanish fly itu ke dalam minuman Sulastri dan saya tambahkan gula sedikit agar dia tidak curiga.Saya kembali duduk di kursi depan dan pura-pura membaca sambil membayangkan tubuh mulus Lastri sambil mengelus batang penisku yang sudah tegang, saya benar-benar sudah bernafsu sekali untuk menyetubuhi Lastri. Sekitar setengah jam kemudian, saya mendengar erangan halus yang berasal dari kamar Sulastri, “Heehh.., heehh”.
Segera saya menghampiri kamarnya dan pura-pura bertanya, ” Lastri.., ada apa dengan kamu..?”.
Lastri sambil mengeluh menjawab, “Aduuh Pak.., perut Saya.., hheehh”.
“Kenapa..?”, sambil bertanya saya segera saja masuk ke dalam kamarnya, Lastri kelihatan pucat dan keningnya berkeringat, sedang dalam posisi merangkak sambil memegang perutnya.
“Aduuh.., aduuh.., perut saya.., Pak”.
“Mari Saya tolong..”, kata saya, sambil berdiri di belakangnya dan tunduk serta memegang perutnya dengan kedua tangan untuk mengangkatnya berdiri. Saat berdiri sambil memeluknya dari belakang, penisku yang sudah tegang dari tadi menempel pada celah pantatnya, Lastri agak kaget juga, tapi ternyata dia diam saja sambil terus mendesah.
“Ayo saya gosok perut kamu.., biar hangat”, kata saya sambil tangan kananku terus bergerak menggosok perutnya sedangkan tangan kiriku mengangkat dasternya dari bawah. Saya memasukkan tangan kiriku ke dalam daster itu dan berpura-pura akan menggosok perutnya juga tapi saya segera menurunkan tangan saya untuk menyibakkan celana dalamnya dan mulai meraba bulu-bulu halus yang bertebaran di sekitar vaginanya. Saat tangan saya menyentuh vaginanya, Lastri menggelinjang keras dan mendesah panjang, “aah.., Paak..”, seraya menekankan pantatnya yang montok ke penisku yang sudah menanti dengan tidak sabar. Tangan kananku pun mulai masuk ke dalam sela-sela kancing daster, naik terus ke atas dan menemukan payudaranya yang ranum, yang ternyata tidak terbungkus oleh kutangnya, segera saya meremas payudaranya.
“Las,.., ayo Saya gosok sambil tiduran”, kata saya.
“Hee.. Eeh”, katanya.Saya tuntun Lastri ke tempat tidur dan membaringkannya dengan kedua kakinya tetap terjuntai di lantai. Secara cepat saya menyibak dasternya dan segera menarik turun hingga celana dalamnya terlepas. “Aduuh.., Paak”, katanya sambil menggerakkan pinggulnya.
“sst..”, kata saya sambil menundukkan kepala dan mencium vaginanya yang persis di depan mataku.
“aarkkh..”, seru Lastri sambil membuka kakinya lebih lebar lagi dan kemudian secara cepat menutupnya lagi sehingga kepalaku terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Saya mulai menjilat vaginanya, lidahku mulai menjalar ke kanan dan ke kiri menyibakkan kedua belah bibir vagina Lastri sampai akhirnya saya menemukan clitorisnya. Kedua tangankupun secara gencar mulai bergerilya meremas kedua payudaranya sambil sesekali mempermainkan putingnya yang langsung mengeras.
“Paak..”, Lastri keenakan sambil mulai menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan bagaikan sangat kegelian, dan tiba-tiba dari vaginanya memancar cairan, yang segera saya jilat habis.
“Las.., buka dulu yaa bajunya”, kata saya sambil berdiri dan dengan cepat mulai membuka celana dan kaosku. Sementara saya berdiri telanjang, penisku benar-benar tegang dan keras. Mata Lastri terbelalak memandang penisku yang besar dan berdiri.
“Paak.., Lastri takut”, katanya.
“sstt.., nggak apa-apa Las..”, kata saya sambil membantu Lastri membuka bajunya.Karena kakinya masih menjuntai di pinggir tempat tidur, segera saya mengambil bantal dan mengganjal pantatnya sehingga vagina Lastri sekarang menyembul dengan clitorisnya yang mengkilap karena jilatan lidahku. Segera saya arahkan penisku ke lubang vaginanya dan berusaha untuk menekannya masuk, sementara tanganku meremas payudaranya sedangkan mulutku mulai memagut bibirnya. Ternyata lubang vagina Lastri sempit sekali, sehingga baru kepala penisku yang masuk, ia sudah menjerit kesakitan dan berusaha menggeliatkan badannya yang mungil. Saya menahan geliatan badannya dan terus berusaha memasukkan seluruh penisku ke vaginanya yang sempit dengan menarik keluar masuk kepala penisku. Biarpun vagina Lastri telah basah oleh cairan yang keluar dari tubuhnya, saya tetap juga mengalami kesulitan untuk menembus pertahanan vagina Lastri ini. Sambil memeluk tubuhnya, mulutku bergesar ke arah telinga Lastri, dan secara tiba-tiba saya menggigit cuping telinganya dengan agak keras. Secara refleks, Lastri kaget sekali, “Aduh..”, tetapi bersamaan dengan itu saya menekan penisku sekuat tenaga masuk ke dalam vaginanya. Lastri kaget dan terdiam, tetapi saya kembali memagut bibirnya dan menyedot lidahnya sambil mulai menaikkan pantatku sedikit sedikit, kemudian turun menekan sampai ke ujung. Aduh nikmatnya bukan alang-kepalang, vagina Lastri benar-benar sempit sekali bagaikan jepitan halus yang menjepit dengan ketat serta berdenyut-denyut terus-menerus. Setelah beberapa kali naik turun, cabut sedikit, tekan lagi.., Lastripun mulai menikmati permainan seks ini, sambil mengerang-erang, dia juga mulai menggoyangkan pinggulnya. Kedua belah kakinyapun turut menari-nari, kadang menjepit kakiku, kadang dia menjepit pinggangku.
“Aarkhh.., ppaak.., enaak”, kata Lastri, sambil terus menggoyangkan pinggulnya, sehingga penisku yang berada di dalam vaginanya terasa bagaikan diremas-remas dengan keras. Akhirnya sayapun tidak tahan lagi, saat badannya menjadi kejang karena dia sampai pada puncak kenikmatan, sayapun mempercepat gerakan naik turun sampai cairan maniku terasa menyembur-nyembur ke dalam vagina Lastri. Akh, kita berdua sungguh lunglai setelah tiba pada puncak kenikmatan. Ternyata setelah selesai baru saya tahu kalau ternyata Lastri masih perawan dan belum pernah dijamah oleh lelaki lain.
Selama masa cuti tiga hari, saya tetap betah di rumah. Dan kalau istriku sudah berangkat kerja, maka Lastri dan saya mulai mempraktekkan berbagai macam gaya bersetubuh. Lastri ternyata murid yang sangat pandai untuk diajar dan selalu bernafsu untuk mengulang dan mengulang lagi. Hal ini berlangsung selama enam bulan, kadang larut malam, kadang pagi hari kalau saya lagi kepingin menikmati tubuhnya, saya ijin dari kantor, sampai akhirnya Lastri dipanggil pulang oleh keluarganya untuk dikawinkan di kampung.
-
Konoha Kasukabe Merci Beaucoup dv 42
-
1-Riisa Minami kirari 17
-
Video bokep Azuka Aiko dijilat memeknya sampai bergairah
-
Rara Unno sangat becek pertama kali hisap kontol dikamar
-
Video bokep Shiori Ayase perawat dengan diapasiennya sampai squirt
-
Foto Ngentot Mia Malkova memiliki pantat yang bahenol
Duniabola99.com – foto cewek pirang pantat bahenol dan memeknya yant tembem Mia Malkova di jilati memeknya yant tembem oleh pria berkonol besar dan membobol lubang pantatnya yang behenol diatas kursi sofa hingga merasakan kenikmatan tiada tara dan menembakkan air mani yang banyak kemulutnya. Agen Sbobet Terpercaya
-
Foto Ngentot Remaja lugu Lily Adams bangun dan bercinta dengan pacarnya yang terangsang
Duniabola99.com – foto cewek cantik lagi mandi Lily Adams diintip oleh kakak tirinya yang berbadan kekar dan berkontol gede dan memaksakan kontolnya yang gede untuk masuk kememek adik tirinya yang masih sempit dan menembakkan sperma yang banyak kedalam memeknya. Bandar Ceme
-
Cerita Sex Baru Tiba Di Surabaya Sudah Di Suguhi Badan Tante
Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Baru Tiba Di Surabaya Sudah Di Suguhi Badan Tante ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Pagi ini aku sedang membereskan pakaianku untuk dimasukkan ke dalam koper. Ayahku memperhatikan dengan wajah sedih karena aku satu-satunya anak lelakinya harus pergi demi meraih masa depanku. Aku akan tinggal di Surabaya bersama Tante dan Oomku.
“Papa harap kamu bisa menjaga diri dan berbuat baik, menurut pada Oom Benny dan TanteLenny..” kata papaku.
Aku hanya diam menoleh menatap papaku yang nampak kurang bersemangat karena kepergianku, lalu kupeluk papaku.
“Saya tidak akan mengecewakan Papa..” kataku sambil menuju ke pintu.Aku naik angkot menuju ke terminal bus. Ketika sudah di atas bus, aku membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya sambil berharap semoga cita-citaku dapat tercapai. Sesampainya di terminal, aku melanjutkan dengan naik angkot menuju perumahan mewah di daerah Darmo.
“Apa ini rumahnya..?” kataku dalam hati.
Nomornya sih bener. Maklum aku belum pernah ke rumahnya.
“Gila.., ini rumah apa istana..?” gumamku bicara pada diriku sendiri.Aku segera menekan bel yang ada pada pintu gerbang. Beberapa saat kemudian pintu gerbang dibuka. Seorang satpam berbadan gemuk mengamatiku, lalu menegurku.
“Cari siapa ya..?” tanyanya.
“Apa betul ini rumah Oom Benny..?” tanyaku balik.
“Ya betul.. sampean siapa?” tanyanya lagi.
“Saya keponakan Oom Benny dari Jember.”
“Kenapa nggak bilang dari tadi, Sampean pasti Den Welly, kan..? Tuan sedang keluar kota, tapi Nyonya ada lagi nungguin.”Cerita Sex Suguhi Badan Tante Sekejap aku sudah berada di ruangan dalam rumah mewah yang diisi perabotan yang serba lux. Tak lama kemudian seorang wanita cantik berkulit putih bersih dan bertubuh seksi muncul dari ruang dalam. Kalau kutebak usianya sekitar 35 tahunan, tapi bagikan seorang gadis yang masih perawan.
Dia tersenyum begitu melihatku, “Kok terlambat Well..? Tante pikir kamu nggak jadi datang..” ucap wanita seksi itu sambil terus memandangiku.
“Iya Tante.. maaf..” jawabku pendek.
“Ya sudah.., kamu datang saja Tante sangat senang.. Pak Bowo.., antarkan Welly ke kamarnya..!” perintah Tante Lenny pada Bowo.Lalu aku mengikuti Pak Bowo menuju sebuah kamar yang ada di bagian bawah tangga. Aku cukup senang menempati kamar itu, karena aku langsung tertidur sampai sore hari. Ketika bangun aku segera mandi, lalu berganti pakaian. Setelah itu aku keluar kamar hendak jalan-jalan di halamanbelakang yang luas. Ketika sedang asik menghayal, tiba-tiba suara lembut dan manja menegurku. Aku agak kaget dan menoleh ke belakang. Ternyata tanteku yang sore itu mengenakan kimono dengan rokok di tangannya, rupanya ia baru bangun tidur.
“Oh Tante..” sapaku kikuk.
Tante tersenyum, dan pandangan yang nakal tertuju pada dadaku yang bidang dan berbulu lebat. Badanku memang cukup atletis karena sering berenang, fitness, dan aku memang mempunyaiwajah yang lumayan ganteng.
“Kamu sudah mandi ya, Wel..? Tampan sekali kamu..” kata tanteku memuji.
Aku kaget bukan main ketika ia mendekatiku, tangannya langsung mengelu-elus penisku, tentu saja aku jadi salah tingkah.“Saya mau ke kamar dulu Tante..” kataku takut kalau nanti dilihat Oom Benny.
“Tunggu sebentar Wel, Tante ingin minta tolong mijitin kaki Tante.., soalnya keseleo waktu turun tadi..” kata Tante Lenny sambil merengek.
Lalu dia duduk seenaknya, hingga kimono yang tidak dikancing seluruhnya tersingkap, dan bagian dalam tante terlihat olehku. Gila.., ternyata ia tidak memakai CD, sempat juga kulihat bulu-bulu tipis di sekitar kemaluannya seperti habis dicukur.Cerita Sex Suguhi Badan Tante Aku menahan nafas dan mencoba mengalihkan pandangan, tapi Tante Lenny yang tahu hal itu malah menarik lenganku dan mengangkat kaki kanannya menunjukkan bagian yang sakit. Aku terpaksa melihat betis dan paha tante yang mulus dan padat itu.
“Tolong diurut ya Wel.., tapi pelan-pelan aja ya..” ucapnya lembut.
Terpaksa aku memijit betis tanteku, meskipun hatiku cemas dan bingung. Apalagi ketika aku mencuri pandang melihat paha dan selangkanganya, sehingga nampak sekilas bagian yang berwarna merah muda itu. Tanteku melirik ke arahku sambil tersenyum genit, aku semakin bingung dan malu.Itu pengalamanku di hari pertama di rumah Oom Benny. Sudah tiga Hari Oom Benny belum pulang juga, padahal aku ingin bertemu dengannya, sedangkan tiap malam aku diminta oleh tante untuk menemaninya ngobrol, bahkan tidak jarang disuruh menemani menonton VCD porno. Benar-benar gila.Hingga pada suatu malam tanteku merintih kesakitan. Waktu itu tante sedang nonton TV sendirian.
Tiba-tiba wanita itu memekik, “Achh.., aduh.., tolong Wel..!” keluhnya sambil memegangi keningnya.
“Kenapa Tante..?” tanyaku kaget dan khawatir.
“Kepala Tante agak pusing.., aduh.. tolong bawa Tante ke kamar Wel..!” keluh tante sambilmemegangi kepalanya.
Aku jadi kebingungan dan serba salah.
“Saya panggil Pak Bowo dulu ya Tante..?” usulku sambil ingin pergi.
Tapi dengan cepat tanteku melarangnya, “Nggak usah, lagi pula Pak Bowo Tante suruh ke Pasuruan ngawal barang.”Cerita Sex Suguhi Badan Tante Aku jadi bertambah bingung. Terpaksa kutuntun tanteku untuk naik ke ruang atas. Tante merebahkan kepalanya pada pelukanku, aku jadi gemeteran sambil terus menaiki tangga.Sesampainya di dalam kamar, tante merebahkan tubuhnya yang seksi itu dengan telentang. Aku menarik napas lega dan bermaksud meninggalkan kamar. Baru saja kubalikkan tubuh, suara lembut itu melarangku.
“Kamu mau kemana..? Jangan tinggalkan Tante.., tolong pijitin Tante.. Wel..!”
Mendengar itu seluruh tubuhku jadi teringat pesan papa agar menuruti perkataan Oom dan Tanteku.Perlahan kubalikkan badan, ternyata tanteku telah melepas kimononya. Dan kini hanya tinggal CD saja. Tubuhnya yang masih padat membuat nafsuku naik, payudara yang masih montok dan menantang itu membuat penisku mulai tegang, karena aku belum pernah melihat keindahan tubuh wanita dalam keadaan telanjang seperti ini, apalagi tanteku menggeliat perlahan. Desahan bibirnya yang tipis mengundang nafsu dan birahiku, dan penisku semakin dibuatnya tegang. Kuberanikan diri melangkah menuju ranjang. Markas Judi Online Dominoqq
Cerita Sex Suguhi Badan Tante Begitu sampai, tanteku yang pura-pura pusing itu tiba-tiba bangkit, lalu memelukku dan mencium bibirku dengan penuh nafsu. Wanita yang hipersex itu dengan cepat melucuti seluruh pakaianku.
“Jangan Tante.., jangan, saya takut..” pintaku sambil mau memakai pakaianku kembali.
“Kalo kamu menolak, Tante akan teriak dan mengatakan pada semua orang bahwa kamu mau memperkosa Tante..” ancam tanteku.
Aku hanya terdiam dan pasrah. Wanita itu kembali mencumbuku, diciuminya dan dijilatinya tubuhku. Begitu tangan halusnya mengenggam penisku, aku langsung membalas ciumannya dan mulai menjilati payudaranya, lalu kukulum putingnya yang berwarna merah agak kecoklatan itu. Tanteku mendesah perlahan.Selanjutnya kami memainkan posisi 69, sehingga penisku dihisap dan dikemutnya. Nikmat sekali, kurenggangkan kedua pahanya sambil kujilat-jilat kemaluannya yang mulai basah itu.
“Ahh.., aahh.., ayo terus jilat Wel..! Jangan berhenti..!” erang tanteku keenakan.
Rupanya tanteku mengeluarkan cairan dari dalam liang kewanitaannya. Cairan itu memuncrat di wajahku, lalu kuhisap dan kutelan semua. Aku semakin terangsang, kujilati lagi kali ini lebih dalam, bahkan sampai ke duburnya. Kemudian kami berganti posisi, kali ini aku berdiri dan tante jongkok sambil mengulum penisku yang sudah sangat tegang.Ternyata tanteku pandai sekali menjilat penis, tidak sampai lima menit aku sudah keluar.
“Ahh.., ayo Tante.., terus jilat sayang.., acchh..!” desahku sambil kudorong keluar masuk di mulutnya penisku yang besar ini.
“Tante mau keluar nih.., achh.. yeahh..!” erangku sambil kumuncratkan maniku di mulutnya.
Tante menelan semua maniku, bahkan masih mengocoknya berharap masih ada sisanya.Setelah beberapa saat penisku mulai bangun kembali. Setelah tegang dibimbingnya penisku masuk ke liang kewanitaannya. Kali ini aku di atas dan tante di bawah. Agak susah sih, mungkin sudah lama tidak service oleh Oom Benny. Setelah kepalanya masuk, kudorong perlahan hingga masuk semuanya ke dalam.
“Ayo Wel..! Gerakin dong Sayang..!” pinta tanteku sambil menggerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah karena ia sekarang berada di bawah.
Akhirnya kudorong keluar masuk penisku dengan gerakan yang cepat, sehingga semakin keras erangan tanteku.Cerita Sex Suguhi Badan Tante Beberapa saat kemudian aku sudah ingin keluar, “Aahh..! Tante.., Welly udah mau keluar.., ahh..!” kataku.
“Sabar Sayang.., Tante sebentar lagi nih..! Yeahh.. ohh.. ahh.., fuck me Wel..! Kita barengan ya Sayang..? Oh.. yeah..!”
Rupanya tanteku juga hampir orgasme. Rasanya seperti ada yang memijat-mijat penisku dan kakinya dilingkarkan ke pantatku. Tante bergetar hebat dan memelukku sambil kemaluannya mengeluarkan cairan yang menyemprot penisku. Tidak lama aku juga mengeluarkan air mani dan spermaku di dalam vaginanya. Terasa begitu nikmatnya dunia ini. Akhirnya kami berdua terkapar lemas.“Hebat bener kamu Wel.., Tante nggak nyangka baru kali ini Tante merasakan kenikmatan yang luar biasa..!” tuturnya dengan nafas terengah-engah.
Aku diam tak menjawab, tapi dalam hati aku merasa bersalah telah berhubungan dengan tanteku dan takut ketahuan Oom Benny. Tante turun dari ranjang tanpa busana, lalu dia menyalakan sebatang rokok.“Bagaimana kalau Oom Benny sampai tahu, Tante..? Saya takut.., saya merasa berdosa..” kataku lemah.
Tapi tanteku malah tersenyum dan memelukku dengan mesra.
“Asal kamu tidak memberitahu orang lain, perbuatan kita aman. Lagi pula Oommu itu udah nggak bisa melakukan hubungan badan sejak lama. Dia itu impotent, Wel..!” tutur wanita tanpa busana yang penuh daya tarik itu.
“Jadi semua ini Tante lakukan karena Oom Benny tidak bisa menggauli Tante lagi, ya..?” tanyaku.
“Ya. Bukan sekali ini saja Tante melakukan hal seperti ini.., sebelum sama kamu, Tante pernah melakukannya dengan beberapa teman bisnis Oommu. Terus terang Tante nggak tahan kalau seminggu tidak disentuh atau dipeluk laki-laki..” tutur Tante.Aku jadi geleng kepala mendengar penjelasan tanteku. Lalu aku bergerak mau pergi, tapi dengan cepat tante menahanku dan mengusap-usap dadaku yang berbulu.
“Well.., kamu harus bersihkan badanmu dulu.., mandilah supaya segar..!” ucapnya lembut.
Aku tak menjawab hanya menarik nafas panjang, lalu melangkah ke kamar mandi. Tubuhku terasa letih namun puas juga.cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,
-
Cerita Sex Binalnya Istriku
Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Binalnya Istriku ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Setelah terbang selama 7 minggu yang mana terbang kesana kesini dari pulau jawa, kalimantan dan
sulawesi untuk urusan bisnis kayu dan hasil bumi lainnya, aku ingin leksas pergi kerumah karena memang
ingin rileks dan bertemu sang istriku yang kusayan, malamnya pukul 8 aku sudah mendarat di bandara
kotaku, langsung aku pergi naik taksi untuk menuju kerumahku.Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu. Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu,
berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31,
pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44.Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak. Jadi semakin menjadi-jadilah diriku
menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah
selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami.Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan
oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Bukti Transfer PokerSetelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku
kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang
kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar
pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter.Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali
dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku
dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku.Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah sampai 3
bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah
begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya.Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa
dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat
pekikan-pekikan kangen isteriku itu.Cerita Sex Binalnya Istriku Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana
dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku.
Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas.Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5
menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar
tidur kami berada.Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin
mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah
lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku.Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa)
kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi
mengangkangi seseorang.Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan.
Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan
mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan
tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual.Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari.
Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku
sudah mulai dicampuraduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit. Ini lebih dahsyat ketimbang
menonton film-film bokep terpanas sekalipun.Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang
pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kont0lku mulai
mengejang.Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya.
Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya mem3k isteriku yang dijadikan sasaran. Aku
semakin ngaceng.“Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang.
Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku
mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali.“Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”.
Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Yoyok pembantu priaku yang
tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir
kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..”
Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang
kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku
sendiri.“Ahh…”
Cerita Sex Binalnya Istriku Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Yoyok masih meneruskan aktivitasnya.
Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah
tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan).Dimainkan jari-jarinya di liang mem3k isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin
kencang kocokan jari Pak Yoyok pada mem3k isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha
isteriku kembali dibuat mabuk kepayang.Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Yoyok sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede
juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana mem3k
isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan. “Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”.
Pelan-pelan dipompanya mem3k isteriku dengan godam si Mr. Yoyok. Mulai menggila kembali goyangan
pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.“Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..”
Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu.
Tangan Mr. Yoyok tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh
gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh
isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging.Gaya ****** rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang mem3k isteriku dihunjam dari arah
belakang. Konsistensi gerakan ****** yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin
mengobarkan hasratku.“Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..”
Pompaan Mr. Yoyok semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat. “Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu..
Teruss.. Paakkhh..”Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Yoyok menyetubuhinya sambil
berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang
mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Yoyok merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan
tergesa. Pembantuku adalah suami isteri.“Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..”
“Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..”
“Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh”
Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan
kenikmatan luar biasa. Mr. Yoyok akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan
perlahan sekali menutup pintunya.Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku
senewen ingin menuntaskan hasratku.Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Yoyok sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan
bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan
hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah.“Sudah sering kejadianya Mbok?” tanyaku. Dia mengangguk.
“Maafkan isteriku yah”
Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini
mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya.“Ayo ke kamarmu Mbok.”
Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang
membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit
itu, kusuruh dia duduk di ranjang.Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun
tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung.
Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain.Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia
memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak
terlalu menyengat.Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan
kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian.Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan
kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang
sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang.Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh.
Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat
warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.“Ehhmm.. Eehhf..”
Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya.
“Ehh.. Ehhshs..”
Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya. “Ehhss.. Ehhss.. Oohh…”
tergolek kanan kiri kepalanya.Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan
lidahku.“Oohh.. Paakk.. Oohh..”
Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya
pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami.
Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah mem3knya. Mengerinjal
pantatnya.“Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang.
Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung
rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita
membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tidak
rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul Dia dan menjatuhkannya
di ranjang.Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena
penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan mem3knya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya.“Oohh.. Paakk.. Ohh..”
Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku
tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini.“Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..”
Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya
kujebloskan kont0lku ke mem3knya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa.
Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam.Cerita Sex Binalnya Istriku Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Yoyok ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang
ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.“Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.”
Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami mem3knya dari belakang. Kami
bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia
telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal.Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya mem3knya yang
rimbun itu.“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.
Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di
dalam mem3knya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar mem3knya, punyaku juga demikian
saking tidak tertampungya semprotan maniku.Kubiarkan kont0lku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya
sampai kont0lku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang
masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang
sudah agak kusam itu.Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Yoyok terlebih dahulu untuk
bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke mem3knya yang mudah basah itu.
Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri.Suatu kali Mr. Yoyok memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi
dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk
melakukan sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau
rame-rame begitu.cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,
-
Kepuasan Tante Tante Langganan Ngegym hot
Duniabola99.com – Pеrkеnаlkаn namaku Ardi, aku seorang pendatang dari Kalimantan,diѕini aku ѕinggаh untuk 2 minggu karena ditugaskan perusahaan untuk audit keuangan kantor perwakilan. Pengalaman ini terjadi ѕааt аku iseng ikut ngegym di salah satu pusat kebugaran уаng сukuр tеrkеnаl di Malang, mеmаng aku senang ngegym kаrеnа biаr bugаr уаng kеduа mеmаng ingin mеlihаt tаntе tаntе уаng jugа ikut ngegym. Aku ѕеnаng mеlihаt bоdу bоdуnуа tаntе ѕааt ѕеnаm dаn раdа аwаlnуа ѕеtеlаh ѕеlеѕаi ѕеnаm аku lаngѕung tаnсар gаѕ dаn рulаng.Lаngѕung ѕаjа wаktu itu jam ѕudаh mеnunjukаn рukul 18.42 WIB, tiba-tiba saja ѕааt ngegym аku mеrаѕа lараr, kuѕеmраtkаn untuk bеrhеnti dаn menuju kantin di sebelah ruangan gym, diѕаnа mеmаng bаnуаk tаntе tаntе уаng ѕеdаng ѕibuk gоѕiр dаn tеrtаwа tаwа lераѕ. Sаmbil minum аku mеrаѕа аdа ѕераѕаng mаtа mеlihаtku dеngаn ѕеriuѕ dаn kuсоbа mеnоlеh diа tеrѕеnуum. Kutаkѕir umurnуа 35 tаhun tеtарi bаdаnnуа mаѕih oke. Kubuаng раndаng mаtаku mеnjаuhi untuk mеnghindаri tаtараn mаtаnуа tарi tаk lаmа kеmudiаn аku dibuаt tеrkеjut оlеh ѕuаrаnуа уаng ѕudаh bеrаdа didеkаtku.
” Sеndiriаn уа,……… Bоlеh аku duduk diѕini,” рintаnуа ѕаmbil mеlеtаkkаn раntаtnуа dikuriѕ dераnku, ѕеhinggа diа ѕеkаrаng jеlаѕ bеrаdа dihаdараnku.
Diа mеmреrkеnаlkаn diri dеngаn nаmа Ajeng dаn аku mеnуаmbut dеngаn mеmbеrikаn nаmаku Aryo. Sааt diа ngоbrоl kuреrhаtikаn bоdуnуа сukuр bаguѕ, dаdаnуа kutаkѕir nоmоr 36C bеѕаr dаn раdаt, рinggаngnуа rаmрing. Pеrkеnаlаn аwаl ini аkhirnуа аku dаn Ajeng mеnjаdi lеbih аkrаb. Suаtu kеtikа ѕааt аku рulаng dari Gym kulihаt Ajeng ѕеndiri, dеngаn bаik hаti аku mеnwаrkаn diа untuk аku аntаr kеtujuаnnуа dаn diа tidаk mеnоlаk.Didаlаm mоbil ѕеѕеkаli mаtаku mеnсuri раndаng kеаrаh dаdаnуа, kаli ini Ajeng mеmаkаi kаоѕ dеngаn lеhеr rеndаh dаn kеtаt ѕеhinggа nаmраk jеlаѕ gаriѕ Bhnуа. Tаnра tеrаѕа diа jugа mеlihаt еkоr mаtаku dаn bеrkаtа;
“Hауо Ar,… kаmu lihаt ара bаruѕаn,…. Kаlо nуеtir уаng bаguѕ dоng jаngаn lihаt ѕаmрing ntаr kаlо nаbrаk bаgаimаnа,” tаnуаnуа рurа-рurа mаrаh.
“Ah,…. Nggаk аdа сumаn lihаt аjа kоg,” jаwаbku bingung ѕаmbil mеnggаruk kераlа уаng tidаk gаtаl tаndа аku mаnуun.
“Ah,…. Sudаhlаh,.. tоh ѕаmа jugа khаn dеngаn рunуа iѕtrimu dirumаh,” timраlnуа ѕаmbil tеrѕеnуum.
Aku jаdi ѕаlаh tingkаh ѕааt реrtаmа kаli bеrkеnаlаn kаmi mеmаng ѕаmа-ѕаmа mеngаku jujur tеntаng kоndiѕi mаѕing-mаѕing. Kеndаrааn mеmаѕuki hаlаmаn уаng сukuр luаѕ dеngаn tаmаn уаng сukuр bаguѕ,………
” Mаѕuk dulu Ar,… аku аdа реrlu реngin сеritа-сеritа аmа kаmu,” рintаnуа.
Tаnра реrѕеtujuаn lаgi аku mеmаѕuki ruаng tаmunуа. Tаk lаmа kеmudiаn Ajeng kеluаr dеngаn mеmаkаi rоk mini dаn kаоѕ tаnра lеngаn. Pаndаngаnku jаdi kасаu mеlihаtnуа, dаri ѕеlа kеtiаknуа kulihаt jеlаѕ BH nуа hitаm dеngаn dаging уаng mеnуеmbul indаh.
“Lhо,… Kоg ѕерi nih, mаnа kеluаrgаmu уаng lаin,……” tаnуаku mеnуеlidik.
“Anаkku mаѕih ѕеkоlаh ѕеdаngkаn ѕuаmiku sedang tugas ke luar kota,” jаwаbnуа. Sаmbil kulihаt tаngаnnуа mеngutаk-аtik rеmоtе tеlеviѕi.
“Nаh tеruѕ kеgiаtаnmu ара kаlо lаgi ѕерi bеgini,………” tаnуаku lаgi. Sаmbil ѕеѕеkаli mаtаku kuаrаkhаn раdа раhаnуа уаng muluѕ tеrlihаt dibаlik rоk mininуа.
“Yасh biаѕаnуа ѕih аbiѕ ngegym аku kumрul-kumрul аmа bеbеrара ibu-ibu dаn dilаnjutkаn dеngаn ѕаntаi-ѕаntаi, bеlаnjа аtаu рutаr Vidео,…… е,…..е,…. Yаh tаhu ѕеndiri lаh,…” ѕеnуumnуа mеnggоdа.Gауа duduk Ajeng bеrubаh ubаh ѕеhinggа аku ѕеmаkin bеbаѕ mеngаrаhkаn mаtаku раdа раhаnуа уаng tеrkаdаng mеnуеmbul bаnуаk diѕеlа rоk mininуа. Timbul niаt iѕеngku untuk mеnggоdаnуа lеbih jаuh,…..
“Vidео арааn ѕih,…”, tаnуаku рurа-рurа bоdоh.
Lаmа Ajeng tеrdiаm dаn аkhirnуа diа mеngаrаhkаn tаngаnnуа раdа tеlеviѕi dаn tаk lаmа kulihаt adegan уаng сukuр mеndеbаrkаn уаitu ѕеоrаng lеlаki dеngаn реniѕ уаng lumауаn bеѕаr ѕеdаng dikulum оlеh реrеmрuаn. Kоntrаѕ ѕеkаli nаmраknуа, аku tеrkеjut ѕаmbil mеmаndаng Ajeng, diа tеrѕеnуum аku jаdi ѕаlаh tingkаh. Akhirnуа tеlеviѕinуа dimаtikаn.
“Yаh itulаh уаng ѕеring kаmi tоntоn bеrѕаmа Aryo,…. Kаmi рuаѕ ѕеtеlаh mеnоntоn tеruѕ rumрi ѕаmа-ѕаmа, kеbеtulаn hаri ini mеrеkа аdа асаrа dаn аku tidаk ѕеhinggа аku ѕеndiriаn ѕааt ini,’ сеritаnуа раѕrаh.
“Nоntоn ара еnаknуа ?,… tаnуаku mеnggоdа раdаhаl реniѕku ѕеndiri ѕudаh mulаi tеgаk bеrdiri.
“Mеnding аku bаntuin lhо kаlо bеgini,” рintаku ѕаmbil ѕеnуum, Ajeng ikut ѕеnуum dаn mеnimраli,…..
”аh,…. Aryo раling-раling kаmu jugа tаkut,… сumаn оmоng аjа,…. Mаnсing уа,……,” diа mеnimраli,……….
Aku mеrаѕа tеrtаntаng dеngаn оmоngаnnуа lаngѕung kujаwаb,….
”Nggаk kоg bеnеr dеh соbа аjа nуаlаin tеlеviѕinуа,……”
“Tеruѕ ngараin,…Bеrаni bеnеrаn kаmu” tаntаngnуа tаk kаlаh ngоtоt,……
”Hе еm,…. Lihаt аjа,… аku udаh tаdi kоg gеrеgеtаn lihаt kаmu,” bаlаѕku mеnаntаng,…kulihаt wаjаhnуа mеmеrаh dаn tаnра mеnunggu wаktu lаgi tаngаn Ajeng mеmijit tоmbоl rеmоtе dаn kulihаt kеmbаli bаgаimаnа gаnаѕnуа сеwеk mеnghiѕар kеmаluаn ѕiсоwоk. Ajeng mеnggеѕеr duduknуа mеndеkаtiku dаn diа bеrbiѕik.
“Aryo tеruѕ tеrаng аku ѕаmа tеmаn-tеmаn ѕudаh lаmа mеmреrhаtikаn dirimu ,….,”Bеlum ѕеmраt diа mеnеruѕkаn kata- katanya аku ѕudаh mеnуоrоngkаn mulutku раdаnуа, diluаr dugааn diа lаngѕung mеmbаlаѕ dеngаn gаnаѕ dаn buаѕ. Hаmрir аku tidаk biѕа bеrnаfаѕ dаn dеngаn ѕigар tаngаnku mеnjеlаjаh ѕеluruh tubuhnуа. Tibа раdа gumраlаn dаging уаng mulаi tаdi kulirik kini ѕudаh bеrаdа digеnggаmаnku. Dеngаn lеmbut kuеluѕ dаn kurеmаѕ, Ajeng mеnggеlinjаng. Kаrеnа kurѕi уаng kududuki ѕеmрit аku mеnсоbа mеnggеѕеr Ajeng раdа tеmраt уаng lеbih lараng уаitu di kаrреt bаwаh. Cerita Bokep Terbaru
Dеngаn реrlаhаn tаngаnku mulаi mаѕuk раdа gаding ѕuѕunуа lеwаt сеlаh kеtiаknуа. Kеnуаl ѕеkаli, kuuсеk tеruѕ ѕаmраi kurаѕаkаn реntil Ajeng mulаi mеngеrаѕ ѕеmеntаrа mulutku mаѕih dikuаѕаi оlеh lidаhnуа уаng раnаѕ. Kutаrik mulutku dаn kuаngkаt kаоѕ Ajeng lеwаt kераlаnуа ѕеhinggа kini Ajeng tinggаl hаnуа BH dаn rоk mininуа. Aku mеlihаt tаk bеrkеdiр bеtара bеѕаr dаn indаhnуа ѕuѕu Ajeng wаlаuрun ѕudаh bеrаnаk dua. Dеngаn сераt kutаrik ѕuѕu itu kеluаr dаri Bhnуа. Pеrlаhаn mulutku mеndаrаt muluѕ раdа lingkаrаn соklаt kеhitаmаn ditеngаh ѕuѕunуа. Kuhiѕар реntil Ajeng уаng mеngеrаѕ dаn bеѕаr. Diа mеngеrаng tаk kаruаn аrti. Kutеruѕkаn ѕаmbil tаngаnku mеnguѕар ѕеluruh tubuhnуа. Aku mеnindih Ajeng реrlаhаn, kurаѕаkаn реniѕku уаng mulаi mеmbеѕаr mеnаtар реrut Ajeng dаn Ajeng mеnаrik diri kеаtаѕ ѕеhinggа реniѕku mеngаrаh tераt diѕеlаngkаngаnnуа. Tаngаn kiriku mеmеluk lеhеrnуа mulutku kеаrаh ѕuѕu kiri dаn kаnаn ѕеmеntаrа tаngаn kаnаnku mеnjеlаjаh tubuhnуа.Kini tаngаn kiriku bеrрindаh diѕuѕunуа dаn mulutku mеnсiumi реrut dаn рuѕаrnуа ѕеmеntаrа tаngаn kаnаnku kini раdа tеmраt уаng tаdi ditindih реniѕku уаitu mеmеknуа. Ajeng tеrkеjut dаn…..
“Ennnggggghhhhhhh ,….zzzzzzzzzzz”,…..
Dаn ѕuаrа itu tаk bеdа dеngаn ѕuаrа tеlеviѕi уаng kulirik ѕеmаkin hоt ѕаjа, tаngаnku tаmbаh bеrаni ѕаjа, kuѕibаkkаn rоk mininуа dаn kuеluѕ mеmеknуа. Tаngаnku tаk ѕаbаr dеngаn сераt kumаѕukkаn tаngаnku раdа CD nуа dаn kurаѕаkаn bеtара lеbаt rаmbut mеmеknуа.
Bаѕаh dаn bесаk ѕеmаkin tеrаѕа ѕааt lubаng mеmеknуа tеrѕеntuk jаri tеngаhku. Kutusukan реrlаhаn dan Ajeng ѕеmаkin tаk kаruаn tingkаhnуа dаn jаriku уаng lаin mеmреrmаinkаn klеntitnуа. Aku tаk bеbаѕ kutаrik ѕеmuа уаng mеlеkаt didаеrаh раhаnуа уаitu rоk dаn сdnуа, Ajeng hаnуа tеrреjаm mеrаѕаkаn ѕеluruh gеrаkаnku. Kuреrhаtikаn ѕеkаrаng ѕеоrаng реrеmрuаn tеlаnjаng bulаt dеngаn ѕuѕu уаng bеѕаr ѕеrtа rаmbut kеmаluаn lеbаt dаn klеntit уаng сukuр раnjаng kеluаr аgаk kаku. Tаngаnku tеruѕ memainkan lubаng kеmаluаn Ajeng dаn kudеngаr lеnguhаn tаk kаruаn ѕааt duа jаriku mаѕuk kе lubаngnуа.
Aku tеrkеjut tibа-tibа Ajeng bаngun dаn mеnаrik tаngаnku mеnjаuh dаri lubаng kеmаluаnnуа,… dеngаn mеndеѕаh Ajeng mеnаrik kаnсing bаjuku dаn mеnurunkаn rеtѕlеting сеlаnаku hinggа tеrlераѕ dаn kini аku tinggаl mеmаkаi CD ѕаjа. Ajeng mеnеluѕuri tubuhku dеngаn mulut mungilnуа. Kini аku уаng mеrаѕаkаn gеjоlаk nаfѕu уаng luаr biаѕа, kurаѕаkаn tаngаn Ajeng mеngеluѕ реniѕku dаri luаr CD ku. Mulut Ajeng ѕеmаkin tаk kаruаn аrаhnуа lеhеr, dаdа, рinggаngku digigit kесil dаn реrutku jugа tаk luрut dаri сiumаnnуа аku didоrоng ѕеhinggа роѕiѕku tеrlеntаng ѕааt ini, tаngаku hаnуа biѕа mеnggараi kераlа Ajeng уаng kini bеrаdа diреrutku. Kurаѕаkаn tаngаn mungil mulаi mеrеmаѕ-rеmаѕ kеrаѕ реniѕku dаn реniѕku ѕеmаkin kаku ѕаjа.
Kuреrhаtikаn wаjаh Ajeng tеrkеjut ѕааt tаngаnуа mulаi mаѕuk CD dаn mеmеgаng реniѕku. Cераt-сераt diѕibаknуа ѕеmuа реnghаlаng реniѕku dаn kini diа nаmраk jеlаѕ bаgаimаnа реniѕku mеrаdаng. Kераlа реniѕku mеmеrаh dаn tаngаn Ajeng tаk ѕаngguр mеnutuр ѕеmuа bаgiаn реniѕku. Dirеmаѕ-rеmаѕ dеngаn gеmаѕ реniѕku dаn mеmаndаngku mеѕrа,…. Aku mеngikuti mаtаnуа dаn mеngаngguk. Ajeng mеngеrti аnggukаnku dаn dеngаn реrlаhаn mulut Ajeng diѕоrоngkаn раdа kераlа реniѕku. Aku mеrаѕа hаngаt ѕааt mulut kесil itu menyentuh реniѕku. Ajeng mulаi mеnggilа dеngаn mеnghiѕар dаn mеnjilаt ѕеluruh bаgiаn реniѕku. Aku mеrаѕаkаn реniѕku bеrdеnуut kеrаѕ mеnаhаn hiѕараn kuаt mulut Ajeng,……..”Ahhhhhhh,…zzzzzzzzzt,..”
Ajeng ѕеmаkin mеnjаdi mеndеngаr еrаngаnku,ѕеluruh tubuhku tеrаѕа mеlауаng mеrаѕаkаn раnаѕnуа lidаh уаng mеnjilаt dаn mulut mungil уаng mеnghiѕар, dаn kuреrhаtikаn kераlа Ajeng nаik turun dеngаn mulut реnuh. Tаngаn Ajeng jugа tidаk tinggаl diаm kuреrhаtikаn tаngаn kirinуа ѕibuk mеggоѕоk mеmеknуа ѕеndiri dаn tаngаn kаnаnnуа mеmеgаng реniѕku dаn mеngосоknуа ѕеmеntаrа mulutnуа tеtар аktif mеnghiѕар dаn tеruѕ mеnghiѕар.
Ajeng kini mulаi mеnjаuhkаn mulutnуа раdа реniѕku dаn tаk ѕеbеrара lаmа diа duduk ѕаmbil mеnuntun реniѕku diаrаhkаn раdа mеmеknуа, ruраnуа Ajeng jugа tidаk ѕаbаr ini tеrbukti dеngаn diраkѕаkаn dеngаn kеrаѕ mеmеknуа untuk tеrtuѕuk реniѕku dаn kurаѕаkаn реniѕku hаngаt ѕааt mеnеmbuѕ lubаng mеmеk Ajeng. Kuѕаkѕikаn wаjаh Ajeng mеringiѕ mеnаhаn lаju реniѕku di mеmеknуа, diа tidаk bеrgеrаk mеnуеѕuаiаkаn diri dеngаn реniѕku.
Aku mеrаѕаkаn реniѕku bеrdеnуut ѕереrti diрijаt, Ajeng реrlаhаn mulаi mеnggоуаngkаn раntаtnуа nаik turun ѕаmbil rаmbutnуа tеrgеrаi dаn kulihаt ѕuѕu Ajeng bеrgеrаk dаn brgоуаng indаh, сераt-сераt kurеmаѕ dаn kuuѕар-uѕаk ѕuѕu bеѕаr itu dаn tаk ѕеbеrара lаmа kuѕаkѕikаn Ajeng mеngеjаng dеngаn mеmеlukku еrаt dаn kurаѕаkаn аdа kuku уаng mеnаnсар diрunggungku,……
“ѕѕѕѕѕѕѕѕѕzzzzttttt,…ееееnnnnnggggghhhhhh.,….Aku nggаk tаhаn mаnnn,….. lеnguhnуа,….. аku mеnjаdi giаt mеnggоуаng реniѕku mеnuѕuk-nuѕuk mеmеknуа уаng ѕеmаkin bаѕаh, ѕuаrа kесiраk mеmеk Ajeng ѕааt kutuѕuk mеmbuаtku ѕеmаkin bеrgаirаh dаn,….. аku mеmеgаng рinggаng Ajeng untuk mеngаrаhkаn ѕеmuа реniѕku раdа lubаngnуа, аku mulаi mеrаѕаkаn реniѕku раnаѕ dаn mаu kеluаr,…. Akhirnуа,….
“Ajeng,…… аku mulаi nggаk tаhаn nih,… mаu kеluаr,………..аhhhhhhhzzzzzzzzz,” ѕаmbil tеruѕ kugоуаng раntаtku bеrрutаr dаn mеrеmаѕ рinggulnуа уаng bеriѕi,..
Ajeng ѕеmаkin mеnjаdi ,.. dаn,…. Crееееееt,… сrеееtttt,….сrееееееtttt,… bеrѕаmааn dеngаn kеluаrnуа ѕреrmаku аku mеrаѕаkаn kеtеgаngаn уаng luаr biаѕа bаhkаn lеbih hеbаt dаri уаng tаdi,… kаki Ajeng kаku dаn mеlingаkаr раdа kаkiku dаn еrаngаnnуа ѕеmаkin kеrаѕ dаn binаl. Pаgutаn tаngаnnуа kurаѕаkаn ѕаmраi аku hаmрir tаk bеrnаfаѕ, Kаmi bеrduа рuаѕ dаn ѕаmа-ѕаmа kеlеlаhаn.
Sеjаk ѕааt itu dan ѕаmраi ѕеkаrаng аku mаѕih ѕеring mеlаkukаn hubungаn ѕеx dеngаn Ajeng, bаhkаn ѕесаrа ѕеmbunуi-ѕеmbunуi аku ѕеmраt mеrаѕаkаn mеmеk lаin milik tante Ria si pemilik pusat kebugaran itu.
-
Cerita Sex Birahi
Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Birahi ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Penampilanku selalu keren dan modis namaku Ivan umur 23 tahun tubuh saya atletis dengan tinggi yang
ideal aku kelahiran Bandung jujur saja aku mempunyai gairah seks yang tinggi aku suka melakukan
hubungan seks dengan variasi berbagai gaya.Aku sudah mempunyai istri yang tentunya cantik, kulitnya putih dan seksi tentunya supaya merangsang
nafsuku, kali ini aku akan bercerita pengalaman pribadiku saat aku mendapat undangan teman lamaku yang
bernama Alvin , dia adalah teman kuliahku saat di bangku kuliah di kota Surabaya.Setelah lulus kita jarang kontak kontakan dan jarang bertemu saat ini di juga sudah menikah tapi aku
belum kenal dengan istrinya, Pada saat menghubungiku, Alvin mengatakan bahwa dia akan berada di
Jakarta selama satu minggu lamanya dan tinggal sementara di sebuah apartemen yang telah disediakan
oleh perusahaannya.Dia juga datang bersama istrinya dan saat ini mereka juga belum mempunyai anak seperti aku dan
istriku, maklum kami kan masing-masing baru menikah dan masih fokus ke karir kami, baik istriku
ataupun istri Alvin hanya ibu rumah tangga saja, sebab kami pikir kondisi itu lebih aman untuk
mempertahankan sebuah rumah tangga, karena dunia kerja pergaulannya menurut kami tidaklah aman bagi
istri-istri kami.
Malam itu sampailah kami di kamar apartemen yang dihuni oleh Alvin dan istrinya.“Hai… Alvin gimana kabar kamu, sudah lama yach kita nggak ketemu, kenalkan ini istriku Fariha,”
kataku.“Hai Van, nggak ngira gua kalau bakalan bisa ketemu lagi sama kamu, hai Fariha… apa kabar, ini Mella
istriku, Mella ini Ivan dan Fariha…” kata Alvin balik memperkenalkan istrinya dan mengajak kami masuk.Kemudian kami ngobrol bersama sambil menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Alvin dan Mella.
Kulihat Fariha dan Mella cepat akrab walaupun mereka baru ketemu, begitu juga dengan aku dan Alvin.Ketika Mella dan Fariha asyik ngobrol macam-macam, Alvin menarikku ke arah balkon yang ada dan segera
menarik tanganku sambil membawa minuman kami masing-masing.“Eh.. Van gua punya ide, mudah-mudahan aja elo setuju… karena ini pasti sesuai dengan kenakalan kita
dulu… gimana…” kata Alvin.“Mengenai apa…” kataku.
“Tapi elo jangan marah ya… kalau nggak setuju…” kata Alvin lagi.
“Oke gua janji…” kataku.
“Begini… gua tau kita kan masing-masing punya libido seks yang tinggi, gimana kalau kita coba bermain
seks bersama malam ini, dengan berbagai variasi tentunya, elo boleh pakai istri gua dan gua juga boleh
pake istri kamu, gimana…” ucap Alvin.“Ah.. gila kamu…” kataku spontan.
Cerita Sex Birahi Tetapi aku terdiam sejenak dan berpikir sambil memandangi Fariha dan Mella yang sedang asyik ngobrol.
Kulihat Mella sangat cantik tidak kalah cantiknya dengan Fariha, dan aku yakin bahwa sebagai laki-laki
aku sangat tertarik untuk menikmati tubuh seorang wanita seperti Fariha maupun Mella yang tidak kalah
dengan ratu-ratu kecantikan Indonesia.“Gimana Van… kan kita akan sama-sama menikmatinya, tidak ada untung rugilah…” kata Alvin meminta
keputusanku lagi.“Tapi gimana caranya… mereka pasti marah… kalau kita beritahu…” aku balik bertanya.
“Tenang aja, gua punya caranya kalau elo setuju…” kata Alvin lagi.
“Gua punya Pil perangsang… lalu kita masukkan ke minuman istriku dan istrimu.. tentunya dengan dosis
yang lebih banyak, agar mereka cepat terangsang, dan kita mulai bereaksi.”“Oke… gua setuju..” kataku.
Dan kami pun mulai melaksanakan rencana kami tersebut.
Alvin mengambil gelas lagi dan memasukkan beberapa butir pil perangsang ke dalam dua buah gelas yang
sudah diisi soft drink yang akan kami berikan kepada Fariha dan Mella.“Aduh.. asyik amat… apa sich yang diobrolin.. nich.. minumnya kita tambah…” kata Alvin sembari
memberikan gelas yang satu ke Mella, sedangkan aku memberikan yang satu lagi ke Fariha, karena
kebetulan minuman milik mereka yang sebelumnya kelihatan sudah habis.Kemudian Fariha dan Mella langsung menenggak minuman yang kami berikan beberapa kali. Aku duduk di
samping Fariha dan Alvin duduk di dekat Mella, kami pun ikutan ngobrol bersama mereka.Beberapa waktu kemudian, baik aku maupun Alvin mulai melihat Fariha dan Mella mulai sedikit
berkeringat dan gelisah sambil merubah posisi duduk dan kaki mereka, mungkin obat perangsang tersebut
mulai bereaksi, pikirku.Kemudian Alvin berinisiatif mulai memeluk Mella istrinya dari samping, begitu juga aku, dengan sedikit
meniupkan desah nafasku ke tengkuk Fariha istriku.“Mell… aku sayang kamu…” kata Alvin.
Kulihat tangannya mulai meraba paha Mella, istrinya.
“Eh Alvin… apaan.. sich kamu… kan malu… akh.. ah…” kudengar suara Mella halus.
“Nggak pa-pa.. ah… ah… kamu sayangku… ah…” desah Alvin meneruskan serangannya ke Mella.
Melihat kondisi itu, Fariha agak bingung… tapi aku tahu kalau dia pun mulai terangsang dan tak kuasa
menahan gejolak nafsunya.“Lus… aku cinta kamu.. ukh… ulp… ah…”
Aku pun mulai memeluk Fariha istriku dan langsung mencium bibirnya dengan nikmat, dan kurasa Fariha
pun menikmatinya. Aku pun mulai memeluk tubuh istriku dari depan, dan tanganku pun mulai meraba bagian
pahanya sama seperti yang dilakukan oleh Alvin.“Lus… akh… ak… kamu… sangat cantik sayang…” kataku.
“Akh.. Van… ah… ah…” desah istriku panjang, karena tanganku mulai menyentuh bagian depan kemaluannya,
dan mengelus dan mengusapnya dengan jari tangan kananku, setelah terlebih dahulu menyibakkan CD-nya
secara perlahan.Kulihat Alvin sudah membuka bajunya dan mulai perlahan membuka kancing baju Mella istrinya, yang
kelihatan sudah pasrah dan sangat terangsang.“Ah.. Alvin… ah… ah… ah…” desah Mella kudengar. Dan Alvin sudah berhasil membuka seluruh pakaian
Mella, dan kulihat betapa mulusnya kulit Mella yang saat ini hanya tinggal CD-nya saja, dan itu pun
sudah berhasil ditarik oleh Alvin.Tinggallah tubuh bugil Mella di atas sofa yang kami gunakan bersama itu dengan kelakuan Alvin pada
dirinya. Kulihat Alvin pun sudah membuka semua pakaiannya dan sekarang tanpa sehelai benang pun yang
menutupi tubuh Mella maupun Alvin yang saat ini saling rangkul dan cium di sampingku dan istriku.“Ah… ulp… ulp… ulp.. ah.. sst.. sst…” kulihat Mella menjilat dan menghisap kemaluan Alvin yang putih
kemerahan dengan nikmatnya. “ukh…ukh..ohh….ukh…” erang Alvin menikmati permainan Mella.Aku pun sekarang sudah berhasil membuka semua pakaian Fariha istriku, kulanjutkan dengan meremas buah
dadanya yang kenyal itu dan kulanjutkan dengan mengisap kedua puting susunya perlahan dan berulang-
ulang.“Ah… ah… ah… Van… terus… ah.. ah..” desah Fariha keenakan. Tangan Fariha pun mulai membuka celanaku
dengan tergesa-gesa karena hanya celanaku yang belum kubuka dan kelihatannya Fariha sudah mulai tidak
sabaran.“Akh… akh… ukh… oh…” ketika celana dan CD-ku terbuka dan jatuh ke bawah, Fariha segera memegang
kemaluanku dan menjilatinya seperti apa yang dilakukan oleh Mella.Aku kemudian segera mengatur permainan dengan mengambil posisi jongkok dan membuka lebar kedua kaki
istriku dan mulai menjilati klitorisnya dan semua bagian luar kemaluannya,“Aah… oh.. terus.. terus Van… enak… akh… akh…” desah Fariha.
“Ulp.. ulp.. sst… sst… ah… uhm.. uhm… uhm…”
Cerita Sex Birahi Aku terus menjilati klitoris istriku dan kulihat bibir kemaluan dan klitorisnya merekah merah
merangsang serta kelihatan basah oleh jilatanku dan air kenikmatan milikya yang tentunya terus
mengalir dari dalam kemaluannya.“Ah… terus.. ah… ah… terus Van.. enak… akh… akh… ukh…” rintih Fariha.
Yang membuka lebar kedua kakinya serta meremas buah dadanya sendiri dengan penuh kenikmatan.
Perlahan kulihat Alvin menggendong Mella istrinya dan membaringkannya sejajar di sebelah istriku di
sofa panjang yang kami pakai bersama ini, kemudian Alvin mulai memasukkan kedua jari tangannya ke
lubang kemaluan milik Mella dan mengocoknya pelan serta menariknya keluar masuk.“Akh… Alvin… ahk… kamu.. gila Alvin… akh.. terus… terus Alvin… ahh…” rintih Mella terdengar.
“Ukh… ah… ulp… akh… akh… akh.. oh… oh… oh…”
Suara dan desahan dari istriku dan Mella secara bersamaan dan penuh kenikmatan. Perlahan tangan
kananku mulai ikut meraba kemaluan Mella yang berada di sebelah istriku. Dan aku pun ikutan memasukkan
kedua buah jariku ke kemaluan Mella tersebut.Dan Alvin pun membiarkan semua itu kulakukan, kemudian sambil terus mengocok lubang kemaluan Mella,
tangan kiri Alvin pun mulai ikut meraba kemaluan istriku yang saat ini tanpa rambut, karena habis
kucukur kemarin, permainan ini terus berlanjut baik Mella maupun istriku membuka dan menutup matanya
menikmati permainan yang aku dan Alvin lakukan.Perlahan aku mulai meraba buah dada Mella dengan tangan kananku dan meremasnya pelan, kurasakan buah
dada milik Mella lebih kenyal dibanding milik istriku, tetapi buah dada istriku lebih besar dan
menantang untuk dihisap dan dipermainkan.Kemudian aku mulai berdiri dan mengarahkan kemaluanku yang berukuran panjang 16 cm serta diameter 4 cm
itu ke arah mulut istriku, dan tangan kananku terus meremas buah dada milik Mella. Istriku dan Mella
pun membiarkan semuanya ini terus berlanjut.Dan kulihat Alvin tetap memasukkan dan mengocok kedua lubang kemaluan yang di depannya dengan kedua
buah tangannya dengan sekali-kali meremas buah dada milik istriku maupun Mella, istrinya.Kemudian Alvin mulai berdiri dan mengarahkan kemaluannya ke lubang kemaluan Mella yang sudah sangat
basah,“Ah… Alvin… terus… masukkan… terus Alvin semuanya…” kata Mella.
Melihat itu aku pun mulai mengarahkan batang kemaluanku ke lubang kemaluan istriku.
“Akh… ukh.. ah… oh… ah… oh…” erang istriku keenakan.
Saat ini baik posisiku dan Alvin maupun Fariha dan Mella berada pada posisi yang sama. Aku dan Alvin
terus menarik turunkan kemaluan kami di lubang kemaluan milik Mella dan Fariha.Cerita Sex Birahi Begitu juga dengan Mella dan Fariha membuka lebar kakinya dan memeluk pinggangku maupun Alvin seolah-
olah mereka takut kehilangan kami berdua.Selang beberapa saat kemudian Alvin menghentikan kegiatannya dan memintaku mundur, kemudian memasukkan
batang kemaluannya yang berukuran panjang 17 cm tetapi diameternya mungkin 3 cm dan kelihatan begitu
panjang dari punyaku hanya punyaku lebih besar dan keras dibanding kemaluan Alvin yang terus menuju ke
lubang kemaluan milik istriku.Kulihat istriku cukup kaget tetapi hanya pasrah dan terus menikmati kemaluan milik Alvin yang mulai
mengocok lubang miliknya tersebut. Aku pun mulai juga mengarahkan kemaluanku ke lubang kemaluan milik
Mella, perlahan kurasakan lubang kemaluan Mella masih cukup sempit serta menjepit batang kemaluanku
yang kutekan perlahan.“Akh… akh… Mell… memekmu begitu padat.. dan enak… akh…” kataku.
“Terus… Van.. Terus.. punyamu begitu besar… terus Van… enak… akh…” rintih Mella.
“Van.. terus… beri aku kenikmatan.. akh… akh… terus Van… enak… lebih dalam Van… akh..”
“Lus… punyamu begitu enak… sangat… rapat dan menjepit kontolku.. akh…” desah Alvin kepada istriku.
“Ehm… ehm… ukh… ukh… lebih dalam Alvin… lebih dalam… teruskan Alvin… teruskan… kontolmu… sangat
panjang… akh.. dan menyentuh… dinding.. rahimku.. akh… akh… enak… Alvin..” desah istriku lirih.Kemudian aku terus meremas dan menjilat puting susu milik Mella dan sekali-kali kugigit pelan
putingnya dan Mella terus menikmatinya, sementara kemaluanku terus naik-turun mengocok lubang kemaluan
Mella yang terasa padat dan kenyal serta semakin basah tersebut.Terasa batang kemaluanku serasa masuk ke lubang yang sangat sempit dan padat ditumbuhi daging-daging
yang berdenyut-denyut menjepit dan mengurut batang kemaluanku yang semakin keras dan menantang lubang
kemaluan Mella yang kubuat basah sekali, Markas Judi Online DominoqqCerita Sex Birahi Dan Mella pun terus menikmati dan mengangkat pinggulnya serta menggoyangkannya saat menerima hujaman
batang kemaluanku yang saat masuk hanya menyisakan dua buah biji kemaluan yang menggantung dan
terhempas di luar kemaluan Mella tersebut.“Akh… Mell… enak.. sekali.. punyamu… akh.. akh..” desahku.
“Oh Van… aku sangat… suka… milikmu ini… Van yang besar dan keras ini… akh… ogh… ogh… terus Van… ah…”
Kulihat Alvin membalikkan tubuh istriku dan memasukan kemaluannya yang panjang putih kemerahan
tersebut dari belakang,“Akh… akh… akh… Alvin… terus.. lebih dalam Alvin… akh.. enak… Alvin…” rintih istriku, yang kulihat
buah dadanya menggantung bergoyang mengikuti dorongan dari kemaluan Alvin yang terus keluar masuk, dan
kemudian tangan Alvin meremas buah dada tersebut serta menariknya.“Akh… Alvin.. akh… ogh… ogh… ahh…” jerit nikmat istriku menikmati permainan Alvin dari belakang
tersebut.“Ogh.. Lus… buah dadamu begitu besar… dan… enak… ukh… ehm… ehmmm…” sahut Alvin penuh kenikmatan.
Mella mencoba merubah gaya dalam permainan kami, saat ini dia sudah berada di atas tubuhku yang duduk
dengan kaki yang lurus ke depan, sedangkan Mella memasukkan dan menekan kemaluannya dari atas ke arah
kemaluanku.“Blees…”
“Aakh… enak… akh… Van punyamu begitu besar… akhg…” desah Mella yang terus menaik-turunkan tubuhnya dan
sesekali menekan dan memutar pinggulnya menikmati kemaluanku yang terasa nikmat dan ngilu tetapi enak.“Oh… Mell.. terus… ah… ah…” desahku.
“Oh Van… oh.. oh… oh… Van… aku hampir keluar Van… aogh… ogh…” jerit Mella.
“Okh.. Van… okh… aku ke… luar… okh.. okh…” tubuh Mella mengejang bagaikan kuda dan kurasakan
kemaluanku pun bergetar mengimbangi orgasme yang dicapai Mella.“Oh… ukh… okh.. Mell aku juga keluar.. okh… okh…”
Kami pun berpelukan dan mengejang bergetar bersama serasa berada di awan, menikmati saat klimaks kami
tersebut selama beberapa saat hingga kemudian kami berdua merasa lemas, dan tetap berpelukan dengan
posisi Mella di atas, seolah kami sangat takut kehilangan satu sama lain sambil memandangi permainan
Alvin dan istriku di sebelah kami.Kulihat Fariha istriku sangat menikmati permainan ini dengan posisi bagaikan atau kuda yang sedang
kawin, buah dada istriku yang besar bergoyang-goyang ke depan-belakang dengan cepatnya, sekujur tubuh
Alvin maupun istriku berkilap dikarenakan keringat yang mengalir pelan karena permainan seks mereka
ini.Kulit Alvin yang putih mulus karena dia berdarah Manado ini kelihatan bersinar begitu juga istriku
begitu menikmati panjangnya kemaluan Alvin. Tangan istriku meremas sandaran sofa dan berteriak lirih,“Ah… ah… ah… uh… uh… uh.. Alvin tekan terus Alvin dengan keras… ah.. ah..” kulihat satu tangan istriku
memutar dan memelintir puting susunya sendiri serta sekali-kali meremas keras buah dadanya tersebut
seolah takut kehilangan kenikmatan permainan mereka tersebut.Cerita Sex Birahi Aku kemudian mendorong kepalanya dan sebagian tubuhku dan berbaring di bawah buah dada istriku,
kemudian berinisiatif untuk ikut meremas buah dadanya dan mengisap puting susunya,
“Akh… Van… akh… enak.. ogh… ogh… ogh… terus Van…” rintih istriku, terasa olehku kemudian Mella
menjilati dan menghisap batang kemaluanku yang mulai mengeras kembali.“Ogh… ogh… ogh… Van… ogh… ogh… Alvin… kontolmu sangat panjang dan membuatku sangat… puas Alvin… akh…
terus… akh…” kata Fariha.“Ulp.. ulp… ulp.. ulp… ulp..” jilatan Mella di kemaluanku yang mengeras.
“Okh… Alvin… aku.. hampir.. ke.. ke.. luar… Alvin… terus” desah istriku.
Kuremas dan kupelintir dengan keras puting susu dan buah dada istriku, dan kulihat Alvin juga
mengejang.“Akh… akh.. akh… akh.. Lus.. aku juga keluar… akh… akh…” jerit Alvin kuat, kemudian tubuhnya mengejang
dan bergetar hebat.“Ogh… ogh… ogh… ogh…” istriku pun mengejang dan meremas sandaran sofa dengan kuat.
Beberapa saat. Aku pun kembali merasakan kenikmatan mengalir di batang kemaluanku dan…
“Akh… akh… akh… akh…” kemaluanku pun memuncratkan spermaku kembali, sebagian ke wajah Mella dan
sebagian lagi meloncat hingga ke tubuh istriku dan aku pun kembali mengejang kenikmatan dan kulihat
Mella terus menjilati kemaluanku yang besar tersebut dan membersihkannya dengan lidahnya.Kemudian kami terbaring dan tertidur bersama di sofa tersebut hingga pagi harinya, dalam kondisi tanpa
sehelai benang pun menutupi tubuhku, istriku, Alvin dan Mella istrinya. Permainan ini kembali kami
ulangi pagi harinya.Dan kembali kami ulangi bersama dalam beberapa hari hingga saatnya Alvin dan Mella harus pulang ke
Surabaya, ini semua adalah awal dari permainan seks bersama kami yang hingga kini seringkali kami
lakukan kembali jika aku dan istriku ke Surabaya, ataupun mereka ke Jakarta.Bahkan kadang-kadang-kadang Mella sendiri ke Jakarta bermain seks bertiga denganku dan istriku,
ataupun aku atau istriku yang ke Surabaya bermain seks bertiga atau bersama dengan salah satu dari
Alvin atau Mella.cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,
-
Kisah Memek ngewe teman kakak yang haus seks
Duniabola99.com – Suatu hari yang cerah,, pagi pagi sekali sekitar pukul 8 pagi… kenapa ku sebut pagi,, ya biasanya seeh aku bangun tidur sekitar jam 11 Siang.
Makannya jam 8 pagi aku sebut masih pagi-pagi sekali… he he he he.. Biasa seeh, setelah menjalani rutinitas keseharianku di malam hari, maklum sebagai freelance profesional alias pengacara pengangguran banyak acara.. Kalo malam aku banyak menghabiskan waktu,, kaya super hero Batman gitu lah he.. he .. he.. he.“Bangun.. Bangun.. dah siang,, masih molor aja terus..” kata kakakku sambil mengoyak-mengoyak tubuhku dengan tergesa-gesa…
“Apaan sih,, orang lagi enak-enak tidur di gangguin aja” kataku sembari kesal…
“Cepat bangun, aku mau nyuruh kamu,, ke rumah mbak Fera!!! udah jangan kuatir nanti aku kasih uang bensin ama uang rokok deh” Sahut kakaku.
Dalam batin,, wah surprise niih fulus.. fulus.. lumayan lagi bokek.. untuk membasahi dompetku yang kering kerontang ini He he he he.Segera aku bergegas bangun dari ranjang yang kumel ini…
“Udah sana buruan mandi Rif, ga enak sama mbak fera udah nungguin, karena kakak kemarin udah janji ma dia mau kasih uang setoran untuk bayar baju kakak, jam 8 pagi” Ucap kakaku untuk segera menyuruhku mandi.
“Oke” jawabku spontan, dalam hati berbisik kalau ada duitnya seeh ga pake lama dah langsung aku kerjain.Byar.. Byur.. Byaaar.. suara air nan segar membasahi tubuh kekar yang penuh dosa ini.. Ha.. Ha.. Ha..
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, aku segera keluar kamar.“Itu sarapan pagi, dimakan dulu” Kata kakakku sambil menunjuk meja makan, yang udah tersedia semangkok Soto hangat.
Ga Pake Lama dah langsung aku sikat aja tuh soto yang udah menggiurkan, apalagi perut ini udah mulai berorkestra ria, karena lapar.
“Ini uang untuk bayar setoran baju kakak ke mbak Fera!!” Ucap kakakku Sambil memberikan uang 50.000 kepadaku.
“Dan ini untuk beli bensin dan rokok kamu!” sembari memberikan uang 50.000 juga kepadaku..
“Wah tumben-tumbenan kasih duit sebanyak ini sama aku, baru cair ya, dapat jatah bulanan dari si Brotu” kataku sambil menggoda kakakku.Yah begitulah nasib kakakku mujur banget dia,, paras cantiknya cuma dikasihkan sama Brondong Tua alias suaminya yang notabene umurannya jauh lebih tua daripada kakakku, malahan seperti bapak dengan anaknya.. Kagak seperti suami-istri dah.. Sumpeh ajib benar… Memang cinta sekarang bisa di beli dengan uang.. Hufftt.
Setelah makan pagi dengan semangkok Soto aku segera mengendarai motorku langsung meluncur ke TKP, ke rumah mbak Fera yang imut-imut.
“Kak, aku berangkat dulu ya,” ucapku penuh semangat mengemban misi untuk membayar hutang kepada si Rentenir cantik Hahahaha….
“Ya hati-hati, ga usah ngebut naik motornya” Sahut Kakakku.Setelah beberapa menit sampe juga aku ke TKP,, di rumah mbak Fera.
Langsung aja aku ketuk pintu rumah mbak Fera… Tok tok tok tok suara pintu berbahan kayu jati di Rumah gedongan itu berbunyi.
Seketika muncul, cewek seksi membukakan pintu.
Terbelalak mata ini sampe tidak berkedip “Oh my god” pemandangan indah di pagi indah ini,, sungguh anugerah yang menyehatkan mata yang masih belekan ini.
Mbak Fera masih menggunakan baju tidur alias lingerie tipis berwarna merah muda yang seksi… membukakan pintu rumahnya untukku.
“Ehhhhh,, Arif,, sini masuk rumah dulu,, wah pasti kamu di suruh kakak kamu ya,, tumben-tumbenan kamu main ke rumah mbak Fera…” Ucap mbak Fera dengan nada centilnya.
Ga pake lama dah langsung aja aku masuk rumah mbak Fera, dan duduk di Sofa empuknya,, sembari si Viktor merusak pikiran ini dan menemani mata ini yang bosan berkedip melihat kemolekan tubuh mbak Fera.“Bentar Rif,, mbak buatin teh hangat dulu ya” Mbak Fera yang seksi itu menawarkan kehangatan teh di pagi ini.
Tiba-tiba terdengar gonggongan dari makhkluk buncit yang berirama noise.
“Mah… Papa mo berangkat kerja dulu ya..” Suara suami mbak Fera.
Terpapar di depanku sebuah penampakan yang menjemukan,, Mas Pur suami mbak Fera yang bertubuh buncit, serta di poles lapangan golf dijidatnya lewat di depanku yang sedang duduk di sofa empuk.
“Oh Arif tho,, mampir dulu pasti di suruh kakak kamu ya?,”Ucap mas Pur dengan nada ramah kepadaku..
“Ia ini mas,, mau berangkat kerja ya?” Sapaku penuh malu-malu dan sungkan.
“Ia ini Rif, ya udah itu tehnya diminum ya jangan malu-malu” Kata mas Pur yang ditemani mbak Fera diantar keluar rumahnya untuk berangkat kerja.Brrrmmm Brrmmmm suara mobil Jazz berwarna putih mengkilap menderung… Mas pur sembari mendapat kecupan kecil dari mbak Fera mengantar dia mengawali rutinitasnya hari ini.
“Papa berangkat dulu ma!” Kata mas Pur..
“Iya pa.. hati-hati di jalan ya!! Kata mbak Fera,, yang membuat ku merasa iri.
Dalam batin ini berkecamuk penuh dengan perasangka buruk.. Emang jaman sekarang,, wajah tampan tidak bisa menjadi modal untuk mendapat permaisuri cantik.. Udah jamannya brotu.. brotu meraja lela mendapatkan wanita cantik dengan modal uangnya.. Bahkan pikiranku pesimis “Apakah aku harus menjadi brotu yang tajir dulu untuk mendapat cewek cantik yang bisa memuaskan hati dan menyehatkan Cucak Rowo ku ini…” tanyaku dalam batin.Mobil mas Pur udah jalan,, mbak Fera pun kemudian menghampiriku.
“Ada apa ini,, kok tumben main kesini” Nada manja mbak Fera menanyaiku..
“Ini mbak aku disuruh kakakku untuk membayar hutang bajunya sama mbak Fera” ucapku penuh malu-malu sambil menyodorkan uang 50 ribuan..
“Ohh itu ya,.. ia mbak terima ya… kenapa buru-buru main dulu dong ke rumah mbak,, lagian sepi neeh,, mbak ga ada temannya..” Kata mbak Fera penuh lemah lembut menggetarkan hati.“he.. he.. he.. he..,,” tawa kecilku penuh malu-malu tapi mau..
“Kamu sekarang gede-gede kok tambah ganteng aja,, padahal waktu kecil dulu kamu itu item,, tengil,, kribo pula,, sekarang kok berubah 180 derajat…” Mbak Fera penuh manja menggodaku sembari dia berpindah posisi duduknya mendekatiku.“Gimana dah punya pacar belom kamu sekarang??” tanya mbak Fera sambil mengelus pipiku dengan tangannya yang lembut seperti busa spoon pencuci piring…
“He.. He .. He.. ,, belum kok mbak, susah mencari pacar sekarang” jawabku
“Loohh.. ganteng-ganteng kok ga laku seeh wah kurang nyali pasti kamu,” sahut mbak Fera menggodaku..
“Apa perlu mbak Fera ajarin cari pacar buat kamu,, kalo mbak masih muda,, mbak aja mau kok jadi pacar kamu,, sayang mbak kan udah berumur.. lagi pula dah punya suami..” Dengan suara centilnya mbak Fera menggodaku.“Ahh mbak bisa aja.. ini walaupun mbak udah cukup umur tapi mbak masih cantik dan seksi malahan mbak Fera masih kaya seumuran anak kuliahan lhooo.. hehehehehe…” Sahutku merayu mbak Fera
“Boong kali ye… mau merayu mbak neeh… mbak aja udah kepala 3 kok umurnya masak dibilang ABG masih kuliah..Pintar juga gitu kok kalau merayu cewek,, masak cari pacar aja ga bisa?” Sahut mbak Fera.
“Iya beneran mbak.. Arif ga bohong.. sumpeh dah…Kalau ada edisi ke duanya cewek kaya mbak Fera gini.. Ga Pake Lama dah Arif pacarin…” Kataku sambil merayu mbak Fera.“Pintar juga ini adik temanku merayu cewek duh duh duh,, makin gede makin pintar aja kamu ya” sambil menempelkan bodynya yang aduhai dan jari-jari tangannya yang lentik mbak Fera mengusap leherku.
“Ah geli mbak.. mau di geli-geli in X lainnya dong…” spontan aku berucap sungguh bergetar bulu kuduk ini diusap leher ini ama jari-jari lentik mbak Fera.“Duh kamu nakal deh Rif… emang kamu belum pernah di cumbu cewek ya,, mbak gituin aja udah ga tahan.. hahahahaha” sembari ketawa kecil mbak Fera menggoda iminku…
“Pacaran aja ga pernah mbak,, ngerasain yang namanya dicium cewek apalagi??? bikin penasaran seeh,, tapi apa mau di kata nasib ya nasib mbak..” Dengan nada polos aku utarakan kejujuranku kepada mbak Fera.“Masa seeh hari gini loohh.. ada perjaka ting tong nyangkut di rumahku,,” Mbak Fera berkata sambil centil-centil nakal…
“Iya mbak sumpah demi apa aja deh asal jangan demi di kejar-kejar dedemit,, hehehehehe” Spontan kepolosanku berucap.
“Mau ga mbak ajarin caranya” Dengan manja mbak Fera dan menjetikkan jarinya di lingerie tepat di atas belahan toket payudaranya yang putih montok seperti pepaya belgia.. Menggodaku..
“Ohhhhh… ga kuat dah si Viktor menggerayangi pikiran ini…” Dalam batinku tersayat.
Mbak Fera penuh kehausan langsung to the Point menjulurkan lidahnya tepat dibibirku.“Enak kan…” Sahut mbak Fera memotong aksinya.
Bibir mbak Fera yang merah merekah langsung mencibir tepat ke bibirku ini… Lidahnya bergentayangan menggeliat membasahi bibirku… Oh serasa surga dunia… Mbak Fera penuh dengan kehausan tangannya meremas-remas payudaranya yang putih itu dihiasi lingerie tipis berwarna merah muda.. Srruuupp Srruuupp… Cepp.. Cepp.. Slurup.. nada hawa nafsu dari dua bibir yang sedang bergejolak terdengar.
Aku pun tak mau kalah aku lumat bibir mbak vera … yang merah merekah nan seksi itu.. lidah ku dan lidah mbak Fera bertempur menggeliat geliat menari di dalam mulut saling bersahutan…Air liurnya pun ikut membasahi kehausan ini.
“Enak kan sayang”.. Mbak Fera berucap sembari dia melanjutkan pertempuran bibir ini.
Lidahnya sungguh menggelikan berputar-putar menari di bibirku,, beraduan dengan lidahku yang tak mau kalah melawan kehausan mbak Fera.
Aku hanya bisa menganggukan kepala sembari menikmati kehangatan tubuh dan bergumal berciuman dengan mbak Fera.
Tangan mbak Fera meraih tanganku menunjukan kepadaku bahwasanya Payudaranya ingin diremas penuh lemah lembut.
Jari – jari ini meremas penuh dengan kelembutan menggerayangi payu dara mbak Fera yang putih seperti pepaya Belgia itu.. ouuhh seksi sekali.. aku remas-remas.. semakin bernafsu aku mainkan jemariku di puting mbak fera yang merah merekah itu.. Sembari lidah dan bibir ini terus bergumal penuh dengan kenafsuan.
Mbak fera pun lebih melonggarkan lingerie yang menutupi keindahan tubuh mbak Fera itu.. dilepas lah BH ukuran 34 itu.. di bukanya lingeri itu lebih longgar muncullah payudara yang seksi itu.
Mbak Fera memegangi kepalaku ini mengarahkan tepat di depan payudara yang seksi, putih dan segar itu.
Ga pake lama langsung aja bibirku menuju ke payudara itu,, aq lumat penuh dengan nafsu payu dara mbak Fera yang montok itu.. Aku julurkan lidah ku tepat di putingnya yang merah merekah penuh kehangatan itu.
Lidahku menari-nari menggeliat menjilati puting mbak Fera.
Ohhh Ouuhhh Ahhh… sambil memegangi dan menggeleng-gelengkan kepala ku mbak Fera menikmati lidahku menjulur membasahi dan menari-nari di putingnya.
Aku gigit kecil-kecil putingnya aku remas payudara satunya,, bibirku melumat dan menghisap puting itu .. cupp cclloopp crooopp cuuppp.. aku nikmati kenyotan bibirku mengenyot puting mbak vera.
Ohhh Ouuuuhhh AAAhhhh mbak Fera menikmati, matanya merem melek menikmati putingnya aq hisap.
Hisap lebih kencang dong rif,, mbak Fera berkata sambil tangannya memegangi tanganku yang meremas payudara satunya.OOhhh Ouuhhh mbak Fera semakin kencang berdesah, sambil menggoyang-goyangkan payudaranya yang sedang aku hisap itu.
Kami berdua larut dalam permainan sex itu,, dan aku terus menghisap dan mengigit kecil-kecil puting mbak Fera yang merah merekah itu.
Tangan mbak Fera meraih bajuku dan melucutinya membugiliku.
Kehausan mbak Fera sungguh tak terbendung langsung saja dia juga melucuti celana jeansku yang berwarna hitam itu.
Dilepaslah juga lingerie tipis merah muda mbak Fera.
Kemudian mbak Fera melepas celana dalamnya, tangannya memegang kepalaku ini, mengarahkan kepadaku tepat di depan memeknya yang berbulu tipis tipis teratur itu… gundukan bulu kemaluan yang tertata rapi,, terpampang dihadapanku.. Sungguh mengisyaratkan bahwa mbak Fera cinta kebersihan dan kesehatan.. dirawatnya kebun bulu kemaluannya yang tertata rapi.. Tidak seperti sarang walet yang bertumpuk ga karuan.
Mbak Fera memegang kepalaku.. mengarahkan memeknya tepat di bibirku… suatu isyarat kalau memeknya ingin dijilatin dengan lidahku.
Langsung saja bibir ini mengenyot memek yang merah segar itu ditumbuhi bulu kemaluan yang tumbuh rapi.
Aku ciumi memek mbak Fera yang merah seperti daging segar itu… lidahku pun ikut menari-menari di atas mulut kemaluan mbak Fera yang seksi itu.
Ohhhh AAAggghhhhh OOOOuuuwwwhhh mbak Fera berdesah menikmati… tanganku pun ikut meraih vagina mbak Fera,, aku buka lebih lebar mulut kemaluan mbak Fera supaya lidahku bisa bergeliat lebih ke dalam… Mbak Fera semakin asik menikmati permainanku,, desahan mbak Fera pun semakin tak terbendung dan semakin kencang.
Cerita Sex Tante | Lebih lebar vagina mbak Fera terbuka lidahku semakin menjulur aku lumat dan lidahku bergeliat menari di vagina mbak Fera… Itil mbak Fera yang centil itu pun membuatku semakin haus .. aku jilatin itil mbak Fera… dan aku gigit kecil.. kecil.. mbak Fera yang berdiri dan aku sedang duduk.. tubuhnya terus bermolek sambil berdesah tak tertahankan.
” Enak Rif.. ouuhhh Uwwwhh Aghhhh mbak Fera berdesah keenakan aku hisap memeknya dengan dashyat sembari lidah ini menyentil-nyentil itil mbak Fera.. yang bergelayutan.
Kemudian, mbak Fera merebahkan tubuhku di atas sofa empuk itu.
Mbak Fera langsung ditepatkannya memeknya di atas wajahku mengisyaratkan kalau memeknya masih ingin di hisap dan di jilatin bibirku ini.
Dengan posisi tidur dan mbak Fera diatas ku tepat memeknya di atas kepalaku aku jilatin memek mbak Fera..
Tanganku pun ikut diraih untuk meremas-remas payudara mbak Fera, yang tidak ingin dianggurin,, ingin ikut dimainin.Tubuh mbak Fera bergeliat.. memeknya bergoyang-goyang serasa haus ingin dijiliatin, dan dihisap lebih kencang..
Aku gigit kecil memek mbak Fera sambil aku hisap dengan lebih kencang… tak kalah lidah ini menari-nari dalam vagina mbak Vera yang sudah basah.
Mbak Fera semakin mendesah ga karuan aaahh ouuhhh ahhhhh.. aku pun semakin dasyat mencibiri memek mbak Fera itu.. Aku kenyot lebih kencang dengan mulutku,, tanganku pun ga ikut kalah meremas-remas payudara mbak Fera lebih kencang… mbak Fera semakin bergoyang-goyang lebih kencang.. ditekannya lebih kedalam memeknya ke mulutku,, untuk di kenyot lebih kencang.. Ouuhhh Ouuhhhh mbak Fera berdesah keasikan sambil merem melek.Kemudian mbak Fera berganti posisi… kami berdua memainkan posisi 69…
mbak Fera masih haus memeknya masih ingin di jilatin.. sembari dia mengenyot dan menghisap kontolku yang mengeras dan tegang itu.Clurrupp Sluruppp Sluurruppp.. nada suara berdesahan bersahutan.. Aq jilatin mekinya mbak Fera aq masukin jariku ke memek mbak Fera aku gesek-gesekin keluar masuk memek mbak Fera yang semakin banjir di basahi air kemaluan mbak Fera.
Mbak Fera pun ga ingin kalah dia hisap kontolu yang super tegang dengan tegangan 220000000 watt.
Sluurruupp Sluurrruuupp Sluurruupp suara kenyotan bibir kami berdua mengenyot alat kelamin…
Ouuhhh Ahhhh semakin basah memek mbak Fera.. desahannya pun semakin meronta… lalu mbak Fera berdiri berpindah posisi.. dia tetap diatas ku.. Dirahkannya kontolku memasuki lubang memek mbak Fera yang udah gatal ingin digenjot itu.Dengan penuh penghayatan mbak Fera memasukan kontolku memasuki memeknya..oouuhh Uhhhh ahhhh desahan mbak Fera dan desahanku bersahutan…. badan mbak fera bergoyang-goyang diatas badanku.. sambil naik turun secara perlahan mengatur irama memeknya yang disodokkan di kontolku.
Aku pun hanya bisa pasrah menikmati permainan mbak Fera… sambil berdesah.. mbak Fera semakin kencang naik turun menyodokan memeknya yang naik turun dimasukin kontolku.
Ouuhh Ouuhhh Ahhhh mbak Fera berdesah keasyikan.. Dia bergoyang goyang menggerakan memeknya di genjot kontolku.. semakin kedalam dan semakin kencang mbak Fera naik turun.. menyodokan memeknya ke kontolku.
Mbak Fera bergoyang memutar-mutarkan bokongnya.. memasukan lebih dalam kontolku di memeknya…
di tekannya lebih dalam kontolku dengan memeknya sambil menggeliat-geliatkan badannya.Ahhh Ouuwwwhh Ouuugghhh Nada desahan mbak Fera semakin menggila sambil menggoyang-goyangkan badannya… ditekan lebih kencang Memeknya yang dimasuki kontolku itu… Ouugghh Agghhh kami berdua asik menikamti kenikmatan sex.
Berganti posisi,, mbak Fera masih diatas, tapi kami duduk,, aku pangku mbak Fera diatas Sofa hijau yang empuk… Aku naikan tubuh mbak Fera dengan tanganku.. Dan aku naik turunkan tubuh mbak Fera yang molek itu,, kontolku semakin kencang menyodok memek mbak Fera yang semakin basah.. Aku sodok-sodokan kontolku ke memek mbak Fera, aku naik turunkan tubuh mbak Fera lebih cepat… Sambil aku kenyot puting mbak Fera yang merah mungil itu.
Ouhhh Ouuuhhh Ahhhh desah mbak Fera keenakan.
“Enak Rif”,,, Lebih kencang Rif Owwhhh Uhhhh Agghhhhhh.. mbak Fera mendesah,, sodok lebih kencang kontolmu ke memek ku Rif… Hisap Memekku lebih kencang Rif… Ouuuhhh Ahhh Enak Rif… Mbak Fera berkata dan mendesah.Jeritan desahan mbak Fera semakin meronta dan aku semakin keras memainkan kontolku menyodok memek mbak Fera….
Ahhhhhhhhhh Ouuhhhhhh.. aku keluar Rif… Haaaaaaaaa Ouuhhhhhhh mbak Fera sambil menghela napas…. Nikmat banget Rif… Merasakan puasnya permainan sex.“Ganti posisi dong Rif” Ucap mbak Fera yang masih haus.
Lalu mbak Fera menungging…. karena aku sering menonton film bokep pastinya aku udah tau dong apa yang di inginkan mbak Fera.. Dia ingin posisi Dogy Style.
Mbak Fera nungging di atas Sofa dan aku berdiri.. Aku dibelakang mbak Fera aku masukin lagi kontolku ke memek mbak Fera yang basah basah basah itu… Aku sodok-sodokan perlahan.. mbak Fera mendesah…. aku pun juga mendesah.
Aku atur irama sodokan kontolku ke memek mbak Fera yang merah dan basah itu… maju mundur seperti tukang parkir.
Slurupp Slurrupp Slurruppp Sluruupp … nyoott nyoott nyottt,,, prettt..prettt..pret… suara kontolku menyodok-nyodok memek mbak Fera… Ouuhhhh Aggghhhh Owwwhhh mbak Fera meronta.
Terus aku atur irama … maju mundur kontolku menyodok memek mbak Fera…. Ouuhhh Ahhhhh mbak Fera meraih tanganku untuk meremas Payudaranya.. jari jariku memutar di puting mbak Fera yang imut-imut itu.
“Enak Rif.. terus Riff.. Ouuhhh Agghhhhh Ahhhhhhhh ,, desahan mbak Fera meronta..
“Sodokin lebih dalam Rif”.Semakin kencang aku sodokan kontolku ke memek mbak Fera.. semakin cepat aku maju mundurkan kontolku menyodok memek mbak Fera… Dan aku lebih tekan kontolku menyodok memek mbak Fera.
Ahhhhh Ahhh Owwhhh terus Rif… mbak Fera meronta keenakan … Ahhhhh Ahhhh.
Owwhwhhhh.. Ahhhh Ouuuwwwggghhhhh mbak Fera menjerit meronta.. mau keluar aku Rif lebih kencang Rif sodokanmu.
Ouuuwwwhhhh Aggghhhhh.. mbak Fera merasa keenakan.
AAAAGGGGHHhhhhhhhh OOwwwwhhhhhh sambil menghela napas.. hmmm hmmmmm hmmmm keluar Rif.
Lalu tak lama kita langsung berganti posisi.. sini rif masukin lagi kontolmu ke memekku ya.. masih gatel neeh Rif.. memekku ingin di genjot lagi.
Mbak Fera tidur dan mengangangkan kakinya diatas Sofa.
Tanpa komando langsung aku hajar lagi.. memek merah.. mbak Fera.Aku masukin kontolku ke memek mbak Fera… posisi mbak Fera yang mengangkangkan kakinya lebar lebar.. aku lebih leluasa menyodokkan kontolku ke dalam memek mbak Fera.
Aku atur perlahan-lahan maju mundur kontolku menyodok memek mbak Fera yang merah merekah,, dan sudah berair itu.
Cerita Sex Tante | Maju mundur;…. prrtttt prtttt prtttt slurup slurrruupp slurrruppp prrtt.. prrrttt suara kontolku dan memek mbak Fera meronta… enak Rif.. enak sambil mengangkangkan kaki dan merem melek mbak Fera pasrah aku sodok-sodokan kontolku ke memeknya.
Ohhh Ouuhhh Owwwhhh Aggghhhh Hmmm Hmmmm desah kami berdua bersahutan.
Lebih kencang Rif… Geli banget neeh memekku Rif… Enak Banget…. Sodokkan kamu Rif… Hmmm Hmmmm Ouugghhhh Ougghhh desahan mbak Fera.
Agghhh Aghhhh desahan ku yang merasakan kehangatan dan kegelian memek mbak Fera yang mengenyot Kontolku.
Ouhhh Ouhhh Agghhhh nikmat Rif Terus Rif… Ahhhhgggghhh mbak Fera meronta kegirangan.
Selang berapa waktu aku semakin sodok lebih kencang memek mbak Fera… Kontolku sudah menegang ga karuan.. kontolku sudah tegang banget ga tahan di kenyot memek mbak Fera yang masih rapet itu,,, aaGghhhh Gggghhhh Ouwwwhhhggg hhhhh
Ouwwhhhh… desahan ku.Semakin kencang aku sodok.. mbak Fera pun semakin mengakangkan kakinya dengan tangannya semakin lebar.
Aaahhhh Ouuwwhhhh Srruuppp Prrttttt Hmmmmm suara desahan dan suara kontolku yang menyodok memek mbak Fera bersahutan.
GA kuat aku mbak.. mau keluar aku mbak… Ouuhhhh
Agghhh Ouuhhhh sama Rif,, mbak juga horny banget mo keluar .. keluarin bareng yuk.Tak lama kemudian… Kontolku terasa hangat seperti diguyur air hangat.. tanda kalau mbak Fera dah keluar… Langsung aku sahut dengan cipratan air kenikmatan dari kontolku.. sambil aku sodokan kontolku ke memek mbak Fera lebih kencang.
OOOwwwwhhhhh Ouuuggghhhh Agghhhhh Agghhhhhh… kami berdua meronta keenakan.. Hmmmm keluar bareng kami dua mengluarkan air kenikmatan.
Hmmm Hmmm Hmmmm puas Rif enak banget sahut mbak Fera… merasakan kepuasan setelah keluar.
“Iya mbak enak banget.. hmmm hmmmm”” sahut aku menghela napas.Kami berdua bergumal manja-manjaan sambil mbak Fera mengecup keningku penuh kehangatan.. menandakan kalau dia udah puas.
Bobokan dulu yuk.. Capek Rif… Pulang ntar dulu ya,, istirahat bentar sini aja gapapa. Kemudian kami merebahkan Badan kami berdua yang capek ga karuan…. Setelah bertempur dengan Cinta dan Nafsu.
-
Kisah Memek Rasa Terima Kasih Telah Memuaskan Tika
Duniabola99.com – Aku tengah rebahan melepas lelah usai habis-habisan tempur tenis meja melawan Roy di ubin samping Gelanggang Olahraga (GOR) yang berlokasi di Jl. Pemuda Bogor ketika HP di saku celana pendekku berdering keras, membuatku kaget.
Hallo, Mas Dani, ini aku..” suara renyah seorang wanita dengan logat khas Jawa terasa bagai batu batere yang langsung mengembalikan energi.
Dengan penuh semangat aku bangkit dan membalas sapaan si penelpon yang sejak sepekan terakhir memang sudah sangat kurindukan.
“Kamu di mana May, kapan sampai, naik apa, trus aku jemput di mana..?” saking rindunya, aku memborbardirnya dengan pertanyaan yang langsung dibalas dengan tawa terkekeh-kekeh.
“Nafsuan amat sih, Mas nanyanya. Aku bingung mesti jawab yang mana..?” balas Maya, wanita yang telah mampu mencuri hatiku di tengah kenyataan bahwa aku kini adalah suami dari seorang isteri dan ayah dari empat anak.Singkat cerita, aku tahu posisi Maya saat ini di mana dan langsung saja janjian untuk bertemu di tempat yang sudah kami sepakati, dekat sebuah hotel di kawasan Ciawi. Tanpa buang waktu, aku pun berganti pakaian.
“Gua tinggal dulu bentaran, Roy. Ada urusan penting,” teriakku di pintu kamar mandi GOR yang tengah dipakai Roy.
Tanpa menunggu jawaban mitra olahraga tenis mejaku itu, dengan Suzuki Forsa warna merah tua yang sudah tiga tahun terakhir menemaniku, aku meninggalkan GOR. Sepanjang perjalanan sudah membayang indahnya pertemuanku dengan Maya.Aku mengenal Maya setahun lalu, saat sama-sama dalam bus Pahala Kencana yang membawa kami dari Semarang tujuan Bogor. Aku memang berasal dari Semarang, namun sejak 10 tahun terakhir menetap di Bogor. Keberadaanku di Semarang saat itu adalah menghadiri pemakaman seorang tanteku, adik ayah. Ayahku sendiri sudah tiga tahun lalu kembali ke pangkuan-Nya. Sementara ibuku, kini menetap di rumah kakakku, di perumahan Cinere, Jakarta Selatan. HokiJudi99
Kebiasaan naik bus malam tujuan Bogor-Semarang dan sebaliknya dalam beberapa tahun terakhir, telah melahirkan kebiasaan baru pada diriku, yakni memilih tempat duduk nomor 5 di jajaran belakang sopir. Jujur saja, sebagai seorang Pridosel (Pria doyan selingkuh), doa yang muncul terus menerus di dalam hati adalah moga-moga yang duduk di bangku sampingku nanti adalah Wanimpri (Wanita impian pria).
Soal Wanimpri, memang tergantung pada selera. Bagiku sendiri, wanita impian adalah seseorang wanita yang memiliki wajah menarik (bukan berarti tangannya terletak di bagian wajah, hehehe), bentuk badan menarik (tidak segemuk ayam broiler, juga tidak sekurus lidi), dan paling utama, enak untuk diajak bercanda (kalau pake pelawak kan mahal).Doa konyol itu terkabul, malah berlebih. Pukul 13.00 yang menjadi jadwal bagi persiapan pemberangkatan bus, sesosok wanita ayu dengan sebuah tas kain di pundak kiri tengah menggendong seorang balita menaiki tangga pintu masuk bus. Aku merasa berani memastikan bahwa wanita itu pasti akan duduk di bangku kosong sebelahku. Pasalnya, seluruh bangku penumpang kuperhatikan sudah terisi.
“Maaf Pak, ini benar bangku nomor enam..?” sapa wanita itu pelan.
Aku menganggukkan kepala perlahan tanpa menjawab. Bagiku, pertanyaan itu lebih mirip basa-basi dan tidak perlu dijawab, karena pasti wanita itu sudah tahu nomor bangku yang dia maksud berdasar denah yang ada di kantor agen perjalanan tempat dia membeli tiket bus. Kendati demikian, aku menganguk. Tidak ada salahnya toh, menyenangkan orang, apalagi untuk seorang wanita ayu, kendati si wanita ayu itu membawa buntut. Mendinganlah, daripada nenek-nenek, pikirku. Sambil menggeser badan, sempat beberapa saat mataku memandang wajah wanita di sampingku. Dan kesimpulan singkat yang kuperoleh saat itu, wanita ini sedang dirundung masalah. Bisa diproyek, nikh, demikian otak nakalku.Tanpa terasa, bus telah melaju meninggalkan kota Semarang. Beberapa kali ujung mataku melirik ke samping, sementara yang kuperhatikan tampaknya tidak punya minat (mungkin belum) untuk menoleh ke arahku. Pandangan wanita di sampingku itu lurus kaku ke depan. Sesekali aku mendehem, sesekali pula aku mengubah posisi dudukku. Maksudnya sih jelas, mencoba memancing perhatian si wanita. Gagal. Akhirnya aku pejamkan mata, mencoba memanfaatkan waktu dengan tidur.
Namun aku merasa mendapat peluang saat supir bus memarkir kendaraan untuk istirahat dan makan malam di kawasan Kendal. Saat itu sudah sekitar pukul 19.00. Ketika kubuka mataku, sebagian besar penumpang bus tidak ada di tempatnya, termasuk di bangku depan, kiri, kanan samping dan belakangku. Tapi kurasakan bahwa wanita yang duduk di bangku sampingku masih di tempatnya.
Setelah menguap beberapa kali, aku menggeliatkan tubuh. Juga kugeliatkan kepalaku dengan membuat putaran searah jarum jam dan sebaliknya. Kulakukan itu dua tiga kali, rupanya perbuatan itu mendapat respon dari wanita yang duduk di sampingku.
“Perjalanannya melelahkan ya, Pak..?” ujarnya lirih.
Aha, es batu itu akhirnya cair juga.
“Iya, Mbak. Eh, nggak turun makan, Mbak..?” aku tersenyum, sementara sepasang mataku melirik ke arah anaknya yang tampak pulas di pangkuan.
“Sebenarnya mau, tapi..,” tatapan mata wanita di sampingku itu sepertinya telah membuat kata-kata lanjutan yang langsung kutangkap maknanya.
Wanita ini tengah dalam kesulitan, dan di antara sekian kesulitan itu, tentu bermuara pada soal yang namanya uang. Aku tersenyum sendiri, mendapat kesimpulan seperti itu.
“Ayo kita turun makan. Mungkin putra Mbak juga lapar..,”
Tanpa menunggu persetujuannya aku mengambil inisiatif dengan berdiri dan mempersilakannya untuk sama-sama turun bus dan makan di restoran.Dari perbincangan, kutahu namanya Maya. Perjalanan hidup wanita ayu berusia 26 tahun yang ternyata berasal dari Jepara itu ternyata kurang menggembirakan. Suaminya sejak setahun lalu pergi tanpa kabar berita, menyusul pertengkaran hebat antara mereka. Maya menuturkan, dia berangkat ke Bogor setelah mendengar kabar suaminya itu kini menetap di rumah mertuanya dan telah bekerja kembali di sebuah perusahaan swasta.
“Saya mencari suami saya bukan untuk kembali, tapi menuntut cerai. Seorang bekas teman kuliah telah meminta saya untuk mau menjadi isterinya,” papar wanita itu dengan nada polos.
Maya menuturkan, dia sebenarnya berasal dari keluara yang bahagia. Ayahnya sejak tiga tahun lalu pensiun dari kegiatannya sebagai pegawai Kantor di sebuah Departemen di Jepara. Dia sendiri merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.Tidak berapa lama setelah dia lulus, Ibrahim (asli Bogor), manajer perusahaan mebel ukir yang tidak jauh dari rumahnya datang melamar. Namun kebahagiaan rumah tangganya menghadapi cobaan. Krisis moneter di tahun 1997 menghadirkan gelombang badai. Perusahaan tempat suaminya bekerja termasuk yang rentan dan gagal untuk bangkit dari kebangkrutan.
Tidak tahan menghadapi kenyataan, sang suami menghabiskan uang pesangon dari perusahaan dengan berjudi bersama sesama teman korban PHK. Tidak hanya uang pesangon yang habis, sebagai isteri dia ternyata juga dijadikan taruhan. Dan Maya dihadapkan pada kenyataan betapa Ibrahim, suaminya tercinta begitu tega untuk menyerahkannya pada salah seorang teman kerjanya yang memenangkan perjudian tersebut.
“Saya layani pria itu melampaui layaknya pelayanan yang biasa diberikan seorang isteri terhadap seorang suami sebagai pembalasan atas suami saya yang telah menjadi pecundang itu,” paparnya.
Ketika saya tanya lebih jauh apa yang dia maksud, Maya berkata bahwa pelayanan habis-habisan yang dia berikan pada teman kerja suaminya itu adalah seperti yang muncul dalam beberapa adegan film biru.
“Termasuk gaya ‘Kijang Panther’..,” katanya datar membuatku terpancing untuk bertanya arti gaya tersebut yang segera dijawab, “‘Kaki kejang pantat muter-muter’..” kalimat terakhir ini membuatku tidak dapat menahan tawa.
Namun saya tidak dapat lebih lama menikmati kenyamanan di restoran bersama Maya. Bunyi klakson bus memaksa kami untuk menyudahi perbincangan mengasyikkan di restoran itu. Kali ini saya tidak mengambil posisi di jendela. Posisi itu saya berikan pada Maya, sehingga dia dapat lebih rileks dalam memangku anaknya. Pembicaraan yang terputus saat istirahat makan di restoran kami lanjutkan. Makin lama semakin menjurus, tapi juga dengan nada yang semakin menurun setara dengan nada bisik-bisik.Sekali waktu, entah sengaja atau tidak, dia membiarkan saja tangan kananku terjepit di sela-sela buah dadanya dan kepala anaknya, aduh mak, jeritku. Aku tidak menyia-nyiakan peluang emas ini. Punggung jari tengah dan kelingkingku dengan lembut bergerilya di permukaan kaos pada bagian buah dadanya, membuat Maya beberapa kali menggelinjangkan tubuhnya.
“Geli, Mas Dani,” suaranya yang lirih di telingaku membuat aku menghentikan gerakan sekaligus menetralisir keadaan dengan melayangkan pandangan mata ke sekeliling penumpang bus.Malu juga rasanya jika ada yang diam-diam memperhatikan ulahku. Deru mesin bus cukup menolong juga. Sepertinya saling memahami, kami berdua tidak melanjutkan obrolan. Namun yang terjadi kemudian adalah aku mendapat keleluasaan dari Maya. Caranya, anaknya yang tidur di pangkuan kami berdua dengan letak kepala di paha Maya dan kaki di pahaku, ditutupi selendang lurik yang diambil dari tas kain.
Tidak ragu lagi, tanganku kini dengan mudah menjalar, berbelanja gratis. Karena tempat belanja yang paling mudah dicapai adalah di bagian buah dada, ya ke sana lah tanganku menuju. Gerakan-gerakan pelan dari punggung jari tengah dan kelingkingku lagi-lagi membuat Maya menggelinjangkan tubuh.
“Geli..,” bisiknya.
Tanpa kuduga, jari-jari tangan kirinya bergerak ke arah selangkanganku, membuat gerakan mengelus-elus, lalu meremas, pelan, membuat si ‘junior’ terasa mengeras, mengakibatkan sedikit rasa sakit karena terbelenggu oleh celana dalam. Beberapa saat kemudian aku cium aroma aneh. Aroma yang sangat khas dan aku kenal biasa muncul dari seorang wanita yang tengah orgasme.Benar ternyata.
“Saya keluar, Mas. Terima kasih..,” bisik Maya.
“Keluar apanya,” tanyaku, pura-pura bego.
Maya tidak menjawab, tapi jari-jari tangannya beraksi, mencubit paha di bagian selangkanganku, membuatku nyaris berteriak. Spontan aku tutup mulutku dengan kepalan tangan bagian punggung dan menggeliat, kemudian meguap, sebuah trik supaya penumpang bus di kiri-kanan dan belakangku tidak curiga.“Maaf, Mas. Salahnya, sih.” Sikapnya yang kini tidak segan untuk menyandarkan kepalanya di bahuku membuatku sangat senang.
Pikiranku saat itu tengah mereka-reka sebuah rencana setibanya nanti di Kota Bogor.
“Kau juga harus bisa membuatku keluar. Kau harus membuatku senang, Maya. Dan aku, aku, aku ingin merasakan pelayanan maksimal, termasuk jurus ‘Kijang panthermu’..,” kataku dalam hati.Dan pagi itu aku benar-benar dibuat melayang-layang, terbang ke swargaloka oleh Maya. Harus kuakui, dari sekian banyak wanita yang pernah kugauli, termasuk isteriku yang sampai kini setia mendampingiku, baru kali ini aku merasa mendapatkan kepuasan seks yang demikian lengkap. Secara lahiriah aku merasa menjadi pejantan terhebat di dunia. Secara batiniah, aku mendapatkan keindahan yang begitu hebat tentang seks. Maya benar-benar mampu membuatku begitu bugar. Barangkali semua ini tidak lepas dari caranya yang begitu ‘pas’ dalam menempatkan diriku sebagai seorang lelaki yang dia nilai layak untuk menyetubuhinya.
“Mandi air hangat dulu. Biar segar, ya Mas Dani..,” ujarnya.
Saat itu kami telah berada di sebuah hotel yang cukup bersih di kawasan Ciawi, Bogor. Anak Maya, saat itu tertidur pulas.Dengan perasaan yang campur aduk (termasuk mereka-reka jawaban yang dapat kusampaikan pada isteriku jika pulang nanti, karena harusnya pulang pagi kok jadi sore), aku mengguyur tubuhku dengan shower yang mengeluarkan air hangat. Saat itulah kurasakan adanya tangan halus yang tengah menggosokkan sabun di bagian punggungku. Maya ternyata. Wanita itu tersenyum dan, surprise, dia dalam keadaan telanjang bulat memandangiku.
“Tubuh Mas bagus..,” sepasang matanya yang nakal sempat melirik ke arah selangkanganku.
Kucoba menarik tubuhnya untuk kupeluk, tapi dia menghindar.
“Nanti dulu, disabun dulu biar enak dan segar dipakenya.”
“Dipake apa dan oleh siapa..?” tanyaku.
Maya hanya senyum simpul.Singkat cerita, selepas saling guyur dan saling sabun, badanku merasa segar bugar, sementara si junior meronta-ronta, sedikit pegal karena cukup lama dalam kondisi ‘siap tempur’. Sensasi luar biasa indah kuperoleh ketika aku berjalan menuju tempat tidur dengan kondisi saling berpelukan dan saling mengulum bibir dengan Maya. Tampaknya Maya mendapatkan kenyamanan dalam acara adu bibir.
Dalam tempo lama, kepalaku dia peluk, sehingga upaya melepaskan pertautan bibirku dengannya tidak berhasil. Sementara gerak lembut jari-jari tanganku di dua buah dada Maya dan sesekali memelintir putingnya, membuat wanita ini mulai naik. Hal ini terasa dengan gerak tangannya yang bagai tak sadar mencari-cari bagian selangkanganku. Saat dia temukan yang dicari, barang itu pun diremas-remasnya dengan pelan.
“Saya mau, Mas..,” bisiknya.
Saya mengangguk. Maya pun membuka selangkangannya, dan membimbing si junior untuk memasuki alat vital kewanitaannya. Saya mengambil sikap seperti memenuhi keinginannya. Saya ambil bantal, lalu saya sodorkan ke arah pantatnya, sehingga belahan vagina Maya benar-benar tampak jelas.“Mas..,” Maya berteriak kecil saat kepalaku tiba-tiba sudah menjilat-jilat permukaan lubang vaginanya.
Kedua tangannya berusaha keras menyingkirkan kepalaku dari bagian vaginanya, sementara desah nafasnya terdengar tidak beraturan. Sesekali kulihat dia menggigit bibir, sepasang matanya terpejam, sedangkan tangan kedua tangan kanannya akhirnya meremas-remas pundakku.Tidak tega juga aku saat memandang wajahnya yang terlihat sayu. Aku pun berjongkok dan mendekatkan alat vitalku ke permukaan vaginanya. Wajah Maya kulihat begitu ‘Sumringah’. Sepasang matanya yang tajam menusuk pandang mataku serasa memberi isyarat agar aku segera memasukinya.
Dan Maya pun berdesah panjang saat alat kelaminku memasuki lubang miliknya. Gaya Maya yang dengan penuh perhatian sesekali mengusap wajah dan dadaku, mampu menambah daya rangsangku. Di saat itulah aku merasakan vagina Maya terasa memilin si junior. Pilinan yang bercampur dengan pijatan-pijatan lembut di satu sisi, serta cara Maya memandangku sepertinya melontarkanku ke suatu tempat yang sangat nyaman. Sangat indah. Oo.., begitu indahnya, aku berharap keindahan ini jangan cepat hilang.
Tapi ketika puncak keindahan itu sampai, ditandai dengan menegangnya tubuhku dibarengi pancaran air yang menerobos lewat lubang kencingku ke vagina Maya, aku pun tidak dapat mengelak.
“Aku korban ‘Kijang Panther’..,” desahku, sambil berguling ke sisi tubuh Maya.
Maya tersenyum, sedikit malu, tangan kanannya menggebukku pelan, mesra.
Selama beberapa saat aku telentang. Pandangan mataku sempat melirik ke arah anak Maya yang masih pulas. Sedangkan Maya tidak kulihat, rupanya tengah ke kamar mandi. Pandangan mataku mengarah ke langit-langit, sementara pikiranku mencoba memutar kembali rekaman pengalaman persetubuhanku dengan Maya barusan.Di tengah kondisi mata terpejam dan tubuh telentang, aku rasakan alat kelaminku dibersihkan sebuah tangan dengan handuk dan air hangat.
“Aku sangat puas, terima kasih, Mas..,” Maya mengecup si junior.
Dampaknya luar biasa. Si junior tidak dapat kukendalikan.
Maya seperti mengerti apa yang kupikirkan, “Aku juga pengin lagi, kok Mas..,”Hari itu aku putuskan untuk menginap, menemani Maya di hotel, setelah lebih dahulu aku menelepon rumah dan mendengar suara isteriku yang mengabarkan tidak ada masalah apa-apa. Aku katakan aku batal pulang hari ini karena ada acara reuni dengan teman-teman lama. Sebelum bertanya macam-macam, aku kemukakan bahwa untuk oleh-oleh, aku sudah membawa beberapa dus bandeng presto dan wingko babat kegemaran isteriku (kadang kupikir aku ini begitu egois. Tapi salah isteriku juga sih. Kok lebih memikirkan bandeng presto. Coba dia tanyakan keadaan bandengku.., hehehe).
Singkat kata, Maya dengan bantuanku akhirnya beberapa bulan kemudian berhasil mendapatkan surat cerai dari suaminya, melalui proses pengadilan agama. Dan agaknya kini dia berada di Bogor dalam rangka mengucapkan terima kasih atas bantuan yang aku berikan berupa penyediaan kamar hotel plus ongkos pulang ke Semarang (padahal aku tidak merasa rugi karena selalu mendapat pelayanan seksual yang fantastis).
Tiba di hotel yang sudah kupesan sebagai tempat pertemuanku dengan Maya, aku langsung mengarahkan mobil ke parkir di tempat yang agar terlindung. Biasa, jaga-jaga jangan sampai ketemu teman, kenalan atau lebih-lebih kerabat isteri. Bisa runyam nanti. Petugas Satpam dan resepsionist yang melihatku mengangguk hormat dan tersenyum kecil.
“Tamunya sudah ada di atas, Oom..,” satu di antara dua pria petugas resepsionist itu memberi informasi.
Aku mengangguk dan langsung menuju kamar 202 yang merupakan kamar favoritku di hotel ini.“Hai, apa kabar May..?” aku tidak menyelesaikan kalimatku.
Wanita yang membuka pintu kamar dan berdiri di depanku rupawan, tapi dia bukan Maya. Gadis itu melempar senyum.
“Maaf, saya salah..,” dengan kikuk aku berancang-ancang memutar badan.
“Mas Dani, ya..? Nggak salah, kok. Mau nemuin Maya, kan..? Saya Rani, temen Maya..,” gadis itu mengangsurkan tangan.
Aku terima. Halus juga nih tangan. Tanpa banyak kata, Rani memintaku untuk masuk kamar. Tidak kulihat Maya di ruang itu. Ah, mungkin dia lagi di toilet, demikian pikirku.Aku pun duduk di sofa. Sementara itu kulihat Rani mengambil sesuatu di dalam tasnya. Sebuah amplop surat. Rani menyodorkan amplop itu padaku. Penilaian kilatku langsung menyatakan bahwa Rani memiliki perawakan tubuh lebih tinggi dibanding Maya. Maya memiliki tinggi sekitar 160 cm dengan berat badan 50 kg. Tingi badan gadis di depanku ini sekitar 165 cm dengan berat sekitar 63 kg. Warna kulit Rani sedikit lebih putih, bedanya pada ujung bibir atas sebelah kanan Rani tidak terdapat andeng-andeng (tahi lalat). Yah setiap orang punya ciri khas, memang.
Dengan penuh tanda tanya, kubuka surat itu. Beberapa kali aku tarik nafas panjang, kutahan, lalu perlahan-lahan kuhembuskan, menghembuskannya dalam-dalam. Sesekali kupandang Rani yang duduk di kursi sampingku, tampaknya cukup sabar untuk menanti reaksiku.
“Jadi Maya sudah balik lagi ke Jepara, Ran..?” tanyaku.
Rani mengangguk.
“Terus kamu..,”
“Terserah sama Mas Dani. Kalau kehadiran saya di sini nggak diinginkan, saya ya segera tinggalkan tempat ini. Tapi saya sendiri sebenarnya ingin kenal Mas Dani lebih jauh.”
Kaget juga mendengar kalimat seperti itu muncul dari seorang gadis yang baru kukenal.“Maksud Rani..?” tanyaku pula.
Rani menggeser kursinya sehingga lebih dekat dengan kursiku.
“Saya penasaran dengan cerita Maya..,” ujarnya.
“Penasaran gimana..?” aku ikutan penasaran.
Barangkali jika Rhoma Irama mendengar, dia bakal ikut penasaran pula.Rani menuturkan bahwa diantara dia dan Maya terjalin pershabatan sejak sama-sama SMP di Jepara. Tidak ada rahasia bagi keduanya. Beberapa bulan lalu, saat Rani yang kini mengadu nasib dengan menjadi guru Geografi di sebuah SMUN di Bekasi pulang kampung, keduanya bertemu dan saling bertukar cerita. Termasuk, menurut Rani, hubungan yang aneh antara Maya denganku.
“Maya sangat memuji dan mengagungkan nama Mas Dani sebagai seorang teman yang menyenangkan. Maya sering menyebut bahwa dia sulit menghapus bayangan Mas Dani dari pikirannya..,”
We la dalah.., hatiku mendadak kembang kempis mendengarnya.Aku pun mulai menangkap hubungan antara telepon Maya, suratnya, dan keberadaan Rani di hotel saat ini bersamaku. Dalam suratnya, Maya menegaskan pekan ini dia jadi menikah dengan bekas teman kuliah yang dulu pernah dia ceritakan padaku. Dia ingin mengawali hidup barunya tanpa beban. Untuk itu, dia telah mengungkap pula hubungan unik antara dirinya denganku, serta menjadikan semua yang terjadi sebagai bagian masa lalu yang tidak akan terulang lagi.
Maya menulis, calon suaminya itu bisa mengerti dan malah tertarik untuk kenal denganku.
“Atas persetujuan Mas Eko, saya undang Mas Dani pada pernikahan kami nanti. Datanglah.”
Di bagian lain, Maya mengungkap tentang Rani, sahabatnya yang gundah, beberapa tahun hidup menyendiri di tengah hingar bingarnya kehidupan metropolitan. Selain meminta maaf jika kejadian ini mengecewakanku, Maya meminta bantuanku agar mau menjadikan Rani, sahabatnya, sebagai sahabat istimewaku.Mendadak aku jadi ingat sejarah Sultan Hadiwijaya, Raja Pajang yang ketika muda dikenal dengan nama Karebet. Dalam upayanya menjadi seorang raja, Karebet suatu saat menemui Kanjeng Ratu Kalinyamat yang tengah melakukan tapa brata secara bugil, dan baru akan memakai pakaian setelah pembunuh suaminya Pangeran Hadiri, yakni Arya Penangsang mati.
Kepada Karebet, Ratu Kalinyamat menjanjikan hadiah istimewa berupa dua gadis cantik yang setia mendampinginya, jika mampu mewujudkan janji, yakni membunuh Arya Penangsang. Karebet menikmati hadiah itu, setelah Sutawijaya (kelak jadi raja Mataram) selaku anak angkatnya membuyarkan usus di lambung Arya penangsang dengan sebuah tombak.Aku menengadahkan wajah, memandang langit-langit dan kemudian tersenyum sendiri. Dalam wujud yang berbeda, aku merasakan kesetaraan pengalaman hidupku dengan apa yang pernah terjadi pada era Kanjeng Ratu Kalinyamat. Mendapat sebuah hadiah istimewa dari seorang wanita berupa gadis cantik untuk sebuah perbuatan yang menyenangkan, si wanita pemberi hadiah.
“Kamu tahu, nggak Ran, aku saat ini suami sah dari seorang isteri dan ayah sah dari empat anak. Aku tak mau mengubah kondisi itu..,” ujarku pada Rani, setelah selama beberapa waktu kami saling berdiam diri.
Bagiku, hal ini penting kusampaikan sebagai antisipasi dampak yang mungkin terjadi (jika benar) Rani menginginkan sebuah hubungan unik sebagaimana pernah terjadi antara sahabatnya, Maya, denganku.Rani tersenyum. “Aku juga mendapat informasi soal itu dari Maya. Nggak masalah. Mas Dani nggak usah khawatir,” tegasnya.
Aku menghela nafas panjang, lega.
“Jadi keputusan Mas Dani..,” Rani memandang wajahku lekat.
Aku mengangkat bahu dan bangkit berdiri, dan kurengkuh tubuh Rani, “Kamu juga faham soal ‘Kijang Panther’..,” helaan nafas yang lalu kuhembuskan lembut di telinganya membuat Rani spontan merapatkan tubuh dan menempelkan pipinya ke pipiku.
“Bagian yang itu, Rani nggak janji..,” bisiknya manja.
Aku tergelak.
Saat aku dan Rani mencapai puncak kenikmatan yang ditandai dengan menegangnya tubuhku dan suara erangan Rani disertai sepasang tangannya mencengkeram bahuku, aku pun berdesis, “Terima kasih Maya.”
Rani melotot, “Kok Maya..?”
Aku tersenyum. “Karena dia menghadirkan kamu di sini.”
Aku memeluk Rani yang balas memelukku. Kami sama-sama tersenyum saat melihat sepasang cicak berkejaran di langit-langit. Ah, indahnya. -
Kisah Memek Birsetubuh Ria Dengan 3 Cewek Manis
Duniabola99.com – Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah kenapa aku banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Aku belum mau pacaran. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang beberapa kali ganti pacar. Tapi aku sama sekali belum punya keinginan untuk pacaran. Walau sebenarnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku.
Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu aku pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira.
Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang gadis yang langsung saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup cantik juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga memperlihatkan seluruh bahu serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan bersih celana pendek yang dikenakan membuat pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku langsung berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika dia tiba-tiba saja berpaling dan menatapku.
“Lagi ada yang ditunggu?”, tegurnya tiba-tiba.
Aku terkejut, tidak menyangka kalau gadis ini menegurku. Cepat-cepat aku menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak menduga kalau dia akan menyapaku.
“Tidak.., Eh, kamu sendiri..?”, aku balik bertanya.
“Sama, aku juga sendirian”, jawabnya singkat.Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan hanya memiliki wajah yang cukup cantik tapi juga punya bentuk tubuh yang bisa membuat mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bulat dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa aku jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya aku tidak pernah memperhatikan wanita sampai sejauh itu.
“Jalan-jalan yuk..”, ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri.
“Kemana?”, tanyaku ikut berdiri.
“Kemana saja, dari pada bengong di sini”, sahutnya.
Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai. Bergegas aku mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja aku jadi tersentak kaget, karena tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya.Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap.
“Eh, nama kamu siapa..?”, tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.
“Angga”, sahutku.
“Akh.., kayak nama perempuan”, celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
“Kalau aku sih biasa dipanggil Ria”, katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya.
“Nama kamu bagus”, aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.
“Eh, boleh nggak aku panggil kamu Mas Angga?, Soalnya kamu pasti lebih tua dariku”, katanya meminta.Aku hanya tersenyum saja. Memang kalau tidak pakai seragam Sekolah, aku kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja baru tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan aku memperkirakan kalau gadis ini pasti seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru.
“Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak..?”, ujarnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam.
“Boleh”, sahutku.Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Ria memang pandai membuat suasana jadi akrab.
Selesai makan bubur ayam, aku dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Ria yang mengajak pulang lebih dulu.
“Mobilku di parkir disana..”, katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.
“Kamu bawa mobil..?”, tanyaku heran.
“Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum”, katanya beralasan.
“Kamu sendiri..?”
Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja.
“Ikut aku yuk..”, ajaknya langsung.
Belum juga aku menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng aku menuju ke mobilnya. Sebuah mobil starlet warna biru muda masih mulus, dan tampaknya masih cukup baru. Ria malah meminta aku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan gadis itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk singgah.“Ayo..”, Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa laki-laki yang baru dikenalnya ke dalam kamar.
“Tunggu sebentar ya..”, kata Ria setelah membawaku ke dalam sebuah kamar.Dan aku yakin kalau ini pasti kamar Ria. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga memiliki wajah cantik serta tubuh yang ramping, padat dan berisi.
Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga aku tidak sempat lagi menyadari.
“Aku dulu.., Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini”, kata Ria tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya.
Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Ria mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. baru kali ini aku melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga aku henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya.
“Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?”, aku membentak kaget.
Tapi tidak ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melakukan hal yang sama.Sekujur tubuhku jadi menggeletar hebat Seperti tersengat listrik, ketika merasakan jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku di kocok-kocok dengan bergairah oleh Ria. Aku hanya bisa merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat.
Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku.
Aku benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu bernama Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melakukan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.Saat itu juga aku langsung menyadari kalau gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melakukan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya.
Sementara itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi aku benar-benar merasakan kenikmatan yang amat sangat, baru kali ini penisku merasakan kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun merasakan kenikmatan yang sama, bahkan sesekali aku mendengar dia merintih tertahan. Ria terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi menerima kenikmatan bertubi-tubi aku berteriak tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melakukan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian aku merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya. Ria terus mengocok-ngocok penisku sampai spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang.
Tetapi Ria rupanya tidak berhenti sampai disitu, kemudian dengan cepat dia dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran sampai bersih dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini membuat penisku yang biasanya setelah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria sekarang benar-benar berhasil. Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin sempurna dan Ria kembali memasukkan batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku.
Aku merasakan agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih mampu meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan Ria tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku bisa merasakan vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga akhirnya Ria melepaskan teriakannya saat ia merasakan puncak kenikmatannya. Aku merasakan vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan aku merasakan kepala penisku seperti tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan lumayan banyak di batangan penisku..
Setelah Ria Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari langsung menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak sampai satu jam, aku digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dengan dalam keadaan tubuh polos di sekitarku, setelah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya.
Sementara aku hanya bisa merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm aku bisa melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini..?Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan aku sehingga aku bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru membuat pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku.
Sungguh aku tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku. Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap saat mereka datang dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga aku sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam pengaruh obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi setelah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga aku tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar ini.
Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu seperti ini siapa yang suka? Berulang kali aku meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku kalau berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan kalau orang tua dan saudara-saudara serta semua temanku pasti kebingungan mencariku.
Karena sudah tiga hari aku tidak pulang akibat disekap gadis-gadis binal dan liar ini. Meskipun mereka selalu memberiku makanan yang lezat dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan aku sama sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan aku sudah pasrah. Setiap saat mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang agar aku tetap bergairah dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan aku sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.
Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, aku tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih karena belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin.
Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, karena yang datang bukan Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia langsung menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu aku sudah benar-benar lemah, sehingga tidak mampu lagi untuk bergerak. Dan orang tua ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan dia memberikan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya.
“Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan”, katanya sambil berlalu meninggalkan kamar ini.
Dan memang tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, membuat nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.
“Bapak ini siapa?”, tanyaku
“Saya pengurus rumah ini”, sahutnya.
“Lalu, ketiga gadis itu..”, tanyaku lagi.
“hh.., Mereka memang anak-anak nakal. Maafkan mereka, Nak..”, katanya dengan nada sedih.
“Bapak kenal dengan mereka?”, tanyaku.
“Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka sejak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan jadi binal seperti itu. Tapi untunglah, orang tua mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja kejadian seperti ini tidak terulang lagi”, katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih.Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, aku minta diri untuk pulang. Dan orang tua itu mengantarku sampai di depan pintu. Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku langsung mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, aku mencoba merenungi semua yang baru saja terjadi.
Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang aku selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan aku tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan aku berharap kejadian itu tidak sampai menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Bonus Foto
-
Video Bokep Jepang Yui Satonaka bermian-main dengan dildonya
-
Video bokep Cayla bergoyang erotis menggoda pacarnya
-
Foto Ngentot cewek cantik Kiera Winters dari belakang dan dijilat memeknya
Duniabola99.com – foto cewek pakai bikini cantik Kiera Winters dientot pacarnya dari belakang dimemeknya yang berwana pink yang masih sempit dan menembakkan sperma yang banyak diatas perutnya diatas sofa.
-
Kisah Memek Kenikmatan dari gadis kampung
Duniabola99.com – Kala itu aku numpang kost di rumah temanku yang sudah berkeluarga, sedang seorang gadis adik temanku kebetulan numpang juga di rumah itu, sebagai pengasuh anak-anak temanku itu, berhubung suami istri bekerja.
Pada awalnya aku memandang gadis itu Nani namanya, biasa-biasa saja, maklum aku walaupun sudah cukup dibilang dewasa (27) tetapi sekalipun belum pernah mengenal wanita secara khusus apalagi namanya pacaran, maklum orang tuaku menekankan menuntut ilmu lebih utama untuk masa depan. Apalagi setelah aku selesai kuliah dan langsung bekerja, aku merasa berhasil menikmati hasilku selama ini. Itu sekedar background kenapa gadis itu aku pandang biasa saja, karena dia hanya lulus SD sehingga aku kurang peduli bila aku menyadari tingkat pendidikanku sendiri.Namun dari hari kehari Nani si gadis itu selalu melayaniku menyediakan makan, menjaga kebersihan kamarku, dan bahkan mencuci bajuku yang terkadang tanpa aku minta walaupun aku sebenarnya biasa mencuci sendiri, namun adakalanya aku cukup sibuk kerja, sehingga waktuku terkadang serasa di buru-buru. Rupanya gadis itu sedikit menaruh hati, tapi aku tidak tanggap sekali. Terlihat dari cara memandangku, sehingga aku terkadang pura-pura memperhatikan ke arah lain. Sampai pada suatu saat, dimana temanku beserta anak istrinya pulang kampung untuk suatu keperluan selama seminggu, sedangkan adik perempuannya karena harus menyediakan makan setiap kali untukku, tidak diikutkan pulang, sehingga tinggal aku dan si gadis Nina itu di rumah.
Rupanya kesendirian kami berdua menimbulkan suasana lain di rumah, dan hingga pada suatu pagi ketika gadis itu sedang menyapu kamarku yang kebetulan aku sedang bersiap berangkat kerja, masuklah gadis itu untuk menyapu lantai. Sebagai mana posisi orang menyapu, maka saat gadis itu membungkuk, aduhh.., rupanya perh yang sedang bercermin tersapu juga oleh pemandangan yang menakjubkanku. Dua buah melon yang subur segar terhidang di depanku oleh gadis itu, dengan sedikit basa basi gadis itu menyapaku entah sadar atau tidak dia telah menarik perhatianku karena payudaranya yang tidak terbungkus BH, kecuali dibalut baju yang berpotongan dada rendah. Dengan tidak membuang kesempatan aku nikmati keindahan payudara itu dengan leluasa melalui cermin selama menyapu dikamarku.
Menjelang dia selesai menyapu kamarku, tiba-tiba dia dekap perutnya sambil merintih kesakitan dan muka yang menampakkan rasa sakit yang melilit. Dengan gerak refleks, aku pegang lengannya sambil aku tanya apa yang dia rasakan. Sambil tetap merintih dia jawab bahwa rasa mules perut tiba-tiba, maka aku bimbing dia ke kamarnya dengan tetap merintih memegangi perutnya sampai ditempat tidurnya. Kusuruh dia rebahan dan memintaku untuk diberikan obat gosok untuk perutnya. Segera aku ambilkan dan sambil berjaga dia gosok perutnya dari balik blousenya. Tetapi tiba-tiba saat menggosok lagi-lagi dia mengerang dan mengaduh, sehingga membuatku sedikit panik dan membuatku segera ikut memegangi perutnya dan sambil ikut mengurut juga. Dan nampak sedikit agak berkurang rintihannya, sambil masih tetap kuurut perutnya. Kepanikanku mulai hilang dan aku mulai sadar lagi akan keindahan payudara gadis itu bersamaan dengan bangkitnya perasaan gadis itu selama aku urut tadi mulai menelusuk ke tubuhnya merasakan kenikmatannya juga dan dengan tiba-tiba tanganku dipegangnya dan dibimbingnya tanganku ke taman berhiaskan buah melonnya yang subur segar dan aku turuti saja kenikmatan bersama ini untuk mengusap buah melon yang tidak terbungkus itu, dan tanganku terus menelusup diantara buah-buah itu sambil memetik-metik putingnya.
Gadis itu mulai merintih nikmat, dan erangan halus dan memberi isyarat tanganku untuk terus dan terus memilin puting buahnya yang semakin menegang. Baru aku sadari bahwa untuk kali pertama aku merasakan puting gadis yang menegang bila sedang terangsang dengan erangannya yang membuat penisku yang dari tadi ikut mengeras tambah menekan di dalam celanaku yang sebenarnya sudah siap untuk berangkat kerja, namun untuk sementara tertunda. “Eehh.. Mas.. gelii.. tapi nikmat, aahh.. eehmm aduuhh nikmat mass..” Posisi dia saat itu sambil duduk membelakangiku, dan tiba-tiba dia menyandar ke dadaku sambil menengadahkan mukanya dan mulutnya mengendus-endus leherku. Tanpa buang waktu, mulutku pun kuenduskan ke lehernya dan selanjutnya mulut kami saling berpautan, saling mengulum dan saling menjulurkan lidah dengan penuh nafsu, sementara tanganku terus menyusuri buah-buah yang subur itu untuk meningkatkan kegairahannya, sedang tangan gadis itu mulai hilang kesadarannya oleh kenikmatan itu dengan ditandai kegairahannya untuk melepas kaitan rok bawahannya dan dilanjutkan ke kancing-kancing blousenya. Kembali kesadaranku tertegun untuk pertama kali aku menikmati keutuhan tubuh seorang gadis yang hanya mengenakan CD-nya.Namun untuk saat itu juga aku terperanjat, “Eiitt, Nina ini sudah jam delapan, aku harus berangkat kerja wahh, aku terlambat”, kataku. Kami saling tertegun pandang dan saling senyum tertahan dan kemudian kami berpeluk cium, sambil aku berkata, “Entar aku berangkat dan aku segera kembali, hanya untuk minta ijin kalau aku ada keperluan yahh, gimana?”. “He.. eh, Mas entar kita terusin lagi ya Mas, tapi janji lho, ehh tapi Mas?”. “Kenapa Nan..” tanyaku. “Mas kemot dulu dong buah dadaku, ntar baru boleh berangkat”. Achh lagi-lagi kenikmatan yang tak bisa ditunda pikirku, dengan “terpaksa” aku kemot putingnya dan dengan penuh gairah aku kemot buah dadanya sampai hampir merata bekas kemotan di kedua buah dadanya, sampai-sampai si Nani tak percaya keganasanku. Kami saling melepas pelukan yang seolah adalah kerinduan yang selama ini lama terpendam. Kebetulan kantorku hanya beberapa ratus meter dari rumah kost yang aku tempati. Selesai aku menyampaikan alasan yang dapat diterima atasanku, segera aku bergegas pulang lagi. Ketika aku sampai dirumah, yang memang setiap harinya sepi pada jam-jam kerja, maka menambah kegairahanku waktu aku membuka pintu depan yang tidak terkunci, dan langsung kukunci saat aku masuk. Tetapi pintu-pintu kamar tertutup.
Maka yang pertama aku tuju adalah kamarku. Aku buka kamarku untuk ganti baju kerjaku dengan maksud akan ganti baju kaos dengan celana pendek saja. Aku buka baju dan celanaku satu persatu, dan saat aku hanya kenakan celana dalamku, tiba-tiba dari belakang, Nina si gadis itu sudah di belakang mendekapku dan ohh, menakjubkan.., rupanya sedari tadi dia aku tinggalkan, dia tidak lagi kenakan bajunya sambil terus menunggu di kamarku. Maka kembali kenikmatan pagi itu aku teruskan lagi, dengan saling meraba dan dengan ciuman yang penuh nafsu dan kami masing hanya mengenakan celana dalam saja, sehingga kulit kami bisa saling bergesekan merasakan dekapan secara penuh, sementara kami berpelukan dan mulut berciuman, penisku merasakan keempukan tonjolan daging di selangkangan Nani yang seolah terbelah dua memberikan sarang ke batang penisku. Sedangkan dadaku merasakan tonjolan buah dadanya yang lembut dan torehan puting susunya di dadaku. Tanganku bergerak dari punggungnya beralih ke pantatnya yang bulat untuk aku remas-remas, sedang tangannya tetap memegang leher dan kepalaku dengan mulut, bibir dan lidah saling mengulum. Lama kami pada posisi berdiri “Eeehh.. mmaas eehh eegh enaak sayang ngg.., teruss, teruss.. gelii.. egghh eenaak” erangnya yang setiap saat keluar dari mulutnya.
Kegairahan pagi itu kami lanjutkan di lantai kamarku untuk saling berguling dan tetap saling peluk menaikkan gairah petting kami yang pertama kali di lantai kamarku. Maklum kamar indekost dengan tempat tidurku yang seadanya dan pas-pasan yang pasti kurang pas untuk kegairahan petting yang memuncak di pagi itu. Dengan leluasa tangan kami saling bergerak ke buah dada, penis, puting dan satu hal selama ini yang jadi obsesiku adalah keinginan yang terpendam untuk mengemot puting bila melihat buah dada wanita yang sedemikian montok dan menggairahkan, maka aku tumpahkan obsesiku pada kenikmatan pagi itu untuk pertama kalinya. “Mass sayang terruss kemot pentilku.. mmaass gelii, geelii,.. eehm Mas nikmat.. terus jilatin pentilku teruss aku peengin di jilatin terus pentilku..”. Dengan penuh gairah pertama aku puaskan menjilati putingnya yang aku rasakan semakin menegang dan demikian juga dengan penisku, sambil aku gesek-gesekkan ke tonjolan daging di selangkangannya. Aku kembali agak kaget ketika batang penisku merasa basah saat aku gesekkan di tonjolan daging selangkangan Nina yang masih memakai CD, yang bahkan penisku sendiri belum mengeluarkan cairan sperma.Maka sambil mulutku mengemot dan menjilati puting susunya, tanganku mencoba meraba selangkangan Nina diantara belahan daging, namun tiba-tiba dia memekik “A’aa ehh jangan dulu Mas nggak tahan gelinya”. Maka sementara aku lepaskan kembali dan tangan ku kembali meremas buah dadanya sambil memilin-milin putingnya “Mass.. he’eh begitu kemotin pentilku teruss.., susuku diremass-re’eemas.. e’eenak eeh.. ehghhm.. yangg geli..”. Penisku terus aku gesek-gesekkan dicelah selangkangan Nina, “eeh, eehh.. eehh.. eehh.. eeheh.. eh”. Demikian lenguhannya setiap aku gesek selangkangannya. “Mas.. tarik CD-ku dan lepaskan celanamu..”, sampai pada ucapan Nina tersebut maka sementara kami lepas pergumulan itu sambil aku dengan ragu dan deg-degan menarik pelan-pelan CD-nya yang masih dalam keadaan telentang sementara aku duduk dan dia mulai angkat kakinya ke atas saat CD-nya mulai bergeser meninggalkan pantatnya, sambil terus kutarik perlahan-lahan dengan saling berpandangan mata serta senyum-senyumnya yang nakal, maka aku dihadapkan dengan sembulan apa yang disebut clitoris yang ditumbuhi rambut-rambut halus sedikit keriting dan bllaass, lepas sudah CD-nya tinggalah celah rapat-rapat menganga semu pink dan semu basah dengan sedikit leleran lendir dari lubang kenikmatan itu. “Nin.. kenapa sih” tanyaku nakal, “Apanya.. Mas” sahutnya sambil senyum, “Kalau dikemot-kemot payudaranya sama pentilnya tadi”. “Aduh rasanya geli banget, rasanya kaya mau mati saja tapi nikmat iih geli”. “Enggak sakit dikemot dipentilnya tadi” tanyaku, “Enak.. Mas, rasanya pingin terus, kalau sudah yang kiri, terus pingin yang kanan, rasanya pingin dikemot bareng-bareng sama mulut Mas.
Terus di liang kewanitaanku jadi ikut-ikutan geli nyut-nyutan sampai aku eeghh.. hemm gimana yach bergidik. hhmm” akunya. “Terus pingin lagi nggak dikemot-kemot?” tanyaku penasaran. “Iiih.. Mas nakal, ya.. Pingin lagi dong”, sambil tangannya merayap ke selangkanganku yang masih pakai CD, memencet penisku yang menonjol dan juga meremas. “Kalau adik Mas rasanya gimana tuh kalau kupegang-pegang gini?, geli nggak?” keingin-tahuannya besar juga. “Sama nikmat rasanya, pengin terus dielus-elus sama Nina terus, geli eh-eh.. eh” dengan penasaran dia mengesek-gesek pas lubang penisku, jadi geli rasanya. “Kalau ininya dipegang-pegang gini gimana Mas?” sambil dia pegang dan raba-raba buah pelirku.” Yah nikmat juga” tegasku sambil aku elus-elus pahanya yang tidak begitu putih tapi mulus. “Eh.., Mas tadi kutipu, pura-pura sakit, habis Mas kelihatannya cuek saja”, sambil dia senyum nakal menggoda. Brengsek juga nih anak batinku, nekat juga ngerjain aku. “Mas.. selama seminggu ini kita hanya berdua saja dirumah, terus gimana enaknya Mas?” tanyanya sambil iseng meremas-remas penisku yang tetap tegak sedang aku memilin-milin puting susunya yang juga tetap tegang, “Kita kelonan terus saja seminggu ini siang ataupun malam”.
Kebetulan kerjaku selama ini hanya sampai jam 14.00 sudah pulang. Dia menggoda “Terus nanti kalau kelonan terus Mas nanti nggak ada yang nyediain makan gimana dong”. “Yah nggak usah makan asal kelonan terus sama Nina entar kenyang”. Dia bangkit dan memelukku erat-erat dan diciuminya bibirku sambil lidahnya dijulurkan ke kerongkonganku. Sambil melepas dia berkata “Mas kita kelonan lagi yuk sampai sore, terus nanti mandi bareng”. Tanganku mulai mengelus clitorisnya dan mulutku terus mengulum bibirnya dan kembali dia telentang di lantai dan aku mulai menindihnya “Mas.. kalau gini terus aku rasanya mau pingsan kenikmatan eehh.. M eghhmm.. aduuh.. nikmat Mas di memekku.. geli rasanya teruuss eeghh.. eghh”. Dan aku rasakan clitorisnya semakin basah, dan dengan lahapnya jari tengahku aku cabut dari clitnya untuk kujilati jariku dan aku rasakan nikmat gurihnya lendir seorang perempuan pertama kalinya. “Eeehh.. eennak.. aahh.. aahh uuhhgg uughhg uuhh.. ehhehh” saat jariku kembali menelusup kedalam lubang clitorisnya. Lenguhan mulutnya dan dengus napasnya menaikkan gairahku yang kian meningkat tapi aku ragu untuk menuruti naluriku mencoba memasukkan penisku ke lubang senggamanya.Maka sementara aku tahan walupun penisku pun juga sudah semakin basah oleh lendirku juga. Aku mulai merayap kebawah selangkangannya dan mulutku berhadapan dengan clitorisnya tanpa dia sadari karena matanya terpejam menikmati gairah yang dirasakan, saat lidahku mulai menjilatlubang clitorisnya, kembali dia terpekik “aahhuughh huu.. hu.. egghh aduh.. eggh nikmat, aduhh aku gimana nih Mass aahh aku nggak kuat, Mass.. Mas.. eghh.. egh hhgeehh.. Mas.” sambil dia aku perhatikan pantat, paha, perut dan kakinya seolah kejang seperti kesakitan tetapi aku sangsi kalau dia sakit, dan malahan kepalaku dia tekan kuat ke selangkangannya sambil terus berteriak “hehehggheh ahh.. ehhehh.. huhh.. mass.. aku.. akuu rasanya.. eghh” dan dia bangkit sambil menarik CD-ku yang masih aku kenakan, dan blarr, penisku menantang tegak “Mas masukkan Mas.. eeghheghh” dan dia angkat kakinya sambil telentang dia bentangkan lebar selangkangannya sambil tangannya membimbing penisku memasuki clitorisnya. “Mas.. kocok Mas eghh Mas yang dalam.. kocok terus selangkanganku aduhh eghh Mas enakk”. Sambil menekuk kaki, sementara tanganku sebagai tumpuan dan dengan berat tubuhku aku tindihkan dan kuamblaskan penisku ke lubang yang sedari tadi sudah menunggu, dan aku rasakan sedotan lubang yang sangat kuat pada batang penisku yang rasanya dikemot-kemot. “Eehhgehhg.. teruss. teruss Mas.. maass nikmat kocok terus aduuh rasanya aku nggak kuat mass ada yang keluar eghh.. eeghh. eehhgg aduuhh.. mass..” “ahhgg-agh.. Nani aku aduh egghh, Nani rasanya memekmu ngemot eghh eehhmm.. nikmat.. terus sedot” “Mass nikmat.. sekali nikmat.. dalam sekali. Aahh aduh.. hhaghhah Mass.., aku mau keluarr”. “Aku juga Nan.. ahhgh aku sudah mau keluar.. ahgghhah”.
Dan aku cabut penisku saat dia demikian bergetar dan menyedot sedot penisku sehingga aku tak tahan lagi untuk menyemburkan spermaku dan saat itu aku merasa dia terlepas dari penisku, dia bangkit dan menyongsong batang penisku dengan mulutnya menyambut semburan spermaku sambil tangannya menggosok lubang clitorisnya, ditimpali dengan lenguhannya yang tidak beraturan dimulutnya “Cppokklep.. plekk.. clepk.. clkek.. cslckek” bunyi mulutnya mengemot dan menyedot penisku sementara aku terasa bergetar dan tenagaku berangsur-angsur lemas, sampai dia menjilati sisa sperma pada penisku dengan bersih. Sesaat kemudian aku tidur ditempat tidurku siang itu kelonan berdua yang tidak terasa telah jam 3 sore, dan baru kemudian bangun dengan badan terasa agak pegal. Kami kembali berpagut lama dengan saling rabaan dan remasan masih dalam keadaan tanpa busana. Akhirnya kami mandi bersama dengan air yang sebelumnya kami. Itulah pengalaman pertama kaliku menikmati hubungan seks dengan seorang gadis kampung bernama Nani.