Author: Kisah Memek

  • Kisah Memek Selingkuh Dengan Gru Privat Anakku

    Kisah Memek Selingkuh Dengan Gru Privat Anakku


    2632 views

    Duniabola99.com – Sebut saja namaku Vina aku seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki seorang anak. Kini dia sudah duduk di bangku kelas 3 SD dan aku begitu menyayanginya hingga akhirnya aku berhenti bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan swasta. Aku relakan gaji yang lumayan besar demi menjaga anakku karena aku bisa di katakan telat memiliki seorang anak.


    karena aku melahirkan anakku saat usiaku sudah 32 tahun dan kini dia sudah 3 tahun berarti aku sudah 35 tahun sekarang. Sedangkan suamiku mas Anton berusia 42 tahun, dan kami sering melakukan cerita dewasa hot dengan begitu buasnya, aku begitu menyayanginya karena begitu juga suamiku begitu menyayangi aku tapi kini aku kasihan padanya karena meskipun baru usianya menginjak 42 tahun dia sudah ada penyakit diabetes.

    Awalnya aku menganggapnya biasa saja tapi lama kelamaan dia semakin menjadi laki-laki yang kurang begitu normal dia tidak lagi mampu memberikan kepuasan padaku. Hingga akhirnya aku kangen akan belaian seorang laki-laki, dan aku berusaha untuk membuang rasa itu namun akhirnya tetap saja rasa itu selalu hadir dalam benakku ingin rasanya aku membeli alat vibrator seperti yang aku lihat di medsos.

    Ingin rasanya aku mempuaskan diri seperti dalam cerita dewasa hot menggunakan alat itu. Tapi aku malu dan tidak tahu harus bagaimana lagi sampai akhirnya suamiku ada rencana untuk mencarikan anakku guru privat bahasa asing, dan aku hanya mengangguk tanda setuju selang beberapa hari kemudian datang seorang pemuda yang berusia sekitar 20 tahun ke rumahku.


    Akupun tahu kalau dia adalah guru privat putraku sampai akhirnya tiga minggu sekali dia datang kerumah. Dan aku tahu kalau dia bernama Delon seorang pemuda yang masih duduk di bagku kuliah semester awal, anaknya begitu tampan tapi terlihat dia begitu pemalu karena sampai saat ini dia jarang mengobrol denganku. Paling tidak aku hanya melemparkan senyum padanya.

    Sampai akhirnya aku pernah melihat dia sedang membersihkan kemejanya yang terkena noda oleh anakku, akupun menyuruhnya untuk mengganti kemejanya. Dia mengikuti saranku saat itu juga aku melihat dada bidangnya begitu menggoda, sampai aku kepikiran untuk melakukan adegan cerita dewasa hot dengannya tapi aku tidak tahu harus bagaimana cara menggaetnya untuk aku dekati.

    Tanpa aku duga akhirnya aku mendapat kesempatan untuk melakukan adegan layaknya dalam cerita dewasa hot bersama dengan Delon. Hari itu dia datang kerumah sedangkan anaku baru saja keluar di ajak adikku yang beru main kerumahku. Dan suamiku belum datang juga dari kantornya, dengan setengah merajuk akupun bilang untuk Delon menunggu anakku padahal aku tahu kalau dia datangnya pasti telat.


    Karena adikku sudah bilang kalau dia hendak pergi nonton juga dengan pacarnya dan memang ingin mengajak anankku. Setelah menghidangkan teh hangat pada Delon akhirnya akupun melancarkan aksiku untuk menngoda gairah sex Delon, aku dekati dirinya yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Melihatnya terdiam akupun mencium pipinya dan tetap saja melihatnya terdiam.

    Akhirnya akupun melumat bibir Delon dan aku tidak menyangkan kalau dia akan membalas ciumanku. Sampai akhirnya kamipun sudah bergumul di atas sofa itu, aku bersikap agresif pada Delon dengan cara mencium seluruh tubuhnya dan sampai juga pada kontolnya sewaktu aku akan berjongkok di depan kontolnya Delon langsung memagng kedua pundakku sambil menggelengkan kepala.

    Dia mengangkat tubuhku ” Kenapa sayang aku ingin memuaskan kamu… ” Kataku dengan tatapan penuh nafsu, namun dia tetap menggelengkan kepalanya dan aku hanya mengikuti apa maunya. Dengan lembut Delon mencium keningku lalu turun pada bibirku saat itulah dia lama mengulum bibirku sampai akhirnya akupun terbuai sambil memejamkan mata aku rasa aku tidak akan bertahan lama.


    karena dengan hanya sentuhan bibir aku sudah merasakan kenikmatan yang menjalar pada tubuhku, apalagi ketika Delon mencoba memasukkan kontolnya pada memekku layaknya dalam cerita dewasa paling hot. Rupanya Delon sudah berpengalaman melakukan hal ini karena dia begitu paham memasukkan kontolnya dalam memekku dan dapat langsung menerobos dalam memekku yang sudah lama menunggu hal itu.

    Aku lihat diapun bergerak di atas tubuhku ” Ooouuugghh… Delon… sa…. yang… aaaaaggghh….. aaaaagggghhhh… sayang… aaaaaggghhhhh… uuuggghhh… ” Terasa nikmat hentakan kontol Delon dalam memeku, akupun memejamkan mata tidak ingin melewatkan kenikmatan pada memekku yang telah lama belum juga merasakan kontol setelah suamiku terkena impotensi.

    Sampai akhirnya akupun menyuruh Delon untuk segera menuntaskan permainannya karena aku juga sudah beberapa kali mengalami puncak kenikmatan ” Oooouuuugghhhh ….. aaaaagghhh… aaaaaaagggggghhh…. aaaaagggggggggghhhhh….. Cepat.. De…lon….. aaaagggghhh… ” Mungkin karena permintaanku akhirnya DElon menumpahkan sperma itu dalam mememku dan aku begitu horny karenanya.


    Dengan penuh kelembutan aku peluk tubuh Delon yang masih terkulai lemas di atas tubuhku. Dia terlihat begitu puas juga karena tanpa malu lagi Delon terus mencium tubuhku bahkan berkali-kali dia lumat habis bibirku, bagai dalam adegan cerita dewasa aku peluk tubuh Delon meskipun masih licin oleh keringat yang membasahi tubuhnya diapun memeluk erat aku.

  • Kisah Memek Selingkuh Dengan Istri Pelayar

    Kisah Memek Selingkuh Dengan Istri Pelayar


    2629 views

    Duniabola99.com – Suatu sore ketika aku sedang di Delta plaza buat beli beberapa kebutuhan sehari-hariku dan kebutuhan mandi. Saat itu aku memasuki plaza itu dengan santainya karena aku memang tidak terburu-buru, dan aku memasuki salah satu swalayan disitu dan memilih-milih barang kebutuhanku, dan setelah selesai aku pergi ke kasir dan antri disitu.. Dan emang lumayan panjang antriannya karena malam minggu.


    Karena agak bosan antri maka aku tengok kanan kiri dan depan belakang kayak orang kampung. Ketika kuperhatiin di depanku ternyata seorang ibu-ibu yang membawa banyak belanjaan di keranjang belanjanya, dan nampaknya dia agak keberatan. Ketika kuperhatiin lebih lanjut ternyata dia lumayan menarik walaupun badannya agak over weight. Dari wajahnya kuperkirakan sekitar umur 35 tahun, tingginya sekitar 158 dan beratnya sekitar 65 kg.

    Kuperhatiin payudaranya sekitar 34C wah? Gede banget? Sampai terbayang pikiran kotor di otakku yang emang ngeres. Posisi dia yang berdiri agak menyamping jadi aku bisa puas memandanginya dari samping dan ketika dia menengokku (mungkin merasa di perhatiin) dan matanya bentrok dengan mataku dan dia tersenyum padaku hingga aku agak malu karena kepergok memandanginya sebegitu detail. Pada saat giliran wanita di depanku dia mengangkat barang-barang belanjaannya dan salah satu barang belanjaannya jatuh secara otomatis aku menangkapnya dan ternyata dia juga berusaha menangkap barang tersebut sehingga walaupun barang itu terpegang olehku ternyata terpegang juga oleh tangannya sehingga kami seolah-olah bergandengan tangan.

    “Maaf Mbak,” kataku agak malu karena menyentuh tangannya yang halus dan hangat itu. “Enggak apa-apa kok Dik, terima kasih telah membantu menangkap belanjaan saya yang jatuh” jawabnya sambil tersenyum. Kemudian dia melanjutkan aktifitasnya dengan kasir, setelah selesai semua dia keluar dan menoleh kepadaku sambil menganggukan kepalanya kepadaku dan bibirnya tersenuym manis. Dan akupun menganggukkan kepala sambil tersenyum. Setelah selesai belanja kemudian aku jalan agak santai menuju pintu keluar, ternyata di loby wanita itu masih berada di loby tersebut dan disampingnya banyak belanjaannya, kemudian aku lewat di depannya dengan cueknya dan pura-pura nggak mengenalinya. “Ech, Dik” kata wanita itu sambil mengejarku. “Iya Mbak, ada apa.. Ech.. Ini Mbak yang tadi yaa” kataku. “Iya Dik, adik mau Bantu Mbak nggak Dik” tanya wanita itu. Agen Maxbet

    “Kalau saya bisa membantu Mbak dengan senang hati saya Bantu Mbak. Och ya, nama saya Dony..” kataku sambil mengulurkan tanyaku. “Saya Ida,” kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya. “Apakah yang bisa saya Bantu Mbak” tanyaku. “Itu, barang-barang Mbak kan banyak jadi bingung bawanya ke mobil Mbak, jadi kalau bisa minta tolong ama Dik Dony buat bantuin Mbak angkat barang-barang Mbak ke mobil. Itupun kalau Dik Dony enggak keberatan” kata wanita itu sambil tersenyum tetapi tatapannya penuh permohonan. “Oh, gitu, kalau cuma gitu sih gampang soalnya barang-barang saya cuma dikit jadi enggak masalah kalau cuma Bantu Mbak” jawabku sambil mendekati barang belanjaan Mbak Ida. “Terima kasih sebelumnya lho Dik Dony, Mbak telah merepotkan” kata Mbak Ida agak kurang enak. “Enggak apa-apa kok Mbak biasa. O.. Ya.. Mobil Mbak di sebelah mana” tanyaku.

    “Disana itu” kata Mbak Ida sambil menunjuk mobil Suzuki baleno warna hitam metalik. Kemudian kami jalan bareng menuju ke mobil tersebut dan aku mengakat barang-barang belanjaan mabk Ida, lumayan berat sih, tapi demi Mbak yang menarik ini aku mau. Setelah meletakkan seluruh barang belanjaan Mbak Ida kemudian aku pamit pergi. “Terima kasih lho Dik Dony, telah bantuin Mbak. O.. Ya. Dik Dony rumahnya dimana” tanya Mbak Ida. “Rumah saya di jl. M” jawabku pendek sambil memandang tubuh Mbak Ida yang sexy itu. “Kalau gitu kita barengan aja pulangnya, soalnya Mbak rumah di perumahan G jadi kan dekat” ajak Mbak Ida. “Enggak usah Mbak ntar ngrepotin Mbak ajak” tolakku dengan halus. “Gak ngrepotin kok, Mbak malah senang kalau Dik Dony mau bareng ama Mbak soalnya jadi ada yang diajak ngobrol waktu nyetir” katanya sambil memintaku masuk ke mobil. Kemudian aku masuk dan setelah dijalan kami mengobrol banyak, ternyata Mbak Ida sudah punya suami dan seorang anak laki-laki berumur 4 tahun.


    Dia cerita bahwa suaminya seorang pelayar jadi pulangnya 6 bulan sekali bahkan terkadang setahun sekali dan dia tinggal dirumah dengan anak dan pembantunya. “Mampir ke rumah Mbak dulu ya Dik Dony, nanti biar Mbak anterin Dik Dony kalau sudah bawa barang-barang kerumah” kata Mbak Ida dan aku hanya mengangguk. Ketika memasuki gerbang rumahnya dan kulihat sebuah rumah yang sangat mewah. Dan akupun membawa barang- barang Mbak Ida ke dalam rumahnya, kemudian aku dipersilahkan duduk di ruang tamu. “Dik Dony mau minum apa” tanya Mbak Ida. “Enggak usah Mbak, lagian bentar lagi kan saya pulang” jawabku. “Minum dulu deh sambil kita ngobrol, Mbak sudah lama nggak ada teman ngobrol. Mau susu dingin” tanya Mbak Ida. “Boleh” jawabku singkat. “Sambil nunggu minuman Dik Dony nonton aja dulu” katanya Mbak Ida sambil mengambil remote TV dan menyerahkannya padaku dan kemudian dia pergi kebelakang untuk mengambil minum buatku.

    Ketika kuhidupkan TV ternyata otomatis ke dvd dan filmnya ternyata film semi porno. Cuek aja aku nonton, enggak kusadari ternyata Mbak Ida lama mengambil minuman dan akupun asyik nonton film semi porno tersebut. “Suka nonton gituan ya Dik,” tanya Mbak Ida mendadak sudah berada dibelakangku. Aku tersentak kaget dan malu, lalu kumatiin TV-nya. Kulihat Mbak Ida sudah ganti pakaiannya, sekarang mabk Ida memakai celana pendek dan you can see. Sehingga nampak pahanya yang putih mulus dan ternyata dia tIdak memakai bra sehingga nampak putingnya membayang di balik you can see nya tersebut. “Ech, enggak usah di matiin, Dik Dony kan sudah besar ngapain malu nonton gituan. Agen Judi Maxbet

    Mbak juga suka kok nonton film gituan jadi baiknya kita ngobrol sambil nonton bareng” kata Mbak Ida. Lalu kuhidupkan lagi TV tersebut dan kami mengobrol sambil nonton film tersebut, ketika kuperhatiin ternyata nafas Mbak Ida nampak nggak teratur, nampaknya Mbak Ida sudah menahan hornynya. Dan Mbak Ida merapat ketubuhku sambil tangannya meremas tanganku

    Kemudian dia berusaha menciumku dan aku berusaha menghindar. “Jangan Mbak” kataku. “Kenapa Dik, apa Mbak sudah terlalu tua sehingga nggak menarik lagi buat Dik Dony” kata Mbak Ida. “Bukan gitu Mbak, Mbak sih cantik dan sexy, lelaki mana seh yang enggak tertarik ama Mbak. Tapi kan Mbak sudah punya suami dan nanti kalau di lihat ama pembantu Mbak kan enggak enak,” jawabku. “Ah.. Suami Mbak sudah 8 bulan nggak pulang sehingga Mbak kesepian,

    Dik Dony mau kan nolong Mbak buat ilangin kesepian Mbak. Sedangkan pembantu Mbak sedang dilantai atas main-main ama anak Mbak” kata Mbak Ida. Tanpa menjawab kubalas ciuman Mbak Ida dengan lembut dan tanganku mulai bermain dibalik baju Mbak Ida sehingga tanganku bisa meremas-remas lembut payudara Mbak Ida yang besar dan sexy tersebut. Nafas Mbak Ida semakin nggak beraturan dan mulutnya mulai mendesis- desis ketika lIdahku sudah bermain di bagian leher dan telinga Mbak Ida. “Kita ke kamar Mbak yuk” kata Mbak Ida. Kemudian kami berjalan menuju kamar Mbak Ida. Sesampai di kamar Mbak Ida, Mbak Ida langsung menerkamku dan menciumiku, dan akupun nggak kalah sigapnya. Kuciumi seluhur leher Mbak Ida dan telinganya dan tak lupa lIdahku bermain di leher dan telinganya sedangkan tanganku meremas, mengelus payudara Mbak Ida dan semakin kebawah.


    Kemudian kubuka baju Mbak Ida, wah.. ternyata tubuhnya sangat sexy dengan sepasang payudara yang besar berukuran 34 C dan masih kencang dan nggak nampak kalau Mbak Ida pernah melahirkan seorang anak. Payudaranya yang mengacung ke atas dengan sepasang puting yang berwarna merah kehitaman. Kemudian kuciumin payudara Mbak Ida, kuisap putingnya dan kugigit- gigit kecil sehingga Mbak Ida mengluh dan mendesis menahan nikmatnya kenikmatan yang kuberikan. Kemudian setelah puas dengan payuadaranya kemudian kubuka celana pendek Mbak Ida, dan nampaklah sebuah lebah mungil yang indah dan ditumbuhi dengan bulu-bulu yang hitam dan halus. Kucium lembah tersebut sampai Mbak Ida tersentak kaget, aku nggak peduli, kemudian kujilati klitorisnya yang berwarna hitam kemerah-merahan. Mbak Ida menjerit-jerit menahan kenikmatan dan tak lama kemudian air mani Mbak Ida membanjir keuluar dari dalam liang vaginanya.

    Mbak Ida terkulai lemas. “Apa yang kamu lakukan sayang. Suami Mbak nggak pernah memperlakukan Mbak seperti ini. Dik Dony emang luar biasa” kata Mbak Ida. Kemudian aku melanjutkan lagi kegitatan lIdahku di sekitar leher dan telinga sedangkan kedua tanganku berada di kedua payudara Mbak Ida yang sangat sexy itu. Mbak Ida mulai menggeliat- geliatkan tubuhnya karena menahan kenikmatan yang tIdak tertahankan olehnya. Tangan Mbak Ida merengut bajuku hingga lepas dan kemudian membuka celana panjangku sehingga aku hanya memakai celana dalam saja. Mr P ku yang sudah tegang nongol dari celana dalamku karena emang Mr P-ku kalau sedang tegang selalu nongol dari balik celana dalam karena celana dalamku nggak muat buat menampung besar dan panjangnya Mr P-ku.

    Mbak Ida terbelalak melihat Mr P-ku yang nongol dari balik celana dalamku dan kemudian dia membuka celana dalamku sehingga rudal andalanku ngacung di depan mata Mbak Ida yang memandangnya dengan bengong. “Wah.. kok besar banget Dik Dony, punya suami Mbak aja enggak sebesar ini dan jauh lebih kceil” kata Mbak Ida sambil mengelus Mr. P ku. Kemudian lIdahku sudah bermain di payudara Mbak Ida dan Mbak Ida sudah menjerit-jerit keenakan dan tangannya mengocok-kocok rudalku. Kemudian aku mulai alihkan perhatianku ke Vagina Mbak Ida dan kujilati vagina Mbak Ida sehingga Mbak Ida seperti kejang-kejang menerima serangan lIdahku pada vaginanya. Kumasukkan lIdahku ke liang vagina Mbak Ida yang sudah banjir kembali itu.


    “Sudah donk sayang, jangan siksa Mbak. Cepat masukan punyamu sayang” kata Mbak Ida memohoin karena sudah nggak tahan menahan rangsangan yang kuberikan. Tanpa perintah dua kali kemudian kuarahkan rudahku ke liang vagina Mbak Ida, ternyata nggak bisa masuk, lalu ku gesek-gesekan kepala rudalku buat penetrasi supaya rudalku bisa masuk ke liang kemaluan Mbak Ida. Setelah kurasakan cukup penetrasinya kemudian kumasukan rudalku ke liang senggamanya. Kepala rudalku sudah masuk ke liang vaginanya ketika kucoba buat masukkan semuanya ternta nggak bisa masuk karena liang vagina Mbak Ida sangat sempit buat rudalku yang berukuran 17 cm dan berdiameter 4 cm. Lalu kukeluar masukan perlahan-lahan ke [ala rudalku dan kemudian kutekan agak paksa rudalku supaya masuk ke dalam liang vagina Mbak Ida. Kulihat wajah Mbak Ida meringis aku jadi nggak tega maka kuhentikan gerakan rudalku dan mulutku mulai beraksi lagi di seputar dada Mbak Ida sehingga Mbak Ida mendesah-desah keras.

    Lalu kucoba memasukan rudalku dan ternyata bisa masuk A,A? bagian dan kemudian kugerakan keluar masuk dan itu ternyata mebuat Mbak Ida kelimpungan dan mulutnya menjerit-jerit nikamat dan kepalanya di geleng-gelengkan kekiri dan ke kanan sedangkan tangannya mencengkeram pinggiran kasur. Lalu ketekan rudalku lebih keras hingga amblas ke liang vagina Mbak Ida dan sampai menyentuh dinding rahim Mbak Ida. Kemudian ku gerakan keluar masuk di liang vagina Mbak Ida, Mbak Ida berteriak-teaik keras ketika ku gerak- grwakkan rudalku dengan cepat dan tak lama kemudian kurasakan ada jepitan yang keras dari liang vagina Mbak Ida dan tubuh Mbak Ida mengejang dan terasalah semburan hangat pada kepala rudalku dari liang vagina Mbak Ida. Mbak Ida terkulai lemas setelah menikmati orgasmenya tersebut.

    Tanpa kucabut rudalku dari liang vagina Mbak Ida kemudian ku pelutk tubuh Mbak Ida yang montok dan kucium keningnya. “Hebat kamu Dik, aku baru sekali ini menikmati kenikmatan yang luar biasa” kata Mbak Ida sambil memandangku dengan kagum, karena aku belom keluar keringat sedikitpun. Setelah kurasakan Mbak Ida sudah agak pulih nafasnya kemudian ke genjot lagi rudalku dIdalam vagina Mbak Ida. Dan itu berlalu sampai ronde yang ke delapan dengan berbagai gaya yang kami lakukan.


    “Kok belum keluar juga sayang, Mbak sudah lemas nih, tolong donk Mbak sudah enggak kuat neh” kata Mbak Ida memintaku buat mengakhiri permainanku. Tanpa menjawab ku genjot lagi rudalku ke liang vagina Mbak Ida, Mbak Ida hanya bisa menjerit-jerit keenakan saja sambil menggeleng-gelengkan kepala karena sdudah lemas tubuhnya sehingga gerakkannya terbatas. “Mbak mau keluar lagi nih sayang” kata Mbak Ida. “Barengan yuk Mbak. Dony juga sudah mau keluar nih. Keluarin dimana” tanyaku sambil menahan nafas karena sudah menahan seluruh cairanku mengalir menuju rudalku. “Didalam saja” kata Mbak Ida sambil menggoyang-goyangkan pantatnya Kemudian ku genjot keluar masuk rudalku dengan cepat. “Oughh.. lebih cepat sayang. Mbak sudah mau keluar nih” kata Mbak Ida sambil tubuhnya tegang siap-siap merasakan orgasme yang ke sembilannya.

    Kemudian kurasakan liang vaginanya menyempit dan menjepit rudalku sehingga tak tertahankan lagi membanjir keluar seluruh cairan dari dalam tubuhku ke dalam liang vagina Mbak Ida. “Ouaghh..” jerit Mbak Ida keras, sambil kurasakan ada semprotan hangat di kepala rudalku dari liang vagina Mbak Ida sehingga liang Mbak Ida banjir dengan air mani kami berdua. Setelah agak lama kemudian kucabut rudalku dari liang vagina Mbak Ida. Lalu kepeluk tubuh Mbak Ida dan kucium jIdatnya dan kemudian aku berbaring disisi Mbak Ida untuk mengatur nafasku yang tak beraturan. Setelah mandi bareng (satu ronde lagi di kamar mandi) kemudian kami berpakain dan menuju ke ruang tamu.

    “Kamu panggil aja Mbak dengan nama Mbak lagian umur kita kan enggak beda jauh” kata Mbak Ida sambil mencium pipiku. “Iya Mbak. Aku sudah 25 tahun nih” kataku. “Kamu besok-besok masih mau kan main ama aku” kata Mbak Ida memulai biar lebih akrab. “Tentu saja sayang. Siapa sih yang enggak mau ama tubuh sexy dan wajah yang manis seperti ini. Emang Ida nggak takut ketauan” kataku.


    “Enggak donk. Orang disni sepi banget lagian anakku tidur di kamarnya sendiri jadi ada apa-apa di kamarku kan enggak bakal ketauan” kata Ida sambil mengedipkan mata. “Oke deh. Kalau begitu aku pulang ke kostku dulu yaa” kataku sambil berdiri. “Bentar. Kuantar kamu pulang” kata Mbak Ida sambil pergi mengambil kuci mobilnya. Begitulah sampai sekarang aku hampir tiap malam kerumah Mbak Ida buat memuaskan nafsu Mbak Ida yang lama nggak tersalurkan. Akupun sampai- sampai hampir nggak sempat mengunjungi pacarku.

  • Kisah Memek Selingkuh Dengan Kakak Ipar

    Kisah Memek Selingkuh Dengan Kakak Ipar


    2535 views

    Duniabola99.com – Hallo kawan-kawan penggila cerita dewasa perkenalkanlah diriku nama saya Tutik aku berumur 22 tahun, setelah lulus sekolah SMA aku saat ini masih menganggur, banyak yang menawari aku pekerjaan tapi diriku masih suka bermain, Aku mempunyai kakak kandung yang bernama Rani.


    Kakak Ipar ku itu telah merenggut kegadisanku. Dan aku menjadi terbuai dan tergoda oleh Ipar ku yang perkasa itu. Cerita seks ku ini dimulai ketika aku tinggal di rumah kak Rani setelah pembantunya memutuskan untuk berhenti bekerja di rumah itu. Dia sudah menikah dan sudah dikarunia momongan, Tak sedikitpun yang terbersik untuk menyakiti Kak Rani kakak kandungku sendiri. Aku hanya tak kuasa melawan godaan seks dari Mas Ferry suaminya, sehingga kami terlibat hubungan seksual yang begitu jauh.

    Sejak saat itu, kak Rani kelihatan kewalahan mengurusi rumahnya, manalagi harus mengurusi suami dan kedua orang anaknya yang masih kecil. Karena itu, aku menawarkan diri untuk tinggal bersamanya. Hitung – hitung aku bisa meringankan bebannya.

    Tawaranku disambut baik kak Rani, di malah sangat bersyukur aku mau tinggal bersamanya, mengurus anak-anak, dan membereskan rumah.

    Aku hanya menghabiskan waktuku di rumah. Aku memang tidak pernah berusaha mencari kerja, karena aku pikir aku anak perempuan dan akhirnya akan mengurusi rumah tangga dan suami kelak. Di rumah kak Rani aku juga bisa menghibur diri.

    Semua fasilitas lengkap. Kala kak Rani dan suaminya berangkat kerja, aku pun bisa memanfaatkan semua yang ada di rumah. Mulai dari makanan yang serba tersedia, nonton film sampai main playstation.

    Aku hanya mengurus dua anak kak Rani, itu pun tidak perlu terlalu repot, karena mereka sudah cukup besar untuk diperingatkan. Praktis pekerjaan yang berat, hanya menyiapkan makan minum untuk kak Rani dan suaminya. Setelah itu aku bisa bebas kembali. Itu sebabnya aku betah tinggal di rumah.

    Setiap habis gajian, suami kak Rani Ferry selalu memberiku uang jajan yang lumayan banyak untuk membeli kosmetik dan pakaian.

    Malah, mereka ingin agar tinggal di rumah itu saja selamanya. Meskipun katanya aku sudah menikah nanti, aku masih bisa tetap tinggal di rumah itu.

    Rumah kak Rani memang cukup luas untuk menampung dua keluarga. Jumlah kamar saja ada lima biuah, ditambah ruang tamu dan ruang keluarga yang sangat lapang.

    Bulan ketujuh aku tinggal di rumah itu, suami kak Rani sakit. Ia mengalami patah tulang setelah mengalami kecelakaan di perbatasan kota.


    Ferry harus istirahat selama dua bulan. Karena kak Rani sibuk kerja, aku yang harus menggantikannya mengurusi mas Ferry. Mulai dari kebutuhan makan, minum sampai ini dan itu semua aku lakukan. Maklumlah kak Rani wanita karier yang sangat sibuk. Ia baru bisa pulang pada malam hari.

    Dari sinilah bencana berawal. Diam-diam, mas Ferry sering memperhatikanku. Aku sangat sadari itu, tapi aku berusaha untuk menyembunyikannya.

    Lama – lama mas Ferry tambah berani ia mulai memegangi tanganku dan mencoba merayuku untuk berhubungan seks, aku hanya diam dan berusaha menghindar dari bujuk rayunya, karena itu kuanggap hanya sebatas gurauan belaka.

    Suatu siang ketika aku tidur lelap di dalam kamar, tiba-tiba ada beban berat yang menindih tubuhku. Aku sempat terperanjat kaget dan berusaha berontak, namun kekuatan itu kian dahsyat menindihku. Tak kuasa aku melawan semuanya, dan akhirnya, mas Ferry.


    Sejak itulah petualangan kisah seks kami bermula. Tak ada rasa lagi rasa berontak dalam diriku malah, aku jadi lupa kalau Ferry adalah kakak iparku. Kami melakoni petualangan porno itu tanpa batas.

    Aku dan Ferry betul – betul merengkuh kenikmatan seksual, tanpa pernah tercium oleh kak Rani. Sampai detik ini pun kami masih menjalaninya. Kapan mengakhirinya, aku juga tak tahu.

  • Kisah Memek Selingkuh Dengan Pengantin Baru

    Kisah Memek Selingkuh Dengan Pengantin Baru


    2592 views

    Duniabola99.com – Perkenalkan nama saya Irwan, saya lelaki yang cukup dewasa karena saya telah berusia 26 tahun. Keadaan saya sekarang adalah seorang pekerja di salah satu perusahaan plastik.


    Disini saya akan menceritakan tentang kisah sexs saya dengan istri tetangga kamar kontrakan-kan saya. Kisah ini berawal dari sore itu, saya terbangun. Kulihat jam di dinding dikamarku menunjukkan pukul 16.00 WIB.

    Pada sore hari itu saya iseng-iseng untuk memanjat dinding tembok pembatas kamarku, dan kamar sampingku yang ditempati oleh pasangan pengantin baru, yaitu Mas Andy dan Mba’ Erna.

    Saat itu saya Cuma bermaksud melihat aktivitas tetangga sebelahku melalui Fentilasi. Setelah saya lihat ternyata mereka sedang tiduran sambil mengobrol di atas ranjang.

    Saat itu saya mengawasi terus kegiatan mereka, saat itu kulihat Mas Andy hanya memakai singlet, begitu juga Mba’ Erna yang hanya memakai baju dalam. Mentang-mentang mereka pengantin baru didalam kamar hanya memakai pakaian dalam saja.

    Saat itu saya berharap kepada meraka agar mereka segera berhubungan sexs.hhe. tidak lama setelah itu, Mas Andy dan Mba’ Erna berbicara sambil berpelukan.

    Karena posisiku saat itu lumayan jauh dan hanya melihat dari sela fetilasi, maka saya kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Saat itu sesekali Mba’ Erna tertawa, dan Beberapakali pula saya amati Mas Andy meremas buah dada Mba’ Erna.

    Setelah sekian lama saya menunggu, pada akhirnya yang saya harapkan terjadi juga. Tiba-tiba Mas Andy membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mba’ Erna.

    Lalu Mas Andy saat itu menyuruh Mba’ Erna memegang kejantanan Mas Andy. Mba’ Erna kelihatannya menurut dan memasukan tangannya ke dalam celana boxer Mas Andy, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mba’ Erna menolak. Yahhhh, baru disuruh gitu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh nyepongin, ucapku dalam hati kecewa.

    Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Andy tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini dia hanya berCD (celana dalam) dan bersinglet. Kemudian Mas Andy-pun memeluk Mba’ Erna. Saya tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya bercinta tampaknya akan terpenuhi


    Tidak lama kemudian, Mas Andy-pun melepas pelukannya dan Mba’ Mba’ Erna-pun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mba’ Erna hanya bersinglet dan berCD (celana dalam). Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.

    Kemudian mendadak Mas Andy mengeluarkan kejantanannya dari CD (celana dalam)nya. Kecil sekali, dibandingkan puny saya, ucapku dalam hati melihat kejantanan Mas Andy.

    Mas Andy-pun langsung menghimpit Mba’ Erna, tampaknya Mas Andy akan ber-penestrasi Mba’ Erna. Kulihat Mba’ Erna memelorotkan CD (celana dalam)-nya hanya sampai sebatas paha saja.

    Sejurus kemudian saya melihat pelan Mas Andy memasukkan kejantanannya ke dalam lubang kewanitaan Mba’ Erna yang tertutup rambut kewanitaan.

    Setelah kejantanan Mas Andy masuk keseluruhannya ke dalam liang senggama Mba’ Erna, Mas Andy langsung memeluk Mba’ Erna sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilsayakan cukup lama.

    Saya sedikit keheranan kenapa Mas Andy tidak melsayakan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya. Mas Andy hanya diam memeluk Mba’ Erna.

    Payah nih, ini pasti karena Mas Andy nggak tahan bermain lama, nggak seperti saya ucapku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Andy. Disinilah saya mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melsayakan tumpangsari pada Mba’ Erna.

    Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 7 menit. Meskipun Mba’ Erna bisa mencapai klimaksnya, tetapi Mas Andy terlalu cepat.

    Saya me-nangkap kekecewaan di muka Mba’ Erna, meski Mba’ Ernaberusaha tersenyum setelah permainan itu, tapi saya yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Andy.

    Dari hasil pengintaian saya kemarin, hal itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan saya bisa menyetubuhi Mba’ Erna dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu saya juga akan menanam benih di rahim Mba’ Erna, Itulah tekadku.

    Dari kejadian itu saya-pun mulai menyusun rencana. Kebetulan Mas Andy itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mba’ Erna. Apalagi saya punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Idris. Siang ini saya menjumpai Idris di kantornya,

    “ Hai Irwan, apa kabar ? ”, tanya Idris sambil menjabat tanganku.

    “ Baik nih Dris”, jawabku sambil ter-senyum.

    “ Oh iya, duduk dulu deh Wan, biar enak kita ngobrolnya ”, ucap Idris mempersilahkanku.


    Setelah saya duduk di kursi kantornya yang empuk itu, saya mulai mengajukan permintaan,

    “ Dris, saya butuh bantuanmu ”, ucap saya.

    “ Oh, itu semua bisa diatur, emang bantuan apa ni Wan ? ”, tanya Idris.

    “ Aku butuh pekerjaan nih Dris”, ucapku.

    “ Ouh kerjaan, itu gampang Wan, memangnya kamu ingin diposisi apa dan minta gaji berapa ??? ”, tanya Idris.

    “ Bukan buwat aku maksudnya Wan, tapi ini untuk orang lain ”, terang saya.

    “ Hmmm… memangnya untuk siapa ? ”, tanya Idris.

    “ Untuk temanku, Mas Andy namanya Dris, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya ”, terang saya.

    “ Aneh… tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa ”, jawabnya.

    “ Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, dan kamu wawancarnya kalau bisa diulang sampai beberapa kali gitu Dris”, terangku pada Idris.

    “ Oke deh Wan, kalau itu semua kemauan kamu ”, jawab Idris menuruti saya.

    “ Tapi… nanti jadwal wawancara-nya saya yang tentuin ya Dris, hhe… Gimana, bisakan Dris ??? ”, pintaku lagi pada Idris.

    “ Ah, kamu ini ada-ada aja deh Wan, yaudah deh terserah kamu aja deh Wan ”, ucap Idris mengiyakan kemauan saya.

    Maka saat itu mulailah saya menyusun jadwal interview Mas Andy, mulai lusa, hari rabu sampai jumat dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi. Idris menyetujuinya, kemudian saya permisi pulang. Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mba’ Erna itu.

    Sesampainya di kos-kosanku, saya langsung bertemu dengan Mas Andy di tempat cuci, tampak Mas Andy sedang menyuci bajunya.

    “ Mas… saya ingin bicara sebentar ”, ucapku mulai membuka percakapan.

    Saat itu Mas Andy-pun menoleh dan menghentikan pekerjaannya,

    “ Ada apa Wan ??? ”, tanya Mas Andy.

    “ Begini nih Mas, saya dengar Mas Andy mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dia-nya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang ”, ucapku panjang lebar menjelaskan.

    Saat itu saya sedikit berdebar-debar karena menunggu tanggapan Mas Andy. Setelah beberapa saat Mas Andy kulihat terdiam, merenung, lalu

    “ Hmmm… saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya Wan ”,ucap Mas Andy.

    “ Ya Mas sama-sama… ”, ucapku dengan senyuman.


    Saat itu dalam hatiku, saya berpikir habislah sudah kesempatanku, tapi setelah di dalam kamar, sekitar 1 jam kemudian saya yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Saya lalu bangun, mengucek-ngucek mata saya, melihat dari jendela. Tampak Mas Andy berdiri menunggu. Saya-pun cepat-cepat membuka pintu.

    “ Wah… sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja deh ”,ucap mas Mas Andy akan pergi lagi.

    “ Enggak kog Mas, saya sudah bangun nih ”, ucapku berusaha mencegah Mas Andy pergi.

    “ Gangguin tidur kamu nggak ? ”, tanya Mas Andy.

    “ Ndak… masuk saja Mas ”, ucapku mempersilahkan.

    Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku, lalu…

    “ Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ? ”, tanya Mas Andy.

    “ Ooo…itu di Kaliurang km 10 nomor 17, nama perusahaannya PT. A, nggak jauh kok Mas ”, terangku.

    “ Syaratnya apa aja ya Wan kira-kira ? ”, tanya Mas Andy.

    “ Saya kurang tau juga tuh, Mas Andy pergi saja ke sana. temui teman saya, Idris, katakan Mas butuh pekerjaan ”, tahunya dari Irwan.

    “ Wah…kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja… ”, Mas Andy sepertinya keberatan.

    “ Enggak… nggak… kog, perusahaan-nya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu ”, ucapku meyakinkan Mas Andy.

    “ Hmmm…baiklah, saya coba dulu deh Wan, jam berapa ya ke sana ? ”, ucap Mas Andy.

    “ Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja Mas ”, ucapku menyarankan.

    Mas Andy hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadsaya. Saya hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai. Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Andy pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang. Saya menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,

    “ Assalamualaikum ”, saya memberi salam.

    Waalaikumussalam, terdengar jawaban Mas Andy dari dalam kamarnya. Lama baru pintu dibuka, dan Mas Andy mempersilahkanku untuk masuk. Kulihat di dalam kamarnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan me-makai jilbab putih, tersenyum padsaya. Mba’ Erna tampak cantik sekali.

    “ Bagaimana Mas, tadi ? ”, tanya saya.

    “ Oh… nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk interview Wan ”, ucap mas Andy.

    “ Alhamdulillah, saya doakan supaya keterima ya Mas ”, ucapku berbasa-basi.

    “ Terima kasih ya Wan ”, ucapnya.

    Setelah berbasa – basi cukup lama, sayapun permisi,

    “ Eehh… nanti dulu, kamu khan belum minum ”,ucap Mas Andy berusaha mencegahku.

    “ Ayo Mah buatkan air minumnya dong ”, perintah Mas Andy me-nyuruh istrinya.

    Saya menolak dengan halus,

    “ Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja kog, soalnya saya ada urusan ”, ucapku berpura-pura.


    “ Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya ”, ucap Mas Andy.

    Saya tersenyum mengangguk, kulihat Mba’ Erna tidak jadi membuat minuman. Sayapun pergi ke ka-marku, riang karena sebentar lagi adikku akan bersarang dan menemukan pasangannya.

    Hari ini rabu, Mas Andy sudah berangkat dan meninggalkan Mba’ Erna sendirian dikamarnya. Rencana mulai kulaksanakan.

    Saya membongkar beberapa koleksi kaset pornoku, memilih salah satunya yang saya anggap paling bagus, kaset porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu. Kemudian sambil membawa bungkusan Kaset itu, saya menuju ke kamar tetanggsaya, mengetuk pintu,

    “ Assalamualaikum, saya mem-beri salam. Lama baru terdengar jawaban,

    “ Waalaikumsalam ”, sahut Mba’ Erna dari dalam kamar itu.

    Tidak kama pintunya-pun terbuka, kulihat Mba’ Erna melongokkan kepalanya yang berjilbab itudari celah pintu,

    “ Ada apa ya ? ”, tanya-nya.

    “ Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa ucapku sambil menunjukkan bungkusan Kaset itu ”, ucapku.

    “ Oh, baiklah ”, ucap Mba’ Erna sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.

    “ Eee…tunggu dulu Mba’, ini isinya Kaset, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Andy ”, ucapku mengarang alasan.

    Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mba’ Erna mempersilahkanku untuk masuk, saya yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer. Di dalam kamar, saya menghidupkan komputer dan mengoperasikan program dvd playernya, lalu kumasukkan kaset-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Kaset itu berjalan bagus.

    “ Mba’ pingin nonton ? ”, tanya saya sambil melihat Mba’ Erna yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.

    “ Film apa sih ? ”, tanya Mba’ Erna kepada saya.

    Pokoknya bagus deh Mba’ filnya ”, ucapku.

    Kemudian memberikan pe-tunjuk bagi Mba’ Erna , bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya. Mba’ Erna hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mumpung filmnya belum masuk ke bagian intinya. Pintu kamar tetangga saya itu-pun kembali ditutup, saya bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dirasakan Mba’ Erna.

    Setelah di kamarku. melalui Fentilasi kulihat Mba’ Erna menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas saya menantikan reaksinya. Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mba’ Erna masih tetap menonton. Saya senang berarti Mba’ Erna menyukainya.

    Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari saya harapkan, tangan Mba’ Erna saat itu mulai masuk ke dalam dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.

    “ Ssssss… Oughhhh… Aghhhhh… ”, desahnya mulai terdengar.

    Suara Mba’ Erna mendesah-desah , tampaknya merasakan kenikmatan. Saya kaget, Wah, hebat ternyata ber-masturbasi ucapku dalam hati. Rasanya saat itu saya ingin segera masuk ke kamar Mba’ Erna, kemudian memeluk dan langsung menyetubuhinya. Saat itu masih hanya angan-angan, tapi saya sadar, ini perlu proses dan hal ini tidak semudah seperti yang saya katakan tadi.


    Akhirnya saya memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Saya pun mulai melsayakan onani dengan memain-mainkan kejantananku. Film di komputer itu terus berjalan, kira-kira hampir 1jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mba’ Erna kulihat sudah empat kali klimaks, luar biasa.

    Dan ketika filmnya berakhir, Mba’ Erna ternyata masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi klimaksnya menjadi lima kali.

    “ Aghhhhhh… ”, Mba’ Erna terpekik pelan menandai klimaksnya.

    Sesaat setelah klimaks Mba’ Erna yang kelima saya-pun ejakulasi.

    “ Oughhhhh… ”, suara berat-ku mengiringi luapan air mani di tanganku.

    Saya senang sekali, berarti saya lebih tangguh dari Mas Andy dan bisa memuaskan Mba’ Erna nantinya karena bisa klimaks dan ejakulasi bersamaan. Kemudian Mba’ Erna sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Kasetnya dan mematikan komputer. Setelah siang hari, Mas Andy baru pulang. Sedikit berdebar-debar saya menunggu perkembangan di kamar tetangga saya itu.

    Saya takut kalau-kalau Mba’ Erna ngomong macam- macam soal Kaset itu, bisa berabe saya. Tetapi kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali saya mengintip lewat Fentilasi, apa yang terjadi di sebelah. Begitu saya mulai mengintip, saya kaget ! Karena kulihat Mba’ Erna dalam keadaan hampir bugil. Saat itu Mba’ Erna hanya memakai CD (celana dalam) dihimpit oleh Mas Andy.

    Lalu mereka-pun mulai bersetubuh. Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mba’ Erna kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai klimaks. Bahkan saya melihat Mba’ Erna seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika buah dadanya diremas. Bagaimanapun saya senang, langkah kedua saya berhasil.

    Hal itu membuat Mba’ Erna tidak bisalagi mencapai klimaks dengan Mas Andy. Prediksiku, Mba’ Erna akan sangat tergantung pada Kaset itu untuk kepuasan klimaksnya, sedangkan cara menghidupkan Kaset itu hanya saya yang tahu, disinilah kesempatanku. Hari Kamis, pukul 09.00 pagi, saya bangun dari tidur, mempersiapkan segala sesuatunya.

    Kebetulan saat itu hari cuti bersama diperusahaan saya, pas sekalikan para pembaca. Hari ini bisa jadi saat yang sangat bersejarah bagiku. Kemarin saya telah mengintip Mba’ Erna dan Mas Andy seharian, mereka kemarin ber-setubuh hanya 2 kali, itupun berlangsung sangat cepat, dan yang penting bagiku, Mba’ Erna tidak bisa klimaks.


    Malam kemarin saya juga sudah bersiap-siap dengan minum segelas jamu kuat, yang bisa menambah kualitas spermsaya.

    Pada pagi hari itu, setelah saya mandi, saya berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti saya melangkah ke tetangga sebelahku, Mba’ Erna yang sedang sendirian. Kembali saya mengetuk pintu kamarnya pelan,

    “ Selamat pagi Mba’ ”, ucapku msembari mengetuk pintu Mba’ Erna.

    “ Iya, siapa yah ”, suara lembut Mba’ Erna menyahut dari dalam kamar.

    Mba’ Erna-pun membuka pintu, kali ini dia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang se’dikit terbuka. Saat itu dia memakai jilbab biru dengan motif renda, terlihat sangat manis sekali,

    “ Oh kamu Wan, kenapa lagi Wan kamu kesini ??? ”, tanya Mba’ Erna.

    “ Gini Mba’, saya kemarin lupa memberitahukan cara mengelurkan kaset yang kemarin Mba’ ”, ucapku sambil tersenyum.

    Tiba-tiba raut muka Mba’ Erna menjadi sangat serius,dan berkata

    “ Kamu bener-bener kurang ajar ya Wan, masa kamu muterin Kaset porno pada Mba’ ”, kata Mba’ Erna sedikit keras.

    Saat itu saya terkaget, ternyata dia marah. Lalu saat itu juga saya cepat mengarang alasan,

    “ Wah… maaf Mba’, kaset itu adalah hadiah dari teman saya Mba’, setahu saya isi kaset itu adalah film humor, maafin saya ya Mba’, kasetnya tertukar, yaudah saya ambil lagi ya Mba’ kasetnya, sekali lagi maafkan saya ya Mba’ ”, ucapku.

    Saat itu Mba’ Erna tidak menjawab, lalu dia masuk ke dalam kamarnya. Saat itu dia tampak kecewa, saya senang berarti dia takut kehilangan Kaset itu. Lalu saya-pun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka. Mba’ Erna kaget, melihatku mengikuti langkahnya,

    “ Eeeh… kamu kok ikut masuk juga ??? ”, ucap Mba’ Erna.

    Saat itu sambil menutup pintu kamar Mba’ Erna, dengan tenang saya menjawab,

    “ Ahhh… Mba’ jangan munafiklah, toh Mba’ juga menyukai kaset porno itu, saya lihat Mba’ sampai masturbasi segala ”, ucapku dengan tegas.

    “ Kurang ajar kamu ya Wan, keluar nggak kamu !!! Kalau tidak saya akan berteriak ”, gertak Mba’ Erna.

    “ Mba’ jangan marah dulu, coba Mba’ pikirkan lagi, sejak menonton Kaset itu, Mba’ tidak bisa lagi klimaks dengan Mas Andy khan ”, ucapku sembari merebut kaset itu dan mematahkannya. Seketika itu Mba’ Rika terkejut,

    “ Ka… kamu… ”.

    Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, saya memotongnya,

    “ Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mba’ Erna, saya jamin Mba’ Erna bisa klimaks bila main dengan saya ”, rayuku.

    “ Kurang ajar, Keluar kamu !!! ”, gertaknya lagi.

    “ Oh tidak bisa, tidak segampang itu Mba’ mengusir saya, ayolah Mba’ Erna jangan marah !!! pikirkan dulu, saya satu-satunya kesempatan, bila Mba’ Erna tidak memakai saya, seumur-umur Mba’ Erna nggak akan pernah mencapai klimaks lagi ”, ucap saya terus menghasutnya.

    Saat itu Mba’ Erna terdiam sebentar, saya senang dan berpikir dia mulai termakan rayuanku, namun,

    “ sekali tidak ya tidak, kamu ngerti nggks sih ??? keluar kamu !!!! ucap Mba’ Erna membentak saya lagi.


    Sebenarnya saat itu saya mulai takut dan gemetar, tapi saat itu sudah terlanjur basah, maka saya terus berusaha untuk merayu Erna dan berkata,

    “ Sebaiknya Mba’ pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mba’, saya satu-satunya kesempatan Mba’, kalau Mba’ tidak mengambil kesempatan ini, Mba’ akan menyesal seumur hidup… ”, ucapku sedikit tegas.

    Lama kulihat Mba’ Erna terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Saya pura-pura mengalah,

    “ Ya udahlah, jika Mba’ tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mba’ ”, ucapku sambil beranjak pergi.

    Tetapi kulihat Mba’ Erna hanya diam terduduk di ranjangnya, saya membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan saya mendekati Mba’ Erna, kulihat dia menangis,

    “ Mba’, jangan menangis gitu dong, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mba’, ucapku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku.

    Lalu pelan-pelan kupegang pundak Mba’ Erna dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ternyata Mba’ Erna hanya menurut saja, saya senang seklai saat itu, ternyata rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya. Kemudian saya mulai membuka resleting celana panjangnya, saat itu dia tampaknya inign menolak, namun saat itu saya dengan santai menepis tangannya.

    Saya-pun melanjutkan aksi saya dengan memasukkan tanganku ke dalam celana Mba’ Erna. Tanganku masuk kedalam CD (celana dalam)nya, lalu langsung jariku menuju ke tengah lubang birahinya. Saya sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubangitu berkali-kali.

    “ Aghhhhh… Ssss… Aghhhhhhh ”,desahan Mba’ Erna mengiringi setiap aksi jemariku.


    Saya ingin membuatnya terang-sang dan mencapai klimaks. Lalu dengan cepat kutarik celana pan-jang dan kolornya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, saya langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mba’ Erna dengan merata. Saya pun mengincar klitoris Mba’ Erna yang tersembul ke luar dari bagian atas liang senggama-nya.

    Tanpa buang waktu saya langsung mengkulum klitoris itu di dalam mulutku,

    “ Eummm… sruppp… eummmm… sruppp… sruppp ”, suara lidahku menari-nari di di klitoris-nya, ssembari sesekali kugigit pelan-pelan klitoris Mba’ Erna.

    “ Aghhhh… Oughhhhh… Sssssss… Wan… Aghhhhhh ”, desah Mba’ Erna mulai terdengar.

    Saat itu tanganku semakin kupercepat menusuk liang senggama Mba’ Erna dan lidahku makin menggila menari-nari di atas klitorisnya itu. Perlahan kubimbing Mba’ Erna mencapai puncaknya, hingga akhirnya…

    “ Oughhhhhhhhhhhhhhh…. ”, terdengar pekikan pelan Mba’ Erna mengiringi klimaksnya.

    Pada saat itu saya melihat jemari tanganku sudah basah, hal itu bukan karena liurku melainkan karena lendir kawin Mba’ Erna yang telah basah. Saya mencium kewanitaan itu, tercium bau khas cairan kewanitaan wanita yang klimaks.

    Saya tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mba’ Erna mencapai klimaksnya. Tetapi saya tidak berhenti sampai di situ saja.

    Setelah memelankan permainan jariku di liang senggama-nya, kini permainan jari saya-pun kembali kupercepat. Terdengar desahan Mba’ Erna ,

    “ Aghhhh… Oughhhh… yeaah… ”, Mba’ Erna mulai meracau.

    Sementara tangan kiriku beroperasi di kewanitaan Mba’ Erna, tangan kananku mulai meremas blus Mba’ Erna, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah buah dada Mba’ Erna yang indah membukit.Kemudian saya menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas buah dada Mba’ Erna bergantian,

    “ Slurrpp… slrrrrpp… .slluuurpp ”, suara hisapan saya pada puting Mba’ Erna.

    Dan sat itu-pun desahan Mba’ Erna mulai terdengar di telinga saya,

    “ Ughhhh… Aghhhh… terus… Wan… terusin… Sssss… ”, ucapnya.

    Saat itu dengan tangan kiriku tetap beraksi di kewanitaan Mba’ Erna. Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mba’ Erna yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mba’ Erna sedikit kaget,

    “ Oughhhh… eummm… slurpppp ”,

    Saat itu Mba’ Erna tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, dan lidahnya kini-pun bertemu dengan lidahku yang mulai menari-nari didalam mulutnya. Saat itu saya memang berusaha membimbing Mba’ Erna agar klimaks untuk kedua kalinya. Agar di saat klimaksnya itu saya bisa memasukan kejantananku, mempenetrasi kewanitaannya.


    Karena saya sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran kejantananku lebih besar dari punya Mas Andy yang biasa masuk. Sambil mencium dan merang-sang liang senggama Mba’ Erna, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan boxer, lalu melemparkannya ke lantai. Tangan kananku mengelus – elus Torpedoku yang terasa mulai mengeras.

    Setelah sekian lama, pada akhirnya Mba’ Erna mencapai klimaksnya untuk yang kedua kali,

    “ Oughhhhh… Ssssssssssssssss…. Enak Wan … Aghhhhhhh ”, desah Mba’ Erna.

    Mba’ Erna mengerang, tetapi belum selesai erangannya, saya langsung menusukkan kejantananku pelan-pelan ke dalam kewanitaannya.

    “ Ughhhh… Ssss… Aghhhhh…”, suara Mba’ Rika terpekik.

    Saat itu diiringi dengan atanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, saya tersenyum.Saya pun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mba’ Erna dengan kedua tanganku, lalu kulsayakan penetrasi Torpedoku pelan-pelan lama kelamaan menjadi semakin cepat.

    “ Clepppp… Slerppp… Pyekkk… Pyekkk… Pyekkk… ”, suara kewanitaan yang mulai basah karena kejantananku mulai terdengar.

    Lalu Mba’ Erna pun berkata,

    “ Oughhhhh… yeaaah… terus Rom, Oughhh… Sssss… Aghhhh… ”, racau Mba’ Erna mulai tidak terkendali.

    Saat itu sayapun semakin mempercepat genjotan, kini kedua kakinya saya sandarkan di pundakku, dengan posisi pinggul Mba’ Erna sedikit kuangkat lalu saya-pun terus mendorong pinggulku berulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mba’ Erna yang indah, sambil menggenjot saya membelai rambut hitam itu.

    “ Oughhhh… Oughhhhh… Ssss… aghhhh… ”, desah kami saling beriringan.


    Suara desahanku dan Mba’ Erna terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah. Setelah lama, saya mengubah posisi Mba’ Erna, badannya kutarik sehingga kini diaada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara kejantananku dan kewanitaannya masih menyatu. Tanganku memegang pinggul Mba’ Erna, membantunya badannya untuk naik turun.

    Kepala saya kini dihadapkan pada dua buah dada montok yang segar dan berayun-ayun akibat gerakan kami berdua. Saat itu saya-pun langsung membenamkan kepala saya ke dalam kedua buah dada itu, menjilatnya dan menciumnya be-gantian.Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama… .

    “ Ughhhh… Ssss… Oughhhhh… ”, desah Mba’’ Erna.

    Desahan panjang Mba’ Erna itu pertanda bahwa Mba’ Erna telah klimaks, saat itu kepalanya mendongak menatap langit-langit kamarnya saat. Saya senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat.

    Lama kami saling bertatap-tatapan, saya lalu mencium mesra bibir Mba’ Erna dan Mba’ Erna juga menyambut ciumanku. Saat itu kami-pun saling berciuman dengan mesra, sungguh nikmatnya. Tidak lama saya-pun menghentikan ciumanku, saya kaget, Mba’ Erna ternyata menangis, lalu aku bertanya,

    “ Kenapa Mba’ Erna ? saya menyakiti Mba’ ya ??? ”, tanya saya lembut penuh sesal.

    Dengan masih terisak karena menangis, Mba’ Erna menjawab,

    “ Nggak kog Wan, kamu justru telah membuat Mba’ bahagia, sebelumnya Mba’ belum pernah merasakan kebahagian seperti bersama suami Mba’”, ucapnya.

    Kami berdua tersenyum, ke-mudian pelan saya baringkan Mba’ Erna. Perlahan saya mengencangkan penetrasiku kembali.Sambil meremas kedua payu-daranya, saya membolak-balikkan badan Mba’ Erna ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian,

    “ Aghhhh… Aghhhh… Aghhhh… ”, desahku.

    “ Oughhhh… Oughhhhh… Ssss… aghhhh… ”, desah Mba’ Erna.

    Sampai pada akhirnya saya mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan kejantananku seperti berada di ujung, siap untuk meledak.Saya ingin melsayakannya ber-sama dengan Mba’ Erna. Untuk itu saya memeluk Mba’ Erna, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan.

    Usahsaya berhasil karena perlahan Mba’ Erna kembali terang-sang, bahkan terlalu cepat. Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mba’ Erna,


    “ Ughhhh…Tahan… tahan… Mba’, kita keluarkan bersama-sama ya Mba’, Ssss… Aghhhhh… ”, ucap saya menahan Mba’ Erna.

    “ Oughhhh…Ssss… saya udah tidak tahan lagi Rom… Oughhhh…”, ucap Mba’ Erna, sembari mendesah.

    Saat itu saya melihat matanya terpejam kuat menahan klimaksnya.

    “ Pelan – pelan saja Mba’, kita lsayakan serentak ”, ucapku berbisik sembari kupelankan ayunan torpedoku.

    Pada Akhirnya yang kuinginkan terjadi, urat-urat syarafku menegang, kejantananku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga saya mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.

    “ Ouhhhh… Ssss… Aghhh… ”, Desah Mba’ Erna.

    Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan kejantananku,

    “ Lepaskan… lepaskan… Mba’, sekarang !!! suarsaya mengiringi desahan Mba’ Erna.

    Sketika itu Mba’ Erna-pun menuruti saranku, diapun akhirnya melepaskan klimaksnya,

    “ Ouhhhhhhhhhh… Ssss… Aghhhhh… … ”, desah Mba’ Erna.

    suara berat menandakan ejakulasiku, mengiringi klimaks Mba’ Erna. Saat itu saya-pun memeluk erat ketika dia mendapatkan ejakulasi-nya. Setelah permainan sexs itu, masih dalam keadaan bugil saya terkapar di samping Mba’ Erna yang juga telanjang. Mba’ Erna memelukku dan mencium pipiku berkali-kali sembari membisikkan sesuatu ke telingsaya.

    “ Makasih ya Wan, saya puas sekali dengan permainan sexsmu… ”, bisik Mba’ Erna puas kepada saya.


    Saat itu Mba’ Erna saya lihat senang, kemudian dia memeluk tubuhku dengan erat, sembari menyandarkan kepalanya di atas dadsaya. Dalam hatiku saya merasakan senang, gembira, tapi juga sedih.

    Saya sedih dan menyesal melsayakan ini dengan Mba’ Erna, saya takut dia tidak akan pernah lagi mencapai klimaks selain dengan diriku, ini berarti saya menyengsarakan Mba’ Erna.


  • Kisah Memek Selingkuh di Kantor

    Kisah Memek Selingkuh di Kantor


    2574 views

    Duniabola99.com – Aku sudah berkeluarga dan dikaruniai anak 1 yang masih 2 tahun umurnya, perkenalkan namaku Citra usiaku saat ini 26 tahun, aku menikah dengan suamiku 4 tahun yang lalu, dimana suamiku itu sangat harmonis denganku dan pastinya romantis, kami bertemu di kantor suamiku team satu kerja denganku sampai sekarang. Dulunya aku tidak menaruh rasa simpati dengannya tapi namanya witing tresno jalaran seko kulino kata orang jawa.

    Terlalu keasikan pertemanan jadi kita memasuki area pacaran saat itu dan kami semakin kompak dalam menghadapi masalah saat waktu pacaran, aku tidak kwuatir kalau pulang malam karena suamiku itu setia setiap saat kalau aku pulang malam dia sering menjemput aku di kantor waluapun dia kadang pulang rumah dulu. Trus balik lagi untuk menjemput aku.


    Oh ya aku saat ini aku bekerja di bagian keuangan salah satu NGO asing yang menangani perpajakan sehingga banyak sekali tugasku menuntut aku harus banyak menghabiskan waktu untuk berhubungan dengan orang-orang pajak yang sudah menjadi rahasia umum sangat banyak tuntutan.

    Akupun jadi terbiasa menghadapi mereka dan tak jarang untuk dapat “melunakkan” hati mereka aku harus bersikap seluwes bahkan cenderung berpura-pura genit termasuk tampil agak seronok dengan tujuan supaya tugasku dapat selesai dengan mudah.

    Untungnya suamiku cukup bijaksana dan dapat memahami keberadaanku dengan memberikan kepercayaan 100{5fb8d7eeade67c5327ed3611c537eb6fc54abda1f56891521df3f05d3fd24a22} kepadaku. Ternyata keleluasaan ini justru membawa aku kedalam situasi yang sulit hingga akhirnya aku memasuki satu dunia yang belum pernah kukenal tapi gilanya aku jadi sulit untuk keluar dari dunia tersebut yaitu threesome sex.

    Awalnya ketika itu kantorku menjelang tutup buku dan seperti biasanya kesibukan kami di keuangan menjadi luar biasa tingginya sampai-sampai ada beberapa rekanku yang harus pulang kantor menjelang pagi.

    Aku sendiri tetap pada tugas utama yaitu merapihkan laporan-laporan pajak dengan dibantu oleh petugas-petugas pajak. Syukurlah kali ini yang ditugasi untuk konsolidasi ada 2 orang yang sudah tidak asing bagiku yaitu Iwan (26) dan Jaka (25) sehingga aku tidak perlu buang-buang waktu untuk beradoptasi dan menjelaskan kondisi kantorku.

    Kami janjian ketemu di Hertz Chicken untuk makan siang sekaligus berdiskusi awal menyepakati hal-hal apa yang harus dilakukan dan pembagian tugasnya. Karena sudah akrab kamipun menyelingi diskusi dengan senda gurau dan setelah itu kami lanjutkan pekerjaan inti di kantor mereka yang letaknya cukup jauh yaitu di Tanggerang. 3 hari pertama semua berlangsung normal, ketika memasuki hari ke 4 volume pekerjaan semakin serius sehingga tidak terasa sudah jam 8 malam.

    Sedangkan target selesai kerjaan kami hari ke 6 sudah harus dilaporkan.

    Akupun jadi gelisah sendiri dan rupanya Iwan menangkap gelagat itu dan mencoba membantuku mencari solusinya.

    “Bukan apa-apa Her, rumahku kan jauh sekali di Bogor sedangkan jam segini aku masih di Tanggerang”

    “Ya udah begini saja, bagaimana kalau Mbak Desy bermalam saja di cottage dekat kantor lalu besok pagi minta tolong suami Mbak Desy membawakan pakaian ke kantor. Tapi sekarang harus kasih tahu dulu sama suami supaya dia tidak gelisah nungguin,” usul Iwan

    “Boleh juga, usul diterima” sambutku gembira dan mengangkat tangan untuk TOSH dengan Iwan.


    Segera kutelpon suamiku R yang sedang berada di luar kota untuk minta ijin dan R menyetujui bahkan menyuruhku supaya mentuntaskan. Setelah makan malam nasi goreng di kantor akupun minta tolong Iwan mengantarku ke cottage yang dimaksud. Setiba disana ternyata tempatnya cukup menyenangkan karena tersedia ruang tamu dan 2 kamar ditambah lagi hari itu ada rate khusus berkenaan dengan ulang tahun cottage tersebut. Melihat itu spontan aku langsung setuju bahkan menyesali kenapa tidak dari awal saja disini.

    “Tahu begitu kita kerja disini saja lebih enak”

    Rupanya reaksiku ini disambut oleh Iwan, “kalau begitu bagaimana kalau kita melanjutkan tugas kita disini supaya aku dan Jaka enggak perlu repot-repot karena disini kan bisa sekalian mandi lalu tidur, mumpung kamarnya dua.. gimana Mbak?”

    “Boleh saja,” jawabku pendek tapi dalam hati menyesali spontanitasku tadi karena berarti malam ini aku akan berada bersama 2 laki-laki dalam satu atap rumah.

    Namun keraguanku pupus karena aku berusaha berpikir positif, toh kita nggak akan macam-macam karena kamar kami terpisah, kalaupun terjadi apa-apa atas diriku aku bisa berteriak. Ah, jahatnya hati ini.. kalau dilihat dari sikap dan penampilan mereka yang intelek mana mungkinlah mereka mau berbuat macam-macam.

    Tak lama kemudian Jakapun datang dengan membawa beberapa tumpuk order dan meletakkan di meja makan yang rencananya akan kami jadikan meja kerja. Untuk menghilangkan rasa lelah aku memutuskan untuk berendam di kamarku yang juga dilengkapi dengan kamar mandi.

    Tapi baru kusadar aku tidak membawa pakaian, untunglah aku membawa kaos mirip singlet dan kebetulan dibalik celana panjang yang kupakai aku juga mengenakan celana sport stretch hitam sebatas diatas lutut. Masalah lain adalah aku hanya membawa CD yang menempel.. Duh bagaimana ya..

    Akhirnya aku dapat ide untuk mencuci CD itu dan menjemur di kamar mandi dengan harapan besok pagi sudah kering. Sebagai pengganti CD aku melapisi kemaluanku dengan panty liner yang kutempelkan langsung di celana. Beress.. Kan??

    Lalu mandilah aku dengan air panas yang sudah kuatur sesuai selera. Usai mandi akupun berbusana seperti yang sudah aku pikirkan dan ketika keluar kamar kulihat Iwan dan Jaka sudah segar karena mereka juga sudah mandi dan seolah sudah janjian mereka sama-sama mengenakan celana pendek, tapi bagian atasnya hanya Iwan yang mengenakan kaos singlet sedangkan Jaka bertelanjang dada saja membiarkan dadanya yang bidang berotot dan berbulu itu terpampang membuat darahku sedikit berdesir.


    “Maaf Mbak Desy aku terpaksa tidak pakai apa-apa karena tadi waktu mau mandi bajuku jatuh dari kapstok sehingga basah”

    Jaka berusaha menjelaskan dan menutupi rasa saltingnya karena mataku menatap tajam.

    “O ya, tapi sudah dijemur kan?” tanyaku basa basi.

    “Sudah sih,” jawab Jaka sambil pura-pura sibuk dengan kerjaannya lagi.

    “Ah, bilang aja mau pamer bulu sama Mbak Desy.. ck, ck, ck.. Di kampungnya aja segitu banyak apalagi di kotanya.. ha, ha, ha” ganggu Iwan sambil melirik ke aku dan kulihat Jaka semakin malu.

    Rupanya introduksinya Iwan tidak berhenti disitu karena akhirnya kami kembali bersenda gurau yang selanjutnya topikpun beralih serius menjadi diskusi tukar pikiran seputar hal-hal yang sangat pribadi dan kamipun tenggelam asik dalam pembicaraan tentang teknik-teknik ML.

    Dari situ baru kuketahui dari kisah-kisah mereka ternyata Iwan sangat piawai dalam teknik sex. Iwan terus bercerita tentang pengalamannya dengan beberapa teman gadisnya yang menurut pengakuannya cewek-cewek itu sangat tergila-tergila dengan permainannya.

    Lain halnya dengan Jaka yang lebih banyak mendengarkan tapi tanpa sadar Jaka sudah menutupi bagian auratnya dengan bantal, mungkin malu kalau ketahuan “adik”nya sudah meronta-ronta.

    Semula aku bertahan untuk tidak menceritakan pengalamanku, tapi karena Iwan pandai memanfaatkan suasana akhirnya kuceritakan juga apa saja yang aku dan suamiku pernah lakukan tapi masih dalam batas yang sopan karena itu hal yang tabu untuk disampaikan kepada orang lain apalagi lawan jenis dan bukan suami sendiri.

    Lama kelamaan level cerita kamipun meningkat, aku sudah semakin berani menyampaikan hal yang sekecil-kecilnya tentang apa saja yang masing aku dan suamiku sukai. Begitu juga dengan Jaka yang berhasil dibuat mengaku kalau ternyata selama ini mengalami minder akibat bawaan lahir karena memiliki penis yang sangat besar. Dengan tetap berusaha keras mengendalikan hormon wanitaku aku berusaha untuk menghibur Jaka.


    “Ah, kenapa harus minder.. Justru seharusnya bangga dong. Seperti aku, maaf kata nih, aku suka minder karena memiliki rambut yang berlebihan. kalau laki-laki seperti kamu sih nggak apa-apa, tapi aku suka kuatir suamiku tidak menyukainya. Buktinya setiap aku memintanya untuk mengoral selalu ditolak halus, tapi jangan salah.. Dia selalu puas dengan coitus kami”

    Hari semakin malam dan topik diskusi kami semakin panas dan kamipun sudah berpindah ke sofa. Ketika kami membahas threesome sex dan entah sadar atau tidak sambil bercerita posisi duduk sudah tak karuan.

    Aku bersandar di pegangan sofa dengan kaki diatas pangkuan Iwan dan kaki sebelah berjuntai ke karpet dimana Jaka duduk dilantai sambil menikmati Iwan yang memijat betis indahku dengan bulu-bulu halus yang tumbuh rapih disitu dan Jaka memijit telapak kakiku yang putih bersih dengan kuku dilapisi kutex transparan.

    Begitu nikmat sensasi pijatan yang mereka berdua lakukan akhirnya aku merasa melayang apalagi pijitan Iwan sudah naik ke arah pahaku dan aku ingat aku hanya mengangguk dengan mata terpejam ketika Iwan dan Jaka melepaskan celana sportku dengan alasan untuk memudahkan pemijitan dan lupa kalau itulah pertahananku terakhir. Ketika kubuka mata untuk mencegah upaya mereka tapi ternyata terlambat karena celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku.

    “Duh.. Kalian ini.. Aku jadi malu”

    Tapi mereka tidak menggubris sebab mereka sudah asik masing-masing dengan kakiku.. Dan aku semakin bergumul dengan diri ini antara menolak dan sebaliknya.. Yang kesimpulannya aku dengan perlahan dan sambil menggoyang-goyangkan pinggul akibat sensasi yang begitu hebat membuka kakiku terbuka lebar-lebar dan melupakan rasa malu karena telah memamerkan bagian dari wanita yang mestinya aku tutupi dan hanya dapat dibuka didepan suamiku.

    Tapi peraturan itu seolah tidak berlaku karena dibawah selangkanganku sana dua lelaki muda sedang menggeluti pahaku dan.. Oow mereka tiba-tiba berubah seperti hewan lapar sedang rebutan makanan dan begitulah mereka sedang saling dorong untuk bisa melahap kemaluanku.


    Dan akhirnya Jaka mengalah membiarkan Iwan melahap kemaluanku dengan rakusnya, selanjutnya giliran Jaka yang berbeda dari Iwan.. Lebih lembut tapi oougghh seluruh permukaan kemaluanku terasa dikunyah, penasaran mau tahu apa yang sedang Jaka lakukan, kubuka mata dan kulihat mulutnya yang ditumbuhi janggut dan kumis tebal itu telah menutupi kemaluanku membuat aku kegelian hebat serta tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang mendesak dari bagian bawahku yang ternyata cairan kewanitaanku mengalir deras memenuhi rongga kemaluanku.

    Setelah puas menggeluti kemaluanku Iwan mengambil handuk dan menyeka kemaluanku.. Dan mengambil sesuatu yang ternyata krim cukur jenggot dan shaver.. Aku tahu apa yang akan Iwan lakukan tapi akibat kenikmatan oral sex itu aku seperti tidak berdaya dan tetap telentang dengan posisi mengangkang..

    “Iwan apa yang mau kamu lakukan??”

    Tapi pertanyaanku tidak digubris malah Iwan memberi kode kepada Jaka yang kemudian Jaka menghampiriku dan didepan mataku dia menurunkan celana pendeknya.. Dan wow.. Batang kemaluan Jaka ternyata sudah memuai sampai sebesar tangan bayi.. Dengan tetap lemaut Jaka menyodorkan Super Dicknya ke mulutku sehingga mulutku sekarang penuh sesak dengan penis milik Jaka sementara dibawah sana Iwan rupanya asik mencukuri kemaluanku.. Semua proses itu berlangsung kira-kira 15 menit dan ketika “pekerjaan” Iwan selesai Jakapun mencabut penisnya dari mulutku.

    Ketika kutengok kemaluanku sudah licin memerah.. Setelah membersihkan sofa dari bulu-buluku Iwan memulai tugas lainnya, penisnya yang tidak kalah besarnya dari milik Jaka segera melompat dari celana pendeknya.

    Sehingga yang terlihat sekarang 3 insan berlawanan jenis sudah polos tidak mengenakan apa-apa terlebih aku sudah seperti bayi karena kemaluanku sudah tidak ditumbuhi bulu lagi dan sedang digosok-gosok oleh batang kemaluan Iwan sampai cairanku keluar seolah menyatakan siap untuk menyambut penis Iwan yang besar dan penuh urat.

    “Sshh..”

    Hanya desisan itu yang keluar dari mulutku ketika kepala cendawan itu menerobos perlahan kewanitaanku yang selama ini hanya digunakan oleh suamiku R. Secara naluri mulutku terbuka lebar ketika kurasakan batang kemaluan Iwan sudah tertanam seluruhnya di dalam liang senggamaku.


    Setelah beberapa saat didiamkan yang ada dibenakku adalah betapa sesaknya kemaluanku dan gatalnya minta ampun sehingga tanpa sadar pinggulku bergoyang yang disambut dengan genjotan Iwan..

    Selang beberapa lama Iwan tiba-tiba membalikkan tubuh kami dengan penis masih tetap tertanam sehingga sekarang aku berada diatas Iwan memberiku kesempatan untuk mencari sensasi sendiri.. Hal ini berlangsung cukup lama entah sudah berapa kali aku orgasme.

    Tak lama kurasakan bokongku ada memukul-mukul pelan, ketika kutengok ternyata Jaka sedang dalam posisi tegak dibelakangku dan mengoleskan baby oil ke anusku.. Selanjutnya yang terjadi adalah kenyataan 2 penis besar mereka sudah tertanam dalam tubuhku.. Luar biasa nikmatnya sampai akhirnya merekapun ejakulasi dan menumpahkan di wajahku.

    Setelah itu kami bertiga tertidur pulas dan pagi-pagi kami bangun melanjutkan pekerjaan yang tersisa. Bedanya dengan kemarin-kemarin adalah sekarang kami bekerja tanpa sehelai benangpun dan bila sudah mulai bosan kami selingi dengan persetubuhan.. Kadang aku melayani sekaligus berdua, kadang satu-satu dan sementara salah satu dari mereka tetap bekerja.


    Lucu memang.. Tapi itulah pengalaman dahsyat yang aku alami dan membuat aku jadi sekarang jadi ketagihan.. Malah aku pernah melayani Iwan dan Jaka ditambah 3 orang temannya yang lain..

  • Kisah Memek Selingkuh hingga ML dengan ponakan yang baru menikah

    Kisah Memek Selingkuh hingga ML dengan ponakan yang baru menikah


    2691 views

    Duniabola99.com – Keponakanku yang baru menikah tinggal bersamaku karena mereka belum memiliki rumah sendiri. Tidak menjadi masalah bagiku karena aku tinggal sendiri setelah lama bercerai dan aku tidak memiliki anak dari perkawinan yang gagal itu. Sebagai pengantin baru, tentunya keponakanku dan istrinya, Ines, lebih sering menghabiskan waktunya di kamar.


    Pernah satu malam, aku mendengar erangan Ines dari kamar mereka. Aku mendekat ke pintu, terdengar Ines mengerang2, “Terus mas, enak mas, terus ……, yah udah keluar ya mas, Ines belum apa2″. Sepertinya Ines tidak terpuaskan dalam ‘pertempuran” itu karena suaminya keok duluan. Beberapa kali aku mendengar lenguhan dan diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Ines.

    Suatu sore, sepulang dari kantor, aku lupa membawa kunci rumah. Aku mengetok pintu cukup lama sampai Ines yang membukakan pintu. Aku sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Ines hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15cm di atas lutut. Agen Nova88

    Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan toket yang montok itu menyembul di belahan baju, pentilnya membayang di kimononya. Rupanya Ines belum sempat mengenakan bra. Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya.

    Agaknya Ines sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kon tolku berdiri melihat tubuhnya. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Ines sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kon tolku di gundukan pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas toket montoknya habis-habisan.


    “Sori Nes, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya”, kataku. “Udah selesai kok om”, jawabnya. Aku duduk di meja makan. Ines mengambilkan teh buatku dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Ines keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan toket yang membusung. Ines tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Ines beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangiku, aku menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang.

    Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem2. kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Ines tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan toket yang montok kala agak merunduk. kon tolku pun menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex. “Nes, kamu gak puas ya sama suami kamu”, kataku to the point. Ines tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. “Kok om tau sih”, jawabnya lirih. “Om kan pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh.

    Suami kamu cepet ngecretnya ya”, kataku lagi. “Iya om, si mas cepet banget keluarnya. Ines baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Ines cuma jadi pemuas napsunya aja”, Ines mulai curhat. Aku hanya mendengarkan curhatannya saja. “Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Ines nyiapin makan dulu ya”, katanya mengakhiri pembicaraan seru. “Kirain Ines nawarin mau mandiin”, godaku. “Ih si om, genit”, jawabnya tersipu. “Kalo Ines mau, om gak keberatan lo”, jawabku lagi. Ines tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk kamarku dan mandi. kon tolku tegang gak karuan karena pembicaraan seru tadi.

    Selesai mandi, aku hanya memakai celana pendek dan kaos, sengaja aku tidak memakai CD. Pengen rasanya malem ini aku ngen totin Ines. Apalagi suaminya sedang tugas keluar kota untuk beberapa hari. kon tolku masih ngaceng berat sehingga kelihatan jelas tercetak di celana pendekku. Ines diam saja melihat ngacengnya kon tolku dari luar celana pendekku. Ketika makan malem, kita ngobrol soal yang lain, Ines berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Kalo Ines tertawa, ingin rasanya kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya kusedot-sedot toket nya dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Ines itu sampai dia menggial-gial keenakan.


    Selesai makan, Ines membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Ines terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Ines membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Ines membentur rak kayu. “Aduh”, Ines mengerang kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong Ines kekamarnya. Kuletakkan Ines di ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga aku dapat dengan leluasa melihat kemontokan toketnya.

    Nafsuku pun naik. kon tolku semakin tegang. ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Ines berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. “Pelan om, sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Ines, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Ines sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah. Aku semakin melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali. Agen Nova88 Terbesar

    Kupandangi Ines yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jenjang. Toketnya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya. pentilnya menyembul dari balik dasternya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar. Daster tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik CDya, kon tolku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap. Kuelus betisnya. Kusingkapkan bagian bawah dasternya sampai sebatas perut.

    Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang minim. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Ines. Kueluskan perlahan ibu jariku di belahan bibir no noknya. kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Kemudian aku melepas celana pendekku. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis nya.

    Kutempelkan kepala kon tolku yang sudah ngaceng berat di pahanya. Rasa hangat mengalir dari paha Ines ke kepala kon tolku. kugesek-gesekkan kepala kon tol di sepanjang pahanya. kon tolku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Nafsuku semakin tinggi. Aku semakin nekad. Kulepaskan daster Ines, Ines terbangun karena ulahku. “Om, Ines mau diapain”, katanya lirih. Aku terkejut dan segera menghentikan aksiku. Aku memandangi tubuh mulus Ines tanpa daster menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. toket yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilnya berdiri tegak.


    “Nes, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau enggak”, kataku perlahan sambil mencium toket nya yang montok. Ines diam saja, matanya terpejam. Hidungku mengendus-endus kedua toket yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku.pentil toket kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika pentil itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. “Om…”, rintihnya, rupanya tindakanku membangkitkan napsunya juga. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, Ines diam saja membiarkan aku menjelajahi tubuhnya. kusedot-sedot pentil toketnya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku.

    Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajah Ines tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toket harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. kon tolku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli toket dengan bibir, lidah, dan wajahnya, aku terus menggesek-gesekkan kon tol di kulit pahanya yang halus dan licin. Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Ines. perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian.

    Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Ines. Sementara gesekan-gesekan kepala kon tolku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian belahan bibir no noknya. Ines makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya.

    Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuhnya. kon tolku yang tegang kutempelkan di kulit toket Ines. Kepala kon tol kugesek-gesekkan di toket yang montok itu. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala kon tol terus kugesekkan di toketnya, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu. Kuraih kedua belah gumpalan toket Ines yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Ines dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kon tolku kujepit dengan kedua gumpalan toketnya. Kini rasa hangat toket Ines terasa mengalir ke seluruh batang kon tolku.

    Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kon tolku di cekikan kedua toket Ines. Kekenyalan daging toket tersebut serasa memijit-mijit batang kon tolku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kon tolku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kon tolku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur kon tolku bertambah cepat, dan kedua toket nya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang kon tolku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketnya. Ines pun mendesah-desah tertahan, “Ah… hhh… hhh… ah…”


    kon tolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toket Ines. Oleh gerakan maju-mundur kon tolku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua toketnya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kon tolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kon tolku di dalam jepitan toketnya. Dengan adanya sedikit cairan dari kon tolku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kon tolku dengan toketnya. “Hih… hhh… … Luar biasa enaknya…,” aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafas Ines menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya , yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahan Ines semakin membuat nafsuku makin memuncak.

    Gesekan-gesekan maju-mundurnya kon tolku di jepitan toketnya semakin cepat. kon tolku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kon tolku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan.. Aku menggerakkan maju-mundur kon tolku di jepitan toket Ines dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari kon tol ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Ines. Alis matanya bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu.

    Toket sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing kon tol dan menggesek-gesekkan kepala kon tol dengan gerakan memutar di kulit toketnya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas toket kiri Ines, kon tolku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kon tolku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya.

    kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lobang no noknya. Kedua paha mulus Ines kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan no noknya. Aku pun mengambil posisi agar kon tolku dapat mencapai no nok Ines dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang kon tol, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Ines.

    Rasa geli menggelitik kepala kon tolku. kepala kon tolku bergerak menyusuri jembut menuju ke no noknya. Kugesek-gesekkan kepala kon tol ke sekeliling bibir no noknya. Terasa geli dan nikmat. kepala kon tol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang no nok itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kon tolku sambil terus memasuki lobang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut no nok Ines. Jepitan mulut no nok itu terasa hangat dan enak sekali. Kembali dari mulut Ines keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi. kon tolku semakin tegang.


    Sementara dinding mulut no nok Ines terasa semakin basah. Perlahan-lahan kon tolku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kumasukkan kon tolku ke dalam no nok. Terbenam sudah seluruh batang kon tolku di dalam no nok Ines. Sekujur batang kon tol sekarang dijepit oleh no nok Ines dengan sangat enaknya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kon tolku ke dalam no noknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam no nok hanya kepala kon tol saja. Sewaktu masuk seluruh kon tol terbenam di dalam no nok sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kon tolku. Aku terus memasuk-keluarkan kon tolku ke lobang no noknya.

    Alis matanya terangkat naik setiap kali kon tolku menusuk masuk no noknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Aku terus mengocok perlahan-lahan no noknya. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali kukocok secara perlahan no noknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot no nok pada kon tolku. Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik kon tolku dari no nok Ines. Namun kini tidak seluruhnya, kepala kon tol masih kubiarkan tertanam dalam mulut no noknya. Sementara batang kon tol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya

    Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Ines. Ines mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kon tolku pada dinding mulut no noknya, “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…”

    Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kon tolku ke dalam no nok Ines. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada no noknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kon tolku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi

    keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, “Nes… no nokmu luar biasa… nikmatnya…”

    Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kon tolku. Berarti beberapa saat lagi aku akan ngecret. Kucopot kon tolku dari no nok Ines. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kon tolku mudah mencapai toketnya. Kembali kuraih kedua belah toket montok itu untuk menjepit kon tolku yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kon tolku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. kon tol kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan toketnya. Cairan no nok Ines yang membasahi kon tolku kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kon tolku dan kulit toketnya. “Oh… hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, aku merintih-rintih keenakan. Ines juga mendesis-desis keenakan, “Sssh.. sssh… sssh…” Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah. Aku mempercepat maju-mundurnya kon tolku. Aku memperkuat tekananku pada toketnya agar kon tolku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat kon tolku. Rasa hangat menyusup di seluruh kon tolku.


    Karena basah oleh cairan no nok, kepala kon tolku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toket Ines. Leher kon tol yang berwarna coklat tua dan helm kon tol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kon tolku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan kon tolku pada toket Ines. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kon tolku di toket montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kon tolku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan kon tol di kempitan toket indah Ines dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar

    biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku. “Ines…!” pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kon tolku saat menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!

    Pejuku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang Ines. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leher Ines. Peju yang tersisa di dalam kon tolku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan toketnya. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan. “Luar biasa… nes, nikmat sekali tubuhmu…,” aku bergumam. “Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kata Ines lirih. “Gak apa kalo om ngecret didalem Nes”, jawabku.

    “Gak apa om, Ines pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi Ines ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Ines ngerasain kenikmatan seperti ini”, katanya lagi. “Ini baru ronde pertama Nes, mau lagi kan ronde kedua”, kataku. “Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabnya. “Kok tadi kamu diem aja Nes”, kataku lagi. “Bingung om, tapi nikmat”, jawabnya sambil tersenyum. “Engh…” Ines menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap kon tol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Ines. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya. “Mo kemana om”, tanyanya. “Mo ambil minum dulu”, jawabku. “Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua”, katanya. Rupanya Ines sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi.

    Aku kembali membawa gelas berisi air putih, kuberikan kepada Ines yang langsung menenggaknya sampe habis. Aku keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas aku memandangi toket indah yang terhampar di depan mataku tersebut. mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke no noknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat. Betapa enaknya ngen totin Ines. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Mengocok no noknya dengan kon tolku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan pejuku di dalam no noknya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.


    “Ines…,” desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Sementara Ines pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Ines pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketnya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Ines mulai meremas-remas kulit punggungku.

    Ines mencopot celanaku.Ines pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh Ines sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendekap tubuhnya sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketnya yang montok menekan ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilnya seolah-olah menggelitiki dadaku. kon tolku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Ines, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. kon tolku tergencet perut bawahku dan perut bawah Ines dengan enaknya.

    Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku. “Ah… geli… geli…,” desah Ines sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Ines pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas toket tersebut dengan perasaan gemas.

    Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Kugeluti belahan toket Ines, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu. bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket nya, dan kumasukkan pentil toket di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot pentil toket kiri Ines.

    Kumainkan pentil di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. “Ah… ah… om… geli…,” Ines mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada pentilnya. “Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…” Aku semakin gemas.

    toket Ines itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya pentilnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. “Ah…om… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Ines mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.


    Sampai akhirnya Ines tidak kuat melayani serangan-serangan awalku. Jari-jari tangan kanan Ines yang mulus dan lembut menangkap kon tolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. Batang kon tolnya besar ya”, ucapnya. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kon tolku secara berirama. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kon tolku.

    kurengkuh tubuhnyadengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kon tolku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Ines pun menggelinjang ke kiri-kanan.

    “Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” Ines merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di toketnya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kon tolku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin keenakan. “Ines… enak sekali Ines… sssh… luar biasa… enak sekali…,” aku pun mendesis-desis keenakan.

    “Om keenakan ya? Batang kon tol om terasa besar dan keras sekali menekan perut Ines. Wow… kon tol om terasa hangat di kulit perut Ines. tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintih Ines. “Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” Ines semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku. Dia sudah makin liar saja desahannya, rupanya dia sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa aku ini om dari suaminya. “om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali… Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… kon tol om … besar sekali… kuat sekali…”

    Ines menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Ines. kon tolku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kon tolku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kon tolku untuk mencari liang no noknya.

    Kuputar-putarkan dulu kepala kon tolku di kelebatan jembut disekitar bibir no nok Ines. Ines meraih batang kon tolku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om kon tolnya besar dan keras sekali” katanya sambil mengarahkan kepala kon tolku ke lobang no noknya. kepala kon tolku menyentuh bibir no noknya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kon tol kutekankan masuk ke liang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku pun terbenam di dalam no noknya. Aku menghentikan gerak masuk kon tolku.

    “Om… teruskan masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” Ines protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kon tolku hanya masuk ke lobang no noknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kon tolku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ines menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! kon tolku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam no nok Ines dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.

    Sementara kulit batang kon tolku bagaikan diplirid oleh bibir no noknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! “Auwww!” pekik Ines. Aku diam sesaat, membiarkan kon tolku tertanam seluruhnya di dalam no nok Ines tanpa bergerak sedikit pun. “Sakit om… ” kata Ines sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya. Aku pun mulai menggerakkan kon tolku keluar-masuk no nok Ines. Aku tidak tahu, apakah kon tolku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang no nok Ines yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kon tolku yang masuk no noknya serasa dipijit-pijit dinding lobang no noknya dengan agak kuatnya.

    “Bagaimana Nes, sakit?” tanyaku. “Sssh… enak sekali… enak sekali… kon tol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang no nok Ines..,” jawabnya. Aku terus memompa no nok Ines dengan kon tolku perlahan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. kon tolku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kon tolku menyentuh suatu daging hangat di dalam no nok Ines. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala kon tol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.


    aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kon tolku tidak tercabut dari lobang no noknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ines kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok no noknya perlahan dengan kon tolku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku.

    Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kon tolku maju-mundur perlahan di no nok Ines. Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah toketnya. Masih dengan kocokan kon tol perlahan di no noknya, tanganku meremas-remas toket montok Ines. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. pentil itu semakin mengeras, dan bukit toket itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ines pun merintih-rintih keenakan.

    Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. “Ah… om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. kon tol om membuat no nok Ines merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar no nok, ya om. Ngecret di dalam saja… ” Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kon tolku di no nok Ines. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat… Terus om, terus… ” Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ines. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kon tolku di no nok Ines. Terus dan terus. Seluruh bagian kon tolku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh no nok Ines. Mata Ines menjadi merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

    “Sssh… sssh… Ines… enak sekali… enak sekali no nokmu… enak sekali no nokmu…” “Ya om, Ines juga merasa enak sekali… terusss… terus om, terusss…” Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. “Omi… sssh… sssh… Terus… terus… Ines hampir nyampe…

    sedikit lagi… sama-sama ya om…,” Ines jadi mengoceh tanpa kendali. Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau ngecret. Namun aku harus membuatnya nyampe duluan. Sementara kon tolku merasakan no nok Ines bagaikan berdenyut dengan hebatnya. “Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba kurasakan kon tolku dijepit oleh dinding no nok Ines dengan sangat kuatnya. Di dalam no nok, kon tolku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari no nok Ines dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ines meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Ines pun berteriak tanpa kendali: “…keluarrr…!” Mata Ines membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ines kurasakan mengejang.

    Aku pun menghentikan genjotanku. kon tolku yang tegang luar biasa kubiarkan tertanam dalam no nok Ines. kon tolku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan no nok Ines. Kulihat mata Ines memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding no noknya pada kon tolku berangsur-angsur melemah, walaupun kon tolku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ines lalu kuletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ines dengan mempertahankan agar kon tolku yang tertanam di dalam no noknya tidak tercabut.


    “Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kata Ines dengan mimik wajah penuh kepuasan. kon tolku masih tegang di dalam no noknya. kon tolku masih besar dan keras. Aku kembali mendekap tubuh Ines. kon tolku mulai bergerak keluar-masuk lagi di no nok Ines, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding no nok Ines secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kon tolku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kon tolku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh no nok Ines beberapa saat yang lalu.

    “Ahhh… om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di no nok Ines.. Sssh…,” Ines mulai mendesis-desis lagi. Bibirku mulai memagut bibir Ines dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas toket Ines serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kon tolku di no noknya. “Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis Ines. Sambil kembali melumat bibir Ines dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kon tolku di no noknya. Pengaruh adanya cairan di dalam no nok Ines, keluar-masuknya kon tol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Ines tidak henti-hentinya merintih kenikmatan, “Om… ah… ”

    kon tolku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari toketnya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ines menyusup ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Ines pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kon tolku ke dalam no nok Ines sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kon tol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk no nok Ines sedalam-dalamnya. kon tolku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding no nok Ines. Sampai di langkah terdalam, mata Ines membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar no nok, kon tol kujaga agar kepalanya tetap tertanam di lobang no nok.

    Remasan dinding no nok pada batang kon tolku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir no nok yang mengulum batang kon tolku pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini Ines mendesah, “Hhh…” Aku terus menggenjot no nok Ines dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Ines meremas punggungku kuat-kuat di saat kon tolku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang no noknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kon tolku dan no nok Ines menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Ines:


    “Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…” kon tolku terasa empot-empotan luar biasa. “Nes… Enak sekali Nes… no nokmu enak sekali… no nokmu hangat sekali… jepitan no nokmu enak sekali…”

    “Om… terus om…,” rintih Ines, “enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kon tolku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kon tolku ke no noknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kon tolku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di kon tol pun semakin menghebat. “Ines… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu. “Om, Ines… mau nyamper lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…”

    Tiba-tiba kon tolku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding no nok Ines mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kon tolku terasa disemprot cairan no nok Ines, bersamaan dengan pekikan Ines, “…nyampee…!” Tubuh Ines mengejang dengan mata membeliak-beliak. “Ines…!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ines sekuat-kuatnya. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Pejuku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejuku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding no nok Ines yang terdalam. kon tolku yang terbenam semua di dalam no nok Ines terasa berdenyut-denyut.


    Beberapa saat lamanya aku dan Ines terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Aku menghabiskan sisa-sisa peju dalam kon tolku. Cret! Cret! Cret! kon tolku menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam no nok Ines. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Ines maupun tubuhku tidak mengejang lagi.

    Aku menciumi leher mulus Ines dengan lembutnya, sementara tangan Ines mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil ngen totin Ines.



  • Kisah Memek Selingkuh Mencari Kepuasan Seks

    Kisah Memek Selingkuh Mencari Kepuasan Seks


    3145 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Selingkuh Mencari Kepuasan Seks ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018.

    Duniabola99.com – Karena jabatan suamiku sudah tidak mungkin lagi naik di perusahaannya, untuk menambah penghasilan kami, aku meminta ijin kepada Mas Hadi untuk bekerja, mengingat pendidikanku sebagai seorang Accounting sama sekali tidak kumanfatkan semenjak aku menikah.


    Pada dasarnya suamiku itu selalu menuruti keinginanku, maka tanpa banyak bicara dia mengijinkan aku bekerja, walaupun aku sendiri belum tahu bekerja di mana, dan perusahaan mana yang akan menerimaku sebagai seorang Accounting, karena aku sudah berkeluarga.

    “Bukankah kamu punya teman yang anak seorang Direktur di sini?” kata suamiku di suatu malam setelah kami melakukan hubungan badan.
    “Iya si Yanthi, teman kuliah Ridha..!” kataku.
    “Coba deh, kamu hubungi dia besok. Kali saja dia mau menolong kamu..!” katanya lagi.
    “Tapi, benar nih.. Mas.. kamu ijinkan saya bekerja..?”
    Mas Hadi mengangguk mesra sambil menatapku kembali.

    Sambil tersenyum, perlahan dia dekatkan wajahnya ke wajahku dan mendaratkan bibirnya ke bibirku.
    “Terimakasih.. Mas.., mmhh..!” kusambut ciuman mesranya.
    Dan beberapa lama kemudian kami pun mulai terangsang lagi, dan melanjutkan persetubuhan suami istri untuk babak yang ketiga. Kenikmatan demi kenikmatan kami raih. Hingga kami lelah dan tanpa sadar kami pun terlelap menuju alam mimpi kami masing-masing.

    Perlu kuceritakan di sini bahwa Rendy, anak kami tidak bersama kami. Dia kutitipkan ke nenek dan kakeknya yang berada di lain daerah, walaupun masih satu kota. Kedua orangtuaku sangat menyayangi cucunya ini, karena anakku adalah satu-satunya cucu laki-laki mereka.

    Siang itu ketika aku terbangun dari mimpiku, aku tidak mendapatkan suamiku tidur di sisiku. Aku menengok jam dinding. Rupanya suamiku sudah berangkat kerja karena jam dinding itu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Aku teringat akan percakapan kami semalam. Maka sambil mengenakan pakaian tidurku (tanpa BH dan celana dalam), aku beranjak dari tempat tidur berjalan menuju ruang tamu rumahku, mengangkat telpon yang ada di meja dan memutar nomor telpon Yanti, temanku itu.

    “Hallo ini Yanti..!” kataku membuka pembicaraan saat kudengar telpon yang kuhubungi terangkat.
    “Iya.., siapa nih..?” tanya Yanti.
    “Ini.. aku Ridha..!”
    “Oh Ridha.., ada apa..?” tanyanya lagi.
    “Boleh nggak sekarang aku ke rumahmu, aku kangen sama kamu nih..!” kataku.
    “Silakan.., kebetulan aku libur hari ini..!” jawab Yanti.
    “Oke deh.., nanti sebelum makan siang aku ke rumahmu. Masak yang enak ya, biar aku bisa makan di sana..!” kataku sambil sedikit tertawa.
    “Sialan luh. Oke deh.., cepetan ke sini.., ditunggu loh..!”
    “Oke.., sampai ketemu yaa.. daah..!” kataku sambil menutup gagang telpon itu.

    Setelah menelepon Yanti, aku berjalan menuju kamar mandi. Di kamar mandi itu aku melepas pakaianku semuanya dan langsung membersihkan tubuhku. Namun sebelumnya aku bermasturbasi sejenak dengan memasukkan jariku ke dalam vaginaku sendiri sambil pikiranku menerawang mengingat kejadian-kejadian yang semalam baru kualami. Membayangkan penis suamiku walau tidak begitu besar namun mampu memberikan kepuasan padaku. Dan ini merupakan kebiasaanku.

    Walaupun aku telah bersuami, namun aku selalu menutup kenikmatan bersetubuh dengan Mas Hadi dengan bermasturbasi, karena kadang-kadang bermasturbasi lebih nikmat.

    Singkat cerita, siang itu aku sudah berada di depan rumah Yanti yang besar itu. Dan Yanti menyambutku saat aku mengetuk pintunya.
    “Apa khabar Rida..?” begitu katanya sambil mencium pipiku.
    “Seperti yang kamu lihat sekarang ini..!” jawabku.
    Setelah berbasa-basi, Yanti membimbingku masuk ke ruangan tengah dan mempersilakan aku untuk duduk.

    “Sebentar ya.., kamu santailah dahulu, aku ambil minuman di belakang…” lalu Yanti meninggalkanku.
    Aku segera duduk di sofanya yang empuk. Aku memperhatikan ke sekeliling ruangan ini. Bagus sekali rumahnya, beda dengan rumahku. Di setiap sudut ruang terdapat hiasan-hiasan yang indah, dan pasti mahal-mahal. Foto-foto Yanti dan suaminya terpampang di dinding-dinding. Sandi yang dahulu katanya sempat menaksir aku, yang kini adalah suami Yanti, terlihat semakin ganteng saja. Dalam pikirku berkata, menyesal juga aku acuh tak acuh terhadapnya dahulu. Coba kalau aku terima cintanya, mungkin aku yang akan menjadi istrinya.

    Sambil terus memandangi foto Sandi, suaminya, terlintas pula dalam ingatanku betapa pada saat kuliah dulu lelaki keturunan Manado ini mencoba menarik perhatianku (aku, Yanti dan Sandi memang satu kampus). Sandi memang orang kaya. Dia adalah anak pejabat pemerintahan di Jakarta. Pada awalnya aku pun tertarik, namun karena aku tidak suka dengan sifatnya yang sedikit sombong, maka segala perhatiannya padaku tidak kutanggapi. Aku takut jika tidak cocok dengannya, karena aku orangnya sangat sederhana.

    Lamunannku dikagetkan oleh munculnya Yanti. Sambil membawa minuman, Yanti berjalan ke arah aku duduk, menaruh dua gelas sirup dan mempersilakanku untuk minum.
    “Ayo Rid, diminum dulu..!” katanya.
    Aku mengambil sirup itu dan meminumnya. Beberapa teguk aku minum sampai rasa dahaga yang sejak tadi terasa hilang, aku kembali menaruh gelas itu.


    “Oh iya, Mas Sandi ke mana?” tanyaku.
    “Biasa… Bisnis dia,” kata Yanti sambil menaruh gelasnya. “Sebentar lagi juga pulang. Sudah kutelpon koq dia, katanya dia juga kangen sama kamu..!” ujarnya lagi.

    Yanti memang sampai sekarang belum mengetahui kalau suaminya dahulu pernah naksir aku. Tapi mungkin juga Sandi sudah memberitahukannya.

    “Kamu menginap yah.. di sini..!” kata Yanti.
    “Akh… enggak ah, tidak enak khan..!” kataku.
    “Loh… nggak enak gimana, kita kan sahabat. Sandi pun kenal kamu. Lagian aku sudah mempersiapkan kamar untukmu, dan aku pun sedang ambil cuti koq, jadi temani aku ya.., oke..!” katanya.
    “Kasihan Mas Hadi nanti sendirian..!” kataku.
    “Aah… Mas Hadi khan selalu menurut keinginanmu, bilang saja kamu mau menginap sehari di sini menemani aku. Apa harus aku yang bicara padanya..?”
    “Oke deh kalau begitu.., aku pinjam telponmu ya..!” kataku.
    “Tuh di sana…!” kata Yanti sambil menujuk ke arah telepon.

    Aku segera memutar nomor telpon kantor suamiku. Dengan sedikit berbohong, aku minta ijin untuk menginap di rumah Yanti. Dan menganjurkan Mas Hadi untuk tidur di rumah orangtuaku. Seperti biasa Mas Hadi mengijinkan keinginanku. Dan setelah basa-basi dengan suamiku, segera kututup gagang telpon itu.

    “Beres..!” kataku sambil kembali duduk di sofa ruang tamu.
    “Nah.., gitu dong..! Ayo kutunjukkan kamarmu..!” katanya sambil membimbingku.
    Di belakang Yanti aku mengikuti langkahnya. Dari belakang itu juga aku memperhatikan tubuh montoknya. Yanti tidak berubah sejak dahulu. Pantatnya yang terbungkus celana jeans pendek yang ketat melenggak-lenggok. Pinggulnya yang ramping sungguh indah, membuatku iseng mencubit pantat itu.

    “Kamu masih montok saja, Yan..!” kataku sambil mencubit pantatnya.
    “Aw.., akh.. kamu. Kamu juga masih seksi saja. Bisa-bisa Mas Sandi nanti naksir kamu..!” katanya sambil mencubit buah dadaku.
    Kami tertawa cekikikan sampai kamar yang dipersiapkan untukku sudah di depan mataku.
    “Nah ini kamarmu nanti..!” kata Yanti sambil membuka pintu kamar itu.

    Besar sekali kamar itu. Indah dengan hiasan interior yang berseni tinggi. Ranjangnya yang besar dengan seprei yang terbuat dari kain beludru warna biru, menghiasi ruangan ini. Lemari pakaian berukiran ala Bali juga menghiasi kamar, sehingga aku yakin setiap tamu yang menginap di sini akan merasa betah.

    Akhirnya di kamar itu sambil merebahkan diri, kami mengobrol apa saja. Dari pengalaman-pengalaman dahulu hingga kejadian kami masing-masing. Kami saling bercerita tentang keluhan-keluhan kami selama ini. Aku pun bercerita panjang mulai dari perkimpoianku sampai sedetil-detilnya, bahkan aku bercerita tentang hubungan bercinta antara aku dan suamiku. Kadang kami tertawa, kadang kami serius saling mendengarkan dan bercerita. Hingga pembicaraan serius mulai kucurahkan pada sahabatku ini, bahwa aku ingin bekerja di perusahan bapaknya yang direktur.

    “Gampang itu..!” kata Yanti. “Aku tinggal menghubungi Papa nanti di Jakarta. Kamu pasti langsung diberi pekerjaan. Papaku kan tahu kalau kamu adalah satu-satunya sahabatku di dunia ini..” lanjutnya sambil tertawa lepas.
    Tentu saja aku senang dengan apa yang dibicarakan oleh Yanti, dan kami pun meneruskan obrolan kami selain obrolan yang serius barusan.

    Tanpa terasa, di luar sudah gelap. Aku pun minta ijin ke Yanti untuk mandi. Tapi Yanti malah mengajakku mandi bersama. Dan aku tidak menolaknya. Karena aku berpikir toh sama-sama wanita.Sungguh di luar dugaan, di kamar mandi ketika kami sama-sama telanjang bulat, Yanti memberikan sesuatu hal yang sama sekali tidak terpikirkan.

    Sebelum air yang hangat itu membanjiri tubuh kami, Yanti memelukku sambil tidak henti-hentinya memuji keindahan tubuhku. Semula aku risih, namun rasa risih itu hilang oleh perasaan yang lain yang telah menjalar di sekujur tubuh. Sentuhan-sentuhan tangannya ke sekujur tubuhku membuatku nikmat dan tidak kuasa aku menolaknya. Apalagi ketika Yanti menyentuh bagian tubuhku yang sensitif.


    Kelembutan tubuh Yanti yang memelukku membuatku merinding begitu rupa. Buah dadaku dan buah dadanya saling beradu. Sementara bulu-bulu lebat yang berada di bawah perut Yanti terasa halus menyentuh daerah bawah perutku yang juga ditumbuhi bulu-bulu. Namun bulu-bulu kemaluanku tidak selebat miliknya, sehingga terasa sekali kelembutan itu ketika Yanti menggoyangkan pinggulnya.

    Karena suasana yang demikian, aku pun menikmati segala apa yang dia lakukan. Kami benar-benar melupakan bahwa kami sama-sama perempuan. Perasaan itu hilang akibat kenikmatan yang terus mengaliri tubuh. Dan pada akhirnya kami saling berpandangan, saling tersenyum, dan mulut kami pun saling berciuman.

    Kedua tanganku yang semuala tidak bergerak kini mulai melingkar di tubuhnya. Tanganku menelusuri punggungnya yang halus dari atas sampai ke bawah dan terhenti di bagian buah pantatnya. Buah pantat yang kencang itu secara refleks kuremas-remas. Tangan Yanti pun demikian, dengan lembut dia pun meremas-remas pantatku, membuatku semakin naik dan terbawa arus suasana. Semakin aku mencium bibirnya dengan bernafsu, dibalasnya ciumanku itu dengan bernafsu pula.

    Hingga suatu saat ketika Yanti melepas ciuman bibirnya, lalu mulai menciumi leherku dan semakin turun ke bawah, bibirnya kini menemukan buah dadaku yang mengeras. Tanpa berkata-kata sambil sejenak melirik padaku, Yanti menciumi dua bukit payudaraku secar bergantian. Napasku mulai memburu hingga akhirnya aku menjerit kecil ketika bibir itu menghisap puting susuku. Dan sungguh aku menikmati semuanya, karena baru pertama kali ini aku diciumi oleh seorang wanita.

    “Akh.., Yaantiii.., oh..!” jerit kecilku sedikit menggema.
    “Kenapa Rid.., enak ya..!” katanya di sela-sela menghisap putingku.
    “Iya.., oh.., enaaks… teruus..!” kataku sambil menekan kepalanya.
    Diberi semangat begitu, Yanti semakin gencar menghisap-hisap putingku, namun tetap lembut dan mesra. Tangan kirinya menahan tubuhku di punggung.

    Sementara tangan kanannya turun ke bawah menuju kemaluanku. Aku teringat akan suamiku yang sering melakukan hal serupa, namun perbedaannya terasa sekali, Yanti sangat lembut memanjakan tubuhku ini, mungkin karena dia juga wanita.

    Setelah tangan itu berada di kemaluanku, dengan lembut sekali dia membelainya. Jarinya sesekali menggesek kelentitku yang masih tersembunyi, maka aku segera membuka pahaku sedikit agar kelentitku yang terasa mengeras itu leluasa keluar.

    Ketika jari itu menyentuh kelentitku yang mengeras, semakin asyik Yanti memainkan kelentitku itu, sehingga aku semakin tidak dapat mengendalikan tubuhku. Aku menggelinjang hebat ketika rasa geli campur nikmat menjamah tubuhku. Pori-poriku sudah mengeluarkan keringat dingin, di dalam liang vaginaku sudah terasa ada cairan hangat yang mengalir perlahan, pertanda rangsangan yang sungguh membuatku menjadi nikmat.

    Ketika tanganku menekan bagian atas kepalanya, bibir Yanti yang menghisap kedua putingku secara bergantian segera berhenti. Ada keinginan pada diriku dan Yanti mengerti akan keinginanku itu. Namun sebelumnya, kembali dia pada posisi wajahnya di depan wajahku. Tersungging senyuman yang manis.

    “Ingin yang lebih ya..?” kata Santi.
    Sambil tersenyum aku mengangguk pelan. Tubuhku diangkatnya dan aku duduk di ujung bak mandi yang terbuat dari porselen. Setelah aku memposisikan sedemikian rupa, tangan Yanti dengan cekatan membuka kedua pahaku lebar-lebar, maka vaginaku kini terkuak bebas. Dengan posisi berlutut, Yanti mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Aku menunggu perlakuannya dengan jantung yang berdebar kencang.

    Napasku turun naik, dadaku terasa panas, begitu pula vaginaku yang terlihat pada cermin yang terletak di depanku sudah mengkilat akibat basah, terasa hangat. Namun rasa hangat itu disejukkan oleh angin yang keluar dari kedua lubang hidung Yanti. Tangan Yanti kembali membelai vaginaku, menguakkan belahannya untuk menyentuh kelentitku yang semakin menegang.

    Agak lama Yanti membelai-belai kemaluanku itu yang sekaligus mempermainkan kelentitku. Sementara mulutnya menciumi pusar dan sekitarnya. Tentu saja aku menjadi kegelian dan sedikit tertawa. Namun Yanti terus saja melakukan itu.
    Hingga pada suatu saat, “Eiist… aakh… aawh… Yanthhii… akh… mmhh… ssh..!” begitu suara yang keluar dari mulutku tanpa disadari, ketika mulutnya semakin turun dan mencium vaginaku.
    Kedua tangan Yanti memegangi pinggul dan pantatku menahan gerakanku yang menggelinjang nikmat.

    Kini ujung lidahnya yang menyentuh kelentitku. Betapa pintar dia mempermainkan ujung lidah itu pada daging kecilku, sampai aku kembali tidak sadar berteriak ketika cairan di dalam vaginaku mengalir keluar.
    “Oohh… Yantii… ennaakss… sekaalii..!” begitu teriakku.

    Aku mulai menggoyangkan pinggulku, memancing nikmat yang lebih. Yanti masih pada posisinya, hanya sekarang yang dijilati bukan hanya kelentitku tapi lubang vaginaku yang panas itu. Tubuhku bergetar begitu hebat. Gerakan tubuhku mulai tidak karuan. Hingga beberapa menit kemudian, ketika terasa orgasmeku mulai memuncak, tanganku memegang bagian belakang kepalanya dan mendorongnya. Karuan saja wajah Yanti semakin terpendam di selangkanganku.


    “Hissapp… Yantiii..! Ooh.., aku.. akuu.. mau.. keluaar..!” jeritku.
    Yanti berhenti menjilat kelentitku, kini dia mencium dan menghisap kuat lubang kemaluanku.
    Maka.., “Yaantii.., aku.. keluaar..! Oh.., aku.. keluar.. nikmaathhs.. ssh..!” bersamaan dengan teriakku itu, maka aku pun mencapai orgasme.
    Tubuhku seakan melayang entah kemana. Wajahku menengadah dengan mata terpejam merasakan berjuta-juta nikmat yang sekian detik menjamah tubuh, hingga akhirnya aku melemas dan kembali pada posisi duduk. Maka Yanti pun melepas hisapannya pada vaginaku.

    Dia berdiri, mendekatkan wajahnya ke hadapan wajahku, dan kembali dia mencium bibirku yang terbuka. Napasku yang tersengal-sengal disumbat oleh mulut Yanti yang menciumku. Kubalas ciuman mesranya itu setelah tubuhku mulai tenang.

    “Terimakasih Yanti.., enak sekali barusan..!” kataku sambil tersenyum.
    Yanti pun membalas senyumanku. Dia membantuku turun dari atas bak mandi itu.
    “Kamu mau nggak dikeluarin..?” kataku lagi.
    “Nanti sajalah.., lagian udah gatel nih badanku. Sekarang mending kita mandi..!” jawabnya sambil menyalakan shower.

    Akhirnya kusetujui usul itu, sebab badanku masih lemas akibat nikmat tadi. Dan rupanya Yanti tahu kalau aku kurang bertenaga, maka aku pun dimandikannya, disabuni, diperlakukan layaknya seorang anak kecil. Aku hanya tertawa kecil. Iseng-iseng kami pun saling menyentuh bagian tubuh kami masing-masing. Begitupula sebaliknya, ketika giliran Yanti yang mandi, aku lah yang menyabuni tubuhnya.

    Setelah selesai mandi, kami pun keluar dari kamar mandi itu secara bersamaan. Sambil berpelukan, pundak kami hanya memakai handuk yang menutup tubuh kami dari dada sampai pangkal paha, dan sama sekali tidak mengenakan dalaman. Aku berjalan menuju kamarku sedang Yanti menuju kamarnya sendiri. Di dalam kamar aku tidak langsung mengenakan baju. Aku masih membayangkan kejadian barusan. Seolah-olah rasa nikmat tadi masih mengikutiku.

    Di depan cermin, kubuka kain handuk yang menutupi tubuhku. Handuk itu jatuh terjuntai ke lantai, dan aku mulai memperhatikan tubuh telanjangku sendiri. Ada kebanggaan dalam hatiku. Setelah tadi melihat tubuh telanjang Yanti yang indah, ternyata tubuhku lebih indah. Yanti memang seksi, hanya dia terlalu ramping sehingga sepintas tubuhnya itu terlihat kurus. Sedangkan tubuhku agak montok namun tidak terkesan gemuk.

    Entah keturunan atau tidak, memang demikianlah keadaan tubuhku. Kedua payudaraku berukuran 34B dengan puting yang mencuat ke atas, padahal aku pernah menyusui anakku. Sedangkan payudara Yanti berukuran 32 tapi juga dengan puting yang mencuat ke atas juga.

    Kuputar tubuhku setengah putaran. Kuperhatikan belahan pantatku. Bukit pantatku masih kencang, namun sudah agak turun, karena aku pernah melahirkan. Berbeda dengan pantat milik Yanti yang masih seperti pantat gadis perawan, seperti pantat bebek.

    Kalau kuperhatikan dari pinggir tubuhku, nampak perutku yang ramping. Vaginaku nampak menonjol keluar. Bulu-bulu kemaluanku tidak lebat, walaupun pernah kucukur pada saat aku melahirkan. Padahal kedua tangan dan kedua kakiku tumbuh bulu-bulu tipis, tapi pertumbuhan bulu kemaluanku rupanya sudah maksimal. Lain halnya dengan Yanti, walaupun perutnya lebih ramping dibanding aku, namun kemaluannya tidak menonjol alias rata. Dan daerah itu ditumbuhi bulu-bulu yang lebat namun tertata rapi.

    Setelah puas memperhatikan tubuhku sendiri (sambil membandingkan dengan tubuh Yanti), aku pun membuka tasku dan mengambil celana dalam dan Bra-ku. Kemudian kukenakan kedua pakaian rahasiaku itu setelah sekujur tubuhku kulumuri bedak. Namun aku agak sedikit kaget dengan teriakan Yanti dari kamarnya yang tidak begitu jauh dari kamar ini.

    “Rida..! Ini baju tidurmu..!” begitu teriaknya.
    Maka aku pun mengambil handuk yang berada di lantai. Sambil berjalan kukenakan handuk itu menutupi tubuhku seperti tadi, lalu keluar menuju kamarnya yang hanya beberapa langkah. Pintu kamarnya ternyata tidak dikunci. Karena mungkin Yanti tahu kedatanganku, maka dia mempersilakan aku masuk.

    “Masuk sini Rid..!” kataya dari dalam kamar.
    Kudorong daun pintu kamarnya. Aku melihat di dalam kamar itu tubuh Yanti yang telanjang merebah di atas kasur. Tersungging senyuman di bibirnya. Karena aku sudah melangkah masuk, maka kuhampiri tubuh telanjang itu.

    “Kamu belum pake baju, Yan..?” kataku sambil duduk di tepi ranjang.
    “Akh.., gampang… tinggal pake itu, tuh..!” kata Yanti sambil tangannya menunjuk tumpukan gaun tidur yang berada di ujung ranjang.
    Lalu dia berkata lagi, “Kamu sudah pake daleman, ya..?”
    Aku mengangguk, “Iya..!”
    Kuperhatikan dadanya turun naik. Napasnya terdengar memburu. Apakah dia sedang bernafsu sekarang.., entahlah.
    Lalu tangan Yanti mencoba meraihku. Sejenak dia membelai tubuhku yang terbungkus handuk itu sambil berkata, “Kamu mengairahkan sekali memakai ini..!”
    “Akh.., masa sih..!” kataku sambil tersenyum dan sedikit menggeser tubuhku lebih mendekat ke tubuh Yanti.

    “Benar.., kalo nggak percaya.., emm.. kalo nggak percaya..!” kata Yanti sedikit menahan kata-katanya.
    “Kalo nggak percaya apa..?” tanyaku.
    “Kalo nggak percaya..!” sejenak matanya melirik ke arah belakangku.
    “Kalo nggak percaya tanya saja sama orang di belakangmu… hi.. hi..!” katanya lagi.


    Segera aku memalingkan wajahku ke arah belakangku. Dan.., (hampir saja aku teriak kalau mulutku tidak buru-buru kututup oleh tanganku), dengan jelas sekali di belakangku berdiri tubuh lelaki dengan hanya mengenakan celana dalam berwarna putih yang tidak lain adalah Mas Sandi suami Yanti itu. Dengan refleks karena kaget aku langsung berdiri dan bermaksud lari dari ruangan ini. Namun tangan Yanti lebih cepat menangkap tanganku lalu menarikku sehingga aku pun terjatuh dengan posisi duduk lagi di ranjang yang empuk itu.

    “Mau kemana.. Rida.., udah di sini temani aku..!” kata Yanti setengah berbisik.
    Aku tidak sempat berkata-kata ketika Mas Sandi mulai bergerak berjalan menuju aku. Dadaku mulai berdebar-debar. Ada perasaan malu di dalam hatiku.
    “Halo.., Rida. Lama tidak bertemu ya…” suara Mas Sandi menggema di ruangan itu.
    Tangannya mendarat di pundakku, dan lama bertengger di situ.

    Aku yang gelagapan tentu saja semakin gelagapan. Namun ketika tangan Yanti dilepaskan dari cengkramannya, pada saat itu tidak ada keinginanku untuk menghindar. Tubuhku terasa kaku, sama sekali aku tidak dapat bergerak. Lidahku pun terasa kelu, namun beberapa saat aku memaksa bibirku berkata-kata.
    “Apa-apaan ini..?” tanyaku parau sambil melihat ke arah Yanti.
    Sementara tangan yang tadi bertengger di bahuku mulai bergerak membelai-belai. Serr.., tubuhku mulai merinding. Terasa bulu-bulu halus di tangan dan kaki berdiri tegak.

    Rupanya Sentuhan tangan Mas Sandi mampu membangkitkan birahiku kembali. Apalagi ketika terasa di bahuku yang sebelah kiri juga didarati oleh tangan Mas Sandi yang satunya lagi. Perasaan malu yang tadi segera sirna. Tubuhku semakin merinding. Mataku tanpa sadar terpejam menikmati dalam-dalam sentuhan tangan Mas Sandi di bahuku itu.

    Pijatan-pijatan kecil di bahuku terasa nyaman dan enak sekali. Aku begitu menikmati apa yang terasa. Hingga beberapa saat kemudian tubuhku melemas. Kepalaku mulai tertahan oleh perut Mas Sandi yang masih berada di belakangku. Sejenak aku membuka mataku, nampak Yanti membelai vaginanya sendiri dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya meremas pelan kedua payudaranya secara bergantian. Tersungging senyuman di bibirnya.

    “Nikmati Rida..! Nikmati apa yang kamu sekarang rasakan..!” suara Yanti masih sedikit membisik.
    Aku masih terbuai oleh sentuhan kedua tangan Mas Sandi yang mulai mendarat di daerah atas payudarara yang tidak tertutup. Mataku masih terpejam.
    “Ini.. kan yang kamu inginkan. Kupinjamkan suamiku..!” kata Yanti lagi.
    Mataku terbuka dan kembali memperhatikan Yanti yang masih dengan posisinya.
    “Ayo Mas..! Nikmati Rida yang pernah kamu taksir dulu..!” kata Yanti lagi.
    “Tentu saja Sayang.., asal.. kamu ijinkan..!” kata suara berat Mas Sandi.

    Tubuhnya dibungkukkan. Kemudian wajahnya ditempelkan di bagian atas kepalaku. Terasa bibirnya mencium mesra daerah itu. Kembali aku memejamkan mata. Bulu-buluku semakin keras berdiri. Sentuhan lembut tangan Mas Sandi benar-benar nikmat. Sangat pintar sekali sentuhan itu memancing gairahku untuk bangkit. Apalagi ketika tangan Mas Sandi sebelah kanan berusaha membuka kain handuk yang masih menutupi tubuhku itu.

    “Oh.., Mas.., Maas… jangaan… Mas..!” aku hanya dapat berkata begitu tanpa kuasa menahan tindakan Mas Sandi yang telah berhasil membuka handuk dan membuangnya jauh-jauh.
    Tinggallah tubuh setengah bugilku. Kini gairahku sudah memuncak dan aku mulai lupa dengan keadaanku. Aku sudah terbius suasana.

    Mas Sandi mulai berlutut, namun masih pada posisi di belakangku. Kembali dia membelai seluruh tubuhku. Dari punggungku, lalu ke perut, naik ke atas, leherku pun kena giliran disentuhnya, dan aku mendesah nikmat ketika leherku mulai dicium mesra oleh Mas Sandi. Sementara desahan-desahan kecil terdengar dari mulut Yanti.

    Aku melirik sejenak ke arah Yanti, rupanya dia sedang masturbasi. Lalu aku memejamkan mata lagi, kepalaku kutengadahkan memberikan ruangan pada leherku untuk diciumi Mas Sandi. Persaanku sudah tidak malu-malu lagi, aku sudah kepalang basah. Aku lupa bahwa aku telah bersuami, dan aku benar-benar akan merasakan apa yang akan kurasakan nanti, dengan lelaki yang bukan suamiku.

    “Buka ya.. BH-nya, Rida..!” kata Mas Sandi sambil melepas kancing tali BH-ku dari punggung.
    Beberapa detik BH itu terlepas, maka terasa bebas kedua payudaraku yang sejak tadi tertekan karena mengeras. Suara Yanti semakin keras, rupanya dia mencapai orgasmenya. Kembali aku melirik Yanti yang membenamkan jari manis dan jari telunjuknya ke dalam vaginanya sendiri. Nampak dia mengejang dengan mengangkat pinggulnya.

    “Akh.., nikmaats… ooh… nikmaatts.. sekalii..!” begitu kata-kata yang keluar dari mulutnya.
    Dan tidak lama kemudian dia terkulai lemas di ranjang itu. Sementara Mas Sandi sibuk dengan kegiatannya.


    Kini kedua payudaraku sudah diremasi dengan mesra oleh kedua telapak tangannya dari belakang. Sambil terus bibirnya menjilati inci demi inci kulit leherku seluruhnya. Sedang enak-enaknya aku, tiba-tiba ada yang menarik celana dalamku. Aku membuka mataku, rupanya Yanti berusaha untuk melepas celana dalamku itu. Maka kuangkat pantatku sejenak memudahkan celana dalamku dilepas oleh Yanti. Maka setelah lepas, celana dalam itu juga dibuang jauh-jauh oleh Yanti.

    Aku menggeser posisi dudukku menuju ke bagian tengah ranjang itu. Mas Sandi mengikuti gerakanku masih dari belakang, sekarang dia tidak berlutut, namun duduk tepat di belakang tubuhku. Kedua kakinya diselonjorkan, maka pantatku kini berada di antara selangkangan milik Mas Sandi. Terasa oleh pantatku ada tonjolan keras di selangkangan. Rupanya penis Mas Sandi sudah tegang maksimal.

    Lalu Yanti membuka lebar-lebar pahaku, sehingga kakiku berada di atas paha Mas Sandi. Lalu dengan posisi tidur telungkup, Yanti mendekatkan wajahnya ke selangkanganku, dan apa yang terjadi…
    “Awwh… ooh… eeisth.. aakh..!” aku menjerit nikmat ketika kembali kurasakan lidahnya menyapu-nyapu belahan vaginaku, terasa kelentitku semakin menegang, dan aku tidak dapat mengendalikan diri akibat nikmat, geli, enak, dan lain sebagainya menyatu di tubuhku.

    Kembali kepalaku menengadah sambil mulutku terbuka. Maka Mas Sandi tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia tahu maksudku. Dari belakang, bibirnya langsung melumat bibirku yang terbuka itu dengan nafsunya. Maka kubalas ciuman itu dengan nafsu pula. Dia menyedot, aku menyedot pula. Terjadilah pertukaran air liur Mas Sandi dengan air liurku. Terciuma aroma rokok pada mulutnya, namun aroma itu tidak mengganggu kenikmatan ini.

    Kedua tangan Mas Sandi semakin keras meremas kedua payudaraku, namun menimbulkan nikmat yang teramat, sementara di bawah Yanti semakin mengasyikkan. Dia terus menjilat dan mencium vaginaku yang telah banjir. Banjir oleh cairan pelicin vaginaku dan air liur Yanti.
    “Mmmhh… akh… mmhh..!” bibirku masih dilumati oleh bibir Mas Sandi.

    Tubuhku semakin panas dan mulai memberikan tanda-tanda bahwa aku akan mencapai puncak kenikmatan yang kutuju. Pada akhirnya, ketika remasan pada payudaraku itu semakin keras, dan Yanti menjilat, mencium dan menghisap vaginaku semakin liar, tubuhku menegang kaku, keringat dingin bercucuran dan mereka tahu bahwa aku sedang menikmati orgasmeku. Aku mengangkat pinggulku, otomatis ciuman Yanti terlepas. Semakin orgasmeku terasa ketika jari telujuk dan jari manis Yanti dimasukkan ke liang vaginaku, kemudian dicabutnya setengah, lalu dimasukkan lagi.

    Perlakuan Yanti itu berulang-ulang, yaitu mengeluar-masukkan kedua jarinya ke dalam lubang vaginaku. Tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata betapa nikmat dan enak pada saat itu.
    “Aakh… aawhh… nikmaatss… terus.. Yantii.. oooh… yang cepaat.. akh..!” teriakku.
    Tubuh Mas Sandi menahan tubuhku yang mengejang itu. Jarinya memilin-milin puting susuku. Bibirnya mengulum telingaku sambil membisikkan sesuatu yang membuatku semakin melayang. Bisikan-bisikan yang memujiku itu tidak pernah kudengar dari Mas Hadi, suamiku.

    “Ayo cantik..! Nikmatilah orgasmemu.., jangan kamu tahan, keluarkan semuanya Sayang..! Nikmatilah.., nikmatilah..! Oh.., kamu cantik sekali jika orgasme..!” begitu bisikan yang keluar dari mulut Mas Sandi sambil terus mengulum telingaku.
    “Aakh.. Maass, aduh.. Yanti.., nikmaats… oh… enaaks.. sekali..!” teriakku.
    Akhirnya tubuh kejangku mulai mengendur, diikuti dengan turunnya kenikmatan orgasmeku itu.

    Perlahan sekali tubuhku turun dan akhirnya terkulai lemas di pangkuan Mas Sandi. Lalu tubuh Yanti mendekapku.
    Dia berbisik padaku, “Ini.. belum seberapanya Sayaang.., nanti akan kamu rasakan punya suamiku..!” sambil berkata demikian dia mencium keningku.
    Mas Sandi beranjak dari duduknya dan berjalan entah ke arah mana, karena pada saat itu mataku masih terpenjam seakan enggan terbuka.

    Entah berapa lama aku terlelap. Ketika kusadar, kubuka mataku perlahan dan mencari-cari Yanti dan Mas Sandi sejenak. Mereka tidak ada di kamar ini, dan rupanya mereka membiarkanku tertidur sendiri. Aku menengok jam dinding. Sudah pukul sepuluh malam. Segera aku bangkit dari posisi tidurku, lalu berjalan menuju pintu kamar. Telingaku mendengar alunan suara musik klasik yang berasal dari ruangan tamu. Dan ketika kubuka pintu kamar itu yang kebetulan bersebelahan dengan ruang tamu, mataku menemukan suatu adegan dimana Yanti dan suaminya sedang melakukan persetubuhan.

    Yanti dengan posisi menelentang di sofa sedang ditindih oleh Mas Sandi dari atas. Terlihat tubuh Mas Sandi sedang naik turun. Segera mataku kutujukan pada selangkangan mereka. Jelas terlihat penis Mas Sandi yang berkilat sedang keluar masuk di vagina Yanti. Terdengar pula erangan-erangan yang keluar dari mulut Yanti yang sedang menikmati hujaman penis itu di vaginanya, membuat tubuhku perlahan memanas. Segera saja kuhampiri mereka dan duduk tepat di depan tubuh mereka.

    Di sela-sela kenikmatan, Yanti menatapku dan tersenyum. Rupanya Mas Sandi memperhatikan istrinya dan sejenak dia menghentikan gerakannya dan menengok ke belakang, ke arahku.
    “Akh… Mas.., jangan berhentiii doong..! Oh..!” kata Yanti.
    Dan Mas Sandi kembali berkonsentrasi lagi dengan kegiatannya. Kembali terdengar desahan-desahan nikmat Yanti yang membahana ke seluruh ruangan tamu itu. Aku kembali gelagapan, kembali resah dan tubuhku semakin panas. Dengan refleks tanganku membelai vaginaku sendiri.

    “Oh.. Ridhaa.., nikmat sekaallii.. loh..! Akuu… ooh… mmh..!” kata Yanti kepadaku.
    Aku melihat wajah nikmat Yanti yang begitu cantik. Kepalannya kadang mendongak ke atas, matanya terpejam-pejam. Sesekali dia gigit bibir bawahnya. Kedua tangannya melingkar pada pantat suaminya, dan menarik-narik pantat itu dengan keras sekali. Aku melihat penis Mas Sandi yang besar itu semakin amblas di vagina Yanti. Samakin mengkilat saja penis itu.

    “Oh Mas.., aku hampiir sampaaii..! Teruus… Mas… terus..! Lebih keras lagiih.., oooh… akh..!” kata Yanti.
    Yanti mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya, Mas Sandi terus dengan gerakannya menaik-turunkan tubuhnya dalam kondisi push-up.
    “Maass.., akuuu… keluaar..! Aakh… mhh… nikmaats.., mmh..!” kata Yanti lagi dengan tubuh yang mengejang.
    Rupanya Yanti mencapai orgasmenya. Tangannya yang tadi melingkar di pantat suaminya, kini berpindah melingkar di punggung.

    Mas Sandi berhenti bergerak dan membiarkan penis itu menancap dalam di lubang kemaluan Yanti.
    “Owhh… banyak sekali Sayang.. keluarnya. Hangat sekali memekmu..!” kata Mas Sandi sambil menciumi wajah istrinya.


    Dapat kubayangkan perasaan Yanti pada saat itu. Betapa nikmatnya dia. Dan aku pun belingsatan dengan merubah-rubah posisi dudukku di depan mereka. Beberapa saat kemudian, Yanti mulai melemas dari kejangnya dan merubah posisinya. Segera dia turun dari sofa ketika Mas Sandi mencabut penis dari lubang kenikmatan itu. Aku melihat dengan jelas betapa besar dan panjang penis Mas Sandi. Dan ini baru pertama kali aku melihatnya, karena waktu tadi di dalam kamar, Mas Sandi masih menutupi penisnya dengan celana dalam.

    Dengan segera Yanti menungging. Lalu segera pula Mas Sandi berlutut di depan pantat itu.
    “Giliranmu… Mas..! Ayoo..!” kata Yanti.
    Tangan Mas Sandi menggenggam penis itu dan mengarahkan langsung ke lubang vagina Yanti. Segera dia menekan pantatnya dan melesaklah penis itu ke dalam vagina istrinya, diikuti dengan lenguhan Yanti yang sedikit tertahan.
    “Owwh… Maas… aakh..!”
    “Aduuh… Yantii.., jepit Sayangh..!” kata Mas Sandi.

    Lalu kaki Yanti dirapatkan sedemikian rupa. Dan segera pantat Mas Sandi mulai mundur dan maju.Ufh.., pemandangan yang begitu indah yang kulihat sekarang. Baru kali ini aku menyaksikan sepasang manusia bersetubuh tepat di depanku secara langsung. Semakin mereka mempercepat tempo gerakannya, semakin aku terangsang begitu rupa. Tanganku yang tadi hanya membelai-belai vaginaku, kini mulai menyentuh kelentitku.

    Kenikmatan mulai mengaliri tubuhku dan semakin aku tidak tahan, sehingga aku memasukkan jariku ke dalam vaginaku sendiri. Aku sendiri sangat menikmati masturbasiku tanpa lepas pandanganku pada mereka. Belum lagi telingaku jelas mendengar desahan dan rintihan Yanti, aku dapat membayangkan apa yang dirasakan Yanti dan aku sangat ingin sekali merasakannya, merasakan vaginaku pun dimasukkan oleh penis Mas Sandi.

    Beberapa saat kemudian Mas Sandi mulai melenguh keras. Kuhentikan kegiatanku dan terus memperhatikan mereka.
    “Aakhh… Yantii… nikmaats… aakh… aku keluaar..!” teriak Mas Sandi membahana.
    “Oh… Maas… akuu… juggaa… akh..!”
    Kedua tubuh itu bersamaan mengejang. Mereka mencapai orgasmenya secara bersama-sama.

    Penis Mas Sandi masih menancap di vagina Yanti sampai akhirnya mereka melemas, dan dari belakang tubuh Yanti, Mas Sandi memeluknya sambil meremas kedua payudara Yanti. Mas Sandi memasukkan semua spermanya ke dalam vagina Yanti.

    Lama sekali aku melihat mereka tidak bergerak. Rupanya mereka sangat kelelahan. Di sofa itu mereka tertidur bertumpukan. Tubuh Yanti berada di bawah tubuh Mas Sandi yang menindihnya. Mata mereka terpejam seolah tidak menghiraukan aku yang duduk terpaku di depannya. Hingga aku pun mulai bangkit dari dudukku dan beranjak pergi menuju kamarku. Sesampai di kamar aku baru sadar kalau aku masih telanjang bulat. Maka aku pun balik lagi menuju kamar Yanti di mana celana dalam dan BH yang akan kupakai berada di sana.

    Selagi aku berjalan melewati ruang tamu itu, aku melihat mereka masih terkulai di sofa itu. Tanpa menghiraukan mereka, aku terus berjalan memasuki kamar Yanti dan memungut celana dalam dan BH yang ada di lantai. Setelah kukenakan semuanya, kembali aku berjalan menuju kamarku dan sempat sekali lagi aku menengok mereka di sofa itu pada saat aku melewati ruang tamu.

    Sesampai di kamar, entah kenapa rasa lelah dan kantukku hilang. Aku menjadi semakin resah membayangkan kejadian yang baru kualami. Pertama ketika aku dimasturbasikan oleh suami istri itu. Dan yang kedua aku terus membayangkan kejadian di mana mereka melakukan persetubuhan yang hebat itu. Keinginanku untuk merasakan penis Mas Sandi sangat besar. Aku mengharapkan sekali Mas Sandi sekarang menghampiri dan menikmatiku. Namun itu mungkin tidak terjadi, karena aku melihat mereka sudah lelah sekali.

    Entah sudah berapa kali mereka bersetubuh pada saat aku terlelap tadi. Aku semakin tidak dapat menahan gejolak birahiku sendiri hingga aku merebahkan diri di kasur empuk. Dengan posisi telungkup, aku mulai memejamkan mata dengan maksud agar aku terlelap. Namun semua itu sia-sia. Karena kembali kejadian-kejadian barusan terus membayangiku. Secara cepat aku teringat bahwa tadi ketika mereka bersetubuh, aku melakukan masturbasi sendiri dan itu tidak selesai. Maka tanganku segera kuselipkan di selangkanganku. Aku membelai kembali vaginaku yang terasa panas itu.

    Dan ketika tanganku masuk ke dalam celanaku, aku mulai menyentuh klitorisku. Kembali aku nikmat. Aku tidak kuasa membendung perasaan itu, dan jariku mulai menemukan lubang kemaluanku yang berlendir itu. Dengan berusaha membayangkan Mas Sandi menyetubuhiku, kumasukkan jari tengahku ke dalam lubang itu dalam-dalam. Kelembutan di dalam vaginaku dan gesekan di dinding-dindingnya membuatku mendesah kecil.

    Sambil mengeluar-masukkan jari tengahku, aku membayangkan betapa besar dan panjangnya penis Mas Sandi. Beda sekali dengan penis Mas Hadi yang kumiliki. Kemaluan Mas Sandi panjang dan besarnya normal-normal saja. Sedangkan milik Mas Sandi, sudah panjang dan besar, dihiasi oleh urat-uratnya yang menonjol di lingkaran batang kemaluannya. Itu semua kulihat tadi dan kini terbayang di dalam benakku.


    Beberapa menit kemudian, ketika ada sesuatu yang lain di dalam vaginaku, semakin kupercepat jari ini kukeluar-masukkan. Sambil terus membayangi Mas Sandi yang menyetubuhiku, dan aku sama sekali tidak membayangkan suamiku sendiri. Setiap bayangan suamiku muncul, cepat-cepat kubuang bayangan itu, hingga kembali Mas Sandi lah yang kubayangkan.

    Tanpa sadar, ketika aku akan mencapai orgasme, aku membalikan badan dan aku memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang vaginaku. Dalam keadaan telentang aku mengangkangkan selebar mungkin pahaku. Kini dua jariku yang keluar masuk di lubang vaginaku. Maka kenikmatan itu berlanjut hebat sehingga tanpa sadar aku memanggil-manggil pelan nama Mas Sandi.

    “Akh… sshh… Masss… Sandii… Okh… Mass.. Mas.. Sandi.. aakkh..!” itulah yang keluar dari mulutku.
    Seer… aku merasa kedua jariku hangat sekali dan semakin licin. Aku mengangkat ke atas pinggulku sambil tidak melepas kedua jariku menancap di lubang vaginaku. Beberapa lama tubuhku merinding, mengejang, dan nikmat tidak terkira. Sampai pada akhirnya aku melemas dan pinggulku turun secara cepat ketika kenikmatan itu perlahan berkurang.

    Aku mencabut jari jemariku dan cairan yang menempel di jari-jari itu segera kujilati. Asin campur gurih yang kurasakan di lidahku. Dengat mata yang terpejam-pejam kembali aku membayangkan penis Mas Sandi yang sedang kuciumi, kuhisap, dan kurasakan. Cairan yang asin dan gurih itu kubayangkan sperma Mas Sandi. Ohhh.., nikmatnya semua ini.

    Dan setelah aku puas, barulah kuhentikan hayalan-hayalanku itu. Kutarik selimut yang ada di sampingku dan menutupi sekujur tubuhku yang mulai mendingin. Aku tersenyum sejenak mengingat hal yang barusan, gila… aku masturbasi dengan membayangkan suami orang lain.

    Pagi harinya, ketika aku terjaga dari tidurku dan membuka mataku, aku melihat di balik jendela kamar sudah terang. Jam berapa sekarang, pikirku. Aku menengok jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Aku kaget dan bangkit dari posisi tidurku. Ufh.., lemas sekali badan ini rasanya. Kukenakan celana dalamku. Karena udara sedikit dingin, kubalut tubuhku dengan selimut dan mulai berdiri.

    Ketika berdiri, sedikit kugerak-gerakan tubuhku dengan maksud agar rasa lemas itu segera hilang. Lalu dengan gontai aku berjalan menuju pintu kamar dan membuka pintu yang tidak terkunci.

    Karena aku ingin pipis, segera aku berjalan menuju kamar mandi, sesampainya di kamar mandi segera kuturunkan celana dalamku dan berjongkok. Keluarlah air hangat urine-ku dari liang vagina. Sangat banyak sekali air kencingku, sampai-sampai aku pegal berjongkok. Beberapa saat kemudian, ketika air kencingku habis, segera kubersihkan vaginaku dan kembali aku mengenakan celana dalamku, lalu kembali pula aku melingkari kain selimut itu, karena hanya kain ini yang dapat kupakai untuk menahan rasa dingin, baju tidur yang akan dipinjamkan oleh Yanti masih berada di kamarnya.

    Aku keluar dari kamar mandi itu, lalu berjalan menuju ruangan dapur yang berada tidak jauh dari kamar mandi itu, karena tenggorokanku terasa haus sekali. Di dapur itu aku mengambil segelas air dan meminumnya.

    Setelah minum aku berjalan lagi menuju kamarku. Namun ketika sampai di pintu kamar, sejenak pandangan mataku menuju ke arah ruang tamu. Di sana terdapat Mas Sandi sedang duduk di sofa sambil menghisap sebatang rokok. Matanya memandangku tajam, namun bibirnya memperlihatkan senyumnya yang manis. Dengan berbalut kain selimut di tubuhku, aku menghampiri Mas Sandi yang memperhatikan aku. Lalu aku duduk di sofa yang terletak di depannya. Aku membalas tatapan Mas Sandi itu dengan menyunggingkan senyumanku.


    “Yanti mana..?” tanyaku padanya membuka pembicaraan.
    “Sedang ke warung sebentar, katanya sih mau beli makanan..!” jawabnya.
    “Mas Sandi tidak kerja hari ini..?”
    “Tidak akh.., malas sekali hari ini. Lagian khan aku tak mau kehilangan kesempatan..!” sambil berkata demikian dengan posisi berlutut dia menghampiriku.

    Setelah tepat di depanku, segera tangannya melepas kain selimut yang membungkusi tubuhku. Lalu dengan cepat sekali dia mulai meraba-raba tubuhku dari ujung kaki sampai ujung pahaku. Diperlakukan demikian tentu saja aku geli. Segera bulu-bulu tubuhku berdiri.
    “Akh… Mas..! Gellii..!” kataku.
    Mas Sandi tidak menghiraukan kata-kataku itu.

    Kini dia mulai mendaratkan bibirnya ke seluruh kulit kakiku dari bawah sampai ke atas. Perlakuannya itu berulang-ulang, sehingga menciptakan rasa geli campur nikmat yang membuatku terangsang. Lama sekali perlakuan itu dilakukan oleh Mas Sandi, dan aku pun semakin terangsang.
    “Akh… Mas..! Oh.., mmh..!” aku memegang bagian belakang kepala Mas Sandi dan menariknya ketika mulut lelaki itu mencium vaginaku.
    Semakin aku mengangkangkan pahaku, dengan mesranya lidah Mas Sandi mulai menjilat kemaluanku itu. Tubuhku mulai bergerak-gerak tidak beraturan, merasakan nikmat yang tiada tara di sekujur tubuhku.

    Aku membuang kain selimut yang masih menempel di tubuhku ke lantai, sementara Mas Sandi masih dengan kegiatannya, yaitu menciumi dan menjilati vaginaku. Aku menengadah menahan nikmat, kedua kakiku naik di tumpangkan di kedua bahunya, namun tangan Mas Sandi menurunkannya dan berusaha membuka lebar-lebar kedua pahaku itu. Karuan saja selangkanganku semakin terkuak lebar dan belahan vaginaku semakin membelah.
    “Akh.. Mas..! Shh.. nikmaats..! Terus Mass..!” rintihku.

    Kedua tangan Mas Sandi ke atas untuk meremas payudaraku yang terasa sudah mengeras, remasan itu membuatku semakin nikmat saja, dan itu membuat tubuhku semakin menggelinjang. Segera aku menambah kenikmatanku dengan menguakkan belahan vaginaku, jariku menyentuh kelentitku sendiri. Oh.., betapa nikmat yang kurasakan, liang kemaluanku sedang disodok oleh ujung lidah Mas Sandi, kedua payudaraku diremas-remas, dan kelentitku kusentuh dan kupermainkan. Sehingga beberapa detik kemudian terasa tubuhku mengejang hebat disertai perasaan nikmat teramat sangat dikarenakan aku mulai mendekati orgasmeku.

    “Oh… Mas..! Aku… aku… akh.., nikmaats… mhh..!” bersamaan dengan itu aku mencapai klimaksku.
    Tubuhku melayang entah kemana, dan sungguh aku sangat menikmatinya. Apalagi ketika Mas Sandi menyedot keras lubang kemaluanku itu. Tahu bahwa aku sudah mencapai klimaks, Mas Sandi menghentikan kegiatannya dan segera memelukku, mecium bibirku.

    “Kamu sungguh cantik, Ridha.., aku cinta padamu..!” sambil berkata demikian, dengan pinggulnya dia membuka kembali pahaku, dan terasa batang kemaluannya menyentuh dinding kemaluannku.
    Segera tanganku menggenggam kemaluan itu dan mengarahkan langsung tepat ke liang vaginaku.
    “Lakukan Mas..! Lakukan sekarang..! Berikan cintamu padaku sekarang..!” kataku sambil menerima setiap ciuman di bibirku.

    Mas Sandi dengan perlahan memajukan pinggulnya, maka terasa di liang vaginaku ada yang melesak masuk ke dalamnya. Gesekan itu membuatku kembali menengadah, sehingga ciumanku terlepas. Betapa panjang dan besar kurasakan. Sampai aku merasakan ujung kemaluan itu menyentuh dinding rahimku.
    “Suamimu sepanjang inikah..?” tanyanya.
    Aku menggelengkan kepala sambil terus menikmati melesaknya penis itu di liang vaginaku.


    Beberapa saat kemudian sudah amblas semua seluruh batang kemaluan Mas Sandi. Aku pun sempat heran, kok bisa batang penis yang panjang dan besar itu masuk seluruhnya di vaginaku. Segera aku melipatkan kedua kakiku di belakang pantatnya. Sambil kembali mencium bibirku dengan mesra, Mas Sandi mendiamkan sejenak batang penisnya terbenam di vaginaku, hingga suatu saat dia mulai menarik mundur pantatku perlahan dan memajukannya lagi, menariknya lagi, memajukannya lagi, begitu seterusnya hingga tanpa disadari gerakan Mas Sandi mulai dipercepat. Karuan saja batang penis yang kudambakan itu keluar masuk di vaginaku. Vagina yang seharusnya hanya dapat dinikmati oleh suamiku, Mas Hadi.

    Di alam kenikmatan, pikiranku menerawang. Aku seorang perempuan yang sudah bersuami tengah disetubuhi oleh orang lain, yang tidak punya hak sama sekali menikmati tubuhku, dan itu sangat di luar dugaanku. Seolah-olah aku sudah terjebak di antara sadar dan tidak sadar aku sangat menikmati perselingkuhan ini. Betapa aku sangat mengharapkan kepuasan bersetubuh dari lelaki yang bukan suamiku. Ini semua akibat Yanti yang memberi peluang seakan sahabatku itu tahu bahwa aku membutuhkan ini semua.

    Beberapa menit berlalu, peluh kami sudah bercucuran. Sampailah aku pada puncak kenikmatan yang kudambakan. Orgasmeku mulai terasa dan sungguh aku sangat menikmatinya. Menikmati orgasmeku oleh laki-laki yang bukan suamiku, manikmati orgasme oleh suami sahabatku. Dan aku tidak menduga kalau rahimku pun menampung air sperma yang keluar dari penis lelaki selain suamiku.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.

  • Kisah Memek Selingkuh Sama Cewek SMP

    Kisah Memek Selingkuh Sama Cewek SMP


    2525 views

    Duniabola99.com – Tanpa banyak tanya saya segera bergerak ke alamat yang dituju yang tidak berbeda jauh dari rumahku. Sesampainya di sana aku melihat sebuah rumah yang besar dengan arsitektur yang menawan .


    Aku segera memijit bel di pintu pagar rumah tersebut. Tidak beberapa lama keluarlah seorang gadis manis yang memakai kaos bergambar tweety kedodoran sehingga tidak terlihat bahwa gadis itu memakai celana, walaupun akhirnya saya melihat dia memakai celana pendek.

    Singkat kata saya segera bertanya tentang keberadaan teman ibu saya.

    “ Hmm…, sorry nih , Ibu Raninya ada?, saya membawa kiriman untuk beliau ” , tanyaku .

    “ Wah lagi pergi tuh , Kak…, Kakak siapa ya ?” , tanyanya lagi .

    “ Oh saya anaknya Ibu Erlin” , jawabku.

    Tiba – tiba cuaca mendung dan mulai gerimis . Sehingga gadis manis itu mempersilakan saya masuk dahulu.

    “ Kakak nganterin apaan sih ?” , tanyanya .

    “ Wah…, nggak tahu tuh kayaknya sih berkas – berkas” , jawabku sambil mengikutinya ke dalam rumahnya .

    “ Memang sih tadi Mama titip pesen kalo nanti ada orang yang nganterin barang buat Mama …, tapi aku nggak nyangka kalo yang nganter cowo cakep!” , katanya sambil tersenyum simpul .

    Mendengar pernyataan itu saya menjadi salah tingkah.

    Saat saya memasuki ruang tengah rumah itu , saya menjumpai seorang gadis manis lagi yang sedang asyik nonton TV , tapi melihat kami masuk ia seperti gugup dan mematikan TV yang ditontonnya.

    “ Ehmm …, Trid siapa sih?” , tanya gadis itu.

    “ Oh iya aku Astrid dan itu temanku Dini , kakak ini yang nganterin pesanan mamaku ..” , jawab gadis pemilik rumah yang ternyata bernama Astrid.

    “ Eh iya nama gue Ian ” , jawabku .


    Tidak lama kemudian aku dipersilakan duduk oleh Astrid . Aku segera mencari posisi terdekat untuk duduk , tiba – tiba saat aku mengangkat bantal yang ada di atas kursi yang akan aku duduki aku menemukan sebuah VCD porno yang segera kuletakkan di sebelahku sambil aku berkata , “ Eh…, kalo ini punya kamu nyimpannya yang bener nanti ketahuan lho ” .

    Dengan gugup Astrid segera menyembunyikan VCD tersebut di kolong kursinya , lalu segera menyalakan TV yang ternyata sedang menayangkan adegan 2 orang pasangan yang sedang bersetubuh . Karena panik Astrid tidak dapat mengganti gambar yang ada. Untuk menenangkannya tanpa berpikir aku tiba – tiba nyeletuk .

    “ Emang kalian lagi nonton begini nggak ada yang tahu ?” .

    Dengan muka memerah karena malu mereka menjawab secara bersamaan tapi tidak kompak sehingga terlihat betapa paniknya mereka.

    “ Ehh …, kita lagi buat tugas biologi tentang reproduksi manusia ”, jawab Astrid sekenanya . Dapat kulihat mimik mukanya yang ketakutan karena ia duduk tepat di sampingku .

    “ Tugas biologi ?, emangnya kalian ini kelas berapa sih ?” , tanyaku lagi .

    “ Kita udah kelas 3 SMP kok!” , jawab Dini . Aku hanya mengangguk tanda setuju saja dengan alasan mereka.

    “ Kenapa kalian nggak nyari model asli atau dari buku kedokteran ?” , tanyaku .

    “ Emang nyari dimana Kak?” , tanya mereka bersamaan .

    “ Hi . ., hi .., hi .. , siapa aja…, kalo gue jadi modelnya mo dibayar berapa?” , tanyaku becanda .

    “ Emang kakak mau jadi model kita ?” , tanyanya.


    Mendengar pertanyaan itu giliran aku yang menjadi gugup.

    “ Siapa takut !” , jawabku nekat .

    Ternyata , entah karena mereka sudah ‘ horny ’ gara- gara film BF yang mereka tonton itu, Astrid segera mendekatiku dengan malu-malu .

    “ Sorry kak boleh ya ‘ itunya’ kakak Astrid pinjem ” , bisiknya .

    Dengan jantung yang berdegup kencang aku membiarkan Astrid mulai membuka retsleting celanaku dan terlihat penisku yang masih tergeletak lemas .

    “ Hmm…, emangnya orang rumah kamu pada pulang jam berapa?” , tanyaku mengurangi degup jantungku . Tanpa dijawab Astrid hanya memegangi penisku yang mulai menegang .

    “ Kak, kalo cowok berdiri itu kayak gini ya ?” , tanyanya .

    “ Wah segini sih belum apa-apa” , jawabku .

    “ Coba kamu raba dan elus-elus terus” , jawabku .

    “ Kalo di film kok kayaknya diremas- remas terus juga dimasukin mulut namanya apa sih?” , tanyanya lagi .

    Ketegangan penisku hampir mencapai maksimal .

    “ Nah ukuran segini biasanya cowok mulai dapat memulai untuk bersetubuh , gimana kalo sekarang aku kasih tahu tentang alat kelamin wanita, Emm. ., vagina namanya ” , mintaku.

    Tanpa banyak tanya ternyata Astrid segera melepaskan celananya sehingga terlihat vaginanya yang masih ditutupi bulu- bulu halus, Astrid duduk di sampingku sehingga dengan mudah aku mengelus-elus bibir vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya .

    “ Ahh …, geli …, Kak. ., ahh…, mm . .” , rintihnya dengan mata yang terpejam.

    “ Ini yang namanya clitoris pada cewek (tanpa melepaskan jariku dari clitorisnya ) nikmat kan kalo aku beginiin ”, tanyaku lagi . Dan dijawab dengan anggukan kecil .

    Tiba – tiba Dini yang sudah telanjang bulat memasukkan penisku ke mulutnya .

    “ Kok kamu sudah tahu caranya ”, tanyaku ke Dini .

    “ Kan nyontoh yang di film ”, jawabnya .


    Tiba – tiba terjadi gigitan kecil di penisku , tapi kubiarkan saja dan mengarahkan tangan kiriku ke vaginanya sambil kuciumi dan kujilati vagina Astrid. Vagina Astrid mulai dibasahi oleh lendir -lendir pelumas yang meleleh keluar .

    Tiba – tiba Astrid membisiku, “ Kak ajarin bersetubuh dong. .?” .

    “ Wah boleh ” , jawabku sambil mencabut penisku dari mulut Dini .

    “ Tapi bakal sedikit sakit pertamanya , Trid . Kamu tahan yah …” , bisikku .

    Aku mengangkangkan pahanya dan memainkan jariku di lubang vaginanya agar membiasakan vagina yang masih perawan itu . Dan aku pelan – pelan mulai menusukkan penisku ke dalam liang vagina Astrid, walau susahnya setengah mati karena pasti masih perawan . Ketika akan masuk aku segera mengecup bibirnya , “ Tahan ya sayang …” .

    “ Aduh …, sakit .. ”, teriaknya.

    Kubiarkan penisku di dalam vaginanya , beberapa menit baru kumulai gerakan pantatku sehingga penisku bergerak masuk dan keluar , mulai terlihat betapa menikmatinya Astrid akan pengalaman pertamanya .

    “ Masih sakit nggak, Trid ” , tanyaku .

    “ mm …, nggak…, ahh …, ahh…, uhh …, geli Kak”.

    Hampir 30 menit kami bersetubuh dan Astrid mulai mencapai klimaksnya karena terasa vaginanya basah oleh lendir .

    “ Kak Astrid pingin pipis !” , tanyanya.

    “ Jangan ditahan keluarin aja” , jawabku .

    “ Ah …, ahh …, emm …. , e .. mm ”, terasa otot vaginanya menegang dan meremas penisku .


    “ Nah Trid kamu kayaknya udah ngerasain ejakulasi tuh” .

    Aku merebahkan tubuh Astid di sampingku dan segera menarik Dini yang sedang onani sambil melihat film porno di TV .

    “ Sini kamu mau nggak?” , tanyaku .

    Hobisex69 – Tanpa banyak tanya Dini segera bergerak mendekatiku , kuhampiri dia dan segera mengangkat kaki kirinya dan kumasukkan penisku ke vaginanya dan tampaknya ia menahan sakit saat menerima hunjaman penisku di lubang vaginanya sambil memejamkan matanya rapat-rapat, tapi sekian lama aku mengocokkan penisku di vaginanya mulai ia merintih keenakan. Aku terus melakukannya sambil berdiri bersender ke tembok .

    “ aahh …, Kak. ., Dini . ., Dini ” , jeritnya dan tiba – tiba melemas , ia sudah kelur juga pikirku.

    Aku bopong gadis itu ke kursi dan rupanya Astrid sudah di belakangku dan menyuruhku duduk dan memasukkan penisku ke vaginanya dengan dibimbing tangannya. Aku telah berganti tempat dan gaya , yang semua Astrid yang memerintahkan sesuai adegan di film sampai akhirnya Astrid memberitahuku bahwa ia akan keluar .

    “ Trid tahan yah …, aku juga udah mau selesai nih …, ahh …, aahh…, croot …, creettt …, creet ”, aku muntahkan beberapa cairan maniku di dalam vaginanya dan sisanya aku semprotkan di perutnya.


    “ Enak …, yah Kak…, hangat deh memekku …, hmm…, ini sperma kamu ?”, bisiknya dan kujawab dengan ciuman di bibirnya sambil kubelai seluruh tubuh halusnya.

    Setelah itu kami mandi membersihkan diri bersama -sama sambil kuraba permukaan payudara Astrid yang kira – kira berukuran cukup besar untuk gadis seusianya , karena terangsang mereka menyerangku dan memulai permainan baru yang di sponsori gadis-gadis manis ini , yang rupanya mereka telah cepat belajar .

  • Kisah Memek Selingkuhi Istri Orang

    Kisah Memek Selingkuhi Istri Orang


    2907 views

    Duniabola99.com – Ini bermula ketika aku sedang konsultasi ke dokter dan bertemu Bini Salah satu dokter disana. Badanya tegap seksi bokong semok pokoknya wah wah dehh.. mari disimak..

    Peluang sering kali hampir tidak terlihat, ia bisa muncul tiba2 dan menghilang jika tidak teramati. Bentuk peluang juga seingkali tidak jelas, artinya pangkal dan ekornya sangat jauh berbeda.


    Mengapa tulisan ini saya buka dgn kalimat seperti itu, karena cerita saya berikut ini sangat berkaitan dgn kalimat pertama di tulisan ini.

    Saya tidak ingat hari dan tanggalnya, tetapi saya ingat bahwa hari itu saya melintasi jalan Iskandar Muda, atau lebih dikenal dgn sebutan Arteri Pondok Indah, Jakata. Pagi itu lalulintasnya lebih padat dari hari-hari biasa. Saya merasa begitu, karena setiap hari ini adalah rute menuju kantor saya.

    Kira-kira 32 meteran di sebelah kiri depan saya terlihat orang berkerumun, Saya duga ada pengendara sepeda motor mengalami kecelakaan. Namun tidak terlihat di sekitar situ ada sepeda motor yg tergeletak atau bekas tertabrak . Karena arus maju perlahan, kemudian saya melihat seorang laki-laki duduk tersandar, wajahnya pucat dan sedang dikipasi.

    Melihat itu saya langsung meminggirkan mobil dan memarkir di tempat kosong. Segera saya datangi orang yg tersandar pucat tadi. Saya menduga dia terkena serangan jantung.

    “Mas taruh pil ini di bawah lidah, jangan ditelan, dan bernafas agak panjang. “ kata saya.

    Dia menuruti perintah saya, dan 10 menit kemudian kelihatannya dia agak pulih, lalu duduk sambil bersila. Keringatnya deras bercucuran. Nafasnya masih terengah-engah.

    “Mas kondisi begini, tidak boleh mengendarai motor dulu, “ kata saya sambil membantu dia menitipkan sepeda motor di salah satu toko.
    Oleh pemiliknya dia mau dititipi motor sementara. Saya tak lupa menanyakan nama dan no teleponnya lalu saya masukkan ke HP saya.
    “Mas mari saya bantu untuk ke rumah sakit terdekat, si mas ini dalam bahaya besar, bisa-bisa game kalau tidak mendapat pertolongan segera.” kata saya.

    “Mau dibawa ke rumah sakit mana pak,” kata seorang wanita yg dari tadi tidak terperhatikan saya.

    “Mbak ini siapa,” tanya saya.

    “Saya istrinya Pak,” katanya.

    Sial saya belum terlalu tua malah mungkin sebaya dgn suaminya udah dipanggil pak, mungkin karena pakaian kantoran saya yg rapi dilengkapi dgn jas, jadi dia panggil saya pak mungkin sebagai penghormatan.

    “Kebetulan ini mbak bisa dampingi suami ke rumah sakit,” kata saya.
    Si mas korban serangan jantung tadi duduk di depan dan istrinya duduk di belakang. Wajahnya masih pucat, kendaraaan aku arahkan ke rumahsakit terdekat. Aku langsung membawanya ke instalasi gawat darurat. Istrinya kuminta menunggu. Kepada dokter di situ aku jelaskan bahwa pasien ini kemungkian terkena serangan jantung. Perawat langsung memasang masker oksigen.

    Setelah aku memarkir mobil, Istrinya langsung menyambutku dan dia mengajakku menemui dokter. Menurut dokter pasien terkena serangan jantung, diduga ada penyempitan atau penyumbatan di jantungnya. Dia menyarankan agar pasien jangan pulang, tetapi perlu diperiksa lebih teliti dgn berbagai peralatan. Kami dirujuk ke dokter spesialis jantung. Tidak lama menunggu aku ikut masuk ke ruang praktek.
    Kesimpulan sementara dokter jantung, si pasien perlu penanganan serius, dan sebaiknya langsung rawat inap, karena kondisinya cukup kritis.
    Aku langsung menyetujui dia dirawat inap dan menjalani beberapa pemeriksaan untuk memastikan sumber gangguan di jantungnya. Dokter jantung untuk sementara melihat kemungkinan pasien perlu dipasang ring di pembuluh jantungnya. Iseng saja aku tanya, berapa biaya pemasangan satu ring. Kata doter menyebut satu angka yg jumlahnya ratusan juta rupiah.

    Mendengar itu istrinya tercengang, gantian dia pula yg wajahnya pucat. Aku tenang saja.

    Suster mendorong kursi roda yg diduduki si mas tadi menuju kamar kelas 1, karena memang hanya itu yg ada.


    Setelah dia dibaringkan dan dipasang selang oksigen, dan suster keluar kamar, baru aku berkenalan. Orang yg kutolong itu sambil berterima kasih memperkenalkan namanya Riki, dan dia memperkenalkan istrinya Risma. Ah baru kusadari, ternyata istrnya cantik juga.

    “Pak kami gak sanggup bayar biaya rumah sakit ini, kenapa bapak langsung setuju saja suami saya di rawat di sini, duit dari mana,” kata istrinya langsung menyerangku.

    Aku senyum saja,

    “ Emang si mas gak punya asuransi,”

    “Ah boro-boro asuransi pak, hidup aja pas-pasan,” kata Risma.

    “Ya sudah, tenang sajalah, nanti saya carikan bantuan, untuk sementara saya sudah gesek kartu kredit untuk jaminan deposit,” kataku.

    “Terus pak kalau memang harus dipasang ring kata dokter tadi, mana mungkin kami punya duit segitu banyak, biayanya kok mahal banget ya pak,” kata istrinya sambil matanya berkaca-kaca.

    “Ah itu belum tentu, dokter tadi kan hanya mengira-ngira berdasarkan pengalaman dia praktek, tapi setelah pemeriksaan nanti, belum tentu harus pasang ring. Tapi kalau pun perlu pasang ring, saya punya kenalan dokter ahli jantung dan pembuluh darah yg banyak menolong orang yg akan operasi jantung, akhirnya tidak perlu dioperasi.” kata ku menenangkan.

    “Sudahlah Mas Riki istirahat dulu, kalau mbak Risma bisa menemani, ya temani dulu, tapi kalau mau ditinggal menyelesaikan urusan, silakan saja. Nanti sore saya kembali, ini kartu nama saja,” kataku.
    Aku agak kesiangan tiba di kantor. Aku memang tidak memiliki jam kerja, karena perusahaan itu memang milikku sendiri.

    Forum dewasa Kenikmatan Ngentot Bini Orang

    Setiba di kantor aku langsung memanggil rapat kepala-kepala bagian, untuk mengupdate proyek-proyek. Sekitar setengah jam meeting selesai dan aku pun tenggelam pada berbagai penyelesaian pekerjaan.

    HP ku bergetar, no nya tidak aku kenal.

    “Pak, bapak jadi ke rumah sakit, jam berapa bapak datang, kata suara merdu di seberang sana,” ah ini pasti suara Risma istri Riki yg tadi pagi aku tolong.

    “Sekitar jam 5 nanti saya mampir mbak, gimana keadaan suami mbak” tanyaku.

    Dia menjawab,

    “ dia tidur pak, kelihatannya sih gak apa-apa.”

    Mungkin si Mas Riki perlu tinggal di rumah sakit sampai 3 hari untuk menyelesaikan berbegai pemeriksaan, yah sabar aja mbak, dan gak usah mikirin biaya, ada aja kok yg bantu,” kata saya.

    Wajah Riki masih agak pucat ketika aku kunjungi, kami ngobrol sebentar dan aku meredakan kekuatirannya, baik kuatir mengenai penyakit, maupun kuatir mengenai biaya.
    Hari ketiga aku bertemu dgn dokter yg merawat Riki sebelum menjenguk ke kamar perawatan Riki. Menurut dokter, kondisi jantung Riki kurang baik, sehingga memang benar perlu dipasang satu ring, selain itu dia menderita hipertensi atau darah tinggi dan gula darahnya cukup tinggi. Aku minta pasien bisa dirawat jalan, sehingga hari ini bisa meninggalkan rumah sakit.


    Di kamar kudapati Riki didampingi istrinya. Wajah istrinya agak murung dan Riki sendiri matanya menerawang kosong.

    “Sudahlah, jangan dibawa sedih, semua ada jalannya kalau kita berusaha. Saya sudah bicara dgn dokter, dan hari ini boleh pulang. Kedua wajah mereka langsung gembira. Gimana tadi kata dokter tentang penyakit saya, Pak,” tanya Riki penuh antusias.

    “Ya keadaannya kesehatan bapak kurang baik, gula darah cukup tinggi, tekanan darah juga tinggi dan menurut dokter, jantungnya perlu dipasang ring,” kataku tenang.

    “Tidak perlu risau saya sudah cari bantuan dan mudah-mudahan bisa dapat, saya pikir, jangan terlalu kuatir soal biaya, yg perlu ada semangat untuk kembali sehat” kataku.
    Cerita dipersingkat aku akhirnya diundang ke rumah mereka, yg letaknya lumayan jauh dipinggiran jakarta. Wilayahnya sudah bukan jakarta lagi, tetapi sudah Provinsi Banten. Rumah mereka sederhana dan rapi saya duga ukurannya sekitar 36m2.

    Mereka hidup hanya berdua, karena diusia 35 Riki dan 26 tahun Risma mereka sudah 5 tahun berumah tangga belum dikaruniai momongan.

    Kami akhirnya akrab, dan saya sudah menemukan dokter yg bisa menerapi Riki tanpa perlu pasang ring, semua biaya aku tanggung. Aku sebenarnya tidak punya pamrih apa-apa, kecuali murni hanya menolong saja. Bagiku biaya bantuan yg dikeluarkan untuk mereka tidak terlalu mengganggu cash flow pribadiku, enteng-enteng saja.

    Gula darahnya mulai agak terkontrol, meski masih cenderung tinggi, tekanan darahnya juga sudah normal, tetapi semua kebiasaan lama, seperti olah raga bulu tangkis di lingkungannya, lari pagi, aku suruh stop sama sekali. Olahraga hanya jalan pagi saja setengah jam.
    Kami sudah seperti saudara, sampai akhirnya dia kurekrut menjadi pegawaiku. Nah lama-lama istri si Riki kelihatan makin cantik. Pintar juga Riki dulu cari istri bisa dapat yg cantik begitu, mana nurut banget sama suaminya. Namun aku bertanya dalam hati, apa Riki bisa memenuhi kebutuhan sex istrinya, karena diumur yg relatif muda dia sudah terkena diabetes. Setahuku orang terkena diabetes kemampuan sexnya lemah, kalaupun bisa berhubungan ketegangan k0ntolnya tidak sempurna. Persoalan berikutnya adalah apakah karena itu, mereka belum juga mendapat anak.


    Meski Risma istri Riki cantik, tetapi aku tidak berani menggoda atau bersikap macam-macam. Apalagi dia sudah menjadi pegawaiku.

    Suatu hari aku diundang mereka berdua, katanya merayakan ulang tahun perkawinan yg ke enam. Mereka mengundangku di sebuah restoran di hotel yg cukup terkenal. Aku pikir mereka mengundang banyak kolega, tetapi ternyata setelah beberapa lama kami duduk bertiga, tidak ada yg datang lagi.

    “ kami memang tidak mengundang siapa-siapa kecuali bapak,” kata Riki.

    “Pak ada yg ingin kami sampaikan, selain ucapan terima kasih yg sebesar-besarnya yg menyelamatkan nyawa saya,” kata Riki.

    “Begini pak, kami berdua sudah lama menginginkan anak, tetapi setelah 6 tahun ini usaha kami tidak membuahkan hasil, karena menurut pemeriksaan dokter, sperma saya ternyata lemah Pak,” kata Riki.

    Saya lalu menyarankan adopsi, karena biasanya keluarga yg gagal mempunyai anak kandung, masih bisa mendapat anak adopsi.

    “Itu sudah kami pikirkan, tetapi kami merasa anak itu, tidak atau bukan darah daging dari saya atau istri saya,” kata Riki.

    “O kalian mau ikut program bayi tabung toh”

    “Tidak bisa pak, kami sudah konsultasi ke dokter, sperma saya terlalu lemah,” kata Riki.

    “Terus rencana kalian bagaimana,” tanyaku penuh tanda tanya.

    “Itulah pak kami ingin konsultasi dgn bapak, kami sebenarnya tidak enak dan kesan saya agak kurang ajar, tetapi setelah kami berdua berembug, akhirnya kami terpaksa akan sampaikan kepada bapak, apa pun risikonya kami sudah siap pak, Bapak kami anggap sudah seperti saudara. Mudah-mudahan kami bisa ditolong,” kata Riki.

    Aku terus terang tidak bisa menduga kemana arah permohonan mereka, sehingga aku jadi makin penasaran.

    “Bagaimana saya bisa membantu, “ tanyaku.

    “ Kami mengharapkan benih dari bapak untuk dibuahi oleh indung telur istri saya,” kata Riki terus terang.

    “Maksudnya, program bayi tabung dgn mempertemukan sperma saya dgn telur Risma,” tanya saya makin penasaran.


    “Bukan Pak,” kata Risma kali ini angkat bicara.

    Aku terdiam sejenak dan langsung membaygkan aku melakukan hubungan badan dgn Risma untuk dia mendapatkan anak.
    “Jadi maksud kalian bagaimana,” tanyaku penasaran.

    “Maaf pak, saya sudah bersepakat dgn Risma, dan kalau Bapak tidak keberatan, saya sebagai suami Risma ikhlas mengijin istri saya dibuahi oleh bapak secara langsung.” kata Riki

    Risma tidak berani menatap mataku, dia tertunduk.

    “Apa benar begitu, Risma, “tanyaku menegaskan,

    Risma hanya menangguk.

    Aku terhenyak dan menyandarkan badanku ke sandaran kursi.

    “Mengapa, kalian memlih saya,” tanyaku.

    “ Pertama, bapak orangnya sangat baik dan suka menolong tanpa pamrih, kedua bapak hidup membujang sampai usia 40 tahun, sehingga bagi kami tidak merasa merebut atau merusak rumah tangga lain, dan ketiga, jika berhasil kami mempunyai anak yg masih darah daging dari Risma” kata Riki tanpa ragu menyampaikan kata per kata.

    Kelihatan rencana mereka itu sudah matang sekali mereka rembukkan.

    “Pak tanpa mengurangi rasa hormat apakah bapak bersedia menolong, kami lagi,” kata Riki.

    Selain mata Riki memandangku, Risma juga menatapku.

    Sulit dan malu aku begitu saja langsung menerima, tetapi aku berbohong pada diriku sendiri, jika tidak tertarik pada Risma. Dia adalah wanita yg ideal, meski payudaranya tidak tergolong toge, tetapi cukup monjol, dia juga memiliki pinggang yg ramping, bokong yg rada menonjol dan yg aku paling suka selain mukanya ayu, putih, rambutnya lurus sebahu.

    “Selanjutnya bagaimana rencana kalian,” kataku tanpa menyatakan menerima dan akan membantu mereka.

    “Kami sudah pesan kamar dihotel ini, kalau bapak tidak keberatan dan mau menolong kami, kita bertiga naik ke kamar, besok kan hari libur.

    “Kalian ini memang keluarga yg aneh, dan kau Riki, kau adalah laki-laki yg paling aneh karena memperbolehkan istrimu ditiduri laki-laki lain,” kataku.

    “Bapak juga laki-laki aneh, sudah cukup mapan, tetapi kenapa tidak berumah tangga juga, apalagi yg kurang pak, semua Bapak sudah punya, kecuali pendamping hidup,” kata Risma.
    Batinku berkecamuk, antara mau menerima tawaran dgn rasa gengsi yg cenderung menolak. Jika aku menerima begitu saja, kayaknya kok keliatan banget nafsu rendahku, tetapi kalau aku tolak bisa jadi dia akan mencari laki-laki lain. Ah sayaang juga kesempatan ini disia-siakan.


    Forum dewasa Kenikmatan Ngentot Bini Orang

    “Apakah kalian sudah benar-benar mantap dgn keputusan itu, dan kalau boleh tau ada berapa calon yg sudah dinominasikan untuk menjalankan tugas seperti yg kalian tawarkan ?” tanyaku mengulur waktu untuk berpikir.

    “Terus terang Pak calonnya yg kami bicarakan berdua hanya bapak, kami tidak berpikir mencari calon lain,” kata si Riki.

    “Sepertinya tawaran kalian itu menarik juga, tetapi kalau kelak tidak terjadi pembuahan bagaimana,” tanyaku.

    “ yah itu risiko sudah kami pikirkan dan kami juga berharap bapak legowo jika nanti Risma melahirkan, maka anak itu adalah anak kami, Bapak boleh saja bertemu dan dekat dgn anak itu nanti, tetapi statusnya tetap anak kandung kami, apa bapak keberatan,” kata Riki.

    Hal ini malah belum terpikirkan, karena otakku hanya membaygkan rasa nikmat menggumuli Risma. Aku pikir permintaan mereka wajar, dan bagiku tidak ada masalah. Lucu juga aku belum menikah tetapi punya anak kandung yg dalam pengasuhanku.

    “Baiklah persyaratan itu bisa saya terima,” kataku.

    “Oke Pak kita naik keatas, saya sudah buka kamar,” kata Riki.

    Kami bertiga naik keatas, suasana di dalam lift terasa canggung, kami diam saja sampai pintu lift terbuka. Aku masih belum tahu skenario apa yg mereka persiapkan. Sejaun ini aku pasrah saja, dan penasaran melihat penampilan Risma yg pasti mengundang minat lelaki mana pun.

    Riki memesan kamar suite, sehingga terasa lega, karena ada ruang tamu dan ruang tidur yg terpisah. Kami bertiga duduk di sofa ruang tamu.

    “Pak mohon maaf, saya tinggal bapak dgn Risma,” kata Riki lalu bangkit menuju pintu dan keluar begitu saja. Pasti berkecamuk juga dalam hatinya mendapati kenyataan istrinya ditiduri oleh laki-laki lain. Itu makanya dia berusaha cepat berlalu. Aku sempat berdiri sebentar, tetapi tidak sempat mengejar Riki, karena dia sudah keburu menutup pintu.

    Risma terlihat agak canggung berdua dgnku. Untuk mencairkan suasana aku mengajak dua duduk di sebelahku sambil menonton tv.


    “Ini benar kamu gak keberatan, atau karena paksaan suamimu, tanyaku sambil meraih tangannya lalu kugenggenggam tangan kanannya.

    “ Ini malah ide saya sebenarnya, karena Mas Riki selain bibitnya lemah, dia juga lemah dalam hal hubungan,” kata Risma.

    “ide kamu maksudnya gimana,” tanyaku.

    “Ya saya kan normal Pak, dan pasti juga punya keinginan, sedangkan Mas Riki baru nempel aja udah muncrat, saya kadang-kadang keceplosan karena kesel bilang udah mas kita pisah saja deh dari pada saya selingkuh,” kata Risma.

    “Rupanya ceplosan saya itu jadi bahan renungan Mas Riki cukup lama, sampai suatu hari dia menawari solusi tanpa harus bercerai, Mas Riki ingin diurus saya seumur hidup, katanya gitu. Saya juga gak tega ninggali dia dalam keadaan begitu,” kata Risma.

    Kutarik kepalanya menyandar di bahuku, dia melemah dan aku merasa sepertinya dia menangis. Pasti dia juga mengalami perang batin yg hebat. Kubelai rambutnya sambil pelan-pelan kutengadahkan wajahnya. Benar juga air matanya meleleh. Kucium pipinya dia melemas saja. Lalu keningnya ku kecup, badannya makin melemah, perlahan-lahan kedua mulut kami bertemu. Awalnya Risma tidak bereaksi ketika bibirnya aku kecup, tetapi tidak lama kemudian dia mulai memberi respon, ikut menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku.

  • Kisah Memek Semalam Indah Bersama Adik Sepupu

    Kisah Memek Semalam Indah Bersama Adik Sepupu


    2823 views

    Duniabola99.com – Kedua barbel kecil masing-masing seberat 5 kilogram terasa telah kian berat saja kuayun-ayunkan bergantian. Keringatku telah sejak tadi berseleweran membasahi seluruh tubuhku yang kuperhatikan lewat cermin sebesar pintu di depanku itu telah tambah mekar dan kekar. Kalau dibandingkan dengan atlet binaraga, aku tak kalah indahnya.


    Aku hanya tersenyum sambil kemudian menaruh kedua barbelku dan menyeka keringat di dahi. Kuperhatikan jam telah menunjukan pukul 22:39 tepat. Ya, memang pada jam-jam seperti ini aku biasa olahraga berat untuk membentuk otot-otot di tubuhku. Suasana sepi dan udara
    sejuk sangat aku sukai. Kamar kost-ku di pinggirn utara kota Jogja memang menawarkan hawa dinginnya. Itulah sebabnya aku sangat betah kost di sini sejak resmi jadi mahasiswa hingga hampir ujian akhirku yang memasuki semester delapan ini.

    Sudah jadi kebiasaanku, aku selalu berolahraga dengan telanjang bulat, sehingga dapat kuperhatikan tubuhku sendiri lewat cermin itu yang kian hari kian tumbuh kekar dan indah. berkulit sawo matang gelap. Rambut kasar memenuhi hampir di seluruh kedua lengan tangan dan kaki serta dadaku yang membidang ke bawah, lebih-lebih pada daerah kemaluanku. Rambutnya tumbuh subur dengan batang zakarnya yang selalu terhangati olehnya. Kuraba-raba batang kemaluanku yang mulai beranjak tegang ereksi ini. Hmm, ouh, mengasyikan sekali. Air keringatku turut membasahi batang zakar dan buah pelirku. Dengan sambil duduk di kursi plastik aku berfantasi seandainya ini dilakukan oleh seorang wanita. Mengelus-elus zakarku yang pernah kuukur memiliki panjang 20 centimeter dengan garis lingkar yang 18 centimeter! Mataku hanya merem melek saja menikmati sensasi yang indah ini. Perlahan-lahan aku mulai melumuri batang zakarku dengan air liurku sendiri. Kini sambil menggenggam batang zakar, aku terus menerus melakukan mengocok-ngocok secara lembut yang berangsur-angsur ke tempo cepat.

    Aku tengah menikmati itu semua dengan sensasiku yang luar biasa ketika tiba-tiba pintu kamar kost-ku diketok pelan-pelan. Sial, aku sejenak terperangah, lebih-lebih saat kudengar suara cewek yang cukup lama sekali tak pernah kudengar.
    “Mas, Mas Wid? Ini aku, Irma!”
    Irma? Adik sepupuku dari Pekalongan? Ngapain malam-malam begini ini datang ke Jogja? Gila! Buru-buru aku melilitkan kain handuk kecilku sambil memburu ke arah pintu untuk membukakannya. “Irma?” ucapku sambil menggeser posisiku berdiri untuk memberi jalan masuk buat adik sepupuku yang terkenal tomboy ini. Irma terus saja masuk ke dalam sambil melempar tas ranselnya dan lari ke kamar mandi yang memang tersedia di setiap kamar kost ini. Sejenak aku melongok keluar, sepi, hanya gelap di halaman samping yang menawarkan kesunyian. Pintu kembali kututup dan kukunci. Aku hanya menghela nafasku dalam-dalam sambil memperhatikan tas ransel Irma.Tak berapa lama Irma keluar dengan wajah basah dan kusut. Rambutnya yang lebat sebahu acak-acakan. Aku agak terkejut saat menyadari bahwa kini Irma hanya memakai kaos oblong khas Jogja. Rupanya ia telah melepas celana jeans biru ketatnya di kamar mandi. Kulit pahanya yang kuning langsat dan ketat itu terlihat jelas. “Ada masalah apa lagi, hmm? Dapat nilai jelek lagi di sekolahan lalu dimarahi Bapak Ibumu?” tanyaku sambil mendekat dan mengelus rambutnya, Irma hanya terdiam saja. Anak SMU kelas dua ini memang bandel. Mungkin sifat tomboynya yang membuat dirinya begitu. Tak mudah diatur dan maunya sendiri saja. Jadinya, aku ini yang sering kewalahan jika ia datang mendadak minta perlindunganku. Aku memang punya pengaruh di lingkungan keluarganya.


    Irma hanya berdiri termangu di depan cermin olah ragaku. Walau wajahnya merunduk, aku dapat melihat bahwa dia sedang memandangi tubuhku yang setengah telanjang ini.
    “Lama ya Mas, Irma nggak ke sini.”
    “Hampir lima tahun,” jawabku lebih mendekat lagi lalu kusadari bahwa lengan dan tangannya luka lecet kecil.
    “Berantem lagi, ya? Gila!” seruku kaget menyadari memar-memar di leher, wajah, kaki, dan entah dimana lagi.
    “Irma kalah, Mas. Dikeroyok sepuluh cowok jalanan. Sakit semua, ouih. Mas, jangan bilang sama Bapak Ibu ya, kalau Irma kesini. Aduh..!” teriak tertahan Irma mengaduh pada dadanya.
    “Apa yang kamu rasakan Ir? Dimana sakitnya, dimana?” tanyaku menahan tubuhnya yang mau roboh.
    Tapi dengan kuat Irma dapat berdiri kembali secara gontai sambil memegangi lenganku.
    “Seluruh tubuhku rasanya sakit dan pegal semua, Mas, ouh!”
    “Biar Mas lihat, ya? Nggak apa-apa khan? Nggak malu, to?” desakku yang terus terang aku sudah mulai tergoda dengan postur tubuh Irma yang bongsor ketat. Irma hanya mengangguk kalem.
    “Ah, Mas Wid. Irma malah pengin seperti dulu lagi, kita mandi bareng.. Irma kangen sama pijitan Mas Wid!” ujar Irma tersenyum malu.

    Edan! Aku kian merasakan batang kemaluanku mengeras ketat. Dan itu jelas sekali terlihat pada bentuk handuk kecil yang menutupinya, ada semacam benda keras yang hendak menyodok keluar. Dan Irma dapat pula melihatnya! Perlahan kulepas kaos oblong Irma. Sebentar dirinya seperti malu-malu, tapi kemudian membiarkan tanganku kemudian melepas BH ukuran 36B serta CD krem berenda ketatnya. Aku terkejut dan sekaligus terangsang hebat. Di tubuh mulusnya yang indah itu, banyak memar menghiasinya. Aku berjalan memutari tubuh telanjangnya. Dengan gemetaran, jemariku menggerayangi wajahnya, bibirnya, lalu leher dan terus ke bawahnya. Cukup lama aku meraba-raba dan mengelus serta meremas lembut buah dadanya yang ranum ini. “Mas Wid.. enak sekali Mas, teruskan yaa.. ouh, ouh..!” pinta mulut Irma sambil merem-melek. Mulutku kini maju ke dada Irma. Perlahan kuhisap dan kukulum nikmat puting susunya yang coklat kehitaman itu secara bergantian kiri dan kanannya. Sementara kedua jemari tanganku tetap meremas-remas kalem dan meningkat keras. Mulut Irma makin merintih-rintih memintaku untuk berbuat lebih nekat dan berani. Irma menantangku, sedotan pada puting susunya makin kukeraskan sambil kuselingi dengan memilin-milin puting-puting susu tersebut secara gemas.

    “Auuh, aduh Mas Wid, lebih keras.. lebih kencang, ouh!” menggelinjang tubuh Irma sambil berpegangan pada kedua pundakku. Puting Irma memang kenyal dan mengasyikan. Kurasakan bahwa kedua puting susu Irma telah mengeras total. Aku merendahkan tubuhku ke bawah, mulutku menyusuri kulit tubuh bugil Irma, menyapu perutnya dan terus ke bawah lagi. Rambut kemaluan Irma rupanya dicukur habis, sehingga yang tampak kini adalah gundukan daging lembut yang terbelah celah sempitnya yang rapat. Karuan lagi saja, mulutku langsung menerkam bibir kemaluan Irma dengan penuh nafsu. Aku terus mendesakkan mulutku ke dalam liang kemaluannya yang sempit sambil menjulurkan lidahku untuk menjilati klitorisnya di dalam sana. Irma benar-benar sangat menggairahkan. Dalam masalah seks, aku memang memliki jadwal rutin dengan pacarku yang dokter gigi itu. Dan kalau dibandingkan, Irma lebih unggul dari Sinta, pacarku. Mulutku tidak hanya melumat-lumat bibir kemaluan Irma, tapi juga menyedot-nyedotnya dengan ganas, menggigit kecil serta menjilat-jilat.Tanpa kusadari kain handukku terlepas sendiri. Aku sudah merasakan batang kemaluanku yang minta untuk menerjang liang kemaluan lawan. Karuan lagi, aku cepat berdiri dan meminta Irma untuk jongkok di depanku. Gadis itu menurut saja. “Buka mulutmu, Dik. Buka!” pintaku sambil membimbing batang kemaluanku ke dalam mulut Irma. Gadis itu semula menolak keras, tapi aku terus memaksanya bahwa ini tidak berbahaya. Akhirnya Irma menurut saja. Irma mulai menyedot-nyedot keras batang kemaluanku sembari meremas-remas buah zakarku. Ahk, sungguh indah dan menggairahkan. Perbuatan Irma ini rupanya lebih binal dari Sinta. Jemari Irma kadangkala menyelingi dengan mengocok-ngocok batang kemaluanku, lalu menelannya dan melumat-lumat dengan girang.
    “Teruskan Dik, teruskan, yeeahh, ouh.. ouh.. auh!” teriakku kegelian. Keringat kembali berceceran deras. Aku turut serta menusuk-nusukan batang kemaluanku ke dalam mulut Irma, sehingga gadis cantik ini jadi tersendak-sendak. Tapi justru aku kian senang. Kini aku tak dapat menahan desakan titik puncak orgasmeku. Dengan cepat aku muntahkan spermaku di dalam mulut Irma yang masih mengulum ujung batang kemlauanku.
    “Croot.. creet.. crret..!”
    “Ditelan Dik, ayo ditelan habis, dan bersihkan lepotannya!” pintaku yang dituruti saja oleh Irma yang semula hendak memuntahkannya. Aku sedikit dapat bernafas lega. Irma telah menjilati dan membersihkan lepotan air maniku di sekujur ujung zakar.


    “Maass, ouh, rasanya aneh..!” ujar Irma sambil kuminta berdiri. Sesaat lamanya kami saling pandang. Kami kemudian hanya saling berpelukan dengan hangat dan mesra. Kurasakan desakan buah dadanya yang kencang itu menggelitik birahiku kembali.
    “Ayo Dik, menungging di depan cermin itu!” pintaku sambil mengarahkan tubuh Irma untuk menungging. Irma manut. Dengan cepat aku terus membenamkan batang kemaluanku ke liang kemaluan Irma lewat belakang dan melakukan gerakan maju mundur dengan kencang sekali. “Aduuh, auuh.. ouh.. ouh.. aah.. ouh, sakit, sakit Mas!” teriak-teriak mulut Irma merem-melek. Tapi aku tak peduli, adik sepupuku itu terus saja kuperkosa dengan hebat. Sambil berpegangan pada kedua pinggulnya, aku menari-narikan batang kemaluanku pada liang kemaluan Irma.
    “Sakiit.. ouhh..!”
    “Blesep.. slep.. sleep..” suara tusukan persetubuhan itu begitu indah.
    Irma terus saja menggelinjang hebat.

    Aku segera mencabut batang kemaluanku, membalikkan posisi tubuh Irma yang kini telentang dengan kedua kakinya kuminta untuk melipat sejajar badannya. sementara kedua tangannya memegangi lipatan kedua kakinya. Kini aku bekerja lagi untuk menyetubuhi Irma.
    “Ouuh.. aahhk.. ouh.. ouh..!”
    Dengan menopang tubuhku berpegangan pada buah dadanya, aku terus kian ganas tanpa ampun lagi menikam-nikam kemaluan Irma dengan batang kemaluanku.
    “Crroot.. cret.. creet..!”
    Menyemprot air mani zakarku di dalam liang kemaluan Irma. “Maas.. ouuh.. aduh.. aahk!” teriak Irma yang langsung agak lunglai lemas, sementara aku berbaring menindih tubuh bugilnya dengan batang kemaluanku yang masih tetap menancap di dalam kemaluanya.“Dik Irma, bagaimana kalau adik pindah sekolah di Jogja saja. Kita kontrak satu rumah.. hmm?” tanyaku sambil menciumi mulut tebal sensual Irma yang juga membalasku. “Irma sudi-sudi saja, Mas. Ouh..” Entah, karena kelelehan kami, akhirnya tidur adalah pilihannya. Aku benar-benar terlelap.

  • Kisah Memek Semoknya Body Tante Marry

    Kisah Memek Semoknya Body Tante Marry


    2203 views

    Duniabola99.com – Sejak kecil aku tinggal bersama nenekku, dan bersama nenekku tinggal om-om dan tante-tanteku (anak-anak dari nenekku). Omku yang ketiga menikah dengan seorang wanita yang bernama Merry yang kupanggil dengan sebutan Tante Merry. Tante Merry orangnya cantik, wajah dan tubuhnya cukup sexy dan orangnya mudah bergaul, terutama denganku.


    Oh ya, namaku adalah Dharma, masih sekolah di SMA waktu itu. Semula omku tersebut tinggal bersama kami, dan aku yang saat itu sedang menikmati masa remaja kira-kira umur 16 tahun sering melihat Tante Merry sedang bercumbu dengan suaminya, dan kadang-kadang di depanku Tante Merry mengusap penis omku, sebut saja Om Chandra. Batang kemaluanku yang saat itu sedang remaja-remajanya langsung menjadi tegang, dan setelah itu aku melakukan onani membayangkan sedang bersetubuh dengan Tante Merry.

    Setelah mereka menikah 1 tahun, akhirnya mereka pindah dari tempat nenek kami dan membeli rumah sendiri yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah nenek kami. Kalau Tante Merry hendak pergi, biasanya dia memanggilku untuk menjaga rumahnya, takut ada maling. Suatu hari aku dipanggil oleh Tante Merry untuk menjaga rumahnya.

    Ketika aku datang, dia sedang ada di kamar dan memanggilku, “Dharma, masuk ke kamar..!” teriaknya.
    “Ya Tante..” jawabku.
    Ternyata di dalam kamar, tante sedang memakai BH dan celana dalam saja, aku disuruh mengaitkan tali BH-nya. Dengan tangan gemetaran aku mengaitkan BH-nya. Rupanya Tante Merry tahu aku gemetaran.
    Dia bertanya, “Kenapa Dharma gemetaran..?”
    “Enggak Tante,” jawabku.
    Tapi tante cepat tanggap, dipeluknya tubuhku dan diciumnya bibirku sambil berkata, “Dharma, Tante ada perlu mau pergi dulu, ini Tante kasih pendahuluan dulu, nanti kalau Tante pulang, Tante akan berikan yang lebih nikmat.”
    “Ya Tante.” jawabku.

    Kepalaku terasa pusing, baru pertama kali aku menyentuh bibir seorang wanita, apalagi wanita cantik seperti Tante Merry. Lalu aku ke kamar mandi melakukan onani sambil membayangkan tubuh Tante Merry.

    Kira-kita jam 3 sore, tante pulang dan aku menyambutnya dengan penuh harap. Tante Merry langsung masuk kamar, sedangkan aku menunggu di ruang tamu, kira-kira 10 menit kemudian, dia memanggil pembantunya untuk disuruh ke supermarket untuk membeli sesuatu, jadi tinggallah di rumah aku dan Tante Merry saja.

    Setelah pembantunya pergi, Tante Merry menutup pintu dan menggandengku untuk masuk ke kamarnya.
    Lalu Tante Merry berkata, “Dharma, seperti yang kujanjikan, aku akan meneruskan pendahuluan tadi.”
    Aku diam saja, gemetar menahan nafsu.
    Tiba-tiba Tante Merry mencium bibirku, dan berkata, “Balaslah Dharma, hisap bibirku..!”
    Aku menghisapnya, dan terasa bibirnya sangat enak dan bau tubuhnya wangi, karena dia memakai parfum Avon yang merangsang, aku menjadi salah tingkah.


    Tiba-tiba dia memegang batang kemaluanku, aku sangat kaget.
    “Wah punyamu sudah tegang dan besar Dharma,” sahut Tante Merry.
    Lalu Tante Merry berkata lagi, “Apakah kamu pernah berhubungan sex dengan wanita?”
    Aku menjawab sambil gemetar, “Jangankan berhubungan sex, mencium wanita saja baru kali ini.”
    Tante Merry tersenyum dan berkata, “Hari ini Tante akan ajarkan cara berhubungan sex dengan seorang wanita.”
    Lalu Tante Merry membuka bajunya sehingga telanjang bulat, lalu dipegangnya tanganku dan dibawanya ke buah dadanya yang cukup besar. Solaire99

    Sambil gemetaran aku memegang buah dadanya dan memegang putingnya.
    Tante Merry mendesis merasakan kenikmatan usapanku dan berkata, “Terus Dharma.., terus..!”
    Lalu dengan memberanikan diri aku mencium putingnya, dan Tante Merry bertambah mendesis. Dibukanya celana pendekku dan CD-ku, sehingga aku juga menjadi telanjang bulat sepertinya. Penisku dielus-elusnya sambil berkata, “Dharma, punyamu besar amat, lebih besar dari punya Om Chandra.”

    Setelah puas menghisap puting buah dada tante, aku mencium pusarnya, dan akhirnya sampai di vaginanya.
    “Ayo Dharma, cepat hisap punyaku..!”
    Aku memberanikan diri mencium kemaluannya dan menjilat-jilat dalamnya, sedangkan tante tambah mendesis.
    Tante berkata, “Sabar Dharma, Tante kepingin mencium punya Dharma dulu.”
    Lalu dia membaringkanku di tempat tidur dan mulai mencium biji kemaluanku dan menghisap penisku perlahan-lahan. Serasa dunia ini melayang, alangkah nikmatnya, baru pertama kali batang kemaluanku dihisap oleh seorang wanita cantik, apalagi oleh Tante Merry yang sangat cantik.

    Penisku semakin membesar, dan rasanya seperti mau kencing, tetapi rasanya sangat nikmat, ada yang mau keluar dari kemaluanku.
    Aku menjerit, “Tante, Tante.., lepas dulu, aku mau kencing dulu.”
    Tetapi rupanya tante sudah tahu apa yang mau keluar dari kemaluanku, malah dia semakin kuat menghisap penisku. Akhirnya meletuslah dan keluarlah air maniku, dengan mesranya Tante Merry menghisap air maniku dan menjilat-jilat penisku sampai bersih air maniku.


    Batang kemaluanku terkulai lemah, tetapi nafsuku masih terasa di kepalaku.
    Lalu tante berkata, “Tenang Dharma, ini baru tahap awal, istirahat dahulu.”
    Aku diberi minum coca-cola, setelah itu kami berciuman kembali sambil tiduran. Tanpa kusadari kemaluanku sudah membesar lagi dan kembali aku menghisap buah dadanya.
    “Tante.., aku sayang Tante.”
    Lalu tante berkata, “Ya Dharma, Tante juga sayang Dharma.”
    Lalu aku menjilat vagina tante sampai ke dalam-dalamnya dan tante menjerit kemanjaan.
    “Ayo Dharma.., kita mulai pelajaran sex-nya..!”
    Penisku yang sudah tegang dimasukkan ke dalam liang kemaluan Tante Merry yang sudah licin karena air vaginanya.

    Perlahan-lahan batang kemaluanku amblas ke dalam lubang kemaluan tante, dan tante mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Aduh terasa nikmatnya, dan kembali kami berciuman dengan mesranya.
    Lalu aku berkata kepada Tante Merry, “Tante.., kalau tahu begini nikmatnya kenapa enggak dulu-dulu Tante ajak Dharma bersetubuh dengan Tante..?”
    Tante hanya tersenyum manis. Terasa penisku semakin mengembang di dalam vagina Tante Merry, tante semakin mendesis.
    Tante mengoyang-goyangkan pantatnya sambil berkata, “Dharma.., Tante kepengen keluar nih..!”
    Kujawab, “Keluarin saja Tante, biar Tante merasa nikmat..!”

    Tidak lama kemudian tante menjerit histeris karena orgasme dan mengeluarkan air kemaluannya, penisku masih tegang rasanya.
    Dengan lembut aku mencium tante dan berkata, “Tante sabar ya, Dharma masih enak nih..,”
    Kemudian aku semakin memperkuat tekanan batangku ke liang tante, sehingga tidak lama setelah itu aku memuncratkan air maniku di dalam vagina Tante Merry bersamaan dengan keluarnya cairan tante untuk kedua kalinya. Terasa tubuh ini menjadi lemas, kami tetap berpelukan dan berciuman. Setelah istirahat sebentar, kami mandi bersama saling menyabuni tubuh kami masing-masing, dan kami berjani untuk melakukannya lagi dilain waktu.


    Setelah peristiwa itu, setiap malam aku selalu terkenang akan vagina Tante Merry, sehingga rasanya aku ingin tidur bersama Tante Merry, tetapi bagaimana dengan Om Chandra. Rupanya nasib baik masih menemaniku, tiba-tiba saja Om Chandra dipindahkan tugasnya ke Bandung, dan untuk sementara Tante Merry tidak dapat ikut karena Om Chandra tidurnya di mess. Sambil mencari kontrakan rumah, Tante Merry tinggal di Jakarta, tetapi setiap Sabtu malam Om Chandra pulang ke Jakarta.

    Atas permintaan Tante Merry, setiap malam aku menemaninya, aku harus sudah ada di rumah Tante Merry jam 8 malam. Untuk tidur malam, aku disiapkan sebuah kamar kosong, tapi untuk kamuflase saja, sebab setelah pembantunya tidur aku pindah ke kamar Tante Merry. Tentunya Tante Merry sudah siap menyambutku dengan pelukan mesranya, dan kami bercumbu sepanjang malam dengan nikmatnya dan mesranya. Kalau waktu pertama kali aku hanya menghisap kemaluannya, sekarang kami sudah saling menghisap atau gaya 69. Lubang kemaluan Tante Merry sudah puas kuciumi, bahkan sekarang bukan saja lubang vagina, tetapi juga lubang anus, rasanya nikmat menghisapi lubang-lubang tante. Penisku juga dihisap tante dengan ketatnya dan terasa ngilu ketika lubang kencingku dihisap Tante Merry, tapi nikmat.

    Setelah kami saling menghisap, akhirnya barulah kami saling memasukkan kemaluan kami, dan kali ini tante berada di atasku. Batang kemaluanku yang sudah tegang dan berdiri tegak dimasukkan ke kemaluan tante, aduh nikmatnya. Lalu aku menghisap buah dada tante sambil menggoyang-goyangkan pantatku. Kira-kira sepuluh menit, tante mengeluarkan air maninya sambil menjerit nikmat, namun aku belum mengeluarkan air maniku. Lalu aku bertukar posisi, sekarang tante di bawah, aku yang di atas. Karena tante sudah keluar, terasa mudah memasukkan kemaluanku ke dalam vagina tante, dan kembali kami berpacu dalam nafsu.


    Sambil mencium bibir Tante Merry, aku berkata, “Tante… Tante.., kenapa sih lubang Tante enak banget, punyaku terasa dijepit-jepit lubang Tante yang lembut.”
    Sambil tersenyum tante menjawab, “Dharma.., batang kamu juga enak, kalau dengan Om Chandra Tante hanya bisa orgasme sekali, tetapi dengan kamu bisa berkali-kali.”
    Kembali aku menekan batang penisku erat-erat ke liang kemaluan tante sambil mengoyang-goyangkan pantatku, dan akhirnya aku menjerit, “Tante.., Tante.., aku keluar..!”
    Alangkah nikmat rasanya.

    Perlahan-lahan aku mengeluarkan batang kemaluanku dari liang senggama tante. Setelah itu kembali kami berciuman dan tidur sambil berpelukan sampai pagi. Ketika bagun pagi-pagi aku kaget, karena aku tahu di sampingku ada Tante Merry yang tidak memakai apa-apa, nafsuku timbul kembali. Kubangunkan Tante Merry dan kembali kami bersetubuh dengan nikmatnya, dan akhirnya kami mandi bersama-sama.

    Selama hampir 1 bulan lamanya kami seperti sepasang suami istri yang sedang berbulan madu, kecuali hari Sabtu dan Minggu dimana Om Chandra pulang. Pengalaman ini tidak akan terlupakan seumur hidupku, walaupun sekarang aku sudah beristri dan mempunyai 2 orang anak. Kadang-kadang Tante Merry masih mengajak aku bersetubuh di hotel. Tetapi sejak aku beristri, perhatianku kepadanya agak berkurang, lagipula usia Tante Merry sudah bertambah tua.

  • Kisah Memek Sempadan

    Kisah Memek Sempadan


    2227 views

    Duniabola99.com – Kepada semua pembaca dalam ruangan ini, disini saya ingin menceritakan satu pengalaman yang dikirakan amat manis juga dan pertama kalinya saya mengadakan perhubungan sex bersama perempuan pelacur. Judi Bola Online


    Ceritanya begini, setelah saya telah tamat penugasan saya di seberang laut iaitu di Kemboja jadi saya telah diberi cuti selama 2 minggu, aku pun berangkat pulang ke kampung aku di utara tanahair iaitu Perlis. Setelah aku sampai di Kg aku, aku pun pergi berjalan-jalan kerumah kawan-kawan yang lama aku tak berjumpa dengan mereka. Setelah aku pergi ke rumah salah seorang kawan aku, dia telah mengajak aku untuk pergi ke sempadan iaitu ke Padang Besar. Aku terus saja setuju dengan ajaknya itu. Setelah hari dan masa tetapkan telah sampai aku dan kawan-kawan aku pun berangkat ke Padang Besar. Sampainya aku disana kami pun masuk ke salah sebuah hotel untuk kami tempah tempat tidur sebab kami akan bermalam disana. Setelah kami semua tempah bilik hotel, kami pun pergi ke sebuah Bar. Kami masuk ke dalam Bar tersebut tujuan untuk menempah perempuan untuk menemani kami tidur pada malam nanti.

    Aku lihat dalam Bar itu sungguh manarik sekali dan tuan bar itu pun datang berjumpa kami dan bertanya samada kami nak tempah perempuan ataupun tidak, kawan aku terus menyampuk dan memberitahu tuan bar itu yang tujuan kami untuk menempah perempuan. Maka tuan bar itu pun memanggil perempuan-perempuan dalam Bar itu. Mereka pun beratur di atas pentas yang telah disediakan untuk kami memilih mana-mana perempuan yang kami berminat. Aku masa itu malu-malu sikit sebab tak pernah menghadapi setuasi begitu. Kawan-kawan aku pun menegur aku, kenapa tak pilih lagi? Pilihlah cepat! Aku pun terus saja memilih dan tak kiralah asalkan dia perempuan dan dapat menyedapkan naluri ku. Setelah aku dan kawan-kawan memilih perempuan Yang kemi berkenan. Kami pun memberikan nombor bilik kami dan beritahu hotel mana kami menginap. Setelah kami selesai memilih perempuan untuk menemani tidur kami nanti,. Kami pun pergi minum. Kawan-kawan aku telah meminta air minuman keras. Kami pun minum dan berkaroke dalam kedai minum tu melayan kepala kami yang sedang tak berapa betul oleh kerana mabuk dengan minuman keras. Selesai kami minum kami pun balik kebilik masing-masing.

    Bila aku buka saja pintu bilik aku tu, aku dapat perempuan yang aku tempah tadi telah menunggu aku kat dalam bilik aku tu, aku lihat dia terbaring terlentang sedang menuntut TV. Aku pun menyapa dia dan memberi ucapan selamat berjumpa dan aku berbual seketika dengan perempuan tersebut kepala aku masa itu sudah tak betul sebab mabuk. Dalam masa aku sedar tak sedar oleh kerana kemabukan aku tu.


    Aku mengajak perempuan itu mengadakan hubuang sex. Perempuan tu tanpa banyak soal dia membuka baju dan seluar yang dipakainya sebab kerja dia hanya memuaskan nafsu sex lelaki dan kehendak batin setiap lelaki. Setelah semua pakaiannya ditanggalkan. Aku pun mengambil kesempatan itu untuk menanggalkan pakaian aku juga. Kami masa itu hanya tinggal pakaian dalam saja yang belum kami tanggalkan. Kami pun berbaring atas katil. Aku baring disisi sebelah kirinya. Dalam masa aku baring itu tangan aku terus mancapai ke buah dadanya yang berisi serta pejal itu. Setibanya tangan kanan aku kebuah dada perempuan tersebut dalam masa yang sama mulut aku mencari mulutnya, kami berkucupan dan bermain kulum lidah. Agak lama juga mulut aku dan mulut perempuan tu bertemu. Sambil mulut mengulum lidahnya jari-jari aku terus meramas-ramas teteknya yang masih berbalut dengan colinya. Makin lama aku meramas, aku rasa makin keras pula jadinya tetek perempuan tu. Perempuan itu mula bergerak dan mengeliat kecil bila teteknya kena ramas oleh jari-jari aku. Mulut aku tadi dimulutnya mula turun sedikit demi sediki kebahagian dagu dan merayap disekitar lihatnya itu membuatkan dia lebih tidak bernafas jadinya dan mula mengerang kecil dengan tindakan tangan dan mulut aku. Jari-jari aku merayap kebelakang badannya untuk melepaskan butang colinya dan jari aku pun berjaya melepaskan butang coliya. Bila terlepas saja butang colinya maka terserlahlah teteknya yang sedang mengeras dan menegang itu. Mata ku rasa macam nak terkeluar bila melihat teteknya. Bagitu cantik dan gebu serta muntok sekali. Putihnya memang terserlah sebab orang siam memang putih-putih belaka. Putting susunya yang kemerahan itu terus saja jari-jari aku bermain disitu mengentil dan memutar-mutar puting teteknya dengan perbuatan aku itu perempuan tu lagi ku lihat tidak menentu jadinya, matanya sedah lama terpejam dik kenikmatan yang diterimanya dari hasil kerja jari-jari dan juga mulut serta lidah ku. Setelah aku puas mengentil puting teteknya aku pun membawa mulut aku ke lurah antara kedua gunung busut yang sedang membengkak itu, aku jilat dengan lidah aku disekitar situ dan mulut serta lidah aku naik mendaki ke gunung busutnya sampai kepuncaknya. Kini lidah aku bermeluasa di puting susunya. Mulut aku meyuyut puting teteknya seperti anak kecil yang kehausan susu dari ibunya. Lama juga aku berbuat begitu dan lidah aku pula terus memainkan peranannya di tetek perempuan itu. Perempuan itu aku lihat dah tak tentu arah dah bila lidah dan mulut aku berada di teteknya. Sekejap badannya bergerak kekiri sekejap bergerak kekanan punggungnya pun sama juga.

    Setelah aku puas mengerjakan teteknya yang membengkak itu, jari-jari aku terus merayap lagi kini jari-jari aku merayap kebawah lagi kebahagian perutnya jari aku terus mengusut pada perut perempuan tu, lepas tu kebawah lagi ke bahagian celah kelangkangnya pula. Jari aku meraba pada seluar dalamnya dan aku dapati seluar dalamnya sudah basah oleh air mazinya. Jari antu aku terus melurut pada lurah pantatnya di atas seluar dalam. Lama juga aku berbuat demikan. Setelah puas aku mengusut dan mangais-gais jari aku pada lurah pantatnya di atas seluar dalam tu, aku pun membuka seluar dalamnya.

    Bila aku tarik saja seluar dalam perempuan itu kebawah aku dapat lihat dengan jelas didepan mata aku pantatnya yang begitu cantik, gebu dan tembam tu. Bulunya tak berapa banyak jarang-jarang saja tumbuhnya maklumlah perempuan itu dalam lingkungan 18 tahun saja. Cukup cantik pantatnya, bila aku melepaskan seluar dalamnya kebawah jari aku semula memainkan peranan tadi mengais-gais luruh yang telah dibanjiri oleh air mazinya. Jari aku tak puas-puas mengais lurah pantatnya terus jari aku menjolok lubang pantatnya dan terasa ditangan aku suam-suam bila jari aku berada di dalam lubang pantatnya. Dalam masa yang sama mulut serta lidah aku tetap pada tetek perempuan itu. Dan kini mulut aku mula turun kebawah sampai kepusatnya. Lidah aku menjilat lubang pusatnya dulu sebelum lidah aku menneruskan hayat aku untuk kepantatnya.


    Lidah aku pelahan-lahan turun kebahagian pantatnya. Aku terhidu sesuatu yang aku tak suka iaitu aku terhidu hancing kencingnya. Rupanya-rupanya kencing tak basuh. Bila aku berbau hancing pada pantatnya jadi aku terpaksa membatalkan hasrat aku nak menjilat lubang pantatnya. Bila aku batalkan hasrat aku untuk menjilat lubang pantatnya. Jari-jari aku begitu laju sekali memain sorong-tarik dalam pantatnya. Dengan perbuatan aku tu, aku lihat dia menjadi tidak menentu dah dan seketika saja aku lihat dia telah mengejangkan dirinya itu tanda dia telah mencapai klimetnya yang pertama.

    Aku pun bertanya dia adakah dia sudah bersedia untuk menerima konet ku masuk dalam lubang pantatnya. Dia mengangguk saja tanda setuju dan aku pun mengambil kondum atau tempat aku panggil setokin/sarung kaki. Aku pun menyarungkan kondum tu pada konet kau. Untuk menjaga keselamatan. Maklumlah dia dipakai oleh berbagai orang dan tak tahu orang apa yang pakai dia dan berbagai bangsa yang pakai dia. Setelah selesai aku sarung aku pun naik kecelah kelangkang yang sedia terkangkang itu. aku meletakkan konet aku ke permukaan pantatnya dan menepuk-nepuk kepada pantatnya. Lepas aku menepuk pantatnya dengan konet ku tu, sampailah masanya aku nak merasa pantat perempuan tu. Kepada konet aku telah pun berada dilubang pantatnya dan dia menanti kemasukannya. Aku dengan sekali hantak saja telah masuk sampai kepangkalnya. Dengan masuk saja batang konet ku kedalam lubang pantatnya. Dan dalam masa yang mulutnya terbuka luas dan mengerang yagn amat sangat kerana menahan kemasukan konet ku yang panjangnya 6 in dan besarnya 2 jari tu. Bila masuk saja batang konet aku dalam lubang pantatnya aku tak terus gerak lagi. Mulut aku terus mencari mulutnya. Sebab aku nak merasa hawa dalam pantatnya, rupanya begitu panas dan rasa suam-suam gitu. Lepas tu aku mula mengerakkan batang kau tu naik agak lama kat permukaan pantatnya dan hantak dengan laju sekali ke dalam pantatnya. Aku main naik turun agak pelahan sekali sebab aku nak rasakan kehangatan lubang pantatnya. Sekali aku tusukan batang konet ku dalam pantatnya lama aku rendam di dalam pantatnya. Aku tarik balik sampai ke permukaan pantatnya dan aku benamkan lagi batang aku. Bila aku lihat dia dah tak tahan dengan permainan aku tu aku dan air mazinya pun dah melimpah-limpah aku pun main laju sikit.

    Aku cuba ubah cara main kakinya aku sangkut pada bahu aku. Batang yang sedang keras itu terus masuk keluar dengan lajunya dalam pantatnya yang sudah basah itu dan masa tu punggung aku saja yang bergerak tangan aku menyukung aku supaya aku lurus tegak atas perempuan tu. Naik turun batang aku masih berjalan dan tak henti-henti lagi. Perempuan tu sudah tak tahan lagi dah dengan permainan aku tu. Kakinya yang diatas bahu aku melunjak-lunjak kerana tak tahan menerima tikaman batang konet aku dalam pantatnya. Aku pun dah merasa nak sampai klimet aku setelah lebih kurang 1 jam aku bertarung dengannya. Akhirnya konetku pun memuntakan air mani aku yang begitu pekat sekali dalam kondom yang aku pakai tadi. Dengan pelahan aku pun menarik keluar batang aku dari dalam lubang pantatnya dan menanggalkan kondom yang penuh dengan air mani aku tu. Dalam aku lihat perempuan itu begitu penat dan keletihan sekali. Aku sudah tentu penat sebab aku banyak yang memainkan peranan utamanya. Setelah itu aku dan perempuan itu pun tertidur dalam dakapan masing-masing dia memberi satu kucupan puas pada aku dan aku pun mengucup keningnya tanda puas dengan layangnya pada malam itu. akhirnya kami tertidur tanpa seurat benang pun dibadan kami sampai pagi dan pagi itu dia pun minta diri untuk pulang ketempat yang mana aku tempahnya tu. Sekali lagi dia kucup aku tanda terima kasih. Dan aku rasa kawan-kawan aku pun mengalami pengalaman seperti aku juga dengan perempuan-perempuan yang mereka tempah tu.



  • Kisah Memek Sensasi kenikmatan ngentot dengan 3 cewek cantik

    Kisah Memek Sensasi kenikmatan ngentot dengan 3 cewek cantik


    2533 views

    Duniabola99.com – Mungkin saking asyiknya kami bercumbu tanpa kami sadari rupanya dari tadi ada yang memperhatikan pergumulan kami berdua, Mbak Fitri dan adik suaminya, Asih sudah berdiri di pinggir pintu. Mungkin mereka pulang berdua tanpa suaminya dan kedua anaknya yang masih mampir ke rumah Pakdhenya mereka ketuk pintu tapi nggak ada sahutan lalu mereka menuju pintu daur yang lupa tak aku kunci.


    Aku dan Mbak Wina kaget setengah mati, malu takut bercampur menjadi satu jangan-jangan mereka marah dan menceritakan kejadian ini pada orang lain. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan kami berdua, mereka bahkan ikut nimbrung sehingga kami menjadi berempat.

    “Dik main gituan kok kakak nggak di ajak sich kan kakak juga mau, sudah seminggu ini suami kakak nggak ngajak gituan”, ucap Mbak Fitri.
    “Ini juga baru mulai kak!” sahutku.
    “Mas aku boleh nyoba seks sama Mas?” tanya Asih.
    “Boleh”.

    Aku dan Kak Wina selanjutnya menyuruh mereka berdua melepas seluruh pakaiannya.

    “Ck.. ck…ck……ck……”, guman ku.

    Sekarang aku dikerubung 3 bidadari cantik sungguh beruntung aku ini.

    Mbak Fitri tubuhnya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar kira-kira 36 B vaginanya indah sekali. Sedangkan Asih tubuhnya agak kecil tapi mulus, dadanya sudah sebesar buah apel ukuranya 34 A vaginanya kelihatan sempit baru ditumbuhi bulu yang belum begitu lebat.

    Pertama yang kuserang adalah Mbak Fitri karena sudah lama aku membayangkan bersetubuh dengannya aku menciumi dengan rakus pentilnya kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum sepuasnya rupanya Mbak Wina dan Asih juga kepingin merasakan air susu itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut, sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukam ke dalam vagina satu sama lain.

    Setelah puas dengan permainan itu, aku meminta agar mereka berbaring baris sehingga kini ada 6 gunung kembar yang montok berada di depanku. Aku mulai mengulum susu mereka satu per satu bergantian sampai 6, aku semakin beringas saat kusuruh mereka menungging semua, dari belakang aku menjilati vagina satu persatu rasanya bagai makan biscuit Oreo di jilat terus lidahku kumasukkan ke dalam vagina mereka.

    Giliran mereka mengulum penisku bergantian.

    “Hoh…. hoooooooooo…… hhhhhhhhhh…… ehmmmmmmmmm”, desah mereka bertiga.

    Aku yang dari tadi belum orgasme semakin buas memepermainkan payudara dan vagina mereka, posisi kami sekarang sudah tak beraturan. Saling peluk cium jilat dan sebagainya pokok nya yang bikin puas, hingga mereka memberi isyarat bahwa akan sampai puncak.

    “Dik aku mau keluar”
    “Mas aku juga”
    “Aku hampir sampai”, kata mereka bergantian.
    “Jangan di buang percuma, biar aku minum!”, pintaku
    “Boleh”, kata Mbak Fitri.

    Aku mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke vagina mereka satu persatu lalu kuhisap dalam-dalam sampai tak tersisa, segarnya bukan main.


    “Srep.., srep”.

    Heran, itulah yang ada di benakku, aku belum pernah nge-sex sama mereka kok udah pada keluar, memang mungkin aku yang terlalu kuat. Karena sudah tidak sabar aku mulai memasukkan penisku de dalam vagina Mbak Wina kugenjot naik turun pinggulku agar nikmat, sekitar 5 menit kemudian aku gantian ke Kak Fitri, biarpun sudah beranak 2 tapi vaginanya masih sempit seperti perawan saja.

    “Dik enak……. Uh…… oh…..terussssssss!”, desahnya.
    “Emang kok Kak…….. hhhhhhh ehmm…..”
    “Mas giliranku kapan..?”, rupanya Asih juga sudah tak tahan.
    “Tunggu sebentar sayang.“

    Sekitar 10 menit aku main sama kak Fitri sekarang giliran Asih, dengan pelan aku masukkin penisku, tapi yang masuk hanya kepalanya. Mungkin ia masih perawan, baru pada tusukan yang ke 15 seluruh penisku bisa masuk ke liang vaginanya.

    “Mas……. sakit….. mas…… oght…….. hhohhhhhh…….”, jerit kecil Asih.
    “Nggak apa-apa nanti juga enak, Sih!”, ucapku memberi semangat agar ia senang.
    “Benar Mas sekarang nikmat sekali… oh.. ought..”

    Rupanya bila kutinggal ngeseks dengan Asih, kak Fitri dan Kak Wina tak ketinggalan mereka saling kulum, jilat dan saling memasukkan jari ke vaginanya masing-masing. Posisiku di bawah Asih, di atas ia memutar-mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang masih kecil terlihat bergoyang lucu, tanganku juga tidak tinggal diam kuremas-remas putingnya dan kusedot, kugigit sampai merah.

    Karena sudah berlangsung sangat lama maka aku ingin segera mencapai puncak, dalam posisi masih seperti semula Asih berjongkok di atas penisku, kusuruh Mbak Fitri naik keatas perutku sambil membungkuk agar aku bisa menetek,

    eh…, bener juga lama-lama air susunya keluar lagi, kuminum manis sekali sampai terasa mual. Mbak Wina yang belum dapat posisi segera kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga vaginanya tepat di depan mulutku, dan kumainkan klitorisnya. Ia mendesah seperti kepedasan.

    “Ah……… huah…….. hm…….!”

    Tanganku yang satunya kumasukkan ke vagina Mbak Fitri, kontolku digarap Asih, mulutku disumpal kemaluan Mbak Wina, lengkap sudah. Kami bermain gaya itu sekitar 30 menit sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan.

    “Ought……… hmmmmmm…… cret… crot…..”
    “Enak Mas…….!” desah Asih.

    Spermaku ku semprotkan kedalam vagina Asih dan keluarlah cipratan spermaku bercampur darah menandakan bahwa ia masih perawan. Kami berempat sekarang telah mencapai puncak hampir bersamaan, lelah dan letih yang kami rasakan.


    Sebelum kami berpakaian kembali sisa-sisa sperma di penisku di jilati sampai habis oleh mereka bertiga. Setelah kejadian itu kami selalu mengulanginya lagi bila ada kesempatan baik berdua bertiga maupun berempat. Namun sekarang kami sudah saling berjauhan sehingga untuk memuaskan nafsu birahiku aku sering jajan di kafe-kafe di kota Solo ini ataupun dengan teman-teman wanita di tempat kuliah yang akrab denganku.

    Tapi tak satu pun dari mereka yang menjadi pacarku. Nah, bagi teman-teman yang ingin berkenalan silakan kontak emailku. Pasti aku balas.

  • Kisah Memek Sensasi Memek Tante Rika

    Kisah Memek Sensasi Memek Tante Rika


    2487 views

    Duniabola99.com – Saat jadi mahasiswa di Jakarta saya selalu pergi ke perpus ya karena disana bayak penjaga wanita yang cantik cantik, hanya ada dua orang yang menarik perhatianku pertama adalah mbak Eka dia masih single walau usianya sudah mapan yaitu 30an tahun , cantik orangnya kulitnya putih satunya lagi Ibu Rika dia sudah berumah tangga dan mempunyai anak 2, putrinya sudah bersekolah SMA kelas 3.


    Dari kedua wanita tersebut cuma dengan Ibu Rika saja saya tampak lebih akrab sehinggak saya pun mengetahui dengan benar seluk beluk kehidupan rumah tangganya beserta dengan segala masalah yang dihadapinya.

    Suatu siang, ketika saya baru datang, kulihat Ibu Rika sedang melihat TV yang memang sengaja dipasang di lobby untuk para pengunjung instansi ini, kudekati dan duduk di sebelahnya.

    “Siang, Bu!, lagi santai nih?” Tanyaku membuka percakapan

    “Eh, Dik Bondan!, iya, tadi habis kunjungan keluar bareng ibu kepala dan nganter si Maria(putri tertuanya) pulang. Udah selesai kuliahnya?” jawabnya

    “Sudah.., tadi cuma ada satu mata kuliah”

    “O gitu!, O ya, entar malam di Cafe ada konsernya ( Ibu Rika menyebut satu nama Band yang baru ngetop di Indon), mau nonton nggak?”

    “Sama Maria, ya!, entar saya ikut!” Kataku merajuk soalnya anaknya itu menuruni kecantikan ibunya sewaktu muda

    “Ya, nanti Maria tak suruh ikut!”

    “Lha emang Bapak ( suaminya ) kemana, Bu?”

    “Lagi mengikuti Pak Walikota ke Jakarta sampai tiga hari mendatang”

    “Okelah kalau begitu, nanti sore saya kesini lagi, terus berangkat!”

    “Sip kalau begitu ” Jawabnya senang

    Sore yang dijanjikan pun tiba, saya masuk kedalam kantornya dan menemukan dia sedang membereskan beberapa map pekerjaannya.


    “Tunggu di bawah ya, Dik!, saya mau ganti baju, dan tadi Maria telepon katanya tak bisa ikut karena besok ada ulangan dan agak tak enak badan

    ” Katanya menyambutku Dan saya pun mengeluh, gagal deh kencan dengan Maria Tak berapa lama kutunggu, Ibu Rika sudah menemuiku dengan berganti pakaian dinasnya menjadi blus ketat dengan jins, wah.., oke juga nih ibu-ibu, nggak mau kalah dengan yang muda dalam soal dugem.

    “Ayo!” Ajaknya saya pun mengikutinya menuju escudo kuningnya dan berlalu dari kantor instansi tersebut.

    “Kemana kita?, bukannya konsernya entar malam?” Tanyaku

    “Bagaimana kalo kita cari makan dulu sambil ngobrol-ngobrol nunggu jam lapan buat nonton konser ? ” Usulnya

    “Boleh juga!, dimana?”

    “Ntar, liat aja, biar Ibu yang charge, OK!”

    Aku pun mengangguk mengiyakan nya

    Di sebuah resto china dijalan protokol kota ini, setelah menyantap hidangan laut, kami pun mengobrol mengahbiskan waktu dengan membahas berbagai persoalan baik itu maslah sosial maupun pribadi. Seperti halnya Ibu Rika menceritakan padaku tentang bagaimana menjemukannya kehidupan rumah tangganya.

    “Wah, kalau soal itu saya tak bisa memberikan pendapat, Bu!, masalahnya saya belum pernah berumah tangga.” kataku merespon nya

    “Ini cuma sekedar curhat koq, Dik!, biar besok menjadi semacam panduan bila nantinya dik Bondan sudah menjalan kehidupan bersama” Jawab Ibu Rika diplomatis “Dan, jangan panggil Ibu, dong!, panggil saja Mbak, khan usia kita nggak terlalu jauh banget bedanya, paling cuma 13 tahun !” Tambahnya Dan saya pun tertawa mendengar kelakar tersebut.

    Ketika waktu telah menunjukkan saatnya, kami keluar dari resto tersebut disambut dengan gerimis, berlari-lari menuju mobil untuk meluncur ke cafe yang dimaksud. Selama konser tampak Ibu Rika sangat menikmati suasana tersebutsambil sesekali mengenggam tanganku, sehinggak mau tak mau pun saya menjadi ikut terbawa oleh suasana yang menyenangkan.

    Konser pun berakhir, dan saatnya kami untuk pulang. Sambil-sesekali berceloteh dan bersenandung, kami menuruni tanggak cafe, yang entah karena apa, Ibu Rika terpeleset tapi untunglah saya sempat memegangi nya tapi salah tempat karena secara reflek saya menariknya kedalam pelukan ku dan tersentuh buah dadanya. Sejenak Ibu Rika terdiam, memandangku, mempererat pelukannya dan seakan enggan melepaskannya.


    “Bu, eh..Mbak, udah dong, malu entar dilihat orang” Kataku

    Dia pun melepaskan pelukannya, dan kami menuju ke mobil dengan keadaan Ibu Rika sedikit pincang kaki nya.

    Tengah malam kurang sedikit, kami sampai di rumah Ibu Rika, karena saya sudah terbiasa pulang pagi, jadi kudahulukan untuk mengaentar kerumahnya untuk memastikan keadaannya.

    Rumah dalam keadaan sepi, penghuninya sudah tidur semua kurasa, dan saya pun duduk di sofa sambil sejenak melepaskan lelah. Sambil terpincang-pincang, Ibu Rika membawakan segelas teh manis hangat untukku, dan duduk di sampingku. saya jadi teringat kejadian di tanggak cafe tadi.

    “Masalah tadi, maafin saya Mbak, itu reflek yang nggak sengaja.

    ” Kataku “Nggak papa koq, Mbak nggak hati-hati si, pegel banget nih!” Katanya

    “Sini saya pijitin” kataku sambil mengangkat kakinya dang menggulung celana jins nya sampai selutut

    Dia pun merebahkan badannya agar saya bisa leluasa memijitnya. Tak berapa lama kemudian dia bangkit sambil ikut memijiti kakinya sendiri. Ketika tangan kami bersentuhan ada getar-getar halus yang kurasakan menggodaku tapi berhasil kutepiskan.

    Tapi tak disangka, Ibu Rika memegang lengan ku dan menarikku ke dalam pelukannya.

    “temani saya malam ini, Dik!” Bisiknya lirih di telingaku Kurasa habislah pertahanan ku kali ini.

    Di lumatnya bibirku dengan ganasnya, apa boleh buat, saya pun memberikan respon serupa. Kami saling berpagut dengan sesekali mempermainkan lidah.

    Tangannya menggerayangi tubuhku, mengusap-usap celanaku yang menggembung, sedangkan saya meremas-remas buah dadanya yang masih cukup ranum untuk wanita seusianya.

    Lama kami bercumbu di atas sofa, lalu Ibu Rika menggamitku untuk memasuki kamarnya, dan kami meneruskan cumbuan sepuas-puasnya.

    Foreplay dilanjutkan setelah kami saling membuka baju, cuma tinggal mengenakan celana dalam saja kami bergelut di atas kasur yang empuk dalam kamar berpendingin udara. Kujilati puting susunya sampai Mbak Rika mendesah-desah, sementara tangannya menggengam kemaluanku yang dengan lembut dikocoknya perlahan.

    “Mbak.., saya buka ya, celananya!” Bisikku yang disambut dengan anggukannya Setelah secarik kain tipis itu terlepas dari pinggulnya, Ibu Rika mengangkang kan pahanya, dan tampak memeknya yang kehitaman tertutup lebat rambut. Ketika kusibak kerimbunan itu, gundukan daging itu berwarna kemerahan berdenyut panas.


    Ibu Rika memekik dan mendesah perlahan ketika memeknya kujilati. Ditekan nya kepalaku sepertinya dia sangat menikmati permainan ini, sampai suatu ketika kurasa memeknya mulai basah dengan keluarnya lendir yang berlebihan.

    Dengan nafas terengah-engah Ibu Rika menarik kemaluanku untuk dimasukkan kedalam memeknya. Kupegan tangannya dan kupermainkan kemaluanku di pintu masuk liang kenikmatan nya itu beberapa lama, kupukul-pukul kan kepala kemaluanku dibibir memeknya, kumasukkan kemaluanku sedikit dalam memeknya lalu kutarik keluar kembali, begitu berulang-ulang. “Ayo dong, Dik!, jangan buat saya semakin ……” bisiknya

    “Tapi saya belum pernah berhubungan badan, Mbak!” Balasku berbisik

    “Ayolah, Dik!, saya beri kamu pengalaman menikmati surga ini, ayo..!”

    Sayapun mengangguk

    bu Rika berbaring telentang di pinggiran ranjang dengan kaki mengangkang, sementara saya berlutut hendak memasukkan kemaluanku. Di pegangnya kemaluanku dan di arahkan ke dalam memeknya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku dibibir memeknya sementara dia mendesah-desah, lalu dengan dorongan perlahan kubenamkan seluruh kemaluanku kedalam liang memeknya.

    Sebuah sensasi kenikmatan dan kehangatan yang luar biasa menyelubungi ku, sejenak keresapi kenikmatan ini sebelum Ibu Rika mulai mengalungkan pacuma pada pinggulku dan memintaku untuk mulai menyetubuhi nya.

    Kudorong tubuh Ibu Rika ketengah ranjang, setelah tercapai posisi yang enak, kugerakkan pinggulku maju mundur mengeksplorasi seluruh kenikmatan yang dimiliki oleh Ibu Rika.

    Ruangan kamar yang dingin seolah tak terasa lagi, yang ada cuma lengguhan-lengguhan kecil kami di timpahi suara kecepok beradunya kemaluan kami, sementara disekeliling kepala kami terbungkus dengan hawa dan bau khas orang bersetubuh.

    “hh..terus, Dik!, goyangnya yang cepat..Ohh.. ohh, Ouuch!” Desahnya

    “Yang erat, Mbak!, ayo sayang,..sshh, ..hhh..” Desahku

    “Ouuw…hh.. ,…lebih ce…aaahhhh! ”

    “Tenang aja, manisku…ohh. ., enak Mbak!”

    “Sss….sama. ..aku juga…ohh.. ohh!”

    Entah sudah berapa lama kami saling bergelut mencari kenikmatan, lambat laun kemaluanku terasa seperti diremas-remas, lalu Ibu Rika mendesah panjang sebelum pelukannya terasa melemah.


    “aku.., sam…,Dik!, …Aaaaakkhhh !” Desahnya Kurasakan momen ini yang ternikmat dari bagian-bagian sebelumnya, maka sebelum remasn-remasan itu mengendur, kupercepat gerakanku dan kurasakan panas tubuhku meningkat sebelum ada sesuatu yang berdesir dari seluruh bagian tubuhku untuk segera berebut keluar lewat kemaluanku yang membuatku bergetar hebat dengan memeluk tubuh Ibu Rika lebih erat lagi

    “Ohhh..ohh.. ..!” Desahku tak lama kemudian saya bergulir di samping Ibu Rika mencoba mengatur nafas, sementara dia terpejam dengan ritme nafas yang tak beraturan juga.

    Kemaluan ku masih tegak berdiri berkilat-kilat diselimuti cairan-cairan licin sebelum lemas Setelah beberapa saat, nafasku pulih kembali, kubelai rambut Ibu Rika. Dia tersenyum padaku.

    “Makasih, Mbak! Enak sekali tadi” Kataku tersenyum

    “Sama-sama,Dik! Hebat sekali kamu tadi, padahal baru pertama, ya! ” jawabnya Ibu Rika mencoba duduk, kulihat cairan spermaku meleleh keluar dari lipatan memeknya yang lalu di usapnya dengan selimut.

    “Saya keluarkan di dalam tadi, Mbak! habis enak dan nggak bisa nahan lagi, nggak jadi anak khan nanti?” Tanyaku

    “Enggak, santai saja, sayang!” Katanya manja sambil mencium pipiku

    “Emm..,Mbak! ” Tanyaku

    “Apa sayang?” Jawabnya

    “Kapan-kapan boleh minta lagi, nggak?” “Anytime, anywhere, honey!” Katanya sambil memelukku dan melumat bibirku.


    Dan sehabis kejadian tersebut selang seminggu saya mendapatkan keistimewaan dari ibu Rika untuk mengexplore berbagai gaya dan sampai sekarang pun saya bisa mengajak ibu Rika untuk bercinta , walau pada mulanya saya tertarik dengan anaknya yang cantik itu, tapi tak apalah buat pengalaman juga mendapat pembelajaran dari yang lebih berpengalaman.

  • Kisah Memek Sensasi Menikmati Mertuaku

    Kisah Memek Sensasi Menikmati Mertuaku


    2334 views

    Duniabola99.com – Mertuaku adalah seorang janda dengan kulit yang putih, cantik, lembut, dan berwajah keibu ibuan, dia selalu mengenakan kebaya jika keluar rumah. Dan mengenakan daster panjang bila didalam rumah, dan rambutnya dikonde keatas sehingga menampakkan kulit lehernya yang putih jenjang.


    Sebenarnya semenjak aku masih pacaran dengan anaknya, aku sudah jatuh cinta padanya Aku sering bercengkerama dengannya walaupun aku tahu hari itu pacarku kuliah. Diapun sangat baik padaku, dan aku diperlakukan sama dengan anak anaknya yang lain. Bahkan tidak jarang bila aku kecapaian, dia memijat punggungku.

    Setelah aku kawin dengan anaknya dan memboyong istriku kerumah kontrakanku, mertuaku rajin menengokku dan tidak jarang pula menginap satu atau dua malam. Karena rumahku hanya mempunyai satu kamar tidur, maka jika mertuaku menginap, kami terpaksa tidur bertiga dalam satu ranjang. Biasanya Ibu mertua tidur dekat tembok, kemudian istri ditengah dan aku dipinggir. Sambil tiduran kami biasanya ngobrol sampai tengah malam, dan tidak jarang pula ketika ngobrol tanganku bergerilya ketubuh istriku dari bawah selimut, dan istriku selalu mendiamkannya.

    Bahkan pernah suatu kali ketika kuperkirakan mertuaku sudah tidur, kami diam diam melakukan persetubuhan dengan istriku membelakangiku dengan posisi agak miring, kami melakukankannya dengan sangat hati hati dan suasana tegang. Beberapa kali aku tepaksa menghentikan kocokanku karena takut membangunkan mertuaku. Tapi akhirnya kami dapat mengakhirinya dengan baik aku dan istriku terpuaskan walaupun tanpa rintihan dan desahan istriku.

    Suatu malam meruaku kembali menginap dirumahku, seperti biasa jam 21.00 kami sudah dikamar tidur bertiga, sambil menonton TV yang kami taruh didepan tempat tidur. Yang tidak biasa adalah istriku minta ia diposisi pinggir, dengan alasan dia masih mondar mandir kedapur. Sehingga terpaksa aku menggeser ke ditengah walaupun sebenarnya aku risih, tetapi karena mungkin telalu capai, aku segera tidur terlebih dahulu.


    Aku terjaga pukul 2.00 malam, layar TV sudah mati. ditengah samar samar lampu tidur kulihat istriku tidur dengan pulasnya membelakangiku, sedangkan disebelah kiri mertuaku mendengkur halus membelakangiku pula. Hatiku berdesir ketika kulihat leher putih mulus mertuaku hanya beberapa senti didepan bibirku, makin lama tatapan mataku mejelajahi tubuhnya, birahiku merayap melihat wanita berumur yang lembut tergolek tanpa daya disebelahku..

    Dengan berdebar debar kugeser tubuhku kearahnya sehingga lenganku menempel pada punggungnya sedangkan telapak tanganku menempel di bokong, kudiamkan sejenak sambil menunggu reaksinya. Tidak ada reaksi, dengkur halusnya masih teratur, keberanikan diriku bertindak lebih jauh, kuelus bokong yang masih tertutup daster, perlahan sekali, kurasakan birahiku meningkat cepat. Penisku mulai berdiri dan hati hati kumiringkan tubuhku menghadap mertuaku.

    Kutarik daster dengan perlahan lahan keatas sehingga pahanya yang putih mulus dapat kusentuh langsung dengan telapak tanganku. Tanganku mengelus perlahan kulit yang mulus dan licin, pahanya keatas lagi pinggulnya, kemudian kembali kepahanya lagi, kunikmati sentuhan jariku inci demi inci, bahkan aku sudah berani meremas bokongnya yang sudah agak kendor dan masih terbungkus CD.

    Tiba tiba aku dikejutkan oleh gerakan mengedut pada bokongnya sekali, dan pada saat yang sama dengkurnya berhenti.
    Aku ketakutan, kutarik tanganku, dan aku pura pura tidur, kulirik mertuaku tidak merubah posisi tidurnya dan kelihatannya dia masih tidur. Kulirik istriku, dia masih membelakangiku, Penisku sudah sangat tegang dan nafsu birahiku sudah tinggi sekali, dan itu mengurangi akal sehatku dan pada saat yang sama meningkatkan keberanianku.

    Setelah satu menit berlalu situasi kembali normal, kuangkat sarungku sehingga burungku yang berdiri tegak dan mengkilat menjadi bebas, kurapatkan tubuh bagian bawahku kebokong mertuaku sehingga ujung penisku menempel pada pangkal pahanya yang tertutup CD. Kenikmatan mulai menjalar dalam penisku, aku makin berani, kuselipkan ujung penisku di jepitan pangkal pahanya sambil kudorong sedikit sedikit, sehingga kepala penisku kini terjepit penuh dipangkal pahanya, rasa penisku enak sekali, apalagi ketika mertuaku mengeser kakinya sedikit, entah disengaja entah tidak.


    Tanpa meninggalkan kewaspadaan mengamati gerak gerik istri, kurangkul tubuh mertuaku dan kuselipkan tanganku untuk meremas buah dadanya dari luar daster tanpa BH. Cukup lama aku melakukan remasan remasan lembut dan menggesekan gesekkan penisku dijepitan paha belakangnya. Aku tidak tahu pasti apakah mertuaku masih terlelap tidur atau tidak tapi yang pasti kurasakan puting dibalik dasternya terasa mengeras. Dan kini kusadari bahwa dengkur halus dari mertuaku sudah hilang.., kalau begitu..pasti ibuku mertuaku sudah terjaga..? Kenapa diam saja? kenapa dia tidak memukul atau menendangku, atau dia kasihan kepadaku? atau dia menikmati..? Oh.. aku makin terangsang.

    Tak puas dengan buah dadanya, tanganku mulai pindah keperutnya dan turun keselangkangannya, tetapi posisinya yang menyebabkan tangan kananku tak bisa menjangkau daerah sensitifnya. Tiba tiba ia bergerak, tangannya memegang tanganku, kembali aku pura pura tidur tanpa merrubah posisiku sambil berdebar debar menanti reaksinya. Dari sudut mataku kulihat dia menoleh kepadaku, diangkatnya tanganku dengan lembut dan disingkirkannya dari tubuhnya, dan ketika itupun dia sudah mengetahui bahwa dasternya sudah tersingkap sementara ujung penisku yang sudah mengeras terjepit diantara pahanya.
    Jantungku rasanya berhenti menunggu reaksinya lebih jauh. Dia melihatku sekali lagi, terlihat samar samar tidak tampak kemarahan dalam wajahnya, dan ini sangat melegakanku .

    Dan yang lebih mengejutkanku adalah dia tidak menggeser bokongnya menjauhi tubuhku, tidak menyingkirkan penisku dari jepitan pahanya dan apalagi membetulkan dasternya. Dia kembali memunggungiku meneruskan tidurnya, aku makin yakin bahwa sebelumnya mertuaku menikmati remasanku di payudaranya, hal ini menyebabkan aku berani untuk mengulang perbuatanku untuk memeluk dan meremas buah dadanya. Tidak ada penolakan ketika tanganku menyelusup dan memutar mutar secara lembut langsung keputing teteknya melalui kancing depan dasternya yang telah kulepas. Walaupun mertuaku berpura pura tidur dan bersikap pasif, tapi aku dengar nafasnya sudah memburu.

    Cukup lama kumainkan susunya sambil kusodokkan kemaluanku diantara jepitan pahanya pelan pelan, namun karena pahanya kering, aku tidak mendapat kenikmatan yang memadai, Kuangkat pelan pelan pahanya dengan tanganku, agar aku penisku terjepit dalam pahanya dengan lebih sempurna, namun dia justru membalikkan badannya menjadi terlentang, sehingga tangannya yang berada disebelah tangannya hampir menyetuh penisku, bersamaan dengan itu tangan kirinya mencari selimutnya menutupi tubuhnya. Kutengok istri yang berada dibelakangku, dia terlihat masih nyenyak tidurnya dan tidak menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi diranjangnya.


    Kusingkap dasternya yang berada dibawah selimut, dan tanganku merayap kebawah CDnya. Dan kurasakan vaginanya yang hangat dan berbulu halus itu sudah basah. Jari tanganku mulai mengelus, mengocok dan meremas kemaluan mertuaku. Nafasnya makin memburu sementara dia terlihat berusaha untuk menahan gerakan pinggulnya, yang kadang kadang terangkat, kadang mengeser kekiri kanan sedikit. Kunikmati wajahnya yang tegang sambil sekali kali menggigit bibirnya. Hampir saja aku tak bisa menahan nafsu untuk mencium bibirnya, tapi aku segera sadar bahwa itu akan menimbulkan gerakan yang dapat membangunkan istriku.

    Setelah beberapa saat tangan kanannya masih pasif, maka kubimbing tangannya untuk mengelus elus penisku, walaupun agak alot akhirnya dia mau mengelus penisku, meremas bahkan mengocoknya. Agak lama kami saling meremas, mengelus, mengocok dan makin lama cepat, sampai kurasakan dia sudah mendekati puncaknya, mertuakan membuka matanya, dipandanginya wajahku erat erat, kerut dahinya menegang dan beberapa detik kemudian dia menghentakkan kepalanya menengadah kebelakang. Tangan kirinya mencengkeram dan menekan tanganku yang sedang mengocok lobang kemaluannya. Kurasakan semprotan cairan di pangkal telapak tanganku. Mertuaku mencapai puncak kenikmatan, dia telah orgasme. Dan pada waktu hampir yang bersamaan air maniku menyemprot kepahanya dan membasahi telapak tangannya. Kenikmatan yang luar biasa kudapatkan malam ini, kejadianya begitu saja terjadi tanpa rencana bahkan sebelumnya membayangkanpun aku tidak berani.

    Sejak kejadian itu, sudah sebulan lebih mertuaku tidak pernah menginap dirumahku, walaupun komunikasi dengan istriku masih lancar melalui telpon. Istriku tidak curiga apa apa tetapi aku sendiri merasa rindu, aku terobsesi untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kucoba beberapa kali kutelepon, tetapi selalu tidak mau menerima. Akhirnya setelah kupertimbangkan maka kuputuskan aku harus menemuinya.

    Hari itu aku sengaja masuk kantor separo hari, dan aku berniat menemuinya dirumahnya, sesampai dirumahnya kulihat tokonya sepi pengunjung, hanya dua orang penjaga tokonya terlihar asik sedang ngobrol. Tokonya terletak beberapa meter dari rumah induk yang cukup besar dan luas. Aku langsung masuk kerumah mertuaku setelah basa basi dengan penjaga tokonya yang kukenal dengan baik. Aku disambut dengan ramah oleh mertuaku, seolah olah tidak pernah terjadi sesuatu apa apa, antara kami berdua, padahal sikapku sangat kikuk dan salah tingkah.

    “Tumben tumbenan mampir kesini pada jam kantor?”
    “Ya Bu, soalnya Ibu nggak pernah kesana lagi sih”
    Mertuaku hanya tertawa mendengarkan jawabanku
    “Ton. Ibu takut ah.. wong kamu kalau tidur tangannya kemana mana.., Untung istrimu nggak lihat, kalau dia lihat.. wah.. bisa berabe semua nantinya..”
    “Kalau nggak ada Sri gimana Bu..?” tanyaku lebih berani.
    “Ah kamu ada ada saja, Memangnya Sri masih kurang ngasinya, koq masih minta nambah sama ibunya.”
    “Soalnya ibunya sama cantiknya dengan anaknya” gombalku.
    “Sudahlah, kamu makan saja dulu nanti kalau mau istirahat, kamar depan bisa dipakai, kebetulan tadi masak pepes” selesai berkata ibuku masuk ke kamarnya.


    Aku bimbang, makan dulu atau menyusul mertua kekamar. Ternyata nafsuku mengalahkan rasa lapar, aku langsung menyusul masuk kekamar, tetapi bukan dikamar depan seperti perintahnya melainkan kekamar tidur mertuaku. Pelan pelan kubuka pintu kamarnya yang tidak terkunci, kulihat dia baru saja merebahkan badannya dikasur, dan matanya menatapku, tidak mengundangku tapi juga tidak ada penolakan dari tatapannya. Aku segera naik keranjang dan perlahan lahan kupeluk tubuhnya yang gemulai, dan kutempelkan bibirku penuh kelembutan. Mertuaku menatapku sejenak sebelum akhirnya memejamkan matanya menikmati ciuman lembutku. Kami berciuman cukup lama, dan saling meraba dan dalam sekejap kami sudah tidak berpakaian, dan nafas kami saling memburu. Sejauh ini mertuaku hanya mengelus punggung dan kepalaku saja, sementara tanganku sudah mengelus paha bagian dalam. Ketika jariku mulai menyentuh vaginanya yang tipis dan berbulu halus, dia sengaja membuka pahanya lebar lebar, hanya sebentar jariku meraba kemaluanya yang sudah sangat basah itu, segera kulepas ciumanku dan kuarahkan mulutku ke vagina merona basah itu.

    Pada awalnya dia menolak dan menutup pahanya erat erat.
    “Emoh.. Ah nganggo tangan wae, saru ah.. risih..” namun aku tak menghiraukan kata katanya dan aku setengah memaksa, akhirnya dia mengalah dan membiarkan aku menikmati sajian yang sangat mempesona itu, kadang kadang kujilati klitorisnya, kadang kusedot sedot, bahkan kujepit itil mertuaku dengan bibirku lalu kutarik tarik keluar.
    “Terus nak Ton.., Enak banget.. oh.. Ibu wis suwe ora ngrasakke penak koyo ngene sstt”
    Mertuaku sudah merintih rintih dengan suara halus, sementara sambil membuka lebar pahanya, pinggulnya sering diangkat dan diputar putar halus. Tangan kiriku yang meremas remas buah dadanya, kini jariku sudah masuk kedalam mulutnya untuk disedot sedot.

    Ketika kulihat mertuaku sudah mendekati klimax, maka kuhentikan jilatanku dimemeknya, kusodorkan kontolku kemulutnya, tapi dia membuang muka kekiri dan kekanan, mati matian tidak mau mengisap penisku. Dan akupun tidak mau memaksakan kehendak, kembali kucium bibirnya, kutindih tubuhnya dan kudekap erat erat, kubuka leber lebar pahanya dan kuarahkan ujung penisku yang mengkilat dibibr vaginanya.


    Mertuaku sudah tanpa daya dalam pelukanku, kumainkan penisku dibibir kemaluannya yang sudah basah, kumasukkan kepala penis, kukocok kocok sedikt, kemudian kutarik lagi beberapa kali kulakukan.
    “Enak Bu?”
    “He eh, dikocok koyo ngono tempikku keri, wis cukup Ton, manukmu blesekno sin jero..”
    “Sekedap malih Bu, taksih eco ngaten, keri sekedik sekedik”
    “Wis wis, aku wis ora tahan meneh, blesekno sih jero meneh Ton oohh.. ssttss.. Ibu wis ora tahan meneh, aduh enak banget tempikku” sambil berkata begitu diangkatnya tinggi tinggi bokongnya, bersamaan dengan itu kumasukkan kontolku makin kedalam memeknya sampai kepangkalnya, kutekan kontolku dalam dalam, sementara Ibu mertuaku berusaha memutar mutar pinggulnya, kukocokkan penisku dengan irama yang tetap, sementara tubuhnya rapat kudekap, bibirku menempel dipipinya, kadang kujilat lehernya, ekspresi wajahnya berganti ganti. Rupanya Ibu anak sama saja, jika sedang menikmati sex mulutnya tidak bisa diam, dari kata jorok sampai rintihan bahkan mendekati tangisan.

    Ketika rintihannya mulai mengeras dan wajahnya sudah diangkat keatas aku segera tahu bahwa mertua akan segera orgasme, kukocok kontolku makin cepat.
    “Ton..aduh aduh.. Tempikku senut senut, ssttss.. Heeh kontolmu gede, enak banget.. Ton aku meh metu.. oohh.. Aku wis metu..oohh.”

    Mertuaku menjerit cukup keras dan bersamaan dengan itu aku merasakan semprotan cairan dalam vaginanya. Tubuhnya lemas dalam dekapanku, kubiarkan beberapa menit untuk menikmati sisa sisa orgasmenya sementara aku sendiri dalam posisi nanggung.
    Kucabut penisku yang basah kuyup oleh lendirnya memekknya, dan kusodorkan ke mulutnya, tapi dia tetap menolak namun dia menggegam penisku untuk dikocok didepan wajahnya. Ketika kocokkannya makin cepat, aku tidak tahan lagi dan muncratlah lahar maniku kewajahnya.


    Siang itu aku sangat puas demikian juga mertuaku, bahkan sebelum pulang aku sempat melakukannya lagi, ronde kedua ini mertuaku bisa mengimbangi permainanku, dan kami bermain cukup lama dan kami bisa sampai mencapai orgasme pada saat yang sama.

  • Kisah Memek Sensasi Ngentot Dengan Mbak Nita Super Sexy

    Kisah Memek Sensasi Ngentot Dengan Mbak Nita Super Sexy


    2578 views

    Duniabola99.com – Bagaimanapun juga setiap aku liat selangkangannya yang di halus gak di tumbuhi sehelai rambutpun juga. Bentuknya gemuk montok, dengan sedikit daging kecil yang sering disebut klitoris sedikit mencuat antara belahan vagina yang montok mengiurkan kejantanan aku. Perlahan lahan aku usap permukaan vagina mbak Nita yang montok itu, sekali kali aku sisipin jari tengah aku tepat ditengah vaginanya dan aku gesek gesekan hingga terkadang menyentuh klitorisnya. Desahan demi desahan akhirnya menyadarkan mbak Nita dari tidurnya yang lelap.
    “mmmm….sssshh…..oooohh, Donn… kok gak bangun mbak sih. Padahal mbak dari tadi tungguin kamu, sampai mbak ketiduran.” Ucap mbak Nita sama aku setelah sadar bahwa vaginanya disodok sodok jari nakal aku. Tapi mbak Nita gak mau kalah, tanpa diminta mbak Nita tahu apa yang aku paling suka.


    Dengan sigap dia menurunkan celana pendek serta celana dalam gue hingga dengkul, karena kejantanan aku sudah mengeras dan menegang dari tadi.
    Mbak Nita langsung mengenggam batang kejantanan aku yang paling ia kagumi semenjak kejadian waktu itu.
    Dijilat jilat dengan sangat lembut kepala kejantanan aku, seakan memanjakan kejantanan aku yang nantinya akan memberikan kenikmatan yang sebentar lagi ia rasakan. Tak sesenti pun kejantanan aku yang gak tersapu oleh lidahnya yang mahir itu. Dikemut kemut kantong pelir aku dengan gemasnya yang terkadang menimbulkan bunyi bunyi “plok.. plok”. Mbak Nita pun gak sungkan sungkan menjilat lubang dubur aku. Kenikmatan yang mbak Nita berikan sangat diluar perkiraan aku malam itu.

    “Mbak….uuuh. enak banget mbak. Trus mbak nikmatin Kontol saya mbak.” Guyam aku yang udah dilanda kenikmatan yang sekarang menjalar.
    Semakin ganas mbak Nita menghisap Kontol aku yang masuk keluar mulutnya, ke kanan kiri sisi mulutnya yang mengesek susunan giginya. Kenikmatan yang terasa sangat gak bisa aku ceritain, ngilu. Hingga akhirnya pangkal unjung Kontol aku terasa ingin keluar.

    “Mbak… Donny mau keluar nih…” sambil aku tahan Kontol aku didalam mulutnya, akhirnya aku muncratin semua sperma didalam mulut mungil mbak Nita yang berbibir tipis itu.
    “Croot… croot… Ohhh… nikmat banget mbak mulut mbak ini, gak kalah sama memekmbak Nita. Namun kali ini mbak Nita tanpa ada penolakan, menerima muncratan sperma aku didalam mulutnya. Menelan habis sperma yang ada didalam mulutnya hingga tak tersisa. Membersihkan sisa sperma yang meleleh dari lubang kencing aku. Tak tersisa setetespun sperma yang menempel di batang Kontol aku. Bagaikan wanita yang kehausan di tengah padang gurun sahara, mbak Nita menyapu seluruh batang Kontol aku yang teralirkan sperma yang sempat meleleh keluar dari lubang kencing aku.


    Lalu dengan lemas aku menindih tubuhnya dan berguling ke sisinya. Merebahkan tubuh aku yang sudah lunglai itu dalam kenikmatan yang baru tadi gue rasakan.
    “Donn… memekmbak blom dapet jatah… mbak masih pengen nih, nikmatin sodokan punya kamu yang berurat panjang besar membengkak itu menyanggah di dalam memekmbak….” pinta mbak Nita sambil memelas. Mengharapkan agar aku mau memberikannya kenikmatan yang pernah ia rasakan sebelumnya.

    “Tenang aja mbak… mbak pasti dapat kenikmatan yang lebih dari pada sebelumnya, karena punya saya lagi lemes, jadi sekarang mbak isep lagi. Terserak mbak pokoknya bikin adik saya yang perkasa ini bangun kembali. Oke.”
    Tanpa kembali menjawab perintah aku. Dengan cekatan layaknya budak seks. Mbak Nita menambil posisi kepalanya tepat di atas Kontol aku, kembali mbak Nita menghisap hisap. Berharap keperkasaan aku bangun kembali. Segala upaya ia lakukan, tak luput juga rambut halus yang tumbuh mengelilingi batang Kontol aku itu dia hisap hingga basah lembab oleh air ludahnya.

    Memang aku akuin kemahiran pembantu aku yang satu ini hebat sekali dalam memanjakan Kontol aku didalam mulutnya yang seksi ini. Alhasil kejantanan aku kembali mencuat dan mengeras untuk siap bertempur kembali.

    aku memberi aba aba untuk memulai ke tahap yang mbak Nita paling suka. Dengan posisi women on top, mbak Nita mengenggam batang Kontol gue. Menuntun menyentuh mem*knya yang dari setadi sudah basah. Kontol aku di gesek gesek terlebih dahulu di bibir permukaan mem*knya. Menyentuh, mengesek dan membelah bibir mem*knya yang mengemaskan. Perlahan Kontol aku menerobos bibir mem*knya yang montok itu. Perlahan lahan Kontol aku seluruhnya terbenam didalam liang kenikmatannya. Goyangan pinggulnya mbak Nita membuat aku nikmat banget. Semakin lama semakin membara pinggul yang dihiasi bongkahan pantat semok itu bergoyang mempermainkan Kontol aku yang terbenam didalam mem*knya.

    “uh… Donn. Punya kamu perkasa banget sih. Nikmat banget….” dengan mimik muka yang merem melek menikmati hujaman Kontol aku ke dalam liang senggamanya.
    “memekmbak Nita juga gak kalah enaknya. Bisa pijit pijit punya saya… memekmbak di apain sih… kok enak banget.”
    “Ih… mau tahu aja. Gak penting diapain. Yang penting kenikmatan yang diberikan sama memekmbak sama kamu Donn….” sahut mbak Nita sambil mencubit pentil tetek aku.

    “Donn… ooohh…. Donn…. mbak mmmmauu kluuuuaaarr… ooohh.” Ujar mbak Nita sambil mendahakkan kepalanya ke atas, berteriak karena mencapai puncak dari kenikmatannya. Dengan lunglai mbak Nita ambruk merebahkan tubunya yang telanjang tepat di atas badan aku. Untung saja posisi kamar mbak Nita jauh dari kamar kamar saudara dan ortu aku. Takutnya teriakan tadi membangunkan mereka dan menangkap basah persetubuhan antara pembantu dengan anak majikannya. Gak kebayang deh jadinya kayak apa.


    Lalu karena aku belum mencapai kenikmatan ini, maka dengan menyuruh mbak Nita mengangkatkan pantatnya sedikit tanpa harus mengeluarkan batang Kontol aku dari dalam liang kenikmatannya. Masih dengan posisi women on top. Kembali kini gue yang menyodok nyodok mem*knya dengan bringas. Sekarang aku gak perduli suara yang keluar dari mulut mbak Nita dalam setiap sodokan demi sodokan yang aku hantam kedalam mem*knya itu.
    “Donn…. kamu kuat banget Donn… aaah… uuuhhh… ssshhhh…. ooohhh…” erangan demi erangan keluar silih berganti bersama dengan keringat yang semakin mengucur di sekujur badan aku dan mbak Nita.

    “Truuuus… Donn… sodok trusss memekmbak Doooonn. Jangan perduliin hantam truuuss.” Erangan mbak Nita yang memerintah semakin membuat darah muda aku semakin panas membara. Sekaligus semakin membuat aku terangsang.

    “Suka saya entot yah mbak… Kontol saya enak’kan… hhmmm.” Tanya aku memancing birahinya untuk semakin meningkat lagi.
    “hhhhhmmmm… suka….sssshhh… banget Donn. Suka banget.” Kembali erangannya yang tertahan itu terdengar bersama dengan nafasnya yang menderu dera karena nafsu birahinya kembali memuncak.
    “Bilang kalau mbak Nita adalah budak seks Donny.” Perintah aku.


    “Mbak budak seks kamu Donn, mbak rela meskipun kamu perkosa waktu itu…. Ohhhh… nikmatnya Kontol kamu ini Donn.”
    Semakin kencang Kontol aku entotin mem*knya mbak Nita. Mungkin seusai pertempuran ranjang ini mem*knya mbak Nita lecet lecet karena sodokan Kontol aku yang tak henti hentinya memberikan ruang untuk istirahat.
    Merasa sebentar lagi akan keluar, maka aku balikkan posisi tubuh mbak Nita dibawah tanpa harus mengeluarkan Kontol yang sudah tertanam rapi didalam mem*knya. aku peluk dia trus aku balikin tubuhnya kembali ke posisi normal orang melakukan hubungan badan.

    aku buka lebar lebar selangkangan mbak Nita dan kembali memompa memekmbak Nita. Terdengar suara suara yang terjadi karena beradunya dua kelamin berlainan jenis. “plok… plok…” semakin kencang terdengar dan semakin cepat daya sodokan yang aku hantam ke dalam liang vaginanya. Terasa sekali bila dalam posisi seperti ini, Kontol aku seperti menyentuh hingga rahimnya. Setiap di ujung hujangan yang aku berikan. Maka erangan mbak Nita yang tertahan itu mengeras.


    Sampai saatnya terasa kembali denyut denyutan yang semula aku rasakan, namun kali ini denyut itu semakin hebat. Seakan telah di ujung helm surga aku. aku tahan gak mau permainan ini cepat cepat usai. Setiap mau mencapai puncaknya. aku pendam dalam dalam Kontol aku di dalam lubang senggamanya mbak Nita.

  • Kisah Memek Sensasi Sinto

    Kisah Memek Sensasi Sinto


    2068 views

    Duniabola99.com – Mungkin libidoku yang tinggi atau apa aku sendiri tidak tahu. Sejak menikah, hubunganku dengan Hariono sudah tidak baik. Hariono adalah tipe anak Mama. Setelah kami menikah aku diboyong ke rumah orang tuanya. Di rumah tersebut aku merasa tidak betah karena Mama Hariono yang cerewet dan selalu membela anaknya dari pada peduli terhadap diriku. Sehingga ringkas cerita tak lama usia perkawinan kami.

    Aku pun pulang ke rumah kedua orang tuaku. Suamiku tetap tinggal bersama orang tuanya karena kami masing-masing berkeras untuk mempertahankan ego dan pendapat kami. Namun hubungan suami istri tetap berlangsung hingga kami dikarunia 3 orang anak. Terkadang hubungan kami lakukan di rumah Hariono, terkadang kami lakukan di rumah orang tuaku. Tak jarang kami lakukan di hotel tatkala Hariono memiliki uang lebih, karena sebenarnya Hariono tidak memiliki penghasilan selain bergantung dari pemberian orang tuanya.

    Dan aku pun hidup bersama ke-3 anakku dari kedua orang tuaku juga. Ini berlangsung bertahun-tahun hingga saat ini. Kehidupan macam ini kusadari tidak baik namun aku pun tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin beginilah garis hidupku. Celakanya Hariono bukanlah tipe lelaki yang setia. Di luar sepengetahuanku, dia sering berganti perempuan. Hingga pernah suatu hari seorang teman baikku memergoki suamiku sedang intim dengan Merry yang juga sahabatku. Mereka berhubungan hingga di atas tempat tidur. Laporan yang sampai ke telingaku ini juga sempat kubuktikan saat Hariono sedang check in di sebuah hotel bersama Merry, karena diam-diam kubuntuti dari belakang sepak terjang mereka mulai saat Hariono menjemput Merry di rumahnya hingga mereka berangkulan mesra memasuki kamar di sebuah hotel.

    Dengan demikian jatah Hariono meniduriku jadi berkurang. Biasanya kami bisa melakukan 3 kali seminggu. Akhir-akhir ini paling banyak hanya seminggu sekali Hariono mengajakku making love. Itu pun atas inisiatif dariku dan tak jarang ia lakukan secara terburu-buru karena harus dilakukan di atas mobilnya. Hal ini terus terang membuatku sangat tersiksa karena kehausan akan permainan sex yang selalu kudambakan.


    Untuk mencapai hasrat yang kuinginkan, sering kulakukan dengan masturbasi di rumah. Kulakukan di kamar tidur atau di kamar mandi yang ada di dalam kamar tidurku. Aku memang tidur sendirian karena ke-3 anakku setiap hari selalu bersama kedua orang tuaku. Memang sejak aku kembali ke rumah orang tuaku, anak-anakku praktis menjadi milik ibuku yang sangat mencintai cucu-cucunya.

    Walau aku sudah memiliki 3 momongan, body dan penampilanku tetap bagaikan seorang gadis. Apa lagi usiaku yang relatif sangat muda. Bahkan tidak seorangpun percaya kalau aku sudah menikah, apa lagi sudah memiliki anak. Ini merupakan suatu karunia yang luar biasa bagi diriku. Dan yang membuatku lebih bangga lagi, bila aku sedang jalan di Mall, selalu kurasakan banyak mata nakal memandangku penuh arti dan tak jarang mereka juga berani menggodaku. Aku merasakan nikmat saat itu. Apa lagi kalau ada cowok ganteng dan macho yang berani menggangguku. Hatiku terasa sangat sejuk sekali. Akibatnya tak jarang saat aku pulang, kubayangkan wajah laki-laki di mall tadi sambil melakukan masturbasi. Kuusap sendiri vagina, klitorisku dan kumainkan jari lentikku ke dalam lubang vaginaku hingga aku mengalami klimaks yang luar biasa.

    Pada suatu saat, tanpa sengaja aku berkenalan dengan seorang cowok yang usianya jauh di atas usiaku. Sebut saja Sinto yang berusia 40 tahun. Sinto sudah memiliki keluarga dan berpenghasilan cukup, bahkan merupakan salah seorang tokoh masyarakat di kotaku. Aku tidak akan menceritakan kisah perkenalanku dengan Sinto. Ringkas ceritanya kami telah sering berkirim SMS. Sinto yang selalu meneleponku karena selain menghemat pulsaku, juga demi menjaga hubungan Sinto dengan keluarganya.


    Sinto orangnya dewasa sekali, demikian juga tutur katanya. Orangnya juga cukup ganteng bila dibandingkan dengan Hariono. Yang jelas postur tubuh Sinto lebih atletis. Maklum, dia juga mantan olahragawan. Terus terang sosok Sinto sudah merasuki tubuh dan kehidupanku. Sering kubayangkan Sinto saat masturbasi. Saat itu kami belum pernah melakukan hubungan sex karena Sinto pandai menghargaiku, tidak seperti laki-lain yang langsung mengarah ke hal yang satu itu. Hal ini justru menyiksa batinku yang memang sebenarnya sudah haus akan sex.
    Semakin hari SMS dari Sinto sudah mulai menjurus ke arah sana. Mulai dari menanyakanku sedang apa, pakai baju apa dan sebagainya. Saat itu kujawab sejujurnya melalui SMS bahwa aku sedang horny di kamar.

    Kuceritakan keadaanku dengan sejujurnya bahwa aku baru saja selesai mandi, tubuhku bugil hanya dibalut kimono tipis saat itu. Dan Sinto membalas SMS-ku yang mulai menjurus ke arah yang jorok namun aku tidak tersinggung bahkan justru menikmatinya, karena terus terang hal ini telah lama kunanti-nantikan. Sinto membalas SMS-ku dengan mengatakan bahwa ia jadi terangsang saat membayangkan seandainya saat ini dia berada di sampingku saat aku berada dalam posisi seperti saat ini. Sinto mengatakan via SMS bahwa hal yang akan dilakukannya adalah menciumku, mengulum bibirku, menjilat telingaku, leherku rata ke bawah hingga payudaraku, kemudian menjilat serta menghisap putingku secara bergantian.

    Sambil membaca SMS Sinto, aku membayangkan kata-katanya sambil tanganku yang satu mulai meraba serta meremas-remas payudaraku. Akibatnya bibir kemaluanku pun mulai basah karena cairan hangat mulai mengalir deras dari liang vaginaku. Pada SMS berikutnya, Sinto mengatakan bahwa jilatannya akan terus turun menjelajah perut hingga pusarku dan dia tidak akan melewati sejengkal pun tubuh mulusku yang memang telah lama ia idam-idamkan. Jilatannya akan terus berlanjut ke bawah hingga kedua belah pahaku, lututku hingga seluruh jari-jari dan telapak kakiku. Bersamaan dengan itu aku juga melakukan rabaan dan belaian pada tubuhku sesuai dengan isi SMS Sinto. Aku hanya dapat mengerang karena dari liang vaginaku dapat kurasakan cairan bening yang terus mengalir deras membasahi sprei tempat tidurku. Kimono yang kukenakan pun sudah awut-awutan hingga akhirnya kulepaskan sekalian hingga aku pun dalam keadaan bugil tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhku.


    Ingin rasanya aku meremas dan mengusap vaginaku yang sudah terasa sangat gatal menanti belaian. Namun aku bertahan hingga mengikuti alur cerita Sinto yang dikirim melalui SMS. SMS berikutnya, Sinto menyampaikan bahwa ia meneruskan jilatan lidahnya naik ke pahaku hingga bagian dalam selangkanganku. Lidahnya akan menjelajah bibir vaginaku. Dan saat itu jari-jari tanganku pun menjelajah ke vaginaku. Jariku mengelus lembut bibir vaginaku. Sungguh tak tak dapat kulukiskan dengan kata-kata kenikmatan yang luar biasa melanda diriku, hingga aku melenguh bagaikan seekor sapi..

    “Ooouuhh.. Uuhh! Aahh..! Clep..! Sleep..!”

    Bersahutan antara suara lenguhanku dengan suara kecipak vaginaku. Akupun mengalami orgasme yang luar biasa hanya dengan khayalanku bersama SMS dari Sinto. Rupanya Sinto masih mengirim SMS-nya bahwa ia akan menjilati klitorisku, menggigit kecil dan menghisap habis cairan yang mengalir dari dalam vaginaku.
    Kubalas SMS Sinto dengan menyampaikan sejujurnya apa saja yang kulakukan saat membaca SMS-nya dan juga kuceritakan sejujurnya bahwa aku telah mengalami orgasme dan sensasi yang luar biasa. Selanjutnya Sinto meneleponku dan mengajakku untuk bertemu. Dia berjanji akan memberikan kenikmatan yang nyata bagi diriku. Terus terang hatiku berdebar karena selama ini kami belum pernah mengobrol sejauh itu dan aku pun belum pernah melakukan hubungan sex dengan orang lain selain dengan Hariono, namun ajakan Sinto untuk bertemu kusetujui. Kami berjanji besok pagi bertemu di sebuah hotel berbintang tertua di kotaku. Sayangnya hotel tersebut saat ini sudah tutup karena pailit dan baru akan direnovasi setelah mendapat investor baru.

    Keesokan harinya kami pun bertemu di hotel M. Rupanya Sinto sudah memesan kamar. Jadi kami pun tidak perlu berlama-lama di lobby hotel dan langsung masuk ke kamar. Dalam kamar, Sinto langsung mencium dan melumat bibirku. Kubalas pagutannya dengan liar karena aku memang sudah sangat haus dan sangat mendambakannya. Tangan Sinto meremas bongkahan pantatku. Aku pun tak ketinggalan melepas kancing bajunya. Tak berapa lama kami pun sudah hampir telanjang bulat. Sinto hanya mengenakan CD dan aku pun hanya menggunakan setelan BH dan CD mini berenda yang berwarna hitam.


    Melihat apa yang kukenakan saat ini, Sinto sepertinya bertambah nafsu. Batang kemaluannya yang cukup besar tersembul dari CD warna putihnya yang segera kuperosotkan dan kuremas batang kemaluannya yang sudah membesar sejak tadi. Ukuran panjangnya normal tapi diameter dan kekerasannya luar biasa menurutku. Batang kemaluan laki-laki yang panjang sering kulihat di BF, tapi batang kemaluan sebesar ini belum pernah kulihat, memang luar biasa.

    Sinto pun mulai melakukan serangan dengan bibir dan lidahnya sesuai dengan janjinya kemarin. Kalau kemarin dia hanya menyampaikannya via SMS, saat ini langsung dia praktekkan ke tubuhku. Mulai dari bibir, telinga, leher hingga kedua payudaraku habis dilalapnya. Memang Sinto sangat piawai melakukan hal ini karena tanpa kusadari BH-ku sudah terlepas sejak tadi. Mungkin aku terlalu menikmati jilatannya sambil tanganku terus meremas dan mengocok batang kemaluannya hingga aku tidak sadar saat BH-ku terlepas.

    Semua ini kami lakukan sambil berdiri hingga kakiku terasa lumpuh dan tubuhku mulai gontai bagaikan ingin pingsan sampai saatnya Sinto membopong tubuhku ke tempat tidur sambil terus melakukan jilatan sensasionalnya hingga ke tubuh bagian bawahku. Tangan kirinya tetap meremas payudaraku. Mulutnya menjelajah ke perutku sambil sesekali lidahnya menjulur di pusarku. Tangan kanannya memerosotkan CD miniku hingga ke lutut dan diteruskannya dengan kedua kakiku hingga aku benar-benar bugil tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh molekku.


    Kami telah benar-benar bugil saat lidah Sinto menjelajah terus ke bawah pahaku. Dijilatinya terus hingga ke jari dan telapak kakiku bergantian kiri dan kanan, hingga entah berapa banyak sudah cairan hangat yang mengalir deras dari dalam liang vaginaku saat itu. Aku pun merasakan sensasi dan kenikmatan yang luar biasa. Aku tak kuasa lagi meremas batang kemaluan Sinto. Kedua tanganku telentang meremas bantal dan sprei di sekelilingku sambil tubuhku menggeliat bagaikan ular di padang pasir kepanasan.

    Sementara itu bibir dan lidah Sinto terus bergeriliya menelusuri pahaku hingga belahan paha bagian dalam. Naik sedikit ke arah selangkanganku, sesekali lidahnya menyentuh bibir vaginaku sehingga cairan hangat dari dalam lubang kenikmatanku mengalir tak terbendung. Sinto tahu dan merasakan itu. Dan langsung dibenamkan mulutnya di vaginaku seakan tak rela cairan itu mengalir merembes ke sprei dengan sia-sia. Dihisap dan ditelannya semua cairan yang ada.

    Bibir vaginaku dan bibir Sinto saling menempel hingga lubang vaginaku berhadap-hadapan dengan mulut Sinto, seakan dua buah ujung selang karet yang saling menempel. Disedotnya semua cairan yang ada dan yang mengalir keluar hingga seakan liang vaginaku disedot vaccum cleaner. Belum cukup sampai di situ, lidah Sinto terus dijulurkannya dan menari-nari di klitorisku dan sesekali lidahnya dijulurkan memasuki liang vagina dan menyentuh dinding vaginaku, hingga aku pun mengalami orgasme, mungkin yang kedua karena saat orgasme yang pertama tadi kurasakan saat jilatan Sinto menyentuh bibir vaginaku. Saat ini jiwaku seakan sudah melayang ke langit ke tujuh. Desahanku sudah meracau sangat keras sambil tanganku meremas dan menjambak rambut kepala Sinto.


    Selesai dengan jilatannya, Sinto pun kembali mencium bibirku sambil batang kemaluannya diarahkannya ke bibir vaginaku. Didorong-dorongkannya pelan, tapi karena vaginaku sudah mengalami lubrikasi sejak tadi maka tanpa kesulitan batang kemaluan Sinto yang mirip rudal itu langsung dengan mudahnya bisa masuk ke dalam lubang vaginaku yang nampaknya sudah menganga lebar saat kubuka pahaku lebar-lebar dan aku mengalami kenikmatan yang luar biasa dan entah berapa kali aku mengalami orgasme lagi selama permainan ini, hingga akhirnya aku dan Sinto mencapai orgasme yang bersamaan.

  • Kisah Memek Sensual Seksku Yang Penuh Pesona

    Kisah Memek Sensual Seksku Yang Penuh Pesona


    2603 views

    Duniabola99.com – Aku sering menjumpai lelaki atau perempuan yang memiliki daya tarik dan pesona seksual yang sangat luar biasa. Dalam kenyataannya mereka tidak selalu cantik atau tampan. Juga tak pandang tua atau muda, pendek atau jangkung, kurus atau gemuk. Juga tidak karena status sosial, seperti kaya atau miskin, terpelajar atau pengangguran, karyawan tinggi atau sekedar satpam. Secara tampak nampaknya biasa-biasa saja. Aku juga nggak ngerti kenapa dan dimana penyebab pesonanya itu. Apabila kebetulan ketemu type macam itu rasanya apapun polah tingkahnya sangat sedap dipandang mata.


    Bisa diumpamakan kalau lelaki macam Ryan Hidayat yang pemain sinetron dan bintang iklan atau kalau perempuan macam Ike Nurjanah penyanyi dangdut yang kebetulan sangat ‘macan’, manis dan cantik itu. Sangat erotik rasanya ‘ditaklukkan’ oleh lelaki ataupun perempuan macam itu untuk kemudian melayani dan menjadi budaknya.

    Akan kuciumi sepatu dan kaos kakinya. Akan kucuci celana dalamnya dengan ludahku hingga larutan sisa kencing atau keringatnya larut dan bisa kutelan kembali. Aku akan rela menceboki lubang-lubang pembuangannya sebagai tugas setiap pagiku. Aku akan memandikannya dengan jilatan-jilatan lidahku hingga tak tersisa noda barang sedikitpun pada semua celah-celah tubuhnya.

    Pada orang macam ini apapun yang keluar dari dia rasanya nikmat untuk kita lahap. Aku akan serta merta telan apabila dia membuang ludah ke mulutku. Aku akan menjilati lubang tainya hingga tak ada yang Tersisa. Aku akan minum kencingnya. Aku akan sodorkan mukaku kemudian membuka mulutku untuk menampung kencingnya yang kuning pekat. Aku bisa mencuci mukaku pula dengan cairannya itu.

    Di kompleks rumahku adalah seorang Randi, pemuda 21 tahun, pengangguran jebolan SMU3, tingginya 182 cm dan berat badannya 68 kg. Jangkung dan langsing. Rambutnya yang lurus selalu terurai bergaya Bon Jovi. Pakaiannya itu-itu juga, kaos oblong lusuh, terkadang dibungkus jeans kumel. Nexiabet

    Celana Khaki. Kerjanya luntang lantung, jalan sana jalan sini. Berdasarkan apa yang sering dialaminya Randi sadar banget bahwa banyak cewek bahkan juga cowok yang naksir berat padanya.

    Sejak masih di SMU dia sudah sering diajak tidur sama teman-teman ceweknya. Bahkan Bu gurunya, Bu Endang, sangat tergila-gila padanya. Walaupun belum habis 3 bulan menikah Bu Endang pernah nekad mengajak Randi tidur di rumahnya saat suaminya tugas ke luar kota.

    Bu gurunya itu bilang bahwa ada mata pelajaran yang harus diulangi dan mesti dikerjakan di rumahnya. Dan semalaman itu Bu Endang berhasil melampiaskan kerinduan syahwatnya pada Randi. Saat waktunya pulang tak ada bagian tubuh Randi yang tanpa cupang-cupang bekas sedotan bibir Bu Endang. Pada kesempatan di bawah nanti biarlah Randi juga menceritakan apa yang dialaminya bersama Bu gurunya itu.


    Randi tingal di kompleks Perumahan Sederhana Pondok Permai Jakarta Barat. Di tempat itu, dia sangat didambakan oleh para gadis dan janda muda dan walaupun tidak selalu nampak terang-terangan para Ibu-ibu muda maupun setengah tua juga mengimpikan untuk memandikan dengan lidah dan bibir-bibir mereka yang mungil-mungil itu. Dari cara mereka memandang Randi pada saat berpapasan atau Kebetulan lewat di depan rumahnya nampak mereka dipenuhi khayalan seandainya bisa bertelanjang Berasyik masyuk bersama Randi pada suatu ketika nanti.

    Diantara ibu-ibu itu adalah Tante Wenny. Dia perempuan asal Sukabumi yang sangat jelita. Kulitnya kuning langsat. Perawakannya langsing. Mungkin sekitar 165 cm-an. Usianya yang sekitar 42 tahun Namun nampaknya ada 10 tahun lebih muda. Suaminya, Oom Darto adalah karyawan di sebuah pabrik sepatu di Cilincing yang setiap hari pulang kerja hingga jam 9 malam. Tentu saja Tante Wenny banyak waktu sepinya. Dia sering membayangkan seandainya bisa ‘kelonan’ dengan Randi.

    Tak jarang pada puncak sepinya dia melakukan masturbasi. Dengan dibantu ketimun Jepang yang hijau gede dan panjang Itu. Dia mengulum-ulum ketimun itu kemudian memasukkannya ke liang vaginanya. Tante Wenny membayangkan seakan kontol Randi sedang dia kulum kemudian ngentot kemaluannya. Dan betapa Puasnya saat menjelang orgasme dia memanggil-manggil dalam bisik dan rintihannya.

    “Acchh.. Randii.. Randii.. Keluarkan pejuhmu ke mulut tantee.. Yaa.. Keluarkan pejuuhhmmuu..”

    Dan akhirnya terjadilah peristiwa itu. Suatu pagi, sekitar jam 9 pagi, dengan sebatang rokok di tangannya Randi jalan melewati rumah Tante Wenny. Saat itu Tante Wenny sedang menyiram dan memindah-mindah Pot tanaman anggrek kesukaannya. Ada pot besar yang dia nggak kuat mengangkatnya. Melihat Perempuan jelita macam Tante Wenny, tanpa diminta dan spontan Randi membantu mengangkat pot itu.

    “Koq ngangkat-angkat sendiri. Irwan mana Tante?” Rando menanyakan Irwan yang sahabatnya dan anak Tante Wenny yang cantik ini.
    “Ah, Irwan mah tahunya beres. Tahu tuh, katanya tadi ke Depok negok kampusnya dan terus main kali”

    Randi dan Irwan adalah teman bermain saat di kompleks. Betapa terima kasih dan gembira hati Tante Wenny. Apalagi saat menyadari bahwa yang membantu itu adalah Randi lelaki muda teman anaknya yang mempesona hatinya dan selalu hadir dalam khayal-khayal masturbasinya. Bagaimana kelanjutan cerita yang merangsang libido ini? Apa yang selanjutnya dilakukan Tante Wendy? Bagaimana Randi merespon ulah tante jelita ini? Acchh.. Aku rasa lebih fair kalau Randi sendiri yang cerita kepada para pembaca. OK? Dengarkan..

    “Hooh.. Cah Bagus (aku jadi tersanjung dengan panggilannya itu).. Terima kasih yaa..”


    Aku membantu menggeser pot itu dan aku merasa Tante Wenny memandangku sedemikan rupa gemas dan hausnya. Pada wajahnya nampak dia hendak mengeluarkan sesuatu pikiran. Aku merasa bahwa tante jelita ini hanya pengin menahan agar aku lebih lama tinggal. Aku paham. Aku memang termasuk sering menghadapi tante-tante genit macam ini. Mereka bilang bahwa lelaki macam aku pantas menerima perlakuan macam bayi.

    Melayani lelaki macam aku merupakan impian kenikmatan syahwat yang tak terkira. Mereka bilang apapun mauku dengan rela mereka akan penuhi. Dia nampak berpikir dan…

    “Oocchh.. Bisa minta tolong sekalian donk.. Sayang (dia terus melemparkan godaan padaku). Tante Mau geser lemari di tempat tidur tante. Mau bantuin nggak??”
    “Boleh saja…”

    Aku tahu banget bahwa tante jelita ini termasuk tante yang ‘gatal’ dan sering mencuri-curi pandang setiap kali aku lewat atau berpapasan dengannya. Kali ini apa maunya??

    “Ayolah masuk…” Tante Wenny mengajak aku masuk ke rumahnya, “Duduk dulu, yaa..”

    Tante Wenny bergegas masuk ke kamarnya. Aku agak heran kenapa untuk menggeser lemari yang paling cuma semenit mesti duduk dulu. Tetapi pikiranku langsung sirna saat melihat Tante Wenny sudah ganti ‘short pant’ yang sangat seksi saat kembali keluar dari kamarnya.

    “Aku buatin minuman dulu, yaa…”

    Ucchh mata tante genit itu melirik belalak sambil melepas senyuman dari pipinya yang ranum menunjukkan kejelitaannya. Aroma parfumnya sangat menggoda libidoku. Untuk membesarkan hatinya aku melototkan mataku memandang lekuk liku tubuhnya dengan penuh kekaguman Birahi. Aku semakin yakin bahwa ini semua hanya ulah Tante Wenny untuk menahan agar aku tidak cepat menghilang dari pandangan matanya. Ah, biarlah. Siapa tahu dapat rejeki nomplok.

    Dengan 2 buah gelas besar penuh Coca Cola di tangan Tante Wenny keluar dan memberikan segelas buat Aku.

    “Ambil Cah Bagus…” sapanya bergaya akrab, “Ayo minum… nggak perlu buru-buru khan?”

    Duduk di seberang depanku mata Tante Wenny sebentar-sebentar mengamati penuh khayalan birahi padaku. Aku yakin kalau kuminta menjilati lubang pantatku pasti serta merta dia akan lakukan dengan sepenuh obsesinya. Aku tahu pula dia isteri yang kesepian karena sepanjang hari ditinggal kerja suaminya.

    “Kamu koq bagus banget ssehh Ran..? Dulu mama kamu makan apa bisa melahirkan cah bagus Macam ini..?” lempar goda yang begitu berani dan agresif dari tante genit padaku. Aku nggak tahu mesti jawab apa. Aku diam saja. Aku mesti berlagak acuh dan ‘cool’.

    “Jadi nggak menggeser lemari, Tante?”
    “Oohh, pastii.. Sekarang?” dia berdiri.

    Yang aneh tangannya disodorkan untuk kuraih dan yang terjadi kemudian adalah dia menarikku ke kamar tidurnya.

    “Mari kutunjukkan lemarinya,” sambil terus menggelandang aku.
    “Yang ini Cah Bagus.. Digeser ke kanan sedikit. Tante mau cerminnya mengarah ke tempat tidur hingga kalau Oom sama Tante tidur bisa sambil berkaca. Gituu..!” katanya sambil melempar senyum manisnya dengan penuh arti.

    Aku baru meraih tepian lemari untuk mulai mendorong saat tiba-tiba bibir Tante Wenny memagut lenganku kemudian melata dan menyedot punggung tanganku. Duuhh.. Aku sepertinya disambar stroom listrik ribuan watt. Seluruh tubuhku langsung menggelinjang. Aku merasakan betapa haus dan sepinya Perempuan STW (setengah tua) ini. Tak kupungkiri sedotan bibir Tante Wenny langsung menyambar gairah syahwatku. Kontolku sudah ngaceng saat tangan Tante Wenny tak bisa kuhindari merabai celah-celah selangkanganku.

    “Cc.. Cah Baguuss.. Ayolah.. Jangan acuh.. Cium aku.. Atau.. L.. Ludahi akuu.. Aku sangat Rindu sayaanngg…” sambil tangannya berusaha menggapai dan merangkul leherku berikut bibirnya Yang menantang bibirku. Aku masih bergaya acuh dan ‘cool’.

    “Ayoo.. Ludahi aku Randii.. Ludahi tante..”. Matanya itu.. Ahh.. Mata yang sungguh sangat Kehausan.
    “Tolong Randii.. Tolong tante inii.. Ayoo.. Mana ludahmuu..”

    Dia merangsek berusaha memagut bibirku namun aku mengelak dan pagutan itu mendarat pada kulit leherku. Tante Wenny menjadi beringas, Dia memelukku keras sambil mengamukkan pagutannya pada leher, dagu, bawah kuping dan bahuku. Aku memang semakin terbakar. Namun gaya acuh dan ‘cool’-ku tetap aku pertahankan.

    Sungguh indah menikmati bagaimana perempuan dengan penuh haus mengerjain dan menikmati tubuhku. Akhirnya aku terdorong dan jatuh ke kasur. Tante Wenny tak lagi bisa kubendung.


    “Nanti saja menggeser lemarinya ya sayaanngg…”
    “Kasihan Cah Bagus. Kamu mesti istirahat duluu yaa.. Mumpung Irwan nggak di rumah. Kamu Temenin Tante dulu yaa…” sambil tangan-tangannya terus menggerilya tubuhku.
    “Acchh Tantee.. Jangan.. Nanti dilihat tetangga. Saat Randi masuk tadi khan ada pembantu Bu Kirno sebelah rumah sedang nyapu,”
    “Ahh.. Jangan khawatir. Dia hanya babu blo’on. Nggak akan berani ngomong apa-apa,” nada bicara yang didera nafsu birahi membuat Tante Wenny merendahkan pelayan sebelah rumahnya.

    Tante Wenny yang jelita ini bergerak jongkok dan seperti pelayan pada tuannya mulai melepasi sepatuku. Sebelumnya dia ciumi terlebih dahulu ujung-ujung sepatuku sambil.

    “Sabar ya Cah Bagus.. Uuhh.. Kenapa kamu bagus banget sseehh..?”

    Dia juga cium-cium kaos kakiku. Bahkan sesaat dia sumpalkan sendiri pada mulutnya sambil melepas wajah senyumnya padaku. Sebelum mulai melepasi celanaku mama Irwan yang jelita ini mencium, melumat dan menggigiti telapak Kakiku.

    “Sayaang.. Kakimu indah banget. Bikin tante ngiler banget ssiihh..”

    Dia ciumi, jilati dan kulum jari-jari Kakiku. Lidahnya menjilati celah-celah di antara jari-jari itu. Nampak bibir indah tante Wenny demikian Lahap mengecupinya. Seluruh tubuhku seperti terkena sengatan listrik. Ucchh.. Nikmatnya sampai ke ubun-ubun. Hampir kutarik kakiku karena tak tahan rasa geli yang merambati saraf-sarafku. Sementara libidoku langsung terdongkrak. Kontolku ngaceng mendesaki celanaku. Akhirnya tangannya berhasil melepas kancing celanaku dan menariknya merosot kebawah, membuangnya ke lantai hingga aku tinggal bercelana dalam saja.

    “Dduhh.. Duuhh.. Randikuu.. Tante sudah lama merindukan macam ini,” tante Wenny langsung membenamkan mukanya ke selangkanganku. Dia menggigiti celana dalamku yang menonjolkan Kemaluanku. Aku merasakan giginya mengigit kenyalnya kontolku yang memang telah ngaceng berat. Tetapi tidak lama.. Akhirnya Tante Wenny merosot melata ke lantai menyergap kakiku yang terjuntai dari tempat tidur untuk Langsung menciuminya telapak kakiku. Dia kulum dan jilati jari-jari kakiku. Lidahnya menusuki celah-celah Jariku. Dduhh.. Bukan main nikmatnya. Lidahnya yang hangat lembut itu berusaha membersihkan aroma kakiku yang pasti berbau kaos kaki atau sepatu yang menusuk.

    Demikian kegilaan dia mencium dan menggigit bagian ini sebelum akhirnya melata menuju betis-betisku. Gigi-giginya yang tajam terkadang menggigit sakit hingga aku mesti menahan dengan mengaduh desah dan menahan kepalanya. Namun semua itu justru membuat Tante Wenny semakin meliar. Didorongnya pahaku hingga aku terbalik tengkurap. Dalam posisi ini Tante Wenny kembali menyerang aku dari bawah. Lidah dan bibirnya mengecupi lipatan paha dan betisku. Uucch.. Rasanya tak tahan.. Aku tak pernah aku menikmati sentuhan seksual macam ini.

    Tante Wenny yang usianya telah lebih 40 tahun ternyata nafsunya seperti magma gunung berapi. Yang aku kaget adalah saat ciuman itu terus merambah ke paha belakangku dan dengan cepatnya naik hingga wajahnya langsung nyungsep ke belahan pantatku. Yaa ampuunn.. Dengan histeris tante Wenny mengusel-uselkan wajahnya ke celah bokongku. Tante Wenny tanpa ragu menciumi pantatku. Bagi aku menjadi sensasi yang luar biasa saat lidahnya menggelitik dan menusuk-nusuk lubang pantatku ini. Sesekali dengan geregetan dia menggigit kecil Bibir-bibir analku. Lidahnya berusaha menggerilya lubang duburku sambil nafasnya terdengar demikian memburu. Rasanya dia dalam keadaan birahi yang penuh kegilaan. Yang tak mungkin aku bisa menghentikannya. Dia sudah tenggelam dalam kejaran syahwatnya sendiri.

    “Hecchh.. Huuchmm.. Rr, rra.. Andd.. Ii,” gumamnya dalam tenggelam sambil dengan histeris lidahnya terus mencari-cari. Tanpa kusadari aku tertuntun untuk nungging tinggi. Naluriku adalah membuka celah bokongku agar muka Tante Yenny bisa lebih tenggelam dan lidahnya menemukan lubang analku.
    “Acchh.. Rr.. Randd.. Ddii..”

    Berpegang pada bokongku sapuan dan sedotan lidah dan bibirnya di Lubang duburku semakin nikmat kurasakan. Entah kenikmatan macam apa yang didapatkan Tante Wenny dari analku ini. Mungkin aroma analku membuatnya mabuk kepayang padaku. Kubayangkan bagaimana seandainya Irwan yang sahabatku melihat bagaimana mamanya menjilati lubang taiku. Haa.. Haa.. Aku tertahan hingga menjelang makan siang.

    Tante Wenny berhasil merangsang libidoku hingga aku tak mampu menahan air maniku tumpah ke mulutnya. Kulihat betapa rakus dia menjilati spermaku hingga bersih tanpa bekas. Yang tercecer di rambut kemaluanku, pahaku, batang dan pangkal kemaluanku bersih macam kena cuci saja. Uuchh.. Sangat nikmat merasai jilatan dan sedotan bibir ayu milik Tante Wenny Ini.

    Yang lebih tak kumengerti adalah saat aku permisi ke kamar mandi untuk kencing. Saat pancuran kencingku mancur Tante Wenny menyusul masuk ke kamar mandi. Kupikir dia hanya hendak mengambil Sesuatu. Ternyata dia merangkul pinggulku dan bergerak jongkok menyongsong pancuran kencingku. Sambil matanya melirik ke aku, dia menengadahkan dan membuka mulutnya menampung cairan kuning pekat kencingku. Tanpa bisa kucegah dia memegangi kedua kakiku dan minum menenggak cairan pekatku itu.

    “Jangan Tantee… jangaann..!,” tetapi aku tak mampu mencegahnya.

    Juga aku tak mampu menghentikan kencingku yang memang sudah sangat mendesaki kandungannya. Sungguh mempesona melihat tante Wenny yang jelita setengah gelagapan dengan mulutnya yang sga-nga menerima pancuran kencing kuning pekat yang keluar dari penisku. Terdengar suara jatuhnya pancuran air kencing dalam rongga mulutnya itu. Sebagiannya dia minum seakan menjadi penawar Hausnya dan sesekali dia raupi wajahnya seperti orang mencuci muka dengan kencingku ini.


    “Tante memang telah mengimpikan kencingmu sayaanngg.. Nikmat banget rasanya.. Tante puas Banget niihh…” katanya sambil mengusap raup wajahnya dengan air kencing yang dia tampung pada Kedua tangannya.

    Demikianlah cerita sekilas pengalaman Randi yang memang memiliki pesona seksual luar biasa itu. Tante Wenny yang jelitapun bertekuk lutut dengan sudi untuk menjilati pantat dan minum air kencingnya.

    *****

    Ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu saat aku masih duduk di kelas 2 SMU top di Kebayoran. Waktu itu usiaku masih 16 tahun. Walaupun banyak cewek teman kelas maupun kakak kelasku yang sering merayu, mengajak kencan atau terang-terangan bilang naksir padaku, bahkan ingin tidur dengan aku namun aku masih tetap perjaka ‘ting-ting’ dan sangat ‘idjo’ dalam hal seksual.

    Cewek-cewek itu bilang bahwa aku adalah pemuda paling seksi di sekolahku. Bahkan mereka juga bilang mungkin se-Kebayoran hanya kepadakulah mereka ingin tidur denganku. Lebih gila lagi ada yang bilang sangat senang hati untuk menerimanya seandainya aku mau membuang air ludahku ke mulutnya. Edann.. Ternyata bukan hanya teman sekolahku yang pengin ngajak tidur aku. Dan ini baru aku sadari setelah aku berada di rumahnya dimana aku tak bisa lagi menghindar.

    Dia adalah Bu Endang guru matematika SMU Kebayoran. Bu Endang adalah guru yang paling cantik di SMU-ku. Anak-anak bilang dia mirip dengan Desy Ratnasari itu artis sinetron asal Sukabumi. Yang aku heran bahwa Bu Endang ini baru saja menikah sekitar 3 minggu yang lalu. Bahkan orang tuaku hadir saat pernikahannya itu. Suaminya adalah seorang PNS Departemen Dalam Negeri. Sesekali suaminya itu bertugas meninjau ke daerah-daerah di tanah air. Dengan alasan banyak pekerjaanku yang salah saat bel pulang kelas berbunyi, sekitar jam 12.30 siang Bu Endang menahanku agar tidak pulang dulu.

    “Kamu mesti memperbaiki PR-mu. Aku nggak mau dibuat repot. Kamu bawa semua buku-buku ini ke rumah ibu. Nanti kamu ibu ajari bagaimana mengerjakan PR dengan benar,” katanya dengan nada kesal atau marah padaku.

    Siang itu aku tidak boleh pulang dan mesti belajar matematika pada Bu Endang di rumahnya. Dengan Honda bebek-nya Bu Endang meluncur pulang lebih dahulu. Aku mesti menyusul naik kendaraan umum sambil membawa buku-bukunya yang cukup berat ini. Ah, mungkin inilah hukamanku karena pekerjaanku yang tidak bener itu. Anehnya sesampainya di rumahnya, Bu Endang menyambut aku dengan sangat ramah. Wajah marah atau kesal di kelas tadi sama sekali tak nampak lagi.

    “Sini Randi. Kamu taruh tuh buku-buku ibu di meja. Jangan malu-malu. Kamu makan siang dulu, ya, sama ibu. Bapak lagi dinas ke Kalimantan, jadi ibu sendirian koq. Mau minum apa?”

    Dia rangkul pinggulku menuju meja makan. Ah, ini mah lebih dari ramah. Rangkulannya itu demikian mesra membuat aku langsung merinding bergetar. Rasanya aku belum pernah dirangkul perempuan macam begini. Tangannya yang lembut itu mengelusi pinggulku. Bahkan ada sekali sedikit mencubit aku. Nampaknya semua itu merupakan tanda atau sinyal yang dilepaskan Bu Endang padaku. Karena aku nggak tahu mesti bagaimana, jadi yaa… ngikut saja kemauannya. Yang kupikirkan hanyalah mudah-mudahan matematikaku cepet benar dan aku bisa lekas pulang.

    Selesai makan dia kembali merangkul mesra dan membimbing aku ke sofa ruang tamunya. Dan ternyata hari itu sama sekali tak ada matematika di rumah Bu Endang. Sejak awal duduk di sofanya, Bu Endang langsung mengelusi pahaku. Dia bilang.

    “Randii… kamu menjadi idaman banyak cewek di sekolah. Kamu pasti tahu, khan? Sudahlah, matematikamu nanti biar ibu yang bantu benerinnya. Ibu pengin istirahat sambil ngobrol dulu sama kamu. OK?” Bu Endang menutup kata-katanya sambil tangannya mengambil tanganku dan meremasi jari-jariku.

    Edan… nggak tahu kenapa tanpa sadar aku membalas remasannya. Akibatnya Bu Endang langsung menjadi liar. Pasti dia berpikir bahwa aku merespon apa yang dia mau. Duduk di sofa saling berhimpitan Bu Endang semakin merapatkan tubuhnya pada tubuhku. Remasan tangannya menjalar menjadi cemolan di pahaku. Greenng.. Saraf birahiku bangkit dan tak ayal lagi kemaluanku ngaceng mendesaki celana SMU-ku.


    Uucchh.. Aku malu banget kalau sampai Bu Endang melihatnya. Tetapi dia memang telah melihatnya.

    “Nggak usah malu Randi.. Ini tandanya kamu normal dan sehat. Baru kesenggol sedikit saja langsung tegang berdiri.. Hii.. Hii.. Hii…” canda Bu Endang dengan senyumannya yang amat menawan yang membuat suasana menjadi lebih mencair.

    Namun mukaku tetap berasa kemerahan karena malu. Aku cepat menyadari pula rupanya Bu Endang memang telah merencanakan perjumpaan macam ini denganku. Aku merasa blo’on banget, walaupun pada dasarnya aku senang dengan apa yang sedang terjadi ini. Aku menengokkan wajahku. Acchh.. Wajah-wajah kami ternyata telah begitu berdekatan.

    Mata Bu Endang rasanya menusuki kedalaman mataku untuk mendapatkan kepastian. Dan aku tetap blo’on saat tiba-tiba bibirnya telah menyentuh dan langsung menyedot kecil bibirku. Itulah pembukaan yang dilakukan Bu Endang padaku. Mengerti kalau akhirnya aku diam dan ‘cool’ Bu Endang kembali meliar. Dia peluk dan pagut aku. Bibir lembutnya melumat bibirku. Aku sedikit gelagapan dan hampir terjatuh dari sofa tempat dudukku. Situasi itu membuat aku merangkul Bu Endang secara reflek. Dan itulah yang ditungu-tunggunya.

    Dia mendesah, “Hhaacchh.. Hheecchh.. Rranddii…” dengan sepenuhnya kini memeluk tubuhku.

    Kurasakan remasan tangan-tangan halusnya pada punggung mengiringi lumatan bibirnya pada bibirku. Aku merem melek kaget namun uucchh.. Nikmatnyaa.. Aroma parfum Bu Endang menyergap hidungku dan aku mulai berasa melayang dalam nikmatnya berasyikmasyuk dengan perempuan ayu macam Bu Endang yang dalam pelukanku pula kini.

    “Bapak nanti bagaimana Bu..??”
    “Sshh.. Jj.. Jangan bicara itu sayangg.. Aku sangat rindu kamu.. Aku sangat inginkan kamu.. Ayoo Randi.. Peluk ibu yang lebih erat lagii…” rupanya dia tak mau aku bicara tentang suaminya.

    Ah.. Urusannyalah. Dan Bu Endang menggunakan kesempatan bersama aku ini dengan sepenuh kerinduan akan belaian syahwatnya. Dia hempaskan aku ke sofa dan tindih tubuhku.

    Dia meracau, “Randii.. Kamu tampan banget siihh.. Aku sayang kamu Randii.. Boleh ya? Bolehh.. Khan?? Randii.. Hhcchh…” terdengar nafasnya yang memburu dan suaranya serak menahan gelora nafsunya.

    Dan tangan-tangannya yang lentik itu terasa tak sabar mulai melepasi kancing kemeja SMU-ku. Aku jadi bengong juga akan nafsunya yang demikian menggebu padaku.

    “Randii.. Ibu sayang kkhaamuu.. Randii, oohhcch Ran.. Ddii…” racau Bu Endang tak henti-hentinya.

    Saat kancing kemejaku telah lepas mukanya langsung merangsek dadaku. Kurasakan bibirnya mulai dengan halus melumat buah dadaku. Lidahnya menyapu dan kemudian disusul dengan bibirnya yang mengecupi dan mengigit penuh haus pada pentil-pentilku. Aku taka tahan menahan gelinjangku, aku juga mengeluarangan desahan dan erangan. Tangan Bu Endang meremasi punggung dan turun ke pinggulku.


    Duuhh.. Sungguh dahsyat birahi ini.. Kutengok perempuan cantik se usia bibiku ini seperti ular sanca yang sedang menancapkan taringnya pada dadaku. Kepalanya bergeleng untuk mengetatkan gigitannya. Lumatan bibirnya membuat aku melayang dalam lambung nikmat tak terkira. Bu Endang rasanya telah melupakan semuanya termasuk pada suaminya yang baru menikahinya 3 minggu yang lalu. Kemudian mulut ular sanca itu melata dan merambah perutku dan terus turun lagi.

    Saat bibirnya menyentuh ikat pinggangku taringnya kembali menggigit agar tidak melepaskannya. Tangan-tangan Bu Endang dengan sigap melepasi ikat pingang dan kancing celanaku. Dengan tak sabar dia tarik dan dorong celanaku ke bawah hingga betisku. Wajahnya langsung menenggelamkan ke celana dalam dan selangkanganku. Dia menciumi dengan ganasnya. Oocchh.. Perempuan ayuu.. Begitu buas dia merangsekkan mukanya. Dia hirup aroma-aroma yang menebar dari selangkangan dan celana dalamku.

    “Raanddii.. Uucchh.. Raa.. Nddii.. Ibuu saayngg.. Kkaamuu…” racaunya yang terus membising.

    Aku memang tak mampu menahan gelinjangku. Syaraf-syaraf peka yang tertebar pada pori selangkangan dan pahaku membuat aku merasakan kegatalan shyawat yang sangat dahsyat. Kucabik-cabik rambut Bu Endang dan kuremas-remas dengan sangat kerasnya. Jilatan dan lumatan bibir Bu Endang membuat aku menggeliat-geliat tanpa menahan diri. Seluruh syaraf-syaraf birahiku terbangkit merambatkan kegelian tak tehingga.

    “Ampuunn.. Buu.. Ooiicchh.. Jj.. Jangaann…” entah ngomong apa lagi aku.

    Rasanya asal bersuara. Aku memerlukan saluran emosiku yang menggelegak karena ulah Bu Guru cantikku ini. Rambut Bu guruku yang cantik itu langsung awut-awutan, namun Bu Endang tidak mengeluh. Dia terus menggilakan wajahnya men-‘dusel-dusel’ ke selangkanganku. Kemaluanku menjadi tegak keras seperti tongkat mahoni. Bu Endang tanpa ragu menciumi dan menjilatinya. Basah precum di ujung penis dia jilati dengan rakus. Nampak wajahnya menyeringai dalam matanya yang setengah terbeliak larut dalam puncak nikmatnya yang tak bertara. Aku tak mampu menahannya.

    “Adduhh.. Bb.. Bu.. Saya nggak ttahann.. Ggelii.. Bbuu..”

    Kuseret tubuh Bu Endang ke atas hingga tubuhnya menindih tubuhku. Kurangkul dengan ketat bahunya dan kucium bibirnya. Aku melumat penuh kegilaan sambil menyedoti ludah-ludahnya. Kami bergelut bak dua ular yang sedang memperebutkan mangsa. Pada saat bersamaan tangan Bu Endang meraih kemaluanku untuk diarahkan ke kemaluannya. Aku tahu, dia mau aku memasukan batang kemaluanku ke rongga kemaluannya.

    Terus terang tiba-tiba rasa takut menyergap aku. Aku takut Bu Endang hamil. Aku takut Bu Endang akan memaksa aku menjadi suaminya karena kehamilannya itu. Aku takut dia akan memperkarakan ke pengadilan dan mempermalukan aku, mempermaukan orang tuaku. Aku takut menjadi berita di koran Pos Kota atau Lampu Merah atau berpuluh tabloid lainnya yang banyak beredar di Jakarta saat ini. Aku takut tak lagi menyandang predikat pemuda atau perjaka. Lucu juga ketakutanku macam itu pada waktu itu.. Tetapi Bu Endang tak habis cara. Tetap melayani pagutanku, dengan tubuhnya yang setengah menduduki selangkanganku dengan penisku yang tegang kaku dengan cepat terjadilah..

    Blezz..

    Seluruh batang kemaluanku telah amblas ditelan kemaluan Bu Endang. Tak ada kesempatan untukku. Bu Endang langsung bergerak naik turun memompakan pantatnya yang mendorong memek atau vaginanya menelani batang keras penisku ini. Ascchh.. Akhirnya.. Hanya Bu Endanglah yang berhasil menggapai keperjakaanku. Dan nikmat yang kuterima.. Sungguh tak bisa kulukiskan.. Batang penisku terjepit oleh dinding hangat yang legit. Memek Bu Endang menyedot-nyedot urat-urat sensitif yang tersebar di seluruh permukaan batang penisku.

    Kenikmatan itu demikian bergerak penuh pergantian setiap Bu Endang menarik atau mendorong pantatnya yang membantu kemaluannya melahapi kenisku. Ammppunn.. Buu.. Enaakk bangett.. Ssiihh.. Kini aku menyaksikan bagaimana seorang perempuan yang demikian kehausan diserang orgasmenya. Mula-mula mata di wajah cantiknya itu mendelik dan membeliak dengan kelopak yang menelan bulatan hitam matanya dan menyisakan warna putih pinggirnya.

    Keadaan itu disertai dengan desah keras yang sangat mengenaskan sebagaimana kijang yang sekarat dalam terkaman pemangsanya. Dengan tangannya yang nyaris mencekik leherku Bu Endang menancapkan cakarnya pada bahu samping leherku itu. Dengan keringat yang deras mengucur dia tekan lebih membenam kemaluannya untuk menelan kemaluanku lebih dalam. Pada detik-detik itu kurasakan kedutan-kedutan keras menggilas-gilas batang penisku. Yang kemudian terdengar adalah auman atau teriakan tanpa tertahan dari mulut ayu Bu Endang.


    “Rr.. Aanndii.. Tt.. Toloonngg.. Ranndii.. Ampunii ibbuu.. Yaa.. Rranddii.. Ii,” kemudian ‘bruukk’ tubuhnya jatuh terhempas ke dadaku. Tubuh penuh keringat itu langsung berkejat-kejat beberapa saat sebelum akhirnya diam dan beku kecuali menyisakan tarikan nafas yang cepat dan tersengal. Aku langsung merasa iba dan tanganku nampak mengusap-usap punggungnya.

    “Haacchh.. Maafin ibu yaa.. Randdii…” tubuhnya merosot ke kasur dengan lunglai.

    Tangannya kembali jatuh ke dadaku. Situasi hening beberapa saat. Aku menyesuaikan kehendak Bu Endang. Aku tak bergerak dan membiarkan dia melepas lelahnya. Hari itu aku pulang jam 5 sore. Bu Endang memuasi aku dengan mulutnya yang mengulum-kulum penisku. Dia minum spermaku.

    “Randi, inilah tanda ibu sayang sama kamu. Pada bapak (suaminya) aku nggak pernah lakukan begini. Aku rasanya geli. Jijik begitu. Tetapi pada kamu Randi, justru aku selalu mengimpikannya. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya menelan air manimu. Auucchh.. Terima kasih banget yy.. Sayaanngg..”

    Sebelum aku pulang Bu Endang memberi aku uang namun kutolak. Apa jadinya nanti.. Bu Endang berharap aku datang lagi selama suaminya belum pulang. Namun aku tak pernah datang lagi. Aku tetap saja takut kalau Bu Endang hamil karena ulahku. Sekali aku kepergok dengannya saat ada pesta olah raga antar sekolah.

    Pada waktu itu usai pertandingan di sekolah (aku pemain volley SMU-ku) aku tertinggal pulang sehingga aku berjalan cukup jauh sebelum ketemu halte angkutan kota. Tiba-tiba sebuah mobil menepi tepat di sampingku. Bu Endang membuka kaca pintunya dan menyilahkan masuk. Aku nggak enak untuk menolaknya. Rupanya dia berkesempatan membawa mobil suaminya.

    “Apa kabar Randi?” sambil meremas selangkanganku yang membuat kontolku langsung ngaceng berdiri.
    Tidak langsung menjalankan mobilnya Bu Endang justru menepi, “Ibu kangen ini Randi, boleh yaa…”

    Sebelum aku menjawabnya tangan-tangannya yang cantik gemulai itu sudah menarik resluiting celanaku dan bahkan langsung merogoh dan kemudian membetot keluar kontolku. Tangannya beberapa saat mengurut-urut hingga aku memperdengarkan desahanku. Dengan mesin tetap menyala agar ruangan mobil tetap dingin ber-AC Bu Endang langsung merunduk dan menyosor.


    Kontolku di emut-emut dan kulum-kulum hingga spermaku muncrat. Menjelang muncrat kuraih kepalanya yang nampaknya rapi ditata salon rambutnya. Kuremasi tatanan rambut itu hingga awut-awutan. Menjelang muncrat aku berteriak tertahan. Kutekan kepala Bu Endang agar menelam lebih dalam. 6 atau 7 kedutan besar kemaluanku memuncratkan cairan hangat air maniku ke haribaan mulut Bu Endang. Nampaknya di tersedak-sedak. Namun dia ucapkan terima kasih tak habis-habisnya padaku sebelum aku diturunkan di halte angkutan kota tidak jauh dari sekolahku.

  • Kisah Memek Seorang Janda yang kunikmatin saat SMA

    Kisah Memek Seorang Janda yang kunikmatin saat SMA


    2488 views

    Duniabola99.com – Sebenarnya jujur aku merasa malu juga untuk menceritakan pengalamanku ini, akan tetapi melihat pada jaman ini mungkin hal ini sudah dianggap biasa. Maka aku beranikan diri untuk menceritakanya kepada para pembaca. Tetapi ada baiknya aku berterus terang bahwa aku menyukai wanita yang lebih tua karena selain lebih dewasa juga mereka lebih suka merawat diri. Aku seorang pria yang suka terhadap wanita yang lebih tua daripadaku.


    Dimulai dari aku SMA aku sudah berpacaran dengan kakak kelasku begitu juga hingga aku menamatkan pendidikan sarjana sampai bekerja hingga saat ini. Satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika aku berpacaran dengan seorang janda beranak tiga.

    Demikian kisahnya, suatu hari ketika aku berangkat kerja dari Tomang ke Kelapa Gading, aku tampak terburu-buru karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.45. Sedangkan aku harus sampai di kantor pukul 08.30 tepat. Aku terpaksa pergi ke Tanah Abang dengan harapan lebih banyak kendaraan di sana. Sia-sia aku menunggu lebih dari 15 menit akhirnya aku putuskan aku harus berangkat dengan taxi. Ketika taxi yang kustop mau berangkat tiba-tiba seorang wanita menghampiriku sambil berkata, “Mas, mau ke Pulo Gadung ya?” tanyanya, “Saya boleh ikut nggak? soalnya udah telat nich.”

    Akhirnya aku perbolehkan setelah aku beritahu bahwa aku turun di Kelapa Gading. Sepanjang perjalanan kami bercerita satu sama lain dan akhirnya aku ketahui bernama Dewi, seorang janda dengan 3 orang anak dimana suaminya meninggal dunia. Ternyata Dewi bekerja sebagai Kasir pada sebuah katering yang harus menyiapkan makanan untuk 5000 buruh di Kawasan Industri Pulo Gadung. Aku menatap wanita di sebelahku ini ternyata masih cukup menggoda juga. Dewi, 1 tahun lebih tua dari aku dan kulit yang cukup halus, bodi yang sintal serta mata yang menggoda. Setelah meminta nomor teleponnya aku turun di perempatan Kelapa Gading. Sampai di kantor aku segera menelepon Dewi, untuk mengadakan janji sore hari untuk pergi ke bioskop.


    Tidak seperti biasanya, tepat jam 05.00 sore aku bergegas meninggalkan kantorku karena ada janji untuk betemu Dewi. Ketika sampai di Bioskop Jakarta Theater, tentunya yang sudah aku pilih, kami langsung antri untuk membeli tiket. Masih ada waktu sekitar 1 jam yang kami habiskan untuk berbincang-bincang satu sama lain. Selama perbincangan itu kami sudah mulai membicarakan masalah-masalah yang nyerempet ke arah seks. Tepat jam 19.00, petunjukan dimulai aku masuk ke dalam dan menuju ke belakang kiri, tempat duduk favorit bagi pasangan yang sedang dimabuk cinta. Pertunjukan belum dimulai aku sudah membelai kepala Dewi sambil membisikkan kata-kata yang menggoda. “Dewi, kalau dekat kamu, saudaraku bisa nggak tahan,” kataku sambil menyentuh buah dadanya yang montok. “Ah Mas, saudaranya yang di mana?” katanya, sambil mengerlingkan matanya. Melihat hal itu aku langsung melumat habis bibirnya sehingga napasnya nampak tersengal-sengal. “Mas, jangan di sini dong kan malu, dilihat orang.” Aku yang sudah terangsang segera mengajaknya keluar bioskop untuk memesan taxi. Padahal pertunjukan belum dimulai hanya iklan-iklan film saja yang muncul. Solaire99

    Setelah menyebutkan Hotel **** (edited), taxi itupun melaju ke arah yang dituju. Sepanjang perjalanan tanganku dengan terampil meremas buah dada Dewi yang sesekali disertai desahan yang hebat. Ketika tanganku hendak menuju ke vagina dengan segera Dewi menghalangi sambil berkata, “Jangan di sini Mas, supir taxinya melihat terus ke belakang.” Akhirnya kulihat ke depan memang benar supir itu melirik terus ke arah kami. Sampai di tempat tujuan setelah membayar taxi, kami segera berpelukan yang disertai rengekan manja dari Dewi, “Mas Jo, kamu kok pintar sekali sih merangsang aku, padahal aku belum pernah begini dengan orang yang belum aku kenal.” Seraya sudah tidak sabar aku tuntun segera Dewi ke kamar yang kupesan. Aku segera menjilati lehernya mulai dari belakang ke depan. Kemudian dengan tidak sabarnya dilucutinya satu persatu yang menempel di badanku hingga aku bugil ria. Penisku yang sudah menegang dari tadi langsung dalam posisi menantang Dewi.

    Kemudian aku membalas melucuti semua baju Dewi, sehingga dia pun dalam keadaan bugil. Kemudian dengan rakus dijilatinya penisku yang merah itu sambil berkata, “Mas kontolnya merah banget aku suka.” Dalam posisi 69 kujilati juga vagina Dewi yang merekah dan dipenuhi bulu-bulu yang indah. 10 Menit, berlalu tiba-tiba terdengar suara, “Mas, aku mau keluaarr..”
    “Cret.. cret.. cret..”
    Vagina Dewi basah lendir yang menandakan telah mencapai oragasmenya. 5 Menit kemudian aku segera menyusul, “Dewi, Wi, Mas mau keluar..”
    “Crot.. crot.. crot..”Spermaku yang banyak akhirnya diminum habis oleh Dewi.


    Setelah itu kami pun beristirahat. Tidak lama kemudian Dewi mengocok kembali penisku yang lunglai itu. Tidak lama kemudian penisku berdiri dan siap melaksanakan tugasnya. Dituntun segera penisku itu ke vaginanya. Pemanasan dilakukan dengan cara menggosokkan penisku ke vaginanya. Dewi mendesah panjang, “Mas, kontolnya kok bengkok sih, nakalnya ya dulunya?” Tidak kuhiraukan pembicaraan Dewi, aku segera menyuruhnya untuk memasukkan penisku ke vaginanya. “Dewi, masukkan cepat! Jonathan tidak tahan lagi nih.” Sleep.. bless.. masuk sudah penisku ke vaginanya yang merekah itu. Tidak lupa tanganku meremas buah dadanya sesekali menghisap payudaranya yang besar walaupun agak turun tapi masih nikmat untuk dihisap. Goyangan demi goyangan kami lalui seakan tidak mempedulikan lagi apakah yang kami lakukan ini salah atau tidak. Puncaknya ketika Dewi memanggil namaku, “Jonathan.. terus.. terus.. Dewi, mau keluar..” Akhirnya Dewi keluar disertai memanggil namaku setengah berteriak, “Jonathan.. aku.. keluaarr..” sambil memegang pantatku dan mendorongnya kuat-kuat.

    Tidak berselang lama aku pun merasakan hal sama dengan Dewi, “Wi.. ah.. ah.. tumpah dalam atau minum Wi..” kataku. Terlambat akhirnya pejuku tumpah di dalam, “Wi.. kamu hebat.. walaupun sudah punya 3 anak,” kataku sambil memujinya. Akhirnya malam itu kami menginap di hotel **** (edited). Kami berpacaran selama 1 tahun, walaupun sudah putus, tetapi kami masih berteman baik.

    Adakah di antara pembaca baik itu gadis, janda, maupun tante yang bersedia kencan lepas denganku aku siap melayaninya, terlebih lagi kalau lebih tua dariku. Silakan kirim email ke alamatku disertai nomor telepon, pasti aku hubungi. Benar juga kata pepatah, “Kelapa yang tua, tentu banyak juga santannya”. Yang lebih tua memang enak juga untuk dikencani.






  • Kisah Memek sepasang kekasih yang romantis

    Kisah Memek sepasang kekasih yang romantis


    2373 views

    Duniabola99.com – Sebut saja namanya Karina. Karina tak bisa menolak ajakan teman yang ia sukai itu. Dua tahun sudah mereka saling mengenal, sejak keduanya sama-sama duduk di bangku kelas satu. Dan perasaan suka itu muncul di hati Karina tak lama setelah pertemuan pertamanya. Kalau tidak karena Muhris memberi sinyal yang sama, Karina tentu sudah melupakan perasaannya. Tapi cowok itu terus saja bersikap spesial kepadanya, hingga cinta jarak jauh mereka terjalin erat meski tanpa kontak fisik.

    Lalu 3 bulan yang lalu saat menjelang Ujian Akhir Sekolah. Kelas pria dan wanita yang biasanya terpisah mulai digabung di beberapa kesempatan karena alasan peningkatan intensitas pelajaran. Siswa putra duduk di barisan depan, sedang yang putri di bagian belakang. Tapi Muhris duduk di barisan putra paling belakang sedang Karina di barisan putri paling depan. Maka tak ayal Muhris berada tepat di depan Karina. Dan itulah awal kontak terdekat yang terjadi pada mereka.

    alignnone wp-image-6063″ src=”http://duniabola99.com/wp-content/uploads/2018/09/1-87.jpg” alt=”” width=”660″ height=”989″ />

    Biasalah Awalnya purapura pinjam alat tulis, tanya buku, ini itu Tapi senyuman makin sering tertukar dan kontak batin terjalin dengan pasti. Kadang ada alasan bagi keduanya untuk tidak keluar buru-buru saat istirahat, hingga ada masa singkat ketika mereka hanya berdua di dalam kelas; tanyatanya pelajaranalasan basi yang paling disukai setiap orang. 2 bulan lebih dari cukup untuk memupuk rasa cinta. Meski pacaran adalah terlarang, dan keduanya belum pernah saling mengutarakan cinta, tapi semua teman mer

    Eka tahu keduanya adalah sepasang kekasih. Hubungan cinta yang unik di jaman yang serba bebas ini. Dan Karina begitu menikmati perasaannya. Setiap waktu teramat berharga. Sekilas tatapan serta seulas senyuman selalu menjadi bagian yang menyenangkan.

    Lalu cinta mulai berkembang saat kenakalan muncul perlahan-lahan. Karina sempat ragu saat Muhris memintanya untuk datang ke Mall M sepulang sekolah sore itu. Sejuta perasaan bahagia membuncah di hati Karina, bercampur dengan rasa takut dan kegugupan yang luar biasa. Ia nyaris pulang lagi saat sore itu ia berdiri di pintu Mall untuk bertemu dengan Muhris. Tapi cowok itu keburu melihatnya hingga ia tak dapat menghindar lagi.

    Ia tahu bahwa dirinya salah tingkah selama kencan pertama mereka. Malamnya Karina tak bisa tidur. Membayangkan tentang betapa menyenangkannya kencan mereka, saat untuk pertama kalinya Muhris menggenggam tangannya selama berkeliling melihat-lihat banyak hal. Seluruh tubuhnya terasa panas dingin. Muhris bahkan membelikan sebuah hadiah berupa kalung mutiara yang sangat mahal untuk ukuran dirinya. Untaian mutiara itu sangat indah, putih memancarkan kilau yang terang.

    Cowok itu berkata,

    Walaupun aku tak akan dapat melihatmu mengenakan kalung itu, kuharap kamu mau tetap mengenakannya. Dan tentu saja ia senantiasa mengenakan kalung mutiara itu.

    Satu bulan itu dihiasi dengan kencan sembunyi-sembunyi yang sangat mendebarkan.

    Seperti bermain kucing-kucingan dengan semua orang yang Karina kenal. Kalau ada satu saja orang yang tahu Karina berduaan dengan seorang pria di Mall, maka Karina tak dapat membayangkan petaka apa yang akan menimpanya. Tapi berhenti dari melakukan itu ia yakini lebih mengerikan daripada terus menjalaninya. Karena, di sore itu, di satu sudut yang sepi di dalam Mall, tiba-tiba saja Muhris mencium pipinya dengan cepat tanpa mengatakan apapun juga. Hanya sekilas, dan Muhris membuat seolah-olah itu tak pernah terjadi. Tapi pengaruhnya sangat besar pada diri Karina. Karena seluruh perasaannya bergemuruh dan membuncah. Bercampur aduk hingga ia hanya bisa diam saja seperti orang bodoh.

    Sisa sore itu berlalu tanpa ada dialog apapun, karena Karina tahu wajah putihnya telah berubah semerah udang rebus. Meninggalkan kesan terindah yang terbawa ke dalam mimpi bermalam-malam sesudahnya. Tiga hari sejak peristiwa itu Karina selalu berusaha menghindar dari Muhris. Ia merasa malu, bingung dan takut. Bagaimanapun juga satu sisi perasaannya masih memiliki keyakinan bahwa cinta mereka mulai melewati batas. Tapi ia belum tahu cara kerja nafsu. Karena ketika akhirnya mereka bertemu kembali, Karina tak bisa menolak saat di banyak kesempatan Muhris mencium pipinya berkalikali; kanan dan kiri.

    Bahkan, saat Muhris semakin nakal dengan meremas tangannya, memeluk tubuhnya dan mencium bibirnya (meski semua itu dilakukan Muhris tak lebih dari lima detik saja), Karina hanya terpana dan sangat menikmati semuanya.

    Sebelum berpisah, Muhris berbisik pelan kepadanya,

    Kamu mau, kan, main ke rumah esok sore? Anehnya, seperti seorang yang terhipnotis, Karina mengangguk

    Maka, sore itu, dengan mengenakan gamis bercorak ceria khas remaja dengan hiasan renda bunga melati, dipadukan dengan jilbab pink yang disemati bros berbentuk kupu-kupu, juga sebuah tas jinjing dari kain kanvas, Karina duduk di sofa ruang tamu di rumah Muhris. Menunggu kekasihnya mengambilkan dua gelas jeruk dingin dan sepiring buahbuahan segar. Matanya menatap ke sekeliling ruangan dan mendapatkan kesan yang sangat menyenangkan. Kesan itu didapat, sebagian karena bagaimanapun ini adalah rumah orang yang ia cintai, dan sebagiannya lagi karena pemiliknya memiliki cukup banyak uang untuk menata dengan demikian indahnya.

    Karina tak tahu banyak soal dekorasi, tapi sesungguhnya rumah itu memang didesain dengan nuansa klasik yang sesuai dengan alam pegunungan tempat rumah itu berdiri. Perabotan, dari mulai lampu-lampu, tempat duduk, meja, lukisan-lukisan serta berbagai hal didominasi oleh corak bambu dan kayu asli. Sementara dedaunan dan tanaman hijaubercampur antara imitasi dan buatanmenghiasi sudut-sudut yang tepat. Air terjun buatan dibangun di samping ruang tamu, dengan cahaya matahari yang hangat menyinari dari kaca jendela samping. Wilayah itu ditutup oleh kaca bening yang dialiri air dari atas, sehingga mengesankan suasana hujan yang indah dan menimbulkan bunyi gemericik air yang terdengar menyenangkan.


    Lukisan pedesaan dipasang di satu sudut yang tepat bagi pandangan mata, dengan gaya naturalis hingga setiap detail nampak sangat jelas. Seperti sebuah foto namun memancarkan aura magis yang lebih kentara. Karina sempat terpana dengan semuanya, dengan kesejukan yang melingkupi seluruh dirinya, sampai ia tak sadar kalau Muhris telah duduk di sebelahnya, sedang menata gelas dan piringpiring. Maaf, ya Seadanya. Habisnya Umi lagi ke Bandung ikut seminar, nemenin Abi Karina tersipu malu.

    Ia berasal dari keluarga yang lebih sederhana, sehingga rasa mindernya muncul saat mendapati rumah yang demikian besar dan mewah ini ternyata milik pacarnya.

    Nggak apaapa, Ris. Karina seneng, kok Karina merasakan suaranya tercekat di tenggorokan.

    Sore itu Karina lalui dengan sangat menyenangkan. Ngobrol berdua, bercanda, tertawa, nonton film, main game PS hingga makan malam. Karina baru tahu bahwa ternyata Muhris bisa memasak. Pintar malah. Kelezatan rasanya melebihi masakan yang pernah ia buat.

    Dengan malu ia mengakui itu di hadapan kekasihnya, yang membalasnya dengan ciuman pipi kanan yang lembut.

    Aku tetep cinta kamu, kok Perlu diketahui bahwa Karina saat itu berusia 16 tahun dan memiliki tubuh yang mulai matang sebagai seorang gadis. Posturnya juga tinggi dengan wajah manis yang terkesan keibuan.

    Tapi percayalah bahwa ia sangat polos, lebih polos dari gadis SD di kota besar yang telah mahir urusan peluk dan cium. Desa tempat ia tinggal sangat jauh dari arus informasi dan pengaruh buruk ibukota. Maka ia tak menaruh prasangka apapun saat Muhris mengajaknya menginap di rumahnya malam itu.

    Memang ini urusan yang tabu di desanya, tapi kepolosan Karina membuatnya yakin bahwa Muhris tak akan melakukan hal buruk terhadapnya. Sehingga, pilihan berbohong ia lakukan agar bisa berduaan terus dengan kekasihnya. Ia telah bilang pada orang rumah bahwa ia akan menginap di rumah Ririn. Ia tahu orang tuanya tak akan curiga, karena hal itu biasa ia lakukan di waktuwaktu ujian sekolah. Apalagi menjelang Ujian Akhir seperti sekarang.

    Suasana malam sangat sunyi dan suara jengkerik telah berganti dengan burung malam. Tak berapa lama rintik hujan mulai turun, dan Karina tak menyadarinya sampai hujan itu berubah jadi deras. Sangat deras, karena di musim penghujan seperti ini hal seperti itu selalu saja terjadi. Kalau tidak karena suasana cinta yang tengah meliputinya, Karina tak akan betah di rumah orang dalam situasi seperti itu.


    O, iya Sebetulnya Karina dan Muhris tidak benarbenar berdua di rumah, karena ada Hana, adik perempuan Muhris yang sekarang duduk di bangku kelas 1 SMP. Makanya Karina tidak terlalu merasa sungkan, karena ia bisa bermain dengan Hana juga di sepanjang sore dan malam itu. Muhrislah yang agak kerepotan karena harus meminta Hana agar berjanji tidak memberitahukan keberadaan Karina kepada orang tua mereka. Hana sebetulnya tidak susah dibujuk. Hanya saja keberadaannya menyulitkan karena ciumanciuman harus dilakukan secara hatihati. Peluk dan cium beberapa waktu yang lalu memang mendapatkan perlawanan (meski setengah hati) dari Karina. Tapi hal itu tak berlaku malam ini, karena kini Karina merasa lebih santai dan bebas.

    Di satu kesempatan Muhris memeluknya sembari mencium bibirnya sekilas. Di kesempatan lain ia dipeluk dari belakang, tepatnya saat ia mencuci piring bekas makan malam dan pria itu mengendapendap dari belakang dan begitu saja melingkarkan tangan di pinggangnya. Karina sempat menjerit pelan dan berusaha meronta, tapi tangannya yang memegang piring dipenuhi busa sabun hingga susah untuk bergerak. Ia hanya menggelinjang pelan dan merengek lemah, saat pelukan itu makin erat dan ciuman di pipinya membuatnya terbius.

    Hampir saja Hana melihat perbuatan mereka, kalau Muhris tidak buruburu melepaskan pelukan di pinggang yang ramping itu. Setelah mandi malam yang menyenangkan, di dalam bathtub air hangat yang penuh busa dan peralatan mandi yang lengkap milik Umi Muhris, Karina bergabung dengan kakak beradik di ruang TV. Ia mengenakan busana malam yang lebih santai (setidaknya untuk ukuran gadis berjilbab); kemeja kaus lengan panjang putih bermotif garis warna biru dengan bawahan rok katun berwarna biru lembut, dipadukan jilbab simpel berwarna biru senada. Parfum aroma bunga khas remaja ia seprotkan di tempattempat yang tepat untuk menyegarkan dirinya.

    Lalu ia duduk di samping Hana yang sedang tertawa menyaksikan film kartun di televisi. Mata Karina saat itu tertuju penuh ke televisi, namun pikirannya terbang ke alam tertinggi yang penuh imajinasi. Pelukan dan ciuman hangat dari Muhris mau tak mau membangkitkan gairah terpendam yang selama ini tersembuyi jauh di dasar jiwanya. Ia mengalami semacam sensasi aneh yang baru dikenalnya, yang sangat memabukkan dan membuatnya lupa diri. Jam baru pukul delapan malam namun kegelisahannya telah memuncak. Karina tak tahuatau mungkin tak berani mengakuibahwa dirinya telah dipenuhi sensasi seks yang menyenangkan. Terlebih ini adalah masamasa suburnya.

    Letupanletupan kecil yang dipicu oleh Muhris membuatnya perlahanlahan tebawa ke arus deras, hingga sulit terbendung oleh keremajaannya yang sedang membara. Penghalang dirinya untuk melakukan halhal yang lebih seronok adalah rasa malu, takut serta ketidaktahuan yang besar tentang kondisikondisi semacam ini. Tapi pancinganpancingan yang dilakukan oleh Muhris dengan lihai membawanya pada pengalamanpengalaman terlarang yang sangat menggairahkan. Semuanya akibat kepolosan sang gadis remaja. Jam delapan lewat dua puluh menit Muhris bangkit dari duduknya dan menarik tangan Karina agar mengikutinya. Hana tak sadar karena ia terfokus pada acara televisi. Karina menurut dan dadanya berdebar kencang saat Muhris menariknya ke lantai dua.


    Kalau Karina sedikit lebih gaul, ia akan tahu Muhris bermaksud melakukan sesuatu, tapi Karina jauh lebih polos dari yang orang kira, hingga ia justru merasa senang saat Muhris mengajaknya untuk melihatlihat kamarnya. Ia senang bisa tahu isi dalam kamar kekasih yang ia cintai. Karina kagum pada suasana kamar Muhris yang menyenangkan. Ia juga terkejut saat menemukan foto dirinya dalam pose separuh badan terpampang di dinding kamar. Foto itu ditutupi Muhris oleh poster pemain bola, hingga tidak ada yang tahu bila setiap malam ia menarik poster itu dan memandangi foto gadis yang tersenyum manis di sana. Karina setengah lupa tentang kapan ia membuat foto itu. Ia merasa foto itu lebih cantik dari aslinya.

    Tapi Muhris menjelaskan bahwa program komputer photoshop dapat melakukan banyak hal, seperti membuat gadis secantik dirinya terlihat lebih segar dan mempesona. Karina tersipu malu. Tapi itu belum seberapa, karena tibatiba Muhris menarik dirinya agar berhadapan, lalu mengeluarkan sepasang anting mutiara dari kotak beludru di saku celananya. Karina terperanjat.

    Muhris berbisik mesra,

    Ini pasangan kalung yang pernah kuberikan. Aku mau kamu mengenakannya Mata Karina berkacakaca.

    Kalau saja ia berani, ia sudah memeluk pria di hadapannya dan menciumnya bertubitubi. Tapi ia terlalu malu untuk melakukan hal semacam itu. Ia hanya salah tingkah, saat Muhris meletakkan antinganting itu di telapak tangannya dan berkata lagi,

    Aku pasangkan sekarang, ya
    Tapi Suara Karina serak dan lirih.
    Tapi kenapa?
    Karina malu
    Kok malu? Bukankah kita saling mencintai?! Masihkah kita saling tertutup? Karina bingung untuk menjawab, karena ini adalah momen pertama dalam hidupnya ketika ia harus membuka jilbabnya di hadapan seorang lakilaki.

    Wanitawanita yang biasa berbikini di kolam renang atau berpakaian seksi di Mallmall tentu tak akan paham kenyataan ini. Tapi Karina adalah perempuan yang sejak belasan tahun lalu selalu menutup seluruh bagian tubuhnya dan tak memamerkannya pada siapapun kecuali keluarganya. Melepas jilbab baginya sama seperti melepas rok di depan kamera bagi gadis keumuman. Aneh? Memang! Tapi itulah kenyataannya.

    Ia setengah menangis saat tak kuasa menolak permintaan Muhris yang menyudutkan itu. Ia memang diam. Tapi dadanya bergemuruh hebat saat jemari Muhris melepasi jarum dan peniti yang menyemati jilbabnya. Ia tertunduk dalam dan menahan nafas saat tangan kekasihnya menarik lepas jilbabnya.

    Tangannya yang gemetar meremasremas ujung kaus, dan tanpa sadar ia menggigit bibirnya sendiri saat Muhris menarik dagunya agar mereka bisa saling bertatapan serta membelai rambutnya dengan mesra; rambut yang hitam lurus sepanjang bahunya.

    Kamu cantik sekali, Karina Suara itu terdengar lirih, dan Karina hanya terpejam menahan semua perasaannya.

    Itu adalah ekspresi terbodoh yang pernah ia lakukan, atau justru yang terbaik, karena semuanya mendorong Muhris untuk mengecup bibirnya dengan lembut.

    Ciuman hangat dan penuh cinta, membawa Karina terbang tinggi dan melupakan dunia ini.

    Mmmh Karina hanya terpejam pasrah. Tubuhnya gemetar hebat.

    Tapi mulutnya terbuka lebar saat lidah Muhris mulai menjulur dan menggelitiki rongga mulutnya. Lidahnya ikut bergerak meski masih sangat kaku, saling menggelitiki untuk mendapatkan sensasi aneh yang sempurna. Tangannya begitu saja memeluk lengan Muhris yang kokoh, yang saat itu tengah melingkarkannya di pinggangnya sendiri. Waktu seakan berhenti. Dan keduanya terpaku seperti sepasang patung sihir. Hanya helaan nafas yang terdengar di selasela ciuman membara dan dipenuhi gelora cinta. Kedua tubuh itu merapat dan saling bergesekan, seakan tak dapat terpisahkan. Saling memberikan rasa hangat yang aneh dan membangkitkan seluruh saraf yang tertidur.

    Keduanya baru berhenti ketika nafas mulai habis dan terengahengah kelelahan. Karina kaget dan merasa malu sekali.
    Mulutnya basah akibat ciuman panas itu. Tapi ia tak dapat berbuat apaapa selain menanti yang terjadi selanjutnya. Ia membiarkan Muhris memasang antinganting di kedua telinganya.

    Ia menahan rasa geli saat jari jemari Muhris seakan menggelitik kedua telinganya, dan menurut saja ketika pria itu menuntunya ke hadapan cermin besar.

    Lihat Kamu cantik sekali.. Karina melihat sekilas ke cermin, menyaksikan dirinya sendiri tanpa jilbab, dengan dihiasi antinganting dan kalung mutiara dari kekasihnya.

    Ia merengek manja dan menutup muka dengan telapak tangannya.

    Aah Muhris jahat Karina malu
    Malu sama siapa? Mereka bercanda dengan mesra dan lebih hangat.

    Ciuman tadi telah menyingkapkan tabir kekakuan yang telah terbentuk selama ini. Mereka kini lebih mirip sepasang kekasih, dengan pelukan dan ciuman hangat yang sarat nuansa cinta. Pagi itu adalah pagi terindah bagi Karina. Menghidangkan sarapan di meja makan untuk Muhris membuatnya merasa seperti seorang istri yang melayani suaminya. Muhris dan adiknya sangat puas dengan masakannya. Canda tawa menghiasi makan pagi mereka yang berlangsung dengan santai. Seusai makan Hana langsung berangkat sekolah, meninggalkan sepasang sejoli yang dimabuk asmara itu tanpa kecurigaan apapun. Membiarkan keduanya menikmati hari dalam kemesraannya.

    Tapi, kalau kamu berpikir malam itu keduanya melakukan hubunganhubungan khusus suami istri, percayalah bahwa kamu salah besar. Mereka masih terlalu penakut untuk melakukan hubungan yang lebih jauh. Meskipun ciuman mereka semakin panas, aktivitas lain masih terhitung sopan karena tangan Muhris tak pernah bergerilya seperti tangan para professional. Masih tetap pelukan sopan yang tak melibatkan rabaan ataupun sentuhan lain. Keduanya tidur terpisah dan tak ada aktivitas nakal di malam hari. Karina pulang dari rumah Muhris sekitar pukul sepuluh pagi, setelah banyak ciuman tambahan sehabis sarapan dan mandi pagi.

    Kepada orang rumah ia bilang sekolah pulang cepat. Seharian ia lebih banyak mengunci diri dalam kamarnya, menikmati sensasi imajinasi yang semakin liar dibanding waktu sebelumnya. Pertemuan selanjutnya ternyata lebih lama dari yang diduga. Keduanya benarbenar tersibukkan oleh tugastugas sekolah, hingga baru bertemu lagi (untuk berduaan tentunya) dua minggu setelahnya. Keluarga Muhris berlibur ke rumah nenek di luar kota. Alasan ujian membuat Muhris bisa menghindar dari paksaan orang tuanya, sehingga rumahnya bebas selama satu minggu penuh. Itulah saat yang tepat untuk bermesraan dengan Karina, dan ia telah menyiapkan banyak hal untuk pekan yang istimewa itu.

    Karina datang pagi hari itu dengan mengenakan seragam sekolahnya. Perpisahan yang cukup lama ternyata membuat gadis itu lebih agresif, sehingga, meskipun tetap Muhris yang harus memulainya, Karina memberikan balasan yang sedikit liar dan nakal. Muhris sampai megapmegap kewalahan. Sesudahnya mereka tertawatawa sambil berpelukan di atas sofa, sembari mata mereka menatap layar TV tanpa bermaksud menontonnya. Sekitar menjelang siang Karina dibonceng Muhris untuk main ke Mall M. Setelah itu dilanjutkan ke taman L dan bermain sepeda air di sana. Mereka juga melakukan banyak hal yang menyenangkan, yang membuat mereka lupa waktu.


    Hari telah senja ketika keduanya memutuskan untuk pulang, saat langit berubah gelap dan tibatiba saja menjadi hujan yang sangat deras sebelum keduanya tiba di rumah. Tak sampai lima menit ketika keduanya berubah basah kuyup, dan Karina telah menggigil kedinginan saat perjalanan belum mencapai setengahnya. Keduanya tiba di rumah saat menjelang makan malam. Oleholeh yang mereka beli di jalan telah basah kuyup dan tak ada satu bagianpun yang kering dari diri mereka. Tubuh Karina menggigil hebat dan wajahnya pusat pasi. Bibirnya agak membiru. Muhris bergegas membawa gadis itu ke dalam rumah dan menyiapkan air panas di bathtub kamar atas.

    Sementara menunggu gadis itu mandi, ia menyiapkan dua gelas susu coklat panas dan sekaleng biskuit kacang. Ia sendiri langsung mandi setelah itu, dan keduanya selesai setengah jam kemudian. Karina baru sadar bahwa ia tidak memiliki pakaian ganti, dan kebingungan sampai mengurung diri di kamar mandi. Muhris berusaha meminjamkan pakaian ibunya, tapi pakaian bersih ibunya terkunci dalam lemari. Sementara itu pakaian Hana juga tak muat dan terlalu kecil.

    Untunglah Muhris ingat bahwa di kamar tamu ada pakaianpakaian saudara sepupunya, yang biasa disimpan di sana untuk dipakai jika menginap di rumah Muhris.

    Tapi Sepupuku tidak berjilbab. Jadi pakaiannya agak Kamu coba aja deh cari yang pas. Aku tunggu di ruang TV Karina kebingungan sendiri di kamar tamu itu.

    Ia agak risih karena semua pakaian di dalam lemari itu adalah pakaianpakaian yang gaul, serba ketat dan serba minim. Cukup lama ia memilih dan tidak menemukan juga pakaian yang cocok untuk dirinya, sehingga ia memilih pakaian yang menurutnya agak paling sopan. Tapi tetap saja serba minim. Dengan malu ia mengenakan pakaian pilihannya dan menghampiri kekasihnya di ruang TV. Wajah Muhris berubah kaget dan matanya bergerak kesanakemari; mata yang biasa Karina temukan pada priapria nakal di pinggir jalan.

    Tapi Karina tahu semua ini karena dirinya, dan setengah menangis ia berusaha menutupi keterbukaan dirinya dengan kedua tangan. Bagaimana tidak?! Inilah pertama kalinya seumur hidup ia mengenakan pakaian minim di hadapan seorang pria, meskipun itu adalah kekasihnya juga. Sepupu Muhris bertubuh lebih pendek dan kecil dari dirinya, sehingga kaus pink tipis bergambar Barbie yang ia kenakan benarbenar melekat ketat di tubuhnya, menampakkan lekuklekuk yang nyata dan mempesona. Bahkan bagian pusarnya tidak betulbetul tertutupi, meskipun berkalikali ia berusaha menarik kaus itu ke bawah.

    Sementara itu, celana hijau lumut selututnya juga sama ketatnya, dan tidak benarbenar selutut, karena tubuh Karina yang tinggi. Karina sebetulnya memiliki kulit yang putih bersih dan lekuk yang indah, sehingga ia nampak cantik menawan dengan pakaian seksi itu. Terlebih rambut panjangnya masih setengah basah, menciptakan sedikit gelombang yang menambah aura kecantikannya. Tapi Karina tak terbiasa dengan halhal seperti itu, hingga ia merasa dirinya buruk dan norak.

    Ia takut Muhris meledeknya, serta jengah dengan keterbukaannya sendiri.

    Kamu cantik sekali, Karina Suara Muhris terdengar bergetar, dan Karina merinding ketika pria itu malah mendekatinya dan berusaha memeluknya.

    Ia berusaha menghindar dan tangannya menolak pelukan Muhris.

    Karina malu Jangan, Muhris Jangan
    Lho Kenapa? Karina hanya menggeleng dan Muhris berusaha menghormatinya.

    Mereka menghabiskan malam dengan menonton TV dan menghabiskan susu hangat di meja. Namun Karina agak lebih pendiam dan gelisah. Tangannya terusterusan memeluk bantal besar, berusaha menutupi apa yang ada di baliknya. Ia tak tahu bahwa pria di sebelahnya lebih gelisah lagi, meski alasannya sedikit berbeda. Ia terlalu sibuk oleh pikirannya sendiri hingga tak sadar bahwa mata Muhris terus menelusuri dirinya, seolah berusaha menelanjangi. Awalnya Karina tak sadar pada sentuhan itu. Berkalikali Muhris mencium pipinya, tapi ia menganggap wajar hal tersebut. Itu hal yang biasa mereka lakukan, dan Karina menganggapnya sebagai sun sayang yang biasa ia dapatkan.


    Tapi Muhris kini telah melingkarkan tangan kiri melalui sandaran sofa dan mendarat di bahunya. Sedang tangan kanan diletakkan di atas lutut Karina yang terbuka. Cuaca memang sangat dingin akibat hujan yang tidak juga berhenti, hingga elusan di lututnya terasa nyaman dan menghangatkan, membuat Karina setengah tak sadar ketika elusan itu makin merambat ke atas pahanya yang sedikit tersingkap.

    Karina sangat suka nonton sinetron dan tayangan di TV adalah sinetron favoritnya. Adegan dan katakata romantis di layar kaca seperti memberi hipnotis tersendiri. Adegan ciuman memang disensor, tapi hal itu justru membuatnya tak kuasa menolak saat ciuman Muhris beralih ke bibir basahnya. Untunglah saat itu sedang iklan, hingga ciuman dari Muhris dapat diterima oleh Karina sepenuhnya, yang baru sadar bahwa posisi duduk kekasihnya sangat mengintimidasi dirinya.

    Cerita Mesum Romantis

    Tapi ciuman itu begitu manis dan menyenangkan, memunculkan rasa hangat yang menggelora yang sangat ia rindukan. Tak perlu menunggu lama untuk membangitkan hasrat gadis itu. Pengalaman telah mengajarkan banyak hal kepadanya, sehingga lidahnya langsung menyambut saat Muhris mulai mengajaknya bermainmain. Bibir Karina termasuk agak tipis, merah dan masih alami. Namun lidahnya lincah dan pandai bergerak.

    Dengan daya dukung kecerdasan di atas ratarata, ia menjadi gadis yang cepat belajar dan tahu bagaimana cara memuaskan lawan mainnya. Muhris sendiri sangat kaget dengan kecepatan Karina dalam mempelajari tekniktekik baru, hingga di akhir pertandingan lidah mereka, ia membiarkan sang gadis mengalahkannya hingga pipi gadis itu merona akibat agresivitasnya sendiri.

    Ketika berciuman Karina lupa pada apapun. Tapi setelah selesai ia baru sadar bahwa sejak tadi tangan kanan Muhris terusterusan membelaibelai pahanya, bergantian antara kanan dan kiri. Kini ia benarbenar merasakan rangsangan itu, rangsangan yang lebih terkesan dewasa dibanding sekedar ciuman bibir. Tangannya bertindak cepat, mencegah Muhris sesaat sebelum tangan kekasihnya itu menyentuh bagian pangkal pahanya. Mulut mereka terdiam dan hanya mata yang berbicara. Muhris meminta, Karina menolak halus. Tangan Muhris bergerak lagi, tapi Karina mencegah lagi.

    Muhris tersenyum manis.

    Maaf, ya Aku kelewatan Karina ikut tersenyum.
    Lebih baik kita dengar musik aja, ya! Kita berdansa. Seperti di film. Karina diam menunggu dan manut saja pada apa yang diinginkan kekasihnya.

    Suara lembut mengalun dari player, dan tangan Muhris menjulur padanya. Karina grogi karena ia belum pernah berdansa sebelumnya. Muhris meyakinkan bahwa ia sama tidak tahunya seperti Karina. Jadi tak usah malu karena mereka hanya berdua di sini. Dengan langkahlangkah kaku tubuh mereka bergerak pelan, saling berpelukan. Keduanya tertawa pada gerakan masingmasing, tapi tetap merasa senang karena ciuman dimulai lagi beberapa saat sesudahnya. Tubuh Karina hampir sama tingginya dengan Muhris, hingga ia tak perlu berjinjit untuk menyambut pagutan pria itu.

    Ia tak tahu bahwa kecantikannya makin memesona diri Muhris dan keremajaannya terus memancingmancing gairah. Belum lagi aroma parfum menebar dari seluruh tubuhnya. Tangan Muhris tak tahan untuk tidak mengeluselus tubuh bagusnya, bergerak dari pinggang ke arah atas. Karina masih setengah menganggap elusan itu adalah bagian dari gerakan berdansa. Ciuman bibir Muhris membuat tubuhnya lemas, hingga elusan itu ia nikmati saja seperti halnya ciuman di bibirnya.

    Terasa geli saat menyentuh bagian samping dadanya.

    Mmmh Mmhhh Elusan tangan Muhris makin mengarah ke dada Karina, membelai-belai benda yang lunak dan empuk itu.


    Gadis itu mengejang karena rasa aneh yang melandanya. Itu adalah sentuhan pertamanya, dan ia masih sangat sensitif. Tangannya secara refleks berusaha mencegah, tapi Muhris yang tak mau gagal lagi berusaha menahan Karina agar tetap diam. Ciumannya makin liar hingga Karina tak bisa mengelak. Remasan di dadanya terasa makin nyata, membuat Karina terengahengah akibat rangsangan hebat di tubuhnya. Ia tak kuasa mencegah remasan itu, karena bagaimanapun dirinya ternyata menikmatinya. Keduanya terengahengah akibat ciuman yang panjang itu. Sedang muka Karina makin memerah, karena ia benarbenar terangsang oleh remasan tangan Muhris di dadanya. Payudaranya yang berisi membuat genggaman Muhris terasa penuh.

    Ia membiarkan dirinya terdesak ke dinding, hingga ia tidak sampai merosot jatuh saat remasan tangan Muhris makin lincah dan mempermainkan puncaknya yang masih tertutup kaus. Ia hanya mendongak setengah terpejam dan tangannya yang bingung merapat ketat di tembok. Ia makin belingsatan karena di saat yang bersamaan ciuman Muhris mendarat di dagu dan lehernya bertubitubi. Lehernya cukup panjang dan jenjang, hingga kepala Muhris dapat terbenam di sana dan memagutmagutnya seperti ular. Karina merasakan air mata mengalir lewat sudut matanya. Ia sangat kebingungan mengenali perasaannya saat ini. Remasan tangan kanan Muhris berganti menjadi ciuman bibir. Ia sempat menunduk dan hanya melihat rambut kekasihnya.

    Kepala Muhris terbenam di buah dadanya yang telah mengeras kencang, dan Karina dapat mendengar kecipakkecipuk saat Muhris melahap dadanya itu dengan sedikit buas.

    Muhris Muhris Ohhh. Apa yang kamu lakukan sama Karinaaa Mmhhh Jangan, Ris Aahh Muhris telah menggulung kaus ketatnya ke arah atas, berusaha menyingkapkannya agar buah dada itu lebih leluasa dinikmati.

    Lelaki itu terus meremasremas dengan lembut dan penuh perasaan. Menjepit dan mempermainkan putting susunya yang masih tertutup BH tipis berwarna krem. Mungkin Muhris merasa gemas mendapati payudara yang demikian empuk dan kenyal itu, payudara perawan yang masih sangat sensitif dari sentuhan. Keadaan Karina kini sungguh mengenaskan. Kekasihnya menyerangnya di berbagai tempat, mempermainkan dirinya seperti sebuah boneka. Bibir dan tangan kiri di payudaranya, tangan kanan di selasela pahanya.

    Semuanya adalah sensasi yang baru pertama kali ia rasakan. Dulu ketika ia belum pernah mengalaminya, ia selalu berjanji bahwa ia hanya akan melakukan ini dengan suaminya di atas ranjang pernikahan. Dulu ketika hal ini tak pernah terbersit dalam benaknya, ia sangat yakin mampu menjaga kehormatannya. Tapi kini ketika benarbenar mengalaminya, ia tak tahu apakah ia akan tetap sekuat itu. Sentuhansentuhan ini terlalu melenakan dirinya, dan membangunkan perasaan rindunya yang telah lama terpendam.

    Ia sangat bingung hingga hanya mampu meneteskan air mata dan meremas remas rambut Muhris.

    Aku sayang kamu, Karina Mmmh Aku sayang kamu Terdengar rayuan Muhris di selasela kesibukannya.


    Karina hanya mampu menjawabnya dengan eranganerangan aneh, karena saat itu tangan kanan Muhris telah menembus langsung ke pangkal pahanya. Jari jemari pria itu menggosokgosok dan mempermainkan di tempat yang paling sensitif, hingga Karina merasakan celananya basah oleh cairan yang tak ia kenal sebelumnya. Memang sentuhan tersebut bukanlah sentuhan langsung karena tubuh Karina masih tertutup CD tipis dan celana ketatnya. Tapi ini adalah sentuhan pertamanya, dan semuanya sudah lebih dari cukup untuk membangkitkan rangsangan dahsyat itu.

    Apalagi setelah beberapa lama Muhris tidak juga menghentikan aktivitasnya, melainkan menggesekgesek dengan lebih liar. Kemaluannya terasa seperti diadukaduk, hingga makin lama ia makin merasakan desakan yang aneh sangat sulit ia pahami.

    Ia tak dapat menahan perasaannya. Ia terus mengerang mengerang hingga desakan itu makin menuju ke arah puncak Ia tak sanggup bertahan lagi

    Aaahh Aaahh Akhhhhh. Karina menjerit panjang saat orgasme melanda tubuhnya untuk pertama kalinya. Tubuhnya mengejang kuat, melengkung seperti busur. Kakinya merapat menjepit tangan Muhris yang tak juga berhenti bergerak. Ia merasakan letupanletupan dahsyat seperti sebuah terpaan badai. Dunia dipenuhi warna yang berpadu dengan indahnya.

  • Kisah Memek Sepasang mantan Kekasih bergairah

    Kisah Memek Sepasang mantan Kekasih bergairah


    2095 views

    Duniabola99.com – Sepulang sekolah kurasakan suasana yang sepi di rumahku. Satu persatu nomor telepon teman kusambung dan tiada yang ada di rumah. Sesaat kucoba telepon mantan pacarku, ternyata ada, dan kucoba satunya lagi dan ternyata juga ada. Kuajak mereka janjian ke rumahku.


    Sejam telah berlalu. Mereka berdua akhirnya datang. Suasana sepi rumah hilang. Akhirnya kami saling bercanda. Rian dan Anto adalah mantanku dan kami awalnya teman yang cukup akrab dan suka berkumpul bersama. Sebenarnya masih ada perasaan suka di hatiku terhadap mereka. Rasanya kurindu akan suasana dulu. Kami mulai bercanda dan duduk bersamaan. Rian memang mantanku yang agresif. Terkadang ia memegang tanganku dan juga merangkulku. Anto melihat reaksi Rian tampaknya ia tak mau kalah. Hal yang sama pun ia lakukan.

    Mungkin karena mereka mantanku maka aku tidak canggung. Sebenarnya aku menyukai sentuhan-sentuhan mereka. Tahap demi tahap kejadian pun terlewati. Kadang aku dipeluk Rian dan kadang aku dipelukan Anto. Aku pun tak mau kalah, kebetulan Anto saat itu diam dan kupeluk ia dari belakang. “Rin, itu kamu empuk ya,” sahut Anto sambil menggoyangkan punggungnya yang tertempel dadaku sehingga bergesekan. Kurasakan nyilu dan nikmat di putingku, dan membuatku terdiam sesaat. Kemudian,
    “Masa, sori Nto.. tapi enak ya,” ucapku sambil bercanda.
    “Kayak gitu nggak enak, yang enak kayak ini,” perlahan Rian menarikku dan perlahan kulepaskan Anto.
    Rian memelukku, tangannya kurasakan menyentuh dadaku dan mengusap-usapnya lalu meremas-remas.

    Sesaat kuterdiam menahan nafas dan agak terkaget dengan sentuhan Rian. Kurasakan putingku mengeras dan menegang membuat aliran darahku terangsang keseluruh tubuh. Rasanya nyilu dan nikmat membuat seluruh tubuhku merinding dan lemas. Perlahan mengalir ketonjolan didekat saluran kencingku. Kemudian kurasakan bibir vagina dan anusku berdenyut-denyut. Kusadari aku terangsang. Untung Rian tak menyentuh selangkanganku. “Udah yan, lepasin tangannya dong!” ucapku sambil kedua tanganku melepaskan kedua tangan Rian dari dadaku. Walaupun sebenarnya kusuka, tapi kutolak karena aku terangsang. Kurasakan sebuah bibir mencium kupingku. Mataku melirik ke arah wajah tersebut dan kulihat sekilas wajah Anto. Sesaat kuterdiam kembali. Nikmat di dalam darahku mengalir kembali. Bibir Anto kemudian melumat daun telingaku. Kurasakan nikmat dan lembut mulut Anto dan membuatku tidak dapat mengelak dan menolak. Perlahan lidah Anto menjulur masuk ke lubang telingaku. “Aaahh..” hanya itu yang bisa kuucapkan. Daguku terangkat tinggi. Kurasakan putingku mengeras dan menegang menjadi sensitif. Kurasakan nyilu dan nikmat di putingku.


    Tampaknya Rian tak mau kalah. Segera tangannya meremas-remas dadaku. Perlahan kurasakan mulut Rian melumat bibirku. Lidahnya menjilati semua yang ada di mulutku. Aku hanya bisa terdiam tak bergerak, kurasakan pikiranku melayang jauh. Birahiku mengalir di dalam darahku. Tubuhku semakin sensitif dan haus akan sentuhan. Terlintas di pikiranku berharap mendapatkan yang lebih lagi. Kurasakan buaian tangan Anto di pahaku sehingga membuat daerah sensitif di selangkanganku semakin menjadi. Kurasakan rokku perlahan diangkat Anto. Tangannya mengelus-elus pahaku dari daerah paha luar, dalam dan sampai di belahan selangkanganku.

    Terlintas di pikiranku bahaya bila pembantuku melihat kejadian ini. Perlahan kulepaskan bibirku dari bibir Rian. Dengan suara yang tegang dan gemetar akhirnya dapat kuucapkan,
    “Udah dong..! Jangan ya, nanti pembantuku ngeliat.”
    Akhirnya mereka berhenti.
    “Sorry ya Rin, aku kangen ama kamu,” ucap Anto.
    “Aku juga, maaf ya.. abis tubuh kamu bagus nggak kayak pacar gua sekarang,” sahut Rian sambil salah satu tangannya mengelus dadaku.
    “Nggak apa-apa aku juga, kita ke atas yuk!” ucapku.
    Lalu kami bergegas pindah ke atas.

    Selesai naik tangga ternyata Rian langsung memelukku sambil berjalan. Kedua tangannya menggerayangi buah dadaku. Kurasakan putingku menegang nyilu yang nikmat. Birahi mengalir dalam darahku membuatku terangsang. Kemudian kami bertiga duduk. Dan tak lama kemudian tubuhku kali ini dirangkul oleh Anto. Tangannya mengelus dan meraba pahaku, kemudian perlahan menyusup di rokku. Tak lama kemudian celana dalamku yang membentuk belahan kemaluanku terlihat jelas. Tangannya bergerak dari bagian paha luar, dalam, dan selangkanganku. Terasa bibir vaginaku berdenyut dan sensitif. Sebenarnya tanpa mereka sadari aku sedang menikmati kejadian ini dan aku terangsang. Aku berusaha menyembunyikan perasaan ini.


    “Rina.. Paha kamu mulus.. putih.. kulit kamu lembut ya,” sahut Anto dengan kedua tangan yang menikmati tubuhku. Sesaat kemudian kurasakan tangan Rian mendekap salah satu buah dadaku yang sedang terangsang. Sesaat nafasku tertahan kemudian batinku terdiam. Kurasakan nikmat di dadaku. Putingku sedang dialiri darah birahi. Perlahan daguku terangkat tinggi. Akhirnya nafasku berburu.

    Tampaknya Rian dan Anto tahu bila aku terangsang. Tanpa basa basi lagi mereka melakukan permainan selanjutnya. Perlahan tangan Rian yang mendekap dadaku turun dan menyusup kaosku. Kurasakan tangan Rian menyentuh kulit perutku dan menyusup sampai mendekap dadaku yang tertutup BH dan kemudian meremas-remas. Daguku terangkat tinggi. Kemudian bibir Rian kurasakan mengecup dan mencuimi leherku. Mataku terpejam dan kugigit lembut bibir bawahku.

    “Oouuhh..” dengan pelan desahan itu keluar dari mulutku. Semakin kukeluarkan suara dari mulut maka semakin mereka menjadi. Kurasakan tali BH-ku terlepas dan BH-ku mengendor. Entah siapa yang melakukannya. Kurasakan tangan Rian mendekap dadaku secara langsung. “Aahh,” kurasakan. Dadaku diremas-remas lagi dan kemudian kedua putingku dimainkan oleh Rian. Nikmatnya!

    Perlahan BH dan kaosku diangkat. Udara pun menyentuh putingku langsung dan merangsang tubuhku. Celana dalamku dibuka Anto. Kaos dan BH-ku dilepas Rian. Rokku tidak ketinggalan. Pakaian yang menyelimuti tubuhku berserakan entah berada dimana.

    Akhirnya tiada sehelai kainpun di tubuh ini. Semakin tubuhku polos semakin buaian udara merangsang tubuhku. Rasanya tubuh ini ingin dinikmati. Perlahan tangan Anto membuat kakiku mengangkang lebar. Rasanya buaian angin merangsang paha dalam dan daerah kemaluanku dan membuatku berharap untuk mendapatkan kenikmatan. Kurasakan bibir Anto menyentuh dan mengecup bibir vaginaku. Daguku terus terangkat tinggi dan dadaku reflek membusung seakan menyodorkan diri. Kurasakan seperti ada setrum yang mengalir dari bibir vagina ke seluruh tubuh.


    “Oouuhh..” dengan panjang kuucapkan. Kurasakan tangan Rian meremas dadaku dan memainkan putingku. Ah, dua titik sensitifku terangsang. Dengan reflek dadaku kubusungkan sesampai-sampainya. Tampaknya Rian tidak diam melihatku begini. Segera ia menghisap salah satu putingku lagi. Ah, sekarang ketiga titik sensitifku terangsang. Kurasakan jari-jari Anto perlahan masuk ke liang vaginaku. Lalu keluar lagi dan akhirnya keluar masuk dengan cepat dan serakah. Kurasakan birahiku melayang dan terangsang membuatku pasrah dan menikmati cara mereka yang sedang menikmati tubuhku. Kuarasakan kemaluanku basah. Anusku juga terkena air yang mengalir. Tampaknya Anto mengetahui hal ini. Perlahan salah satu jarinya masuk ke anusku. Semakin lama anusku licin dan jari Anto dapat keluar masuk mudah. Akhirnya jari-jari Anto keluar masuk dikedua liang tubuhku. Nikmat kurasakan dan entah mengapa semakin kusodorkan kedua liangku ke arahnya. Bibir Anto menikmati daerah pinggang dan perutku. Aah, seperti listrik mengalir dalam darahku dan juga daerah daerah tubuhku yang mereka sentuh.

    Akhirnya kuterbaring dan kulihat Anto melepaskan celananya. Kulihat miliknya terhunus dan ia tujukan ke liang vaginaku. Kurasakan sentuhan miliknya di bibir vaginaku. Perlahan-lahan masuk. Dagu dan dadaku terangkat tinggi. “Aaahh..” kuucapkan sambil akhirnya milik Anto menancap dalam di liang vaginaku. Kemudian ia keluar-masukkan. Kurasakan gesekan milik Anto keluar masuk. Nikmat rasanya sampai-sampai anusku berdenyut-denyut. Mataku setengah terpejam dan kadang-kadang tubuhku goyang karena tak tahan merasakan nikmat. Sekilas terlihat Rian melepaskan celananya. Kulihat miliknya lalu ia tempelkan ke mulutku. Kurasakan di bibirku dan tampaknya aku menyukainya. Perlahan miliknya dimasukkan ke dalam mulutku. Entah mengapa mulutku terangsang. Lalu kudekap milik Rian dengan tanganku. Kuayun-ayunkan dan kuhisap dengan mulutku. Kurasakan seluk beluknya dan kunikmati dengan lidah dan mulutku. Kujilat, kuhisap, kutelan dan seterusnya.

    Beberapa saat kemudian kurubah posisiku jadi mengungging. Dengan begini mulutku dapat menikmati milik Rian yang terhunus. Perlahan kurasakan kenikmatan yang berbeda. Milik Anto perlahan ia cabut dari liang vaginaku dan kemudian ia hunuskan ke anusku yang kurasakan berdenyut-denyut nikmat. Perlahan ia masukkan ke anusku yang sudah terangsang, basah dan longgar karena jemarinya. Akhirnya tertancap dalam dan ia keluar masukkan dengan pelan. Karena sudah licin maka ia keluar-masukkan dengan cepat dan akhirnya menyembur cairan di liang anusku.

    “Ouuhh..” kuucapkan sambil menikmati semburan yang Anto keluarkan. Setelah itu Anto mendiamkan miliknya diam tertancap. Sesaat kemudian ia mainkan lagi. Anusku sangat licin karena cairannya. Kadang ia keluarkan dulu dan kemudian dia tancapkan lagi. Tampaknya ia sengaja. Karena setiap tancapan aku mendesah karena merasakan nikmat.


    Beberapa saat kemudian kurasakan banyak cairan yang menyembur dari milik Rian. Karena kubenar-benar terangsang maka kurasakan nikmat. Lalu kutelan dan entah mengapa malah membuatku tambah terangsang. Setelah habis kulepaskan hisapanku. Rian terdiam. Anto menarik pundakku. Sehingga ia dapat memelukku dari belakang. Tangannya meraba-raba dadaku.

    Kurasakan ia berdiri dan aku tergantung di miliknya yang menancap. Kulihat Rian menghampiriku lagi. Kurasakan miliknya ia tancapkan ke liang vaginaku. Ah, aku diapit. Kurasakan kedua liangku mereka masuki. Dan akhirnya kami sama-sama sampai puncak dan puas.

    Suasana rumah yang sepi sangat merangsang kami. Kemudian aku ajak mereka ke kamarku. Di sana tubuhku mereka nikmati lagi dan lagi. Aku pun menikmatinya juga. Karena gairah kami yang tinggi maka kami lakukan berulang-ulang. Sampai disaat kuhisap milik mereka dan tiada cairan yang mereka keluarkan di mulutku dan liangku. Kurasakan tak ada semburan.

    Karena sudah malam akhirnya kami jalan keluar bertiga. Kami jalan-jalan dengan mobilku yang kaca filmnya hampir 100%. Kami main di utara Jakarta. Kemudian kami buat mobil goyang sampai jam 04:00 pagi. Tentu kami melakukan istirahat. Dan kami keluar dan balik jam 04:00 lebih. Tampaknya gairah seumur kami memang fit. Anto dan Rian bergiliran menyetir. Dan diperjalanan tiada sehelai kainpun di tubuhku. Kondisi kaca mobil yang memungkinkan sehingga selepas dari mojok aku pun masih bercinta dengan mereka. Sampai-sampai penjaga karcis pun tidak melihat tubuh polosku. Diperjalanan aku duduk di belakang dan mereka bergiliran bercinta denganku. Mungkin karena tubuhku yang lebih unggul dari cewek-cewek lain jadi mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan yang jarang ini. Dan mereka terus menikmati tubuhku.

  • Kisah Memek Sepupuku Lisa Yang Kena Entot

    Kisah Memek Sepupuku Lisa Yang Kena Entot


    2201 views

    Duniabola99.com – Jika ada di antara pembaca merasa terbawa dalam kisahku ini aku mohon maaf kepada saudara/i. Sebelumnya aku perkenalkan diriku dulu. Namaku Sultan, wajahku lumayan lah. Kata teman-temanku, aku tampan. Itu kata mereka, kalau menurutku, aku biasa-biasa saja. Aku anak dari seorang pejabat. Papaku bekerja di suatu kantor pemerintahan, waktu itu ayah menjabat sebagai wakil walikota.


    Awal kisah ini terjadi sekitar awal Januari, dimana waktu itu aku sedang sendiri di rumah, sedang nonton TV tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara bel berbunyi.Kringg.. kring.. suara bel berbunyi itu membuat aku terkejut.Kemudian aku membuka pintu, aku melihat seorang gadis berdiri menggunakan baju kaos berwarna putih dan rok mini berwarna hijau sampai ke lutut, wajahnya cantik dan sedap dipandang mata.Aku bertanya, Cari siapa dik..?Dia balas dengan bertanya, Benarkah ini rumah paman Rizal..?Aku terkejut, karena nama yang dia sebutkan adalah nama papaku. Kemudian aku bertanya lagi.Adik ini siapa?Dia hanya tersenyum. Senyumannya manis sekali, lalu aku jawab, Benar, ini rumah paman Rizal, sambungku lagi.Dan sekali lagi dia tersenyum, manis sekali, membuat hatiku dag dig dug.Aku bertanya lagi, Adik ini siapa sih..?Sambil terseyum dia memperkenalkan dirinya, Namaku Lisa, kata-katanya terhenti, Aku datang kemari disuruh mama untuk menyampaikan sesuatu untuk paman Rizal.Oh iyah.. aku sampai lupa mempersilakan dia masuk ke rumah. Lalu kusuruh dia masuk.Silakan masuk, kataku.Aku persilakan dia masuk, Kan ngga enak bicara di depan pintu, apa lagi tamu.Setelah berbicara sebenter di depan pintu, dia masuk dan duduk di kursi ruang tamu. Setelah kupersilakan duduk, aku mulai bertanya lagi tentang dia, dan siapa dia bagaimana hubungannya dengan papaku.Kalau boleh tau, adik ini siapa yah..?Hihihi.. dia tertawa, aku jadi heran, tetapi dia malah tertawa.Kalau ngga salah, pasti abang ini bang.. Sultan yah? sambungnya.Aku terkejut, dari mana dia tahu namaku, lalu aku bertanya, Kog adik tau nama abang?Lalu dia tertawa lagi, Hihihi ..tau dong.Masa abang lupa sama aku? lanjutnya. Aku Lisa, bang. Aku anaknya tante Maria, celotehnya menjelaskan.Aku terkejut, ..ah.. jadi kamu anaknya tante Maria? tambahku.

    Aku jadi termangu. Aku baru ingat kalau tante Maria punya anak, namanya Lisa. Waktu itu aku masih SMP kelas 3 dan Lisa kelas 1 SMP. Kami dulu sering bermain di taman bersama. Waktu itu kami belum tahu tentang apa yang namanya cinta/sex dan kami tidak berjumpa lagi karena waktu itu aku pergi ke Australia sekitar 2 tahun. Sekembalinya dari Autralia aku tidak pernah ke rumahnya karena sibuk sekolah. Sudah kira-kira 3 tahun kami tidak berjumpa, sampai aku mahasiswa tingkat 2, aku tidak ingat namanya lagi, kini bertemu sudah besar dan cantik lagi.Lalu kubertanya kembali menghamburkan lamunanku sendiri, Bagaimana kabar mamamu? tanyaku.Baik jawabnya.Kamudian dia mengulangi maksud dan tujuannya. Katanya, papaku diminta mamanya untuk datang ke rumahnya untuk membicarakan sesuatu hal.Lalu aku balik bertanya dengan penasaran, Kira-kira yang akan dibicarakan apa sih..?Dia menjawab sambil tersenyum manis nan menggoda. Sambil tersenyum, aku memperhatikan dirinya penasaran.

    Tiba-tiba dia bicara, Ternyata abang ganteng deh, ternyata mama ngga salah bilang.Aku jadi salah tingkah dan wajahku memerah karena dipuji. Adik ini ada-ada saja pikirku. Kemudian aku sambut kata-katanya, Ternyata tante Maria punya anak cantik juga. dia hanya tersenyum saja.Paman Rizal kemana bang? dia bertanya membuka keheningan.Belum pulang kerja. jawabku.Hmmm gumamnya.Ya udah deh, titip pesen aja gitu tadi, ya bang! memastikan.Iya oke. jawabku pasti.Jangan lupa yah..! lebih memastikan.Iya.. aku tegaskan lagi.Oke deh.. kalau gitu Lisa pamit dulu yah.. ngga bisa lama-lama nih.. mama bilang jangan lama-lama. jelasnya. Pamit yah bang! tambahnya.Oke deh, mengiyakan. Hati-hati yah! sambungku seperti cowok-cowok lain pada cewek umumnya.Dia hanya tersenyum menjawabnya, Iya bang

    Nah, detik itu jugalah momen itu terjadi. Tidak tahu kenapa dia tiba-tiba menarik tanganku dan mencium pipiku. Bercampur rasa bingung dan asyik di hatiku.Waduh buat apa itu tadi? tanyaku bodoh. Dia hanya tersenyum.Abang ganteng deh, jelasnya sambil melepaskan pegangan tangannya.Nah, itu dia, karena menurutku aji mumpung perlu diterapkan, aku menangkap tangannya dan balik mencium pipinya. Dia menjadi kaget dan aku hanya tersenyum saja, memasang wajah innocent yang jauh dari sempurna. Balas dendam pikirku. Karena kepalang keasyikan dan sudah timbul nafsu. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium bibirnya mengusik kediamannya karena kaget pada ciuman pertamaku tadi.


    Mumpung rumah sepi kesempatan nih.. pikirku dalam hati.Aku memberanikan diri untuk lebih lagi dengan meraba tonjolan yang ada di dadanya yang terbungkus bra dari luar.Dia mendesah, ..ahh..hem..Tonjolannya agak lumayan kalau tidak salah taksir, kira-kira 32b besarnya. Karena sudah sangat bernafsu, dan ego kelelakianku meningkat, hasrat itu pun timbul. Aku belai tubuhnya perlahan dan terus menaik sampai ke lehernya. Kubuka baju yang dia pakai hingga terlepas. Dan aku terus meraba bongkongnya yang lumayan juga besarnya kalau tidak salah taksir dapurnya kira-kira 61.Seperti penyanyi saja, gumamku dalam hati.

    Karena keadaan kurang memungkinkan, kugendong dia ke kamarku sambil kami berciuman terus. Kurebahkan dia di kasur dan kutindih dia. Kubuka perlahan-lahan kaos yang dia pakai dan BH-nya aku buka hingga polos. Terpampang di depanku sebuah pemandangan yang indah, sebuah gunung dua yang sangat indah dengan pucuknya berwarna merah ranum. Aku dengan rakusnya meremas dan mengulum kanan dan kiri. Tanganku dengan aktif terus menjalar ke rok yang dia pakai. Perlahan-lahan aku turunkan hingga terbuka semuanya. Aku melihat kodam (kolor,dalam) warna putih dengan berenda bunga. Kubuka perlahan-lahan dengan sabar, hati-hati dan lembut. Tiba-tiba dia menepis tanganku.Jangan bang..! Jangan bang..! dia memohon, tetapi aku yang sudah dirasuki setan tidak ambil pikir.Kemudian kucium bibirnya dan kuremas kembali gunungnya. Dia terangsang. Kucoba mengulang kembali, kutarik kodamnya (kolor,dalam) perlahan-lahan. Dia tidak menepis tanganku, terus kubuka dan kuterpana melihat pemandangan yang begitu indah yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. Aku melihat sebuah kemaluan yang masih gundul yang hanya dikelilingi dengan rambut yang masih belum lebat.

    Kusibak hutan yang masih agak gundul. Ada cairan bening yang keluar dari dalam hutannya. Dia sudah terangsang. Kubuka bajuku tergesa-gesa. Pakaianku hanya tinggal kodam (kolor dalam) saja tetapi Ucokku (kejantananku) sudah mau lompat saja, ingin mencari sasaran. Sudah tidak tahan ucokku sehingga aku langsung meraba hutannya. Kusibak (buka) hutannya dan aku menciumnya. Kemudian kujilat semacam daging yang keluar dari kemaluannya. Kujilat terus kelentitnya hingga dia meyilangkan kakinya ke leherku.Ahh.. ohh.. yaa.. desahnya.Kumasukan jari tanganku satu dan kukorek-korek dalam hutanya. Dia semakin merapatkan kakinya ke leherku sehingga mukaku terbenam dalam hutannya. Aku tidak bisa bernafas. Aku terus hajar hutannya.


    Hauhh.. ahh.. yahh.. huhhh.. terdengar suara desahya.Aku terus hisap sehingga timbul suara yang entah dia dengar atau tidak. Kemudian perlahan-lahan kakinya agak melonggar sehingga aku bisa nafas dengan bebas kembali. Aku terus menghisap dalam hutannya. Setelah puas kubermain di hutanya, kuhisap lagi gunung kembarnya, kiri dan kanan.Bang.. aku udah ngga tahan nih.. mau keluar.. desahnya.Kupercepat lagi hisapanku, dia merintih.Ahh.. oohhh.. yahh.. serrrr.. dia lemas. Ternyata dia sudah klimaks.Kubuka kodamku dan kejantananku ini kukeluarkan. Taksiranku, kejantananku kira-kira 18 cm panjangnya kalau sudah tegang. Kubimbing kejantananku (ucok) ke arah hutannya. Kugesek-gesekan kejantananku pada liang kelaminnya, kusodok perlahan-lahan. Awalnya meleset, tidak masuk. Wah, ternyata dia masih perawan. Kucoba lagi perlahan-lahan, tidak juga bisa masuk. Kuberi air ludah ke batang kejantananku agar tambah licin. Kemudian kucoba lagi, hanya masuk ujung kepalanya saja, dia merintih.

    Aduh.. sakit bang.. sakit.. rintihnya.Aku berhenti sejenak, tidak melanjutkan sodokanku, kukulum lagi gunungnya, dadanya terangkat ke atas. Tidak lama dia terangsang lagi, lalu kucoba lagi untuk meyodok (seperti permainan bola billyard). Kusodok terus dengan hati-hati, aku tidak lupa memberi ludahku ke kejantananku. Karena hutannya becek akibat klimaks tadi jadi agak licin sehingga kepala kejantananku bisa masuk dia merintih.Aduh.. sakit bangTahan dikit yah.. adikku manis..`ngga sakit kok.. cuman sebentar aja sakitnya bisikku di daun telinganya.Dia diam saja. Kusodok lagi, akhirnya masuk juga kepala si ucok, terus kusodok agak keras biar masuk semua.Slupp.. blesss.. dan akhirnya masuk juga ucokku. Dia menggigit bibirnya menahan sakit. Karena kulihat dia menahan sakit aku berhenti menunggu dia tidak kesakitan lagi. Ucokku masih terbenam dalam hutannya, kulihat dia tidak menggigit bibirnya lagi. Kusodok lagi ucokku perlahan-lahan dan lembut, ternyata dia meresapinya dan kembali terangsang. Kusodok terus.

    Ahh.. auuohhh.. yahh.. terus bang.. pintanya karena dia teransang hebat sambil mengoyangkan pinggulnya ke kiri kanan. Rupanya dia sudah tidak kesakitan lagi. Semakin kuat kusodok.Auoohhh.. ahhh.. yahh.. uhhh.. terus bang! kakinya dililitkan ke leherku.Ahh.. yaa.. rintihnya lagi, terus kusodok agak keras.Selupp.. selup.. suara ucokku keluar masuk, aku juga merasakan ada denyutan dalam hutannya seperti menghisap (menarik) ucokku. Rasanya tidak bisa dikatakan dengan kata-kata.Yahh.. aouuhh yahh.. suaraku tanpa sadar karena nikmatnya.Bang.. enak bang. kusodok terus.Uohh.. ahhh.. yahh.. terusss bang! Yahh.. yahh.. ngga tahan nih bang.. dia terus berkicau keenakan, oohh.. yahh aouuhh.. yaa.. i coming.. yes.. terus dia berkicau.Entah apa katanya, aku tidak tahu karena aku juga merasakan sedotan dalam hutanya semakin kuat.


    Dia meremas kain penutup tilam sampai koyak. Aku terus meyodok dan terus tidak henti-henti.Aouhhh.. ahhh.. yahh.. yaa.. mau keluar nih bang.. dan, Slerrrr dia keluar, terasa di kepala ucokku. Dia klimaks yang kedua kalinya.Aku terus memacu terus mengejar klimaksku, Yahh.. aouuu.. yahh.. ada denyutan di kepala ucokku.Yahh.. ahhh.. aku keluar, kutarik ucokku keluar, kuarahkan ke perutnya.Air maniku sampai 3x menyemprot, banyak juga maniku yang keluar, lalu kukecup keningnya.Terima kasih.. aku ucapkan.Kulihat ada bercak darah di sprei tilam, ternyata darah perawanya. Lalu kuajak dia membersihkan diri di kamar mandi, dia mengangguk. Kami mandi bersama. Tiba-tiba ucokku bangkit lagi melihat bongkongnya yang padat dan kenyal itu. Kutarik bokongnya dan kutunggingkan. Kusodok dari belakang.Aduh.. gumamnya karena masih agak sempit dan masih terasa ngilu karena baru hilang keperawanannya.

    Dia terangsang kembali, kuremas gunung kembarnya, aku berdengus. Ahh.. aouhhh.. yaaa.Crottt.. croottt.. crottt.. kukeluarkan maniku dan kutumpahkan di bokongnya.Kami terus bermain sampai 3 kali. Aku teringat kalau sebentar lagi mama akan pulang, lalu kusuruh cepat-cepat si Lisa mandi dan mengenakan pakaiannya. Kami tersenyum puas.Terima kasih yah bang, aku tersenyum saja dan aku mencium bibirnya lagi serta membisikkan ke telinganya, Kapan-kapan kita main lagi yah!Dia hanya tersenyum dan, ..iya, jawabnya.Setelah berpakain dan merapihkan diri, kuantar dia ke depan rumah. Dan ciuman manis di bibir tidak lupa dia berikan kepadaku sebelum pergi. Aku hanya bisa melihat dia berjalan pergi dengan langkah yang agak tertatih karena merasakan nyeri di selangkangannya.Oh nikmatnya dunia hari ini. pikirku dalam hati sambil menutup pintu.

  • Kisah Memek Sex Dengan Gadis Tetangga

    Kisah Memek Sex Dengan Gadis Tetangga


    3163 views

    Duniabola99.com – Suatu siang karena suasana rumah juga kosong istri sedang pergi ke maratuanya dan dirumah aku sendiri aku habiskan untuk menonton film bokep sendirian di rumah sampai menjelang sore hari membuat kontolku tegang, gawat karena dirumah juga istri gak ada dan pelampiasanku juga terhalang, mencoba untuk menenangkan diri tapi kontolku juga masih tegang, aku berjalan ke belakang untuk mengambil air es dan menyalakan musik.


    Dan sudah agak turun tegangannya tapi saat film itu berputar lagi dan ada suara suara yang menggairahkan membuat kontolku juga semakin berdiri , ahh apa aku keluar saja dan mencari pelampiasan di tempat SK tapi aku takut kalau nanti aku ketularan penyakitnya, aku hentikan niatku dan teringat sudah 4 hari ini kontolku juga tak di servis.

    Biasanya 2 hari sekali kontolku aku aku masukkan ke memek istriku, aku matikan film tersebut dan pindah ke bagian teras untuk membaca surat kabar sambil ngeteh di sore hari, saat serius membaca tiba tiba pintu pagar berbunyi “kreeekkkkkk” aku menoleh ke arah sana ternyata Nadine , anak tetangga

    “om tante nya ada???

    “tante kamu sedang pulang ke desanya katanya besok baru sampai sini, gimana nik , sini duduk saja dulu??

    Dia menurut kata kataku sekarang dia duduk di sampingku, gadis yang baru masuk SMA ini sangat cantik dan polos, “ada perlu apa nik dengan tante??? Barangkali om juga bisa bantu”

    “gini lho om kemarin tante bilang mau minjemi aku majalahnya”

    “majalah yang mana sih nik, ??(mataku sambil melirik ke bagian tengah yang mana buah dadanya sudah mulai menonjol, sudah besar juga ni buah dada Nadine)

    “ya kalau gitu masuk saja sambil milih mana majalahnya biar besok aku yang bilang sama tantemu??

    Aku taruh koranku dan mengajak Nadine untuk masuk ke dalam ruang tengah, disitu biasanya tantemu menaruh majalahnya coba cari sendiri saja tepat di bagian bawah tv ada rak disitu biasanya menaruh majalahnya aku kemudian duduk disofa sambil memilih milih aku memperhatikan bentuk pantat Nadine yang sangat padat di usianya, dengan posisi jongkong aku membayangkan pantat itu jika aku masukkan kontolku seperti di film bokep tadi asyk kelihatnnya.

    Apalagi dari BHnya yang telihat membekas pada kaos yang dia pakai, ditambah rambut yang panjang dan kulit putihnya, “om om ini majalahnya lawas semua, yang baru gak ada nih??kata Nadine membuyarkan lamunanku,

    Apa mungkin ada di kamar tantemu coba masuk saja dan mencarinya, sungguh aku tak menyangka gadis ini yang awalnya biasa biasa saja sekarang membuat aku bernafsu ibarat dia buah apel yang mau matang dan enak untuk di makan, dan Nadine berjalan menuju ke kamar aku buntuti dia masuk kekamarku “dan inilah kesempatanku”bisik setan


    Uhh tapi dia masih kecil apalagi dia tetanggaan denganku, tapi ahhhh aku sudah dipenuhi oleh nafsu dan harus diselesaikan, aku mulai masuk dan menutup pintu sambil aku kunci pelan pelan, “dimana nik udah ketemu belum??? “belum juga om masih mencari ini??

    “gimana kalau menonton film aja dulu nyarinya nantian lagi??

    “film apaan om, bagus gak??

    “bagus kok, coba duduk aja dulu??

    Tanpa curiga Nadine duduk di samping ranjang,

    Aku ambil film tersebut dan memasukan DVDnya “itu kok ada cover wanitanya om??

    “udah lihat saja nik, nanti bagus kok”

    “ihhhhh omm omm kok gitu sih filmnya, saat pembukaan film ada potongan potongan orang yang sedang bercumbu”

    “omm omm itu kan film bokep kan?? “iya bener nik, kamu suka kan???

    “ihhh ihh omm”

    Sambil berkata , dia masih menatap matanya ke TV, saat adegan saling bercumbu dan bertelanjang aku memeluk dia dari belakang “Nadine kamu mau kan seperti di Film tersebut” “ahh omm gak mau om”tapi saat aku sentuh lehernya dia tidak menolak.aku endus endus dari belakang “kamu belum pernah coba kan, enak kok Nadine, “

    “ahh omm jangan om” sambil mau melepaskan tanganku aku tetap saja menolak dan terus erat tanganku sambil meremas remas kedua buah dadanya”

    Aku rebahkan tubuh Nadine ke ranjang , dan segera ingin melepas celana yang dia pakai, “ommm please jangan lakukan ini om”erangnya sambil memberontak menjepit kakinya, tapi aku yang kuat tak meghiraukan perkataannya , aku mulai menurunkan celana jeansnya dan kupelorotkan celana dalamnya juga,


    Melihat pemandangan seperti itu membuat tergoda dan langsung tak menunggu lama aku daratkan bibirku di antara celah selakanganya kuhisap hisap memeknya dan lidahku menjilati di celah celah memeknya “hmm hmmmm omm omm dia mendesah” rupanya Nadine masih perawan.

    Saat kepalaku berada di selakangannya kurasakan getaran dari pahanya yang mengencang, menjepit kepalaku, seakan akan memberi kode untuk untuk lebih dalam menjilatinya dan aku memperdalam jilatanku “ahh ahhh ommm aku keluar dia sudah orgasme duluan, dan aku pelan pelan naik ke atas untuk melucuti pakaiannya.

    Kucopot kaosnya dia sudah terbawa suasana dan menurut perintahku, Bhnya juga aku suruh untuk melepasnya lalu aku remas remas kedua toketnya sambil menciumi bibirnya “ahhh ommm enak omm” berganti memilin dan menjilati kedua putingnya bergantian, “Arhhhggggg argghhhh” tubuh Nadine menggelinjang.

    Aku yang berada di atas tubuh Nadine dia meremas remas rambutku, mungkin ini baru pertama kalinya dia merasakan sentuhan laki laki, “enakk kan Nadine” “hooh om enak rupanya”

    “pengen lebih enak lagi gak??? Langsung aku memegang kakinya dan aku kangkang tepat di tepian ranjang dan mengatur posisi dia terlihat pasrah, karena kontolku juga sudah tegang maksimal aku arahkan kontolku ke bibir memeknya dengan hati hati aku gesek gesekkan karena aku tau kalua Nadine masih perawan.

    Ku basahi dulu memeknya agar licin kurasa sudah cukup basah aku kemabli berdiri dan siap untuk memerawani Nadine, kutempelkan dan kugesek gesekan dia mulai terangsang, “matanya merem melek sambil menggigit bibir bawahnya”

    Perlahan lahan aku tusukkan ke memeknya dikit demi sedikit mulai masuk dari kepala kontol, kira kira sepuluh menitan aku gesek gesekan dan aku masuk keluarkan “Nadine nanti kalau sakit bilang saja yaa”dia menggangguk dan perlahan aku mulai menusukkan bless blesss dia kesakitan saat baru setengah kontolku masuk ke dalam, aku hentikan sejenak dan masih kontolku ada di dalamnya,sambil menunggu rasa sakitnya hilang aku sambil menciumi bibirnya.

    Gerakanku mulai aku atur sambil menekan pelan pelan bless bless blessss “ahhhhhhhhhh omm sakit om” Nadine menjerit aku berhenti sejenak dulu sambil atur nafas karena memeknya belum terbiasa, sambil aku pijat memeknya kira kira 5 menitan aku masukkan lagi bless blesss dan hampir semua batangku kulihat sudah masuk.


    “ommm ahhhh” kurasakan kontolku sudah menembus dinding rahimnya, dan kurasakan ada cairan yang keluar rupanya ada bercak bercak darah dan sekarang Nadine sudah tak perawan lagi, aku mencoba untuk menenangkan dirinya dengan meremas remas toketnya dan membasuh keringat yang keluar dari wajahnya sambil aku ciumi bibir mungilnya.

    Setelah tenang aku mulai menekan dan menggenjot tubunya “auuhh okkhh ussshhh ommm” dia mendesah saat tubuhku naik turun, mendengar erangan makin kencang aku terus genjot tubuh dia dan semakin aku bernafsu, “aohhh ommm aku keluar omm” getaran dari pantat dan mulut dia di gigit, “gimana nik, sekarang udah enakan kan , gak sakit kayak tadi??”

    “iya omm sekarang enakan sekali, terusin om “

    Aku ingin mengajak dia berbagai macam gaya tapi karena ini baru pertama kalinya mungkin gaya ini saja sudah cukup dan lain kali juga aku bisa menikmatinya lagi, yang penting aku bisa merasakan memek perawan lagi setelah istriku, kira kira satu jam aku mengentot tubuh Nadine dan aku keluarkan spermaku di luar di perut Nadine, setelah kucabut kontolku aku memeluk tubuh Nadine” gimana han, nikmat bener kan kata om” “iya om nikmat sekali, tapi Nadine takut om nanti kalau hamil gimana???”

    “ya gak dong aku kan keluarnya di luar gak di dalam”

    “jadi gak bakal hamil kamu”

    Sambil rebahan kami saling ngobrol dengan masih kondisi telanjang, “nanti kalau pingin lagi bilang saja ama om ya, nanti om kasih gaya gaya yang lebih nikmat” “kalau nanti ketahuan tante gimana??


    “ya jangan sampai ketahuan dong, kataku”

    Melihat dia masih telanjang dan berkeringat aku menjadi nafsu kembali dan kontolku yang layu sekarang tegang kembali, aku bangkit dan memegang tubuh Nadine menyuruh dia untuk menungging, karena sudah terbiasa dia tidak merasakan sakit lagi dan aku leluasa untuk menggenjot tubuh Nadine , uhhhh sangat enak sekali memek perawan tetanggaku ini.

  • Kisah Memek Sex dengan Istri pamanku

    Kisah Memek Sex dengan Istri pamanku


    2463 views

    Duniabola99.com – Aku mempunyai seorang paman yang belum menikah. Pamanku ini bisa dibilang banyak istri. Hal ini disebabkan karena pamanku adalah pengusaha kaya tapi ia terlalu cerewet dalam memilih pendamping hidupnya. Sebenarnya ia telah banyak diperkenalkan dgn wanita-wanita muda oleh keluargaku, tetapi tetap ia bilang inilah itulah, semuanya cocok dgn matanya, katanya.


    Sampai pada suatu saat, ketika aku kebetulan sedang bertamu ke rumahnya, datang istri pamanku dgn seorang wanita yang sangat cantik dan Seksi, semampai, langsing, pokoknya kalau menurut saya, layak dikirim untuk jadi calon miss universe.

    Kemudian kami diperkenalkan dgnnya, wanita itu bernama Dina, ternyata namanya pas sekali dgn wajahnya yang memang Dina itu. Ia berusia 24 tahun dan saat itu ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan teman pamanku itu. Kemudian kami bercakap-cakap, ternyata Dina memang enak untuk diajak ngobrol. Dan aku melihat sepertinya pamanku tertarik sekali dgnnya, karena aku tahu matanya tidak pernah lepas memandang wajah Dina.

    Tapi tidak demikian halnya dgn Dina. Ia lebih sering memandangku, terutama ketika aku berbicara, tatapannya dalam sekali, seolah-olah dapat menembus pikiranku. Aku mulai berpikir jangan-jangan Dina lebih menyukaiku. Tapi aku tidak dapat berharap banyak, soalnya bukan aku yang hendak dijodohkan. Tapi aku tetap saja memandangnya ketika ia sedang berbicara, kupandangi dari ujung rambut ke kaki, rambutnya panjang seperti gadis di iklan sampo, kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus, tapi sepertinya dadanya agak rata, tapi aku tidak terlalu memikirkannya.

    Tidak terasa hari sudah mulai malam. Kemudian sebelum mereka pulang, pamanku mentraktir mereka makan di sebuah restoran chinese food di dekat rumahnya di daerah Sunter. Ketika sampai di restorant tersebut, aku langsung pergi ke WC dulu karena aku sudah kebelet. Sebelum aku menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu tersebut. Ternyata adalah Dina.

    “Eh, ada apa din?”

    “Enggak, gua pengen kasih kartu nama gua, besok jangan lupa telpon gua, ada yang mau gua omongin, oke?”

    “Kenapa enggak sekarang aja?”

    “Jangan, ada paman elu, pokoknya besok jangan lupa.”

    Setelah acara makan malam itu, aku pun pulang ke rumah dgn seribu satu pertanyaan di otakku, apa yang mau diomongin sama Dina sih. Tapi aku tidak mau pikir panjang lagi, lagipula nanti aku bisa-bisa susah tidur, soalnya kan besok harus masuk kerja.


    Besoknya saat istirahat makan siang, aku meneleponnya dan bertanya langsung padanya.

    “Eh, apa sih yang mau elu omongin, gua penasaran banget?”

    “Eee, penasaran ya, Tonn?”

    “Iya lah, ayo dong buruan!”

    “Eh, slow aja lagi, napsu amet sih elu.”

    “Baru tahu yah, napsu gua emang tinggi.”

    “Napsu yang mana nih?” Dina sepertinya memancingku.

    “Napsu makan dong, gua kan belum sempat makan siang!”

    Aku sempat emosi juga rasanya, sepertinya ia tidak tahu aku ini orang yang sangat menghargai waktu, terutama jam makan siang, soalnya aku sambil makan dapat sekaligus main internet di tempat kerjaku, karena saat itu pasti bosku pergi makan keluar, jadi aku bebas surfing di internet, gratis lagi.

    “Yah udah, gua cuma mau bilang bisa enggak elu ke apartment gua sore ini abis pulang kerja, soalnya gua pengen ngobrol banyak sama elu.”

    Aku tidak habis pikir, nih orang kenapa tidak bilang kemarin saja.

    Lalu kataku, “Kenapa enggak kemarin aja bilangnya?”

    “Karena gua mau kasih surprise buat elu.” katanya manja.

    “Ala, gitu aja pake surprise segala, yah udah entar gua ke tempat elu, kira-kira jam 6, alamat elu di mana?”

    Lalu Dina bilang, “Nih catet yah, apartment XX (edited), lantai XX (edited), pintu no. XX (edited), jangan lupa yah!””Oke deh, tunggu aja nanti, bye!”

    “Bye-bye Tonn.”


    Setelah telepon terputus, lalu aku mulai membayangkan apa yang akan dibicarakan, lalu pikiran nakalku mulai bekerja. Apa bisa aku menyentuhnya nanti, tetapi langsung aku berpikir tentang pamanku, bagaimana kalau nanti ketahuan, pasti tidak enak dgn pamanku. Lalu aku pun mulai tenggelam dalam kesibukan pekerjaanku.

    Tidak lama pun waktu sudah menunjukkan pukul 18.00, sudah waktunya nih, pikirku. Lalu aku pun mulai mengendarai motorku ke tempatnya. Lumayan dekat dari tempat kerjaku di Roxymas. Sesampainya di sana, aku pun langsung menaiki lift ke lantai yang diberitahukan. Begitu sampai di lantai tersebut, aku pun langsung melihatnya sedang membuka pintu ruanganya.

    Langsung saja kutepuk pundaknya, “Hai, baru sampe yah, Yu..”

    Dina tersentak kaget, “Wah gua kira siapa, pake tepuk segala.”

    “Elu khan kasih surprise buat gua, jadi gua juga mesti kasih surprise juga buat elu.”

    Lalu ia mencubit lenganku, “Nakal elu yah, awas nanti!”

    Kujawab saja, “Siapa takut, emang gua pikirin!”

    “Ayo masuk Tonn, santai aja, anggap aja rumah sendiri.” katanya setelah pintunya terbuka.

    Ketika aku masuk, aku langsung terpana dgn apa yang ada di dalamnya, kulihat temboknya berbeda dgn tembok rumah orang-orang pada umumnya, temboknya dilukis dgn gambar-gambar pemandangan di luar negeri. Dia sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku. Tapi hebat juga kalau cuma kerja sebagai sekretaris mampu menyewa apartment. Jangan-jangan ini cewek simpanan, pikirku.

    Sambil aku berkeliling, Dina berkata, “Mau minum apa Tonn?”

    “Apa saja lah, asal bukan racun.” kataku bercanda.

    “Oh, kalau gitu nanti saya campurin obat tidur deh.” kata Dina sambil tertawa.

    Sementara ia sedang membuat minuman, mataku secara tidak sengaja tertuju pada rak VCD-nya, ketika kulihat satu persatu, ternyata lebih banyak film yang berbau porno. Aku tidak sadar ketika ia sudah kembali, tahu-tahu ia nyeletuk, “Tonn, kalo elu mau nonTonn, setel aja langsung..!”


    Aku tersentak ketika ia ngomong seperti itu, lalu kubilang, “Apa gua enggak salah denger nih..?”

    Lalu katanya, “Kalo elu merasa salah denger, yah gua setelin aja sekarang deh..!”

    Lalu ia pun mengambil sembarang film kemudian disetelnya. Wah, gila juga nih cewek, pikirku, apa ia tidak tahu kalau aku ini laki-laki, baru kenal sehari saja, sudah seberani ini.

    “Duduk sini Tonn, jangan bengong aja, khan udah gua bilang anggap aja rumah sendiri..!” kata Dina sambil menepuk sofa menyuruhku duduk.

    Kemudian aku pun duduk dan nonTonn di sampingnya, agak lama kami terdiam menyaksikan film panas itu, sampai akhirnya aku pun buka mulut, “Eh Yu, tadi di telpon elu bilang mau ngomong sesuatu, apa sih yang mau elu ngomongin..?”

    Dina tidak langsung ngomong, tapi ia kemudian menggenggam jemariku, aku tidak menyangka akan tindakannya itu, tapi aku pun tidak berusaha untuk melepaskannya.

    Agak lama kemudian baru ia ngomong, pelan sekali, “Elu tau Tonn, sejak kemarin bertemu, kayaknya gua merasa pengen menatap elu terus, ngobrol terus. Tonn, gua suka sama elu.”

    “Tapi khan kemarin elu dikenalkan ke Paman gua, apa elu enggak merasa kalo elu itu dijodohin ke Paman gua, apa elu enggak lihat reaksi Paman gua ke elu..?”

    “Iya, tapi gua enggak mau dijodohin sama Paman elu, soalnya umurnya aja beda jauh, gua pikir-pikir, kenapa hari itu bukannya elu aja yang dijodohin ke gua..?” kata Dina sambil mendesah.

    Aku pun menjawab, “Gua sebenarnya juga suka sama elu, tapi gua enggak enak sama Paman gua, entar dikiranya gua kurang ajar sama yang lebih tua.”

    Dina diam saja, demikian juga aku, sementara itu film semakin bertambah panas, tapi Dina tidak melepaskan genggamannya. Lalu secara tidak sadar otak pornoku mulai bekerja, soalnya kupikir sekarang kan tidak ada orang lain ini. Lalu mulai kuusap-usap tangannya, lalu ia menoleh padaku, kutatap matanya dalam-dalam, sambil berkata dgn pelan, “Dina, gua cinta elu.”

    Ia tidak menjawab, tapi memejamkan matanya. Kupikir ini saatnya, lalu pelan-pelan kukecup bibirnya sambil lidahku menerobos bertemu lidahnya. Dina pun lalu membalasnya sambil memelukku erat-erat. Tanganku tidak tinggal diam berusaha untuk meraba-raba buah dadanya, ternyata agak besar juga, walaupun tidak sebesar punyanya bintang film porno. Dina menggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-desah menikmati rangsangan yang diterima pada buah dadanya.

    Kemudian aku berusaha membuka satu persatu kancing bajunya, lalu kuremas-remas pDinadara yang masih terbungkus BRA itu.

    “Aaahh, buka aja BH-nya Tonn, cepat.., oohh..!”

    Kucari-cari pengaitnya di belakang, lalu kubuka. Wah, ternyata lumayan juga, masih padat dan kencang, walaupun tidak begitu besar. Langsung kusedot-sedot putingnya seperti anak bayi kehausan.


    “Esshh.. ouwww.. aduhh.. Tonn.. nikmat sekali lidahmu.., teruss..!”

    Setelah bosan dgn pDinadaranya, lalu kubuka seluruh pakaiannya sampai bugil total. Ia juga tidak mau kalah, lalu melepaskan semua yang kukenakan. Untuk sesaat kami saling berpandangan mengagumi keindahan masing-masing. Lalu ia menarik tanganku menuju ke kamarnya, tapi aku melepaskan pegangannya lalu menggendongnya dgn kedua tanganku.

    “Aouww Tonn, kamu romantis sekali..!” katanya sambil kedua tangannya menggelDinat manja melingkari leherku.

    Kemudian kuletakkan Dina pelan-pelan di atas ranjangnya, lalu aku menindih tubuhnya dari atas, untuk sesaat mulut kami saling pagut memagut dgn mesranya sambil berpelukan erat. Lalu mulutku mulai turun ke buah dadanya, kujilat-jilat dgn lembut, Dina mendesah-desah nikmat. Tidak lama aku bermain di dadanya, mulutku pelan-pelan mulai menjilati turun ke perutnya, Dina menggeliat kegelian.

    “Aduh Tonn, elu ngerjain gua yah, awas elu nanti..!”

    “Tapi elu suka khan? Geli-geli nikmat..!”

    “Udah ah, jilati aja memek gua Tonn..!”

    “Oke boss.., siap laksanakan perintah..!”

    Langsung saja kubuka paha lebar-lebar, tanpa menunggu lagi langsung saja kujilat-jilat klitorisnya yang sebesar kacang kedele. Dina menggoyang-goyangkan pinggulnya dgn liar seakan-akan tidak mau kalah dgn permainan lidahku ini.

    “Oohh esshh aaouuw uuhh teeruss.., lebih dalemm, oohh.. nikmat sekali..!”

    Agak lama juga aku bermain di klitorisnya sampai-sampai terlihat banjir di sekitar vaginanya.

    “Tonn, masukkin aja titit elu ke lobang gua, gua udah enggak tahan lagi..!”

    dgn segera kuposisikan diriku untuk menembus kemaluannya, tapi ketika kutekan ujung penisku, ternyata tidak mau masuk. Aku baru tahu ternyata dia masih perawan.

    “Dina, apa elu tidak menyesal perawan elu gua tembus..?”

    “Tonn, gua rela kalau elu yang ngambil perawan gua, bagi gua di dunia ini cuma ada kita berdua aja.”

    Tanpa ragu-ragu lagi langsung kutusuk penisku dgn kuat, rasanya seperti ada sesuatu yang robek, mungkin itu perawannya, pikirku.

    “Aduh sakit Tonn, tahan dulu..!” katanya menahan sakit.

    Aku pun diam sejenak, lalu kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnya. Beberapa menit kemudian ia terangsang lagi, lalu tanpa buang waktu lagi kutekan pantatku sehingga batang kemaluanku masuk semuanya ke dalam lubangnya.

    “Pelan-pelan Tonn, masih sakit nih..!” katanya meringis.

    Kugoyangkan pinggulku pelan-pelan, lama kelamaan kulihat dia mulai terangsang lagi. Lalu gerakanku mulai kupercepat sambil menyedot-nyedot puting susunya. Kulihat Dina sangat menikmati sekali permainan ini.


    Tidak lama kemudian ia mengejang, “Tonn, aa.. akuu.. mau keluarr.., teruss.. terus.., aahh..!”

    Aku pun mulai merasakan hal yang sama, “Yu, aku juga mau keluar, di dalam atau di luar..?”

    “Keluarin di dalem aja Sayang.. ohh.. aahh..!” katanya sambil kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku dan terus menggoyangkan pantatnya.

    Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Oohh.. sshh.. sshh.. sshh..”

    Ternyata dia sudah keluar, aku terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga menyentuh ke dasar liang senggamanya.

    “Sshh.. aahh..” dan, “Aagghh.. crett.. crett.. creet..!”

    Kutekan pantatku hingga batang kejantananku menempel ke dasar liang kenikmatannya, dan keluarlah spermaku ke dalam liang surganya.

    Saat terakhir air maniku keluar, aku pun merasa lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidak kucabut batang kemaluanku dari liangnya, melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hingga dgn jelas aku dapat melihat bagaimana rudalku masuk ke dalam sarangnya yang dikelilingi oleh bulu kemaluannya yang menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuh klitorisnya.

    “Sshh.. aahh..!” hanya desisan saja yang menjadi jawaban atas perlakuanku itu.

    Setelah itu kami berdua sama-sama lemas. Kami saling berpelukan selama kira-kira satu jam sambil meraba-raba.

    Lalu ia berkata kepadaku, “Tonn, mudah-mudahan kita bisa bersatu seperti ini Tonn, gua sangat sayang pada elu.”


    Aku diam sejenak, lalu kubilang begini, “Gua juga sayang elu, tapi elu mesti janji tidak boleh meladeni paman gua kalo dia nyari-nyari elu.”

    “Oke boss, siap laksanakan perintah..!” katanya sambil memelukku lebih erat.

    Sejak saat itu, kami menjadi sangat lengket, tiap malam minggu selalu kami bertingkah seperti suami istri. Tidak hanya di apartmentnya, kadang aku datang ke tempat kerjanya dan melakukannya bersama di WC, tentu saja setelah semua orang sudah pulang. Kadang ia juga ke tempat kerjaku untuk minta jatahnya. Katanya pamanku sudah tidak pernah mencarinya lagi, soalnya tiap kali Dina ditelpon, yang menjawabnya adalah mesin penjawabnya, lalu tak pernah dibalas Dina, mungkin akhirnya pamanku jadi bosan sendiri.

    Aku dan ia sering jalan-jalan ke Mal-Mal, untungnya tidak pernah bertemu dgn pamanku itu. Sampai saat ini aku masih jalan bersama, tapi ketika kutanya sampai kapan mau begini, ia tidak menjawabnya. Aku ingin sekali menikahinya, tapi sepertinya ia bukan tipe cewek yang ingin punya keluarga. Tapi lama-lama kupikir, tidak apalah, yang penting aku dapat enaknya juga.

  • Kisah Memek Sex Dengan Janda Muda

    Kisah Memek Sex Dengan Janda Muda


    2809 views

    Duniabola99.com – Memang hari itu aku sedang munjur karena duduk ku disamping pak kusir yang jalannya tuk tik tak tik tuk lho malah kayak lagu anak anak aja hehehe, tapi ini benar kejadiannya dimana kisah nyata ini terjadi di dalam minibus yang aku tumpangi, setiap paginya aku kalau berangkat ke kantor menggunakan tranposrtasi umum, dimana saat di dalam bus aku duduk bersampingan dengan seorang wanita yang memakai jilbab.


    Wajah yang cantik, body yang ramping serta kulitnya juga putih terlihat dari telapak tangannya, kalau di dalam bus biasa aku sering tertidur karena memang kalau malam aku selalu lembur di rumah, lha pada waktu ada wanita cantik di sebelahku yang awalnya mata ngantuk sekarang hilang saat wanita itu memainkan HPnya dan menelepon sesorang.

    Tersingkap pahanya saat dia jegang sangat membekas membuat gairah lelakiku muncul, terus aku berpikir gimana caranya aku bisa memulai pembicaraan dengannya, dan mungkin sudah naluriku sebagai pegombal setelah dia selesai menelepon aku berucap:

    ”Wachhh… hobinya sama juga yach !”.

    Sejenak dia memandangku bingung, mungkin berpikir orang ini sok akrab banget sich.

    ”Hobi apaan ?” tanyanya.

    “Itu nitip absen”, sahutku dan dia tertawa kecil.

    “Tau aja kamu. Dasar tukang nguping”, sahutnya.Akhirnya obrolan bergulir.

    Selama percakapan aku tidak menanyakan nama, pekerjaan maupun teleponnya, tapi lebih banyak cerita lucu.

    Sampai akhirnya dia ngomong “kamu lucu juga yach.., nggak kaya cowok yang laen.”

    ”Maksud kamu ?” tanyaku lagi.

    ”Biasanya mereka baru ngobrol sebentar udah nanya nama terus minta nomor telepon.” Setelah itu kami saling berkenalan. Perempuan muda berjilbab bernama Santi.

    Obrolan terus berlanjut sampe dia turun di Thamrin dan aku terus ke kota. Dua hari kemudian aku bertemu dia lagi. Cewek manis berjilbab itu menghampiriku dan duduk disebelahku sambil bercerita bahwa teman-temannya penasaran karena dia hari itu punya banyak cerita konyol.

    Pagi itu kami menjadi lebih akrab. Sambil bercanda tiba- tiba dia berkata :

    ”Kamu pasti suka maen cewek yach, soalnya kamu jago ngobrol banget. Pasti banyak cewek di bis ini yang kamu pacarin.”Sumpah mati aku kaget sekali denger omongan dia.

    Kayanya maksud aku buat kencan ama dia udah ketauan. Akhirnya karena udah nanggung aku ceritain aja ke dia kalo aku sudah beristri dan punya anak. Ech rupanya dia biasa aja, justru aku yang jadi kaget karena ternyata dia sudah nggak perawan lagi karena pernah MBA waktu lulus sekolah dulu.

    Sekarang dia sudah bercerai. Wuichhh, nggak nyangka banget kalo doi ternyata janda muda.


    Selanjutnya sudah bisa ditebak. Obrolan sudah lebih ringan arahnya. Akupun mulai memancing obrolan ke arah yang menjurus sex. Keakraban dan keterbukaan ke arah sex sudah di depan mata. Sampai suatu sore setelah dua bulan perkenalan, kami janjian pulang bareng.

    Hari itu dia mengenakan jilbab merah muda sewarna dengan hem dan rok panjangnya. Posisi duduk kami sudah akrab dan menempel. Bahkan Santi tidak sungkan lagi mencubit aku setiap dia menahan tawa atau tidak tahan aku goda.

    Beberapa kali ketika dia mencubit aku tahan tangannya dan dia tampaknya tidak keberatan ketika akhirnya tangan kirinya aku tumpangkan di pahaku dan aku elus-elus lengannya yang tertutup hem lengan panjangnya sambil terus ngobrol.

    Akhirnya dia sadar dan berbisik, “Wachh, kok betah banget ngelus tanganku, entar lengan bajuku jadi kusut lho.

    “Habis gemes ngeliat muka manis kamu, apalagi bibir tipis kamu,” sahutku sambil nyengir.

    “Dasar gila kamu,” katanya sambil menyubit pahaku.Serrrrrr…, pahaku berdesir dan si junior langsung bergerak memanjang.

    Aku lihat bangku sekelilingku sudah kosong sementara suasana gelap malam membuat suasana di dalam bis agak remang-remang. Aku angkat tangan kirinya dan aku kecup lembut punggung jarinya. Janda muda berjilbab itu hanya tersenyum dan mempererat genggaman tangannya.

    Akhhhhh… sudah ada lampu hijau pikirku. Akhirnya aku teruskan ciuman pada punggung jarinya menjadi gigitan kecil dan hisapan lembut dan kuat pada ujung jarinya. Tampaknya dia menikmati sensasi hisapan di jarinya.

    Wajahnya yang dihiasi jilbab itu tampak sendu terlihat cantik sekali. Dan akhirnya dia menyender ke samping pundakku. Ketika bis memasuki jalan tol, aktivitas kami meningkat. Tangan kananku sudah mengusap payudaranya yang putih berukuran 36 B dari luar kemeja merah mudanya. Terasa padat dan kenyal.

    Lalu perlahan jemariku membuka kancing kemejanya satu persatu dan menyusup kedalam BH miliknya. Putingnya semakin lama semakin mengeras dan terasa bertambah panjang beberapa mili. Sementara itu tangannya juga tidak tinggal diam mulai mengelus-ngelus kontolku dari luar.

    Setelah beberapa menit kemudian tiba-tiba sikapnya berubah menjadi liar dan agresif. Dia tarik ritsletingku dan terus merogoh dan meremas kontolku yang sudah tegang. Tanganku yang di dada ditarik dan diarah kan ke selangkangannya.

    Aku tidak dapat berbuat banyak karena posisinya tidak menguntungkan sehingga hanya bisa mengelus paha dari luar rok panjangnya saja. Aktifitas kami terhenti kala hampir tiba di tujuan. Dan dengan nafas yang masih tersengal-sengal menahan birahi kami merapikan pakaian masing-masing.


    Turun dari bis aku bilang mau anter dia sampai dekat rumahnya. Aku tau kita bakal melewati pinggir jalan tol. Daerah itu sepi dan aku sudah merencanakan untuk menyalurkan hasratku di daerah itu.

    Tampaknya janda muda berjilbab itu juga memiliki hasrat yang sama. Ketika berjalan, tangan kirikuku merangkul sambil mengelus payudaranya dari luar hem merah muda lengan panjang yang dikenakannya.

    Dan ketika kita melewati jalan yang sepi tersebut secepat kilat tangan kananku meraih kepalanya yang dibalut jilbab merah muda model modis dan langsung mencium dan melumat bibir tipisnya itu. Dengan cepat pula cewek berjilbab itu menyambut bibirku, menghisap dan menyedotnya.

    Tangannya langsung beraksi menurunkan ritsleting celanaku dan aku sendiri langsung mengangkat rok panjang model ketat miliknya. Rrrretttttt… aku tarik kasar cdnya…, jariku langsung menyelusup masuk ke memeknya terasa hangat dan licin. Rupanya dia sangat terangsang sejak di bis tadi. Di tengah deru nafasnya Santi berdesah :

    “Ayo mas… masukin aja… aku kepengen banget nech. Hhhhhh…”

    ”Sebentar sayang”, sahutku,

    “Kita cari tempat yang aman.”Aku tarik dia melewati pagar pengaman tol dan ditengah rimbun pohon aku senderkan dia dan setelah menarik rok panjang model ketatnya itu sampai sepinggang Lalu buru-buru kuloloskan celana dalamnya kemudian kuangkat kaki kanannya.

    Sengaja celana dalamnya kusangkutkan di pergelangan kakai kanan yang kuangkat itu biar celana dalamnya tidak kotor menyentuh tanah. Dengan bernafsu aku buka celanaku dan megarahkan kontolku ke memeknya tapi cukup sulit juga.

    Akhirnya dia menuntun kontolku memasuki memeknya. ? Emmhhh…!?, kepala janda muda berjilbab merah muda itu mendongak sembari melenguh tatkala ujung kontolku mulai penetrasi kedalam memeknya.


    Luar biasa, itulah sensasi yang aku rasakan ketika kontolku mulai menyeruak memasuki memeknya yang sudah dibasahi cairan nafsu. Ditengah deru mobil yang melintasi jalan tol aku memompa pantatku dengan gerakan pelan dan menghentak pada saat mencapai pangkal kontolku. Santi menyambut dengan menggigit pundakku setiap aku menghentak kontolku masuk kedalam memeknya.

    “Ooochhhh… auchhhh… Masssss… oochhh…”, desahnya. Birahi dan ketegangan bercampur aduk dalam hatiku ketika terdengar suara orang melintasi jalan dibalik pagar. Namun lokasi kami cukup aman karena gelapnya malam dan terlindung pohon yang cukup lebat.

    Bahkan mungkin orang yang berjalan itu tidak akan berpikir ada sepasang manusia yang cukup gila untuk ber cinta di pinggir jalan tol tersebut.

    “Gantian mas… aku cape”, katanya. Aku lantas duduk menyandar dan perempuan muda berjilbab merah muda itu memegang rok panjang yang kusingkap tadi agar tidak jatuh kebawah.

    Kemudian Santi mulai berjongkok mengarahkan memeknya. Ketika kontolku kembali menyeruak diantara daging lembut memeknya yang sudah licin, sensasi itu kembali menerpa diriku. Sambil memegang bahuku, dia mulai menekan pantatnya dan menggerakan pinggulnya dengan cara menggesek perlahan, maju mundur sambil sesekali memutar.

    Kenikmatan itu kembali mendera dan semakin tinggi intensitasnya ketika aku membantu dengan menekan keatas pinggulku sambil menarik pantatnya.


    Desahan suaranya makin keras setiap kali kemaluan kami bergesekan, “uchhhhh… ssshhh… uchhhhh…”. Mataku sendiri terpejam menikmati rasa yang tercipta dari pergesekan bulu kemaluan kami sambil terus menggerakkan pinggul mengimbangi gerakannya.

    ”Terus sayang… ayo terus”, desahku. Keringat sudah membasahi punggungnya dan gerakan kami sudah mulai melambat namun tekanan semakin ditingkatkan untuk mengimbangi rasa nikmat yang menjalar disekujur tubuh kami dan terus bergerak ke arah pinggul kami, berkumpul dan berpusar di ujung kemaluan kami.

    Berdenyut dan ujung kontolku mulai siap meledak, sementara perempuan berjilbab ini mulai mengerang sambil menjepitkan memeknya lebih keras lagi.

    “Hegghhhhhh… hhhegghhhh… heghhh… terus mas… sodok… sodok terussss… mas… yachhh… disitu… terus… terussss… ooocchhhhhhh”, dengan desahan panjang sambil mendongakkan kepalanya yang terbungkus jilbab,

    Tia menekan dan menjepit keras kontolku sementara memeknya terus berdenyut-denyut. ? Mass…mmhh…oouuccchh…?, pekiknya tertahan sembari menundukkan kepalanya yang berjilbab itu tatkala mencapai puncaknya. Aku hanya bisa terdiam sambil memeluk tubuhnya menunggu dia selesai orgasme.


    Ketika jepitannya mulai mengendur aku langsung bereaksi meneruskan rasa yang tertunda itu, tanpa basa basi rasa nikmat itu mulai menerjang kembali, berkumpul dan meledak menyemburkan cairan kenikmatanku ke dalam memeknya.

    Aku sodokan kontolku sambil menekan pinggulnya sementara kakiku mengejang menikmati aliran rasa yang menerjang keluar dari tubuhku itu. Setelah beristirahat beberapa menit kami saling memandang… akhirnya tersenyum dan tertawa.

    ”Kamu memang bener-bener gila, tapi jujur aku sangat menyukai bercinta dengan cara seperti ini.

    Aku belum pernah senikmat ini bercinta.” akunya. “He.. he.. he.. sama donk”, kataku sambil mengecup bibir sang janda muda berjilbab yang tipis itu sementara kemaluanku mulai mengendur di dalam memeknya.

    Setelah itu kami merapikan pakaian masing dan berjanji untuk mengarungi kenikmatan seks ini untuk hari-hari mendatang.

  • Kisah Memek Sex Guru Private

    Kisah Memek Sex Guru Private


    2844 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Sex Guru Private ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018.

    Duniabola99.com – Ini adalah sebuah cerita seks guru les private dan tante kesepian ibu dari murid lesnya. Ya, perselingkuhan yang membuat keduanya saling berbagi kenikmatan seks yang membawa mereka ke puncak kenikmatan birahi. Simak cerita lengkapnya berikut ini!


    Kenangan Indah Waktu Kuliah di Jawa Tengah. Ini adalah cerita dari kisah nyata saya waktu kuliah di Jawa Tengah sekitar tahun 1992.Nama saya Rudy,banyak orang menilai saya pria simpatik dengan kemamuan berpikir cemerlang.Kebutuhan hidup menjadi kendala saya saat itu, uang pas-pasan dari orang tua kadang2 kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya.

    Kurang dari 6 bulan saya belajar di kota ini, cukup banyak tawaran dari beberapa teman untuk memberikan les privat matematika dan IPA bagi adik-adik mereka yang masih duduk di sekolah lanjutan. Keberuntungan datang bertubi-tubi, bahkan tawaran datang dari bunga kampus kami, sebut saja Indah untuk memberikan les privat bagi adiknya yang masih duduk di kelas 2 SLTP swasta ternama di kota dimana saya kuliah.

    Keluarga Indah adalah keluarga yang sangat harmonis, ayahnya bekerja sebagai kepala kantor perwakilan (Kakanwil) salah satu departemen, berumur kurang lebih 46 tahun, sementara itu ibunya, biasa saya panggil Tante Stella, adalah ibu rumah tangga yang sangat memperhatikan keluarganya. Konon kabarnya Tante Stella adalah mantan ratu kecantikan di kota kelahirannya, dan hal ini amat saya percayai karena kecantikan dan bentuk tubuhnya yang masih sangat menarik diusianya yang ke 36 ini. Adik Indah murid saya bernama Noni, amat manja pada orangtuanya, karena Tante Stella selalu membiasakan memenuhi segala permintaannya.

    Dalam satu minggu, saya harus memberikan perlajaran tambahan 3 kali buat Nona, walaupun sudah saya tawarkan bahwa waktu pertemuan tersebut dapat dikurangi, karena sebenarnya Nona cukup cerdas, hanya sedikit malas belajar. Tetapi Tante Stella malah menyarankan untuk memberikan pelajaran lebih dari yang sudah disepakati dari awalnya.


    Setiap saya selesai mengajar, Tante Stella selalu menunggu saya untuk membicarakan perkembangan anaknya, tekadang ekor matanya saya tangkap menyelidik bentuk badan saya yang agak bidang menurutnya. Melewati satu bulan saya mengajar Noni, hubungan saya dengan Tante Stella semakin akrab.

    Suatu ketika, kira-kira bulan ketiga saya mengajar Noni, saya datang seperti biasanya jam 16:00 sore. Saya mendapati rumah Bapak Gatot sepi tidak seperti biasanya, hanya tukang kebun yang ada. Karena sudah menjadi kewajiban, saya berinisiatif menunggu Noni, minimal selama waktu saya mengajar. Kurang lebih 45 menit menunggu, Tante Stella datang dengan wajah cerah sambil mengatakan bahwa Noni sedang menghadiri pesta ulang tahun salah seorang temannya, sehingga hari itu saya tidak perlu mengajar. Tetapi Tante Stella tetap minta saya menunggu, karena ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan saya.
    Ketika Tante Stella memanggil untuk masuk ke dalam rumahnya, alangkah kagetnya saya, ternyata Tante Stella telah memakai baju yang sangat seksi. Yah, memang badannya cukup seksi, karena walaupun sudah mulai berumur, Tante Stella masih sempat menjaga tubuhnya dengan melakukan senam “BL” seminggu 3 kali. Tubuhnya yang ideal menurut saya mempunyai tinggi sekitar 168 cm, dan berat sekitar 48 kg, ditambah ukuran payudaranya kira-kira 36D.

    Mula-mula saya tidak menaruh curiga sama sekali, pembicaraan hanya berkisar masalah perkembangan pendidikan Noni. Tetapi lama kelamaan sejalan dengan cairnya situasi, Tante Stella mulai bercerita tentang kesepiannya di atas ranjang. Terus terang saya mulai bingung mengimbangi pembicaraan ini, saya hanya terdiam, sambil berhayal entah kamana.

    “Rud, kamu lugu sekali yah..?” tanya Tante Stella.
    “Agh… Tante bisa aja deh, emang biar nggak lugu harus gimana..?” jawab saya.
    “Yah… lebih dewasa Dong..!” tegasnya.
    Lalu, tiba-tiba tangan Tante Stella sudah memegang tangan saya duluan, dan tentu saja saya kaget setengah mati.
    “Rud… mau kan tolongin Tante..?” tanya si Tante dengan manja.
    “Loh… tolongin apalagi nih Tante..?” jawab saya.
    “Tolong puaskan Tante, Tante kesepian nih..!” jawab si Tante.
    Astaga, betapa kagetnya saya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Tante Stella yang memiliki rambut sebahu. Saya benar-benar tidak membayangkan kalau ibu bunga kampus saya, bahkan ibu murid saya sendiri yang meminta seperti itu. Memang tidak pernah ada keinginan untuk “bercinta” dengan Tante Stella ini, karena selama ini saya menganggap dia sebagai seorang ibu yang baik dan bertanggung jawab.
    “Wah… saya harus memuaskan Tante dengan apa dong..?” tanya saya sambil bercanda.
    “Yah… kamu pikir sendirilah, kan kamu sudah dewasa kan..?” jawabnya.


    Lalu akhirnya saya terbawa nafsu setan juga, dan mulai memberanikan diri untuk memeluknya dan kami mulai berciuman di ruang keluarganya. Dimulai dengan mencium bibirnya yang tipis, dan tanganku mulai meremas-remas payudaranya yang masih montok itu. Tante Stella juga tidak mau kalah, dia langsung meremas-remas alat kelaminku dengan keras. Mungkin karena selama ini tidak ada pria yang dapat memuaskan nafsu seksnya yang ternyata sangat besar ini.

    Akhirnya setelah hampir selama setengah jam kami berdua bercumbu, Tante Stella menarik saya ke kamar tidurnya. Sesampainya di kamar tidurnya, dia langsung melucuti semua baju saya, pertama-tama dia melepas kemeja saya sambil menciumi dada saya. Bukan main nafsunya si Tante, pikirku. Dan akhirnya, sampailah pada bagian celana. Betapa nafsunya dia ingin melepaskan celana Levi’s saya. Dan akhirnya dia dapat melihat betapa tegangnya batang kemaluan saya.
    “Wah… Rud, gede juga nih punya kamu…” kata si Tante sambil bercanda.
    “Masa sih Tante..? Perasaan biasa-biasa saja deh..!” jawab saya.

    Dalam keadaan saya berdiri dan Tante Stella yang sudah jongkok di depan saya, dia langsung menurunkan celana dalam saya dan dengan cepatnya dia memasukkan batang kemaluan saya ke dalam mulutnya. Aghhh, nikmat sekali rasanya. Karena baru pertama kali ini saya merasakan oral seks. Setelah dia puas melakukan oral dengan kemaluan saya, kemudian saya mulai memberanikan diri untuk bereaksi.

    Sekarang gantian saya yang ingin memuaskan si Tante. Saya membuka bajunya dan kemudian saya melepaskan celana panjangnya. Setelah melihat keadaan si Tante dalam keadaan tanpa baju itu, tiba-tiba libido seks saya menjadi semakin besar. Saya langsung menciumi payudaranya sambil meremas-remas, sementara itu Tante Stella terlihat senangnya bukan main. Lalu saya membuka BH hitamnya, dan mulailah saya menggigit-gigit putingnya yang sudah mengeras.

    “Oghh… saya merindukan suasana seperti ini Rud..!” desahnya.
    “Tante, saya belum pernah gituan loh, tolong ajarin saya yah..?” kata saya.
    Karena saya sudah bernafsu sekali, akhirnya saya mendorong Tante jatuh ke ranjangnya. Dan kemudian saya membuka celana dalamnya yang berwarna hitam. Terlihat jelas klitoris-nya sudah memerah dan liang kemaluannya sudah basah sekali di antara bulu-bulu halusnya. Lalu saya mulai menjilat-jilat kemaluan si Tante dengan pelan-pelan.


    “Ogh… Rud, pintar sekali yah kamu merangsang Tante…” dengan suara yang mendesah.
    Tidak terasa, tahu-tahu rambutku dijambaknya dan tiba-tiba tubuh Tante mengejang dan saya merasakan ada cairan yang membanjiri kemaluannya, wah… ternyata dia orgasme! Memang berbau aneh sih, karena berhubung sudah dilanda nafsu, bau seperti apa pun tentunya sudah tidak menjadi masalah.
    Setelah itu kami merubah posisi menjadi 69, posisi ini baru pertama kalinya saya rasakan, dan nikmatnya benar-benar luar biasa. Mulut Tante menjilati kemaluan saya yang sudah mulai basah dan begitupun mulut saya yang menjilat-jilat liang kemaluannya. Setelah kami puas melakukan oral seks, akhirnya Tante Stella sekarang meminta saya untuk memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya.
    “Rud… ayoo Dong, sekarang masukin yah, Tante sudah tidak tahan nih..!” pinta si Tante.
    “Wah… saya takut kalo Tante hamil gimana..?” tanya saya.
    “Nggak usah takut deh, Tante minum obat kok, pokoknya kamu tenang-tenang aja deh..!” sambil berusaha meyakinkan saya.
    Benar-benar nafsu setan sudah mempengaruhi saya, dan akhirnya saya nekad memasukkan kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya. Oghh, nikmatnya.. Setelah akhirnya masuk, saya melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan.
    “Ahhh… dorong terus Dong Rud..!” pinta si Tante dengan suara yang sudah mendesah sekali.
    Mendengar desahannya, saya menjadi semakin nafsu, dan saya mulai mendorong dengan kencang dan cepat. Sementara itu tangan saya asyik meremas-remas payudaranya, sampai tiba-tiba tubuh Tante Stella mengejang kembali. Astaga, ternyata dia orgasme yang kedua kalinya.

    Dan kemudian kami berganti posisi, saya di bawah dan dia di atas saya. Posisi ini adalah idaman saya kalau sedang bersenggama. Dan ternyata posisi pilihan saya ini memang tidak salah, benar-benar saya merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan posisi ini. Sambil merasakan gerakan naik-turunnya pinggul si Tante, tangan saya tetap sibuk meremas payudaranya lagi.
    “Oh… oh… nikmat sekali Rudy..!” teriak si Tante.
    “Tante… saya kayaknya sudah mau keluar nih..!” kata saya.
    “Sabar yah Rud… tunggu sebentar lagi, Tante juga udah mau keluar lagi nih..!” jawab si Tante.
    Akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, dan keluarlah cairan mani saya di dalam liang kemaluan si Tante, begitu juga dengan si Tante.
    “Arghhh..!” teriak Tante Stella.

    Tante Stella kemudian mencakar pundak saya, sementara saya memeluk badannya dengan erat sekali. Sungguh luar biasa rasanya, otot-otot kemaluannya benar-benar meremas batang kemaluan saya.
    Setelah itu kami berdua letih, tanpa disadari kami telah sejam bersenggama, saya akhirnya bangun. Saya memakai baju saya kembali dan menuju ke ruang keluarga. Ketika melihat Tante Stella dalam keadaan telanjang menuju ke dapur, mungkin dia sudah biasa seperti itu, entah kenapa, tiba-tiba sekarang giliran saya yang nafsu melihat pinggulnya dari belakang. Tanpa bekata-kata, saya langsung memeluk Tante Stella dari belakang, dan mulai lagi meremas-remas payudaranya dan pantatnya yang montok serta menciumi lehernya. Tante pun membalasnya dengan penuh nafsu juga. Tante langsung menciumi bibir saya, dan memeluk saya dengan erat.


    “Ih… kamu ternyata nafsuan juga yah anaknya..?” kataya sambil tertawa kecil.
    “Agh… Tante bisa aja deh..!” jawab saya sambil menciumi bibirnya kembali.
    Karena sudah terlalu nafsu, saya mengajaknya untuk sekali lagi bersenggama, dan si Tante setuju-setuju saja. Tanpa ada perintah dari Tante Stella, kali ini saya langsung membuka celana dan baju saya kembali, sehingga kami dalam keadaan telanjang kembali di ruang keluarga. Karena keadaan tempat kurang nyaman, maka kami hanya melakukannya dengan gaya dogie style.
    “Um… dorong lebih keras lagi dong Rud..!” desahnya.
    Semakin nafsu saja saya mendengar desahannya yang menurut saya sangat seksi. Maka semakin keras juga sodokan saya kepada si Tante, sementara itu tangan saya menjamah semua bagian tubuhnya yang dapat saya jangkau.

    “Rud… mandi yuk..!” pintanya.
    “Boleh deh Tante, berdua yah tapinya, terus Tante mandiin saya yah..?” jawab saya.
    Akhirnya kami berdua yang telanjang menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi saya duduk di atas closed, dan kemudian saya menarik Tante Stella untuk menciumi kemaluannya yang mulai basah kembali. Dan Tante mulai terangsang kembali.
    “Hm… nikmat sekali jilatanmu Rud… agghhh..!” desahnya.
    “Rud… kamu sering-sering ke sini Rud..!” katanya dengan nafas memburu.

    Setelah puas menjilatinya, saya angkat Tante Stella agar duduk di atas saya, dan batang kemaluan saya kembali dibimbingnya masuk ke dalam lubang kemaluannya. Kali ini rasa nikmatnya lebih banyak terasa. Goyangan si Tante yang naik-turun yang makin lama makin cepat membuat saya akhirnya “KO” kembali. Saya mengeluarkan air mani ke dalam lubang kemaluannya. Tante Stella kemudian menjilati kemaluan saya yang sudah berlumuran dengan air mani, dihisapnya semua sampai bersih. Setelah itu kami mandi bersama.

    Setelah selesai mandi, saya pamit pulang karena baru tersadar bahwa perbuatan saya amat berbahaya bila diketahui oleh Bapak Gatot, Indah teman sekampus saya, apalagi Noni murid saya itu. Sampai sekarang kami masih sering bertemu dan melakukan persetubuhan, tetapi tidak pernah lagi di rumah, Tante memesan kamar hotel berbintang dan kami bertemu di sana.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.




  • Kisah Memek Sexs Dengan Bangla

    Kisah Memek Sexs Dengan Bangla


    2626 views

    Duniabola99.com – Cerita ini berlaku pada tahun lepas kira-kira bulan Disember, Di kawasan tempat tinggal kami ramai terdapat mat-mat bangla. Mereka ini selalu aje lalu-lalang di depan rumah kami.


    Dalam ramai-ramai bangla tu adalah seorang berdua yang aku kenal. Namanya Ragesh. Badannya agak kurus dan tinggi. Biasanya mat-mat bangla ni pada setiap petang pergi kekedai membeli keperluan mereka dengan memakai kain pelikat aje.

    Ragesh ni selalu juga datang ke rumahku untuk berbual-bual. Kadang-kadang semasa biniku tunduk membawa hidangan sempat juga matanya melirik mencuri lihat buah dada biniku dari kolar bajunya. Aku buat tak kisah aje.

    Aku sudah kahwin hampir 3 tahun setengah. Sudah mempunyai seorang anak berumur 2 tahun setengah. Tapi biniku memang cun melecun. Kulitnya putih kuning, teteknya saiz 32 (boleh tahanlan), body boleh buat air liur meleleh.

    Biniku tidak menyusukan anaknya takut teteknya kendur. Kami hanya memberinya susu botol aje. Sebab itulah teteknya tegang dan segar. Begitu juga dengan pantatnya. Masih tip-top. Ketat dan mengancam.


    Biniku ini agak terbuka dalam bab seks. Dia tak berapa kisah sangat. Janji dia puas. Pernah dia bertanya kepada aku ada tak teknik-teknik lain yang boleh menambahkan lagi imaginasi dan daya seks kami. Aku menyatakan ada. Aku bertanya kepada dia, mahu tak dia mencuba merasa balak orang lain pula. Dia menjawab, “no probelm, boleh juga…”
    Aku juga teringin nak lihat pantat biniku dijolok oleh balak lain. Asyik-asyik balak aku aje yang tenggelam timbul dalam pantatnya. Boring juga…

    Suatu petang selepas anak kami tidur, aku menonton blue film dengan biniku. Tiba-tiba pintu diketuk. Aku lihat Ragesh diluar. Dia kata boringlah sebab hari cuti, jadi dia nak tumpang tengok tv. Aku kata, masuklah, kami tengah tengok cerita best.

    Ragesh pun masuk dan duduk di sofa sebelah biniku. Jadi biniku di sebelahnya. Ragesh jadi gelisah bila melihat cerita blue film yang aku pasang. Maklumlah bini aku ada bersama, malu juga dia. Melihatkan itu aku bertanya kepada Ragesh pernah dia beristeri? Dia berkata dia sudah ada 6 orang anak di Bangladesh. Sudah hampir 2 tahun dia tidak balik melihat anak dan isterinya.

    Aku tanya dia lagi, kau tak stim ke, lama-lama tak jumpa isteri kau. Ragesh kata stim juga, sambil ketawa malu-malu. Bila aku lihat dia dah agak tak malu, aku pun tanya dia, kau tak mahu asah balak kau ke, Ragesh. Biniku memandang aku dan begitu juga Ragesh. Ragesh tidak menjawab. Aku lihat kain pelikat Ragesh sudah terangkat, mungkin balaknya dah keras.


    Dengan selamba aku berkata kepada Ragesh yang aku mahu dia servis balaknya yang dah nak berkarat tu dengan biniku. Biniku terkejut… Aku buat tak kisah aje.. Aku fahamlah dia tak membantah.. Ragesh pada mulanya malu, aku katakan pada dia nak atau tak nak. Ragesh mengganggukkan kepalanya.

    Aku menyuruh Ragesh rapat dengan biniku. Ragesh mula merapatkan dirinya dengan biniku. Tangannya yang agak keras dan kasar itu mula memegang bahu biniku. Aku menyuruh Ragesh menjalankan ‘projek’ tu atas permaidani di ruang tamu tempat kami menonton tv tu. Ragesh tidak membantah..

    Perlahan-lahan tangan Ragesh menyelinap ke dalam baju biniku. Biniku kegelian apabila tangan Ragesh yang berbulu itu mula menyentuh leher dan belangnya. Ragesh semakin berani. Aku memerhatikan aje perbuatan Ragesh dengan penuh stim. Dalam hatiku berkata, pandai juga bangla ni beromen.

    Ragesh mula menanggalkan T-Shirtnya. Dia memegang kepala bini dan merapatkan mulutnya untuk mengucup bibir biniku. Biniku merapatkan mulutnya. Ragesh menghisap bibir dan menggulum lidah biniku. Mereka berdua berkucupan dengan penuh ghairah. Kulihat mata biniku semakin layu. Baju biniku perlahan-lahan disingkat oleh Ragesh. Perlahan-lahan tetek biniku terbuka. Bajunya dibuang ke lantai. Coli biniku dibuka Ragesh. Ragesh membaringkan biniku di sofa. Kain batik biniku di rentap oleh Ragesh yang mula berahi. Maklumlah dah dua tahun tak merasa pantat. Nilah baru sekali merasa pantat orang Malaysia.


    Rages meramas tetek biniku. Dia menjilat puting tetek biniku yang kemerah-merahan itu. Tetek biniku mula mengeras. Itu petanda bahawa dia sudah stim. Tangan Ragesh mula merayap-rayap di celah kelangkang biniku. Ragesh sudah tidak kisah akan aku, bagi dia dia mesti jolok balaknya dalam pantat bini aku, walau apa pun terjadi.

    Tangan Ragesh mula masuk kedalam seluar dalam biniku. Seluar dalam biniku dah mula lembab dek air mazi. Ragesh menanggalkan seluar dalam biniku. Dengan posisi 69 dia mula menghala balaknya yang agak hitam, pajang lebih kurang 6 inci dan ukur lilit lebih kurang 3 1/2 inci. Taklah besar sangat. Biniku memegang balaknya lalu memasukkan ke dalam mulutnya, manakala Ragesh mengerja pula pantat biniku. Ragesh menjilat kelentit biniku dengan rakus. Kelentit biniku yang kemerahan itu dijilatnya dengan penuh selera. Lidahnya yang kemerahan mula dimasukkan ke dalam lubang vagina biniku. Lidahnya disorong dan ditarik. Aku lihat semakin banyak air yang keluar dari pantat biniku. Biniku sudah betul-betul stim. Dia meminta Ragesh menjolok batangnya ke dalam pantatnya dengan segera. Ragesh pun bangun. Dia pun menghadap biniku yang sedang stim itu. Ragesh pun berbaring di atas badan biniku.

    Tangannya memeluk badan biniku dengan ghairah. Biniku membuka kangkangnya dengan luas agar balak Ragesh dapat masuk dengan mudah. Balak Ragesh yang panjang itu diletakkan di tengah-tengah alur pantat bini aku. Dia menekan perlahan-lahan. Kepala balaknya tenggelam sedikit-demi sedikit sehingga bertemulah bulu biniku dengan bulu balak Ragesh. Ragesh menekan balaknya kedalam pantat isteriku sehingga santak. Biniku mengeluh kesedapan.

    Bila balaknya sudah berada dalam lubang pantat biniku, Ragesh pun mula menyorong dan menarik balaknya keluar masuk dari lubang pantat biniku. Berdecit-decit bunyi sorong tarik itu. Punggung biniku terangkat-angkat menahan kesedapan. Kira-kira 10 minit Ragesh di posisi itu dia mengangkat biniku untuk berdiri. Biniku bangun tanpa membantah. Sambil bangun sempat juga dia senyum pada aku. Aku angkat tangan menunjukkan isyarat best. Dia pun membalas sama.


    Ragesh meminta biniku menonggeng dengan tangan isteriku memegang sofa. Isteriku berbuat demikian. Apabila isteriku sudah menonggeng (doggie style), punggung terangkat sedikit. Teteknya berayun kebawah kerana menonggeng. Bila bini aku dah ready Ragesh meraba-raba punggung biniku. Terlihat dengan jelas pantat isteriku yang kemerahan itu. Pantatnya masih penuh dengan pelincir.

    Ragesh berdiri di belakang punggung biniku. Balaknya keras menegang. Balaknya dihala ke lubang pantat biniku. Kepala balaknya sedikit demi sedikit menyelam ke dasar lubuk biniku. Ragesh menekan balaknya sehingga bulu balaknya santak ke punggung biniku. Setelah itu dia mula menyorong tarik balaknya. Kali ini Ragesh melakukan dengan laju. Biniku terangkat-angkat pnggungnya menahan kesedapan. Sambil menyorong dan menarik tangan Ragesh tidak melepaskan maramas tetek biniku.

    Tangannya yang kasar itu meramas dengan ganas tetek biniku. Kulihat tetek biniku kemerah-merahan akibat kuat dikerjakan oleh Ragesh. Sambil meramas tetek biniku, balak Ragesh terus tenggelam timbul dari lubuk madu biniku. Tiba-tiba biniku menjerit kesedapan bila mengatakan air maninya sudah keluar. Punggungnya terangkat-angkat menandakan airnya sudah keluar, mungkin juga akibat kesedapan…

    Ragesh menanya biniku mahu pancut luar atau dalam. Biniku mengatakan pancut kat dalam. Setelah kira-kira 10 minit biniku keluar air maninya, Ragesh masih mampu bertahan. Balaknya tetap keras, tubuh biniku yang mula lesu itu mula segar semula. Air pelincir masih banyak. Isteriku mula stim semula. Dia mula memberikan reaksi semula. Balak Ragesh yang keluar masuk dengan ganasnya dari lubangnya mula dikemutnya semula. Rages mengusap-ngusap belakang biniku. Biniku menyuruh Ragesh melakukan cepat-cepat, rupa-rupanya biniku nak keluar air maninya kali kedua.


    Ragesh mempercepatkan hayunan balaknya keluar masuk ke dalam lubang pantat biniku. Tiba-tiba Ragesh mengeluh dan menekan seluruh balaknya ke dalam lubang pantat biniku. Air mani Ragesh menerjah laju ke dalam lubuk biniku. Biniku terangkat-angkat punggungnya menahan kesedapan. Ragesh membiarkan balaknya terendam dalam lubang pantat biniku lebih kurang seminit. Bila balaknya dicabut, aku lihat air mani meluncur laju keluar dari lubang pantat biniku.

    Biniku terbaring kelesuan begitu juga Ragesh. Batang Ragesh mula mengecut dan lembik. Biniku yang dua kali terpancut maninya tak bermaya nak buka mata. Terus terbaring di sofa kepenatan. Ragesh mengangkat tangan menunjukkan isyarat ‘best’. Tidak lama kemudian dia pun balik ke rumah kongsinya.

    Aku bertanya kepada biniku, macam mana best ke? Dia mengatakan walaupun batang Ragesh agak kecik tapi dia dapat bertahan lama, sehingga dua kali dia ‘cum’. Bestlah bang kata biniku. Aku senyum aje.

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Kisah Memek Shakila Ku Sayang

    Kisah Memek Shakila Ku Sayang


    2251 views

    Duniabola99.com – Hai namaku Z (bukan nama sebenar) tapi cerita ini adalah pengalaman kali pertama aku mengadakan hubungan seks aku ngan Shakila. Semasa kejadian ini aku berumur 20 tahun Shakila 3 tahun lebih muda dari aku (tingkatan 5). Tapi shakila ni bukannya sebarangan awek kalau korang nak tahu dia nie lah awek yang paling aku sayang sejak aku bercinta. Dia punya body mengalahkan gadis2 sebaya aku. Utuk memendekan ceritanya pada satu hari aku mengajaknya keluar ke bandaraya X. Kami keluar naik motor RXZ aku. Dah lah motor aku pakai jek absober punya rapat dia duduk kat aku sampai terasa teteknya yang sederhana besar kat belakang aku. Daftar Judi Slot


    Kami pergi tengok wayang cerita Hollowman. Ceritanya bermula dipertengahan filem tue pabila Shakila meletakan kepalanya kat atas bahu aku. Aku dengan selamba meletakan tangan aku kat atas peha dia. Tiba2 dia pegang tangan tangan aku dan melatakannya kat badan dia sambil berkata abang nak main tak tetek ayang nie (aku paggil dia ayang). Aku pun tak kisah sebab kiri, kanan dan belakang kami tak der orang. Aku pun ramas2 lah tetek awek aku tue tapi dari luar je lah. Lama jugak lah aku main dalam 30 minit ader kot.

    Lebih habis tengok wayang aku bawak dia ke Mcdonald dan kami makan kat tingkat atas. kebetulan kat sana tak der orang. Aku pun ajak lah dia project ngan aku. Dia kata tak kisah. Aku pun mula cium bibir dia yang halus tue. Aku mungulum lidah dia sambil dibalas oleh kucupan Shakila yang lembut dan halus tue. Tangan aku mula meramas2 tetek dia yang semakin keras. Shakila kata dia nak kulum batang aku. Dia pun bukak zip seluar aku dan terus menggulum batangku yang semakin keras tue. Dia punya kulum power wo.

    Aku bukak baju shakila dan terserlah branya yang berwarna putih tue didepan mata aku. Shakila meminta aku membuka branya. Dengan perlahan lahan terbukaklah dia dan terserlahlah buah dadanya yang putih gebu tue kat depan mata aku. Putingnyer yang berwarna merah lembut tue terus ku hisap sambil tangan aku menyeluk ke dalam kainnya. Aku dapat merasakan pantatnya sudah pun berair. Shakila kelihatan sudah hanyut. Terus saja ku bukak kain dan seluar dalamnya. Akhirnya terdedah jugak pantat awek aku nie. Pantat Shakila putih gebu dan masih tak bulu lagi. Aku pun menjilat dan hisap pantat Shakila dengan rakus. Shakila mengeliat kesedapan sambil kedengaran suaranya mendengus…. aaahhhh… eeemmm… aaaaaarrrrgggh…


    Aku pulak tetap terus jilat dan hisap pantat Shakila sambil mengigit lembut pada kelentik yang berwarna merah tue. Lepas tu aku beralih ke teteknya yang gebu tu pula. Sambil hisap aku meramas ramas tetek Shakila tue. Aku dapat merasakan Shakila sudah mulai kilmax. Kedengaran suara halus Shakila meminta aku memasukkan batang aku kat dalam pantat dia. Abang masuklah cepat ayang tak tahan nie…. emmmm….. aaaahhhhh.

    Aku pun membaringkan Shakila kat atas meja mcdonald panjang tue. Dengan pelan aku memasukkan batang aku yang tengah stim gila tue ke dalam pantat Shakila. Setelah teliti menatang sasaran, akhirnya terpasaklah batang aku tu di dalam pantat Shakila yang tengah basah tue. Awek aku nie memang dara lagi so macam biasalah mesti berdarahkan aku menolak batangku pelan2 dan semakin lama semakin laju. Shakila menjerit halus menahan kesakitan. Aduhh……. aaaaaahhhhhh….. eeemmmmmaa…. aaaarrrrhhhhh… Aku meneruskan hayunan sambil mengulum lidah awek aku nie……


    Tiba tiba Shakila mengelupur lebut apabila merasakan sesuatu yang panas dan melekik lekik mula memenuhi dasar lubang pantatnya. Rupa rupanya ccccuuuuppppp…… ccccuuuupp…… ccccuuuupppp….. ccuuuppp………. bebarapa das air mani aku mula terpancut di dalam pantat Shakila.

    Aku cabut batang aku keluar dan kami pun terus pakai semula pakain kami tadi. Yelah takut ader lak yang naik tingkat atas mcdonald nie (siang tingkat atas memang tak bukak tapi aku selamba jer). Tu pun nasib baik masa kami tengah projet tak der pekerja yang naik, kalau tak nahas ler kami.

    Lepas tue aku hantar Shakila balik rumah dan kata dia nak kejadian tadi berulang lagi. Aku senyum jer…hi.. hi..




  • Kisah Memek Sheilla Penjaga Toko

    Kisah Memek Sheilla Penjaga Toko


    2444 views

    Duniabola99.com – Cerita ini berawal dari keisengan saya untuk selalu mencoba hal-hal yang baru dan pengalaman baru. Suatu ketika seorang teman bernama Herry, datang ke tempat kost dan bercerita mengenai petualangannya mencari wanita penjaga toko.


    Karena saya merupakan tipe orang yang tidak mudah percaya dengan omongan teman saya tersebut, maka saya mengajak teman saya membuktikan omongannya. Jam 8.30 malam tepat, teman saya mengajak pergi ke pertokoan di alun-alun Bandung. Karena perjalanan dari tempat kami dari Buah Batu memerlukan waktu sekitar 30 menit, maka jam 9.00 tepat kami sudah sampai di pertokoan tersebut.

    Sesampainya di sana toko-toko sudah mau tutup, dan kami memasuki salah satu toko serba ada di sana. Langsung saja saya menuju counter pakaian, sambil berkeliling pura-pura mau membeli pakaian. Kebetulan toko sudah sepi karena mau tutup, dan pengunjungnya hanya beberapa orang.

    “Mau cari baju apa Mas?” tanyanya.

    Waktu saya lihat ke arah suara tadi, ternyata wanita penjaga counter yang mirip dengan bintang sinetron CT.

    “Ini Mbak, mau cari jeans ini yang nomor 32 ada nggak ya?” tanyaku.

    Si Mbak pun mencarikan jeans yang saya maksud. Karena letaknya di bagian bawah, maka si Mbak mencari dengan membungkukkan badan. Karena rok yang di pakai 10 cm di atas lutut, maka paha mulusnya pun terpampang di depan saya.

    “Wah gile bener nih.. mulus banget.” Pikiran saya jadi ngeres nggak karuan lihat pemandangan di depan saya.
    “Yang ini Mas?”, tanyanya.
    “Oh.. ya..”, jawabku.

    Lalu si Mbak pun menuliskan bon untuk dikasihkan ke kasir.

    “Mmm.. Mbak.. boleh tahu namanya?” tanyaku mengawali pembicaraan.
    “Sheilla”, katanya.
    “Denny”, kataku sambil mengulurkan tanganku.
    “Ini Mas bonnya”, katanya.
    “Makasih, mmh.. Mbak pulang jam berapa?” tanyaku.
    “Ntar jam 9.30″, jawabnya.
    “Ada yang nganter?” tanyaku lagi.
    “Mas mau nganter?” tanya dia menantang.
    “Wah, kalau situ mau ya bolehlah”, jawabku mantap.

    Tak lama kemudian ada pengumuman bahwa toko mau tutup, dan saya pun membayar barang belanjaan, dan menunggu bersama teman saya di luar di depan pintu tempat karyawan toko keluar. Tak lama kemudian terlihatlah Sheilla menuju ke arahku.


    “Kelamaan nunggunya ya Den?” tanyanya.
    “Wah, kalau nunggu wanita secakep Sheilla sih rasanya sangat lama”, kataku.
    “Ah bisa aja kamu..” kata Sheilla sambil nyubit pinggangku.

    Kami bertiga pun meninggalkan toko tersebut.

    “Emang Sheilla rumahnya di mana?” tanyaku.
    “Saya di Jalan S”, katanya.
    “Oohh, okelah!” jawabku.

    Kami pun menuju tempat parkir dan saya starter Katana tahun 90-an yang sudah menemani saya selama 5 tahun ini.

    “Denn, saya turunin di sini Den..” kata Herry saat mobil melewati panti pijat di Jalan S. Dan mobil pun kuhentikan,

    Herry turun langsung masuk ke panti pijat. Wah ini anak memang gila beneran.

    “Itu sudah deket kok Den, tempat kost Sheilla”, katanya.
    “Yah kiri, di situ.” katanya lagi.

    Kami pun turun, saat di tempat kos penghuninya sudah tidur semua, tapi karena Sheilla memiliki kunci sendiri, kami pun tak ada kesulitan untuk masuk.

    “silakan duduk dulu Den!” katanya.

    Dan Sheilla pun pergi ke dapur membuat minuman. Kamar Sheilla ukurannya 3 X 4 meter, di dalamnya hanya ada televisi, VCD, sama kursi. Meja dan tempat tidur. Tempat tidurnya diletakkan di bawah di atas karpet. Kubuka 2 koleksi VCD-nya, wah ini ada VCD xx-nya. Pas saya lihat 2 VCD, dia pun masuk dengan membawakan segelas STMJ dan memakai kaos street dan celana pendek.

    “Wah, semakin kelihatan seksi nih anak”, pikirku.
    “Nih diminum Den, biar anget”, katanya.
    “Shell.. kamu suka ya lihat film-film macem ginian?” tanyaku.
    “Ah nggak juga, cuma buat nonton kalau lagi butuh.” katanya.
    “Butuh apaan?” tanyaku berlagak bodoh.
    “Yah, butuh itu tuh..” katanya sambil tertawa.
    “Eh, saya mau nonton yah..” kataku.
    “Yah silakan, asal nggak terpengaruh loh ya! resiko ditanggung sendiri”, katanya sambil tersenyum genit.


    Aku pun mulai menyalakan VCD dan menontonnya. Disitu diperlihatkan seorang wanita yang diikat tangan kakinya di ranjang dan ditutup matanya, disetubuhi oleh lelaki dengan nafsunya. “Ahh.. no.. no.. uhshh..” jerit wanita tersebut sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya. “Eh Den, kalau yang itu saya juga belum liat tuh”, kata Sheilla. Kemudian Sheilla pun duduk di samping saya. Terlihat lagi kemudian ikatan tali itu dilepas, dan si wanita menungging, dan si lelaki berdiri di belakangnya, dan mulai menyetubuhinya dengan gaya anjing. “Ohh.. yess.. ahh.. ahh.. yess.. yess..” jerit wanita tersebut.

    Sheilla duduk semakin mendekat ke tubuhku saat menonton adegan tersebut, dan dadanya malah digesekkan ke lenganku.

    “Wah, kayaknya dia terangsang nih”, pikir saya.

    Kemudian adegan pun semakin seru, si wanita menggoyang maju mundurkan pantatnya mengimbangi laju kemaluan laki-laki tersebut ke dalam ke kemaluannya.

    “Oohh baby, yess.. ahhk”, jerit wanita tersebut dan Sheilla pun semakin menggesekkan dadanya ke lenganku dan akhirnya saya beranikan diri untuk memegang dadanya, dan ternyata Sheilla diam saja sambil terus memperhatikan gambar.

    Saya semakin berani dengan mencium bibirnya, yang dibalas dengan ciuman pula oleh Sheilla.

    Akhirnya saya dan Sheilla pun terlibat dalam acara pagut memagut yang sangat seru. Lidah kami saling melilit satu sama lain. Kemudian Sheilla melepaskan kaos streetnya. Saat kaos sampai di kepalanya dan matanya masih tertutup kaos tersebut, saya menciumi bibirnya dengan ganas, “Mmm”, dan dibalas dengan ganas pula oleh Sheilla. Akhirnya saya turun ke bawah menciumi lehernya yang panjang dan agak melengkung ke depan berbentuk seperti kuda. Kata orang sih wanita dengan bentuk leher seperti ini nafsunya besar.

    Kemudian Sheila pun mendesah,

    “Oohh.. shh.. shh”, dan kemudian saya buka kaitan branya dengan gigi saya dan terpampang di depan mata saya gundukan gunung kembar berbentuk kerucut dengan puncaknya berwarna merah muda.

    Langsung saya jilati dari lembah gunung kembar tersebut terus menuju ke puncaknya.


    “Aakhh.. okhh.. Denn.. shh.. jangann.. jangan Den.. jangan.. jangan hentikan Den..” hanya kata itu yang keluar dari bibir Sheilla.

    Wah gila juga nih cewek, masih sempat bercanda dalam kenikmatan. Tak lama kemudian ujung gunung kembar itupun berubah menjadi keras seperti penghapus pensil dan semakin keras saja. Selanjutnya habis mengerjakan tugas di puncak gunung, saya turun sedikit menuju lembah dan tepat di atas pusar saya jilati lagi. Terus saya berhenti.

    “Aahh.. shh.. loh.. sshh kok berhenti? sshh”, tanya Sheila.
    “Shell kamu punya susu kental manis nggak?” tanya saya.
    “Loh kan udah ada susu kenyal nikmat”, katanya.
    “Beneran nih Shell”, kata saya.
    “Tuh di atas meja”, katanya sambil menunjuk ke meja.
    Langsung saja saya ambil dan saya bawa menuju ke Sheilla.
    “Wah mau diapain Den?” tanyanya.
    “Biar lebih manis”, kata saya sambil mengoleskan susu kental tersebut ke daerah di sekitar pusar Sheilla, dan menjilatinya.
    “Wah tubuhmu memang lezat pakai susu ini Sheilla, mmh.. slurpp”, kata saya sambil menjilat dan menghisap-hisap tubuhnya.
    “Ahh.. shh.. ukhh.. ss..” desah Sheila.

    Kemudian saya mulai membuka celana pendek Sheilla dan membuka celana dalam warna kremnya. Dan setelah seluruh susu kental di tubuh Sheilla habis, saya langsung turun ke daerah selangkangan Sheilla. Posisi Sheilla sekarang tidur di sofa dengan kaki mengangkang membentuk huruf M dan saya duduk di bawah dan menjilati pangkal pahanya.

    “Mmm.. mm.. slurpp.. mmh.. saya jilati seluruh permukaan rambut di daerah segitiga terlarang tersebut di situ tumbuh dengan lebatnya rambut-rambut halus bagaikan hutan tropis Kalimantan sebelum kebakaran.


    Kujilati hingga rambut di situ basah semua, dan kemudian saya menuju ke bibir-bibir kemaluan Sheilla. Kujilati bibir-bibir indah tersebut dengan ganasnya,

    “Okhh.. akkhh.. yess.. Denn.. ahh..” desah Sheilla sambil mengangkat pinggulnya.

    Kemudian kusingkap kedua bibir untuk mengetahui rahasia di dalam kemaluannya. Terlihat dengan jelas tonjolan daging yang ada di dalamnya dan kujilati dengan lidahku.

    “Ohh.. di situu terus Den.. akhh.. oukhh.. akk”, jerit Sheilla saat saya jilati daging, yang biasa disebut klitoris.

    Setelah menjilati daging tersebut, kumasukkan tanganku ke dalamnya terasa ada yang menyedot jariku. dan kugesek-gesekkan jari-jariku ke dalam kemaluan Sheilla dan terasa daging yang bergelombang-gelombang di dalamnya. Mungkin ini yang disebut G-spot pikir saya. Langsung saja saya korek-korek daerah situ. Sheilla pun semakin tak terkendali,

    “Aahh.. sshh.. ohkk.. uhh.. yess, Dennyy.. teruss.. ahkkh..” jeritnya semakin nggak jelas.

    Saya semakin memperbesar frekuensi mengobrak-abrik daerah tersebut, yang makin lama terasa semakin basah dan semakin menyedot-nyedot jariku. Tak lama kemudian,

    “Ohh.. Dennyy.. shh.. akkhh..” jerit Sheilla mengejang tanda mencapai klimaks, dan jariku di dalamnya pun semakin basah oleh semburan air dari dalam kemaluannya.

    Kemudian saya keluarkan tangan saya dari cengkeraman kemaluannya dan menciumi Sheilla. “Sudah puas sayang?” tanya saya. Dia pun tersenyum genit.

    Kemudian Sheilla saya rebahkan di karpet dan saya ambil inisiatif 69 dan saya mulai menjilati kemaluan Sheilla.

    “Den.. masih ngilu.. kamu aja yang saya jilatin deh!” kata Sheilla.

    Saya langsung duduk di sofa, dan Sheilla mulai menjilati kemaluan saya. Dia jilat kantung kemaluan saya dengan nikmatnya sambil sekali-kali melirik ke arah saya.

    Kemudian dia menjilati batangan saya yang 7 inchi menyusuri jejak urat-urat yang menonjol di situ. Saya cuma bisa bilang,

    “Ahh.. ohh.. shh”, saat dia menjilati batangan saya.


    Dia pun lalu mulai menjilati kepala kemaluan saya yang seperti helm astronot sambil memainkan lubangnya dengan lidah yang menari-nari di atasnya. kemaluan saya pun semakin tegang saja, dan kemudian dia mulai memasukkan dan mengeluarkan kemaluan saya di dalam mulutnya dengan frekuensi tinggi, sehingga dengan gerak reflek saya maju mundurkan kemaluan saya sambil memegangi rambutnya. Setelah hampir 6 menit berlalu sepertinya dia sudah capai karena saya nggak keluar-keluar juga. Akhirnya dia pun menghentikan aktifitasnya.

    “Denn.. lama bener sih keluarnya, masukin ke kemaluan aja ya biar cepet keluar!” katanya.

    Kemudian Sheilla mengambil sesuatu dari lemarinya. Ternyata dia mengambil kondom yang bentuknya lucu seperti ikan lele, ada sungutnya. Dan memberikan ke saya.

    “Nih Den pake, biar saya nikmat dan tahan lama”, katanya.

    Lalu saya memakaikan kondom tersebut ke kemaluan saya, dan Sheilla sudah siap tempur dengan tidur telentang dan kakinya membentuk huruf M. Langsung saya masukkan kemaluan saya ke dalam kemaluan Sheilla. Wah, ternyata masih seret juga nih lubangnya pikir saya. Dan dengan dorongan sedikit tenaga masuklah batang saya ke dalam cengkraman kemaluannya. Saya dorong keluar masuk kemaluan saya ke dalam kemaluannya.

    “Aahh.. oohh.. shh.. akhh.. shh.. teruss.. Denn.. ahh..” desah Sheilla semakin tak beraturan.

    Kemudian saya berhenti, kemaluan saya di dalam kemaluannya dan memainkannya seperti orang sedang menahan air pipis.

    “Ih.. kamu nakal.. Den..” dan Sheilla ganti membalasnya dengan perlakuan seperti saya.

    Saat dia melakukan hal tersebut, kemaluannya terasa menjepit-jepit seluruh batang kemaluan saya secara periodik, dan membuat saya tak bisa mengendalikan diri.

    Kemudian saya genjot lagi kemaluan saya dan menggesekkan sungut-sungut pada kondom, sepertinya membuat sensasi tersendiri pada kemaluannya,

    “Ahh.. oohh.. Denny.. sungut lelemu.. ohkss.. akk.. yes ahh.. ohkk..” jerit Sheilla menikmati sungut lele dan dia pun menggoyangkan pinggulnya semakin kuat dan berbunyi kecipak-cipak saat saya memasuk-keluarkan kejantanan saya di dalam kewanitaan Sheilla yang makin basah.

    Setelah 15 menit kemudian Sheilla mendesah,


    “Deny.. ouchh.. akuu.. mmaauu.. akh, sampaii.” Tak lama kemudian terasa tumpahan cairan dari kemaluan Sheilla membuat batang kemaluan saya panas dan terasa ada yang menghisap-hisap kemaluan saya yang membuat saya tak bisa mengendalikan diri, dan keluarlah lahar panas dari kemaluan saya pada kantong kondom di dalam kemaluan Sheilla.

    Kami berdua pun lemas dalam kenikmatan. Saya biarkan kemaluan saya di dalam kemaluan Sheilla sampai hilang hisapan-hisapan dari kemaluannya. Kemudian kukeluarkan kemaluan saya dan saya lepas kondom dan saya berikan ke Sheilla.

    “Nih, sumbangkan ke bank sperma”, kata saya.

    Dia pun tersenyum genit, dan pergi ke kamar mandi untuk membuang kondom tersebut. Kemudian kami pun tertidur dengan tubuh tanpa busana sampai keesokan harinya.

  • Kisah Memek Shieda

    Kisah Memek Shieda


    2546 views

    Duniabola99.com – Masa tu, umur aku 17 tahun. Nak masuk 18. Aku masih ingat, masa tu, mak dan bapak aku pi ke beach, nak sambut ulang tahun perkahwinan makcik aku. Kebetulan pula, pada hari itu, abang angkat aku datang. Dia ni memang rapat dengan mak aku.


    Dia ni bukan melayu. Dia bangsa paki. Tapi, kalau korang tengok dia, aduh.. memang korang tak dapat tido malam. Dia ni memang hensem 1st class. Kekadang, kalau mak aku pi dapur, aku ngan dia ambik kesempatan bersedap sedapan sambil menonton tv. Mak aku mana tau apa yang kai buat kat ruang tamu. disebabkan dia ni abang angkat aku, so, dia ni diberi sikit kebebasan buat macam rumah sendiri. Dia baring ler kat sofa. Aku belai belai rambat dia, dan belai leher dia… rasa nak cium jer tapi malu lah pulak. Haaa.. berbalik pada kisah yang aku nak citer ni. Hari tu, masa parents aku tak dak kat rumah, dia baring kat lantai yang berlapis karpet. Fastbet99

    Dia ngadu dia sakit kepala. Haaa.. aku pun duduk lah tepi dia… Tengok body dia ni, putih merah pink, memang hensem lah! Ghairah tengok! Dia tutup mata, dan aku pun belailah rambut dia. Dia tak halang pun, nampak sangat lah dia syok. Pastu, aku terdengarlah bunyi nafas dia. Dia suruh aku rasa dahi dia. Dahi dia macam turun. Dia cakap dia dah tak tahan. Haaa.. dia naik syahwat tu! Dia pegang dick dia yang dalam seluar tu sambil cakap yang dia dah tak tahan. Dia cakap kat aku dia masturbate kira kita-kira 15 minit. Aku cakap kat dia, aku masturbate paling kurang 3 jam. Aku ni jenis ‘wild’. Dia macam shocked dengar apa yang aku cakap. Dia ajak aku buat kat luar, tapi aku cakap, aku takut. Pastu, kitoran diam sebentar. Tangan masih membelai rambut dia. Pussy aku dah basah berair.

    Aku cium pipi dia dua kali. Dia nampak suka. Pastu, aku cium bibir dia. Nampaknya aku ‘wild’ lagi! Dia dengan rakus cium bibir aku. Tetiba tangan dia menjalarkat tetek aku. Dia raba raba tetek aku dan dia cakap, ” saya nak makan awak!”. Dia bangkit dari perbaringan lalu dia bukak baju aku. Aku memang tak pakai bra masa tu. Terus dihisapnya puting tetek kanan aku!! Tangan kirinya meraba tetek kiri aku. Nikmatnyaaa!! AHHHHHHHH!! UHHHH!!! Pastu, dia cuba nak raba pussy aku. Dia tanya, “dah ada air kah?” Aku angguk jer.


    Pastu, dia baringkan aku kat riba dia dan cium aku. Dia ramas ramas tetek aku lalu di hisapnya kedua dua belah! AHHH! UHHHH!! Pastu, dia urut pussy aku yang berair.. di bukaknya seluar aku lalu di jilatnya pussy aku tu! Pastu, dia hisap pussy aku berkali kali… sesekali ditolaknya lidahnya masuk ke dalam lubang puki aku. Lalu dia bukak baju dia. Dadanya ada bulu sikit. Wah wah!! Seksi betul. Aku pun jilat dada dia. Hisap tetek dia…. dia bukak seluar dia. Aku ramas ramas butuh nya… dan akhirnya.. kami berdua sama sama telanjang.

    Pintu kat rumah masa tu memang terkunci. BESAR! MEMANG BESAR DIA PUNYA BUTUH! ku suka main biji pelir yang dua bijik tu. Aku belai belai bulu butuh dia dan mula menjilat jilat butuh dia yang besar tebal panjang serta kerasssss itu. Aku mula hisap dan hisap.

    Dia merintih rintih. Suka betul tengok muka dia yang merah tu. Pastu, dia peluk aku dan dia bukak kaki aku.

    Aku kangkangkan kaki aku dan biarkan dia buat apa yang dia suka. Dia cucuk puki aku dengan butuh nya yang keras! AHHHHHHHHHH!!! UHHHHHHHH!!!


    Aku menjerit kenikmatan. Punyalah nikmatnya! Clit aku pun keras. Butuh dia masuk kuar masuk kuar… makin cepat! ASementara mulutnya menghisap tetek aku. AHHHHH!! SEDAP!!!!!! Kami buat sampai 3 jam. Nasib baik mak bapak lom balik. Apabila kitorang habis buat, aku masuk bilik aku, rehat. Dia pulak balik. mak bapak sampai rumah sejam lepas kami berhenti buat projek. sampai sekarang aku rasa nak buat dengan dia lagi. Tapi dia dah kawin. Aku serba salah nak buat lagi. Aku suka habiskan masa aku dengan masturbate.

    Rsanya nak buat lagi. Aku kehausan seks. Namun bagi aku, aku masih memikirkan bahawa perkahwinan amat penting. Aku ingin jadi pompuan baik.. tapi sapalah aku. Laki baik manalah yang nak ambik aku jadi bini:P . So, aku enjoy mylife lah.. aku baru satu kali buat seks. Agen Poker Online

    Rasa nak lagi, tapi takut nak buat lagi. Tak larat nak tanggung dosa. Rsanya, biarlah aku cyber sex jer lah nak kurangkan rasa gian aku ni. Aku harap Tuhan ampunkan aku dan menemukan aku dengan jodoh yang mampu membimbing aku dan sanggup menerima aku seadanya. Aku tak sanggup nak hidup dalam dosa lagi.



  • Kisah Memek Si Bapak kost yang saat di ranjang Sangat Buas

    Kisah Memek Si Bapak kost yang saat di ranjang Sangat Buas


    2264 views

    Duniabola99.com – Pagi itu kulihat Oom Pram bapak kost ku sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar wajahnya segar dan cukup tampan.


    Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang laki-lai setengah baya yang sering kukagumi.

    Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas umurku.

    Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia tidak melihaku dari luar sana. Oom Pram mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati perusahaan perbankan.

    Memang Oom Pram bapak kost ku sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan pesangon yang konon cukup besar, karena penciutan perusahaannya. Sehingga kegiatannya lebih banyak di rumah. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya.


    Yaitu roti dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri.

    Oom Pram telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku, aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan Oom Pram yang melakukannya…

    Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Oom Pram sedang mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya. Solaire99

    Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di sampingku. “Masuk..!” kataku. Tak berapa lama kulihat Oom Pram bapak kost ku sudah berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi.

    Senyumnya mengambang “Bagaimana Lina? Ada kemajuan..?” dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai memjit-mijit.

    “Lina mau dibikinkan susu panas?” tanyanya.
    “Terima kasih Oom, Lina sudah sarapan tadi,” balasku.


    “Enak dipijit seperti ini?” aku mengangguk. Dia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku.

    Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu.

    “Lin kakimu mulus sekali ya.”
    “Ah.. Oom bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus lagi,” balasku sekenanya.

    Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit.

    “Lin, Oom jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi.
    “Jangan Oom, nanti Tante marah..”

    Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku yakin Oom Pram bapak kost ku sebagai laki-laki sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat vaginaku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya Oom Pram tidak mengenakan celana dalam sehingga penisnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya.


    Nafasku sesak melihat benda yang berdiri keras penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.

    Oom Pram bapak kost ku membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku.

    Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku yang tanpa BH, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.

    Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.
    “Lin kau cantik sekali..” dia memujaku.
    “Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perawan..?” aku mengangguk lemah.

    Memang aku masih perawan, walaupun aku pernah “petting” dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu.


    Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Oom Pram induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku.

    Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperawanan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak.

    “Bagaimana Lin? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak mampu menjawab.
    Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapannya.
    “Oom… pakai tangan saja,” bisikku kecewa.

    Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, batang kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi.

    Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat vaginaku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, klitorisku terasa sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi, setiap barang yang akan masuk.

    Oom Pram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas klitosriku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan.

    Tiba-tiba Oom Pram bapak kost ku melakukan sedotan kecil di klitoris, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali, “Oom… aduh.. Oom… Lin mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari vagina. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu kemulutku.

    ” Gantian ya Lin.. aku ingin kau isap kemaluanku.” Kutangkap kemaluannya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Oom Pram sudah terlentang dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya.

    Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Lin…” dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya kuelus dengan jariku.


    Suara desahan Oom Pram bapak kost ku membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di depan lubang vaginaku. “Oom, Lin masukin dikit ya Oom, Lin pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. “Hati-hati ya… jangan terlalu dalam…” Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya.

    Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir kemaluanku, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan… oh, ketika kepala kemaluanya kumasukan dalam lubang, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluannya, ujung kemaluannya masih menancap dalam lubang vaginaku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam bibir bawahku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal dariku atau darinya.

    Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kemaluannya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan pangkal klitoris. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh batang kemaluannya sudah melesak dalam kemaluanku. Kukocokkan kemaluannya naik-turun, tidak ada rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari temanku ketika keperawanannya hilang, padahal sudah separuh.

    Kujepit kemaluannya dengan otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas kembali berulang-ulang. “Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu nimat sekali.” Kudengar Oom Pram mendesis-desis, payudaraku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih ketika dalam jepitanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah.

    Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga penis Oom Pram sudah utuh masuk ke vaginaku, tidak ada rasa sakit, yang ada adalah kenikmatan yang meledak-ledak.Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, susuku menempel, perutku merekat pada perutnya. Kudekap Oom Pram erat-erat.

    Tangan kiri Oom Pram bapak kost ku mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok dari bawah.


    Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak. “Ahhh…” Kutekan vaginaku ke penisnya, kedutannya keras sekali, nimat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vagina terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku.

    “Ooohhh…” Oom Pram juga ejakulasi pada saat yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluannya masih menyesaki vaginaku. Kurasai vaginaku masih berkedut dan makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan.

    Pagi itu keperawananku hilang tanpa darah dan tanpa rasa sakit. Aku tidak menyesal.

  • Kisah Memek Si Bapak kost yang saat di ranjang Sangat Buas

    Kisah Memek Si Bapak kost yang saat di ranjang Sangat Buas


    2478 views

    Duniabola99.com – Pagi itu kulihat Oom Pram bapak kost ku sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar wajahnya segar dan cukup tampan.


    Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang laki-lai setengah baya yang sering kukagumi.

    Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas umurku.

    Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia tidak melihaku dari luar sana. Oom Pram mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati perusahaan perbankan.


    Memang Oom Pram bapak kost ku sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan pesangon yang konon cukup besar, karena penciutan perusahaannya. Sehingga kegiatannya lebih banyak di rumah. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya.

    Yaitu roti dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri.

    Oom Pram telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku, aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan Oom Pram yang melakukannya…

    Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Oom Pram sedang mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya.


    Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di sampingku. “Masuk..!” kataku. Tak berapa lama kulihat Oom Pram bapak kost ku sudah berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi.

    Senyumnya mengambang “Bagaimana Lina? Ada kemajuan..?” dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai memjit-mijit.

    “Lina mau dibikinkan susu panas?” tanyanya.
    “Terima kasih Oom, Lina sudah sarapan tadi,” balasku.

    “Enak dipijit seperti ini?” aku mengangguk. Dia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku.

    Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu.


    “Lin kakimu mulus sekali ya.”
    “Ah.. Oom bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus lagi,” balasku sekenanya.

    Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit.

    “Lin, Oom jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi.
    “Jangan Oom, nanti Tante marah..”

    Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku yakin Oom Pram bapak kost ku sebagai laki-laki sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat vaginaku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya Oom Pram tidak mengenakan celana dalam sehingga penisnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya.

    Nafasku sesak melihat benda yang berdiri keras penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.

    Oom Pram bapak kost ku membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku.


    Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku yang tanpa BH, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.

    Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.
    “Lin kau cantik sekali..” dia memujaku.
    “Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perawan..?” aku mengangguk lemah.

    Memang aku masih perawan, walaupun aku pernah “petting” dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu.

    Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Oom Pram induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku.


    Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperawanan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak.

    “Bagaimana Lin? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak mampu menjawab.
    Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapannya.
    “Oom… pakai tangan saja,” bisikku kecewa.

    Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, batang kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi.

    Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat vaginaku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, klitorisku terasa sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi, setiap barang yang akan masuk.


    Oom Pram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas klitosriku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan.

    Tiba-tiba Oom Pram bapak kost ku melakukan sedotan kecil di klitoris, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali, “Oom… aduh.. Oom… Lin mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari vagina. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu kemulutku.

    ” Gantian ya Lin.. aku ingin kau isap kemaluanku.” Kutangkap kemaluannya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Oom Pram sudah terlentang dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya.

    Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Lin…” dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya kuelus dengan jariku.


    Suara desahan Oom Pram bapak kost ku membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di depan lubang vaginaku. “Oom, Lin masukin dikit ya Oom, Lin pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. “Hati-hati ya… jangan terlalu dalam…” Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya.

    Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir kemaluanku, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan… oh, ketika kepala kemaluanya kumasukan dalam lubang, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluannya, ujung kemaluannya masih menancap dalam lubang vaginaku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam bibir bawahku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal dariku atau darinya.

    Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kemaluannya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan pangkal klitoris. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh batang kemaluannya sudah melesak dalam kemaluanku. Kukocokkan kemaluannya naik-turun, tidak ada rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari temanku ketika keperawanannya hilang, padahal sudah separuh.

    Kujepit kemaluannya dengan otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas kembali berulang-ulang. “Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu nimat sekali.” Kudengar Oom Pram mendesis-desis, payudaraku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih ketika dalam jepitanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah.

    Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga penis Oom Pram sudah utuh masuk ke vaginaku, tidak ada rasa sakit, yang ada adalah kenikmatan yang meledak-ledak.Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, susuku menempel, perutku merekat pada perutnya. Kudekap Oom Pram erat-erat.


    Tangan kiri Oom Pram bapak kost ku mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok dari bawah.

    Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak. “Ahhh…” Kutekan vaginaku ke penisnya, kedutannya keras sekali, nimat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vagina terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku.

    “Ooohhh…” Oom Pram juga ejakulasi pada saat yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluannya masih menyesaki vaginaku. Kurasai vaginaku masih berkedut dan makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan.

    Pagi itu keperawananku hilang tanpa darah dan tanpa rasa sakit. Aku tidak menyesal.


  • Kisah Memek Si Body mulus membuatku terpersona

    Kisah Memek Si Body mulus membuatku terpersona


    2136 views

    Duniabola99.com – Aku telah bekerja selama hampir 6 tahun di bagian akuntansi dan juga masih menempuh kuliah semester 4 di sebuat PTS ternama di Surabaya. Aku selalu mengendarai motor bututku ke mana aku pergi, baik itu ke kantor maupun aku ke kampus.


    Pada suatu hari, waktu itu jumat pagi aku akan berangkat senam di kantor, aku mengendarai motorku dengan agak tergesa-gesa, maklum sudah agak terlambat. Sesampainya di jalan Ahmad Yani aku terperanjat hebat karena ada mobil yang memotong di depanku,

    Tanpa dapat aku kuasai akhirnya akupun menabraknya dan terjatuh dengan luka yang lumayan parah, kemudian aku pingsan. Aku sadar saat aku sudah di rumah sakit AL di dekat kawasan itu, aku membuka mataku pelan-pelan dan seorang cewek cantik sudah tersenyum kepadaku.

    “Mas, maafkan saya”, dia mengucapkan kata dengan penuh pesona.
    “Nggak pa-pa..”, kataku lirih.
    “Nama saya Rina”, kata cewek itu.
    “Saya Dimas”, jawabku singkat.

    Kamipun ngobrol kesana kemari, aku sudah agak enakan dengan kehadirannya aku bersemangat sekali untuk segera sembuh. Sejak peristiwa itu aku dirawatnya hingga aku pulang, kedua orang tuanya pun selalu menjengukku tiap sore hari, maklumlah aku anak perantauan yang jauh dari keluarga.

    Setelah seminggu dirawat aku diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Semua biaya ditanggung oleh keluarga Rina termasuk motorku yang rusak. Aku diberi motor baru sebagai gantinya dengan harapan aku akan lebih baik, aku selalu dianggap sebagai keluarga Rina sehingga aku diminta tinggal di rumahnya. Akupun sangat berterima kasih sebab akan banyak mengurangi biayaku. Rina di rumah itu adalah anak tunggal dan selalu dimanja.


    Setelah hampir 6 bulan aku tinggal aku mulai merasakan bahwa Rina mulai menyukaiku, memang sih usia kami tidak jauh terpaut aku masih 24 tahun sedang Rina 20 tahun. Rina kuliah pagi di PTN semester 4 juga. Rina adalah cewek yang sangat cantik dengan bentuk tubuh yang sangat seksi, sehingga banyak cowok yang ingin jadi kekasihnya.

    Singkat cerita, pada hari jumat sore aku di telepon ke kantor untuk segera pulang sore karena ayah dan ibunya akan ke Jakarta. Aku segera pulang setelah jam 14.30. Sesampainya di rumah aku mendapati rumah dalam keadaan sepi. Aku pencet bel dan Rina hanya berteriak dari dalam bahwa pintu tidak dikunci. Aku masuk ke kamarku di atas, aku yakin orang tua Rina sudah berangkat, akupun mandi dan bermaksud istirahat, akan tetapi dari bawah Rina berteriak.

    “Mas, sudah saya bikinkan kopi cream di meja belajarku”, teriak Rina.
    “Ya…”, aku turun dan mengetuk kamar Rina.
    “Masuk saja tidak dikunci, aku lagi mandi”, jawab Rina.

    Dadaku berdebar kencang ketika aku lihat di sudut ruangan ada bayangan body mulus Rina yang seksi itu diguyur air dan hanya terhalang partisi plastik tipis (seperti di hotel-hotel). Aku duduk di meja belajar Rina dan menikmati kopi buatannya.

    “Mas, udah mandi belum”, tanya Rina.
    “Udah, emang kenapa?, tanyaku balik.
    “Mau mandi lagi?”, kata Rina.
    “Nggak”, jawabku singkat.

    Aku membuka majalah di meja Rina, ketika tiba-tiba Rina berteriak, “Mas, tolong ada kecoak”, dengan tanpa pikir panjang aku melompat ke kamar mandi itu. Jantungku berdegub kencang ketika aku melihat Rina hanya tertutup daster kecil jauh di atas lutut.

    “Kecoaknya udah pergi”, Rina berkata sambil tersenyum.

    Aku terdiam dan terpana, Rina tidak merasa malu sedikitpun dia malah menyemprotkan shower yang dia pegang ke arahku, akupun basah kuyup. Kamipun bercanda, aku ambil shower kloset dengan tak kalah cerdik aku menyemprot bagian tubuh Rina yang aku rasa bikin geli. Rina menggeliat-geliat ketika air itu menyemprot ke payudaranya, seolah ia menikmatinya, aku kaget ternyata Rina tidak mengenakan BH.


    Aku semakin turun dan melihat Rina juga tidak mengenakan celana dalam, darah laki-lakiku memuncak, tanpa kami sadari kami berpelukan dan aku mencium serta mengulum bibir Rina yang merah dan seksi itu, Rina sangat menikmatinya, tangankupun mulai meraba daerah sensitif Rina, Rina semakin menggeliat-geliat dan daster kecil itupun luruh ke lantai kamar mandi, aku sangat terpesona melihat body mulus Rina tanpa sehelai benang pun, Rina semakin menantang, akupun mulai mencumbuinya.

    Sedikit demi sedikit pakaiankupun dilucuti Rina dengan tangan halusnya. Aku bopong body mulus Rina ke tempat tidur, Rina memamerkan vaginanya yang kelihatan rapat dan cekung memerah. Aku semakin tidak sabar, aku lepas celana dalamku cepat-cepat. Aku mulai menjilati paha Rina yang mulih halus itu. Rina menggeliat-geliat menahan nafsu birahi.

    Saat lidahku menjilati vagina Rina, Rina berteriak-teriak menahan kenikmatan. Aku semakin ke atas dan mengulum payudaranya serta menindihnya, semakin ke atas aku mengulum bibirnya dan aku rasakan penisku menyentuk benda lembut tapi panas.

    Aku coba menekan tapi susah sekali. Rina semakin meregangkan selangkangannya, aku menekan pinggangku dan aku rasakan penisku mulai panas (karena penisku menyeruak masuk ke dalam vagina Rina), semakin panas saat aku menekannya dengan keras dan Rina menjerit sembari mendekapku erat. Sesaat kami terasa tidak sadar, kemudian aku mulai memainkan pinggulku, kami sangat menikmatinya hingga sesaat lamanya penisku mengejang dan cairan menyeruak di dalam vagina Rina, Rina memelukku erat sekali.

    Kami kelelahan namun Rina kembali menggoyangkan pinggulnya, akupun seolah enggan untuk mencabut penisku yang dijepit vagina Rina yang sangat kuat itu, kami memainkan lagi pinggul kami sangat lama. Kemudian kembali penisku mengejang dan cairan itu menyemprot diding rahim Rina. Dia memejamkan matanya sembari memelukku erat. Kamipun tertidur dengan posisi penisku masih menancap di vaginanya.


    Setelah bangun aku merasa penisku sakit dan panas sekali, akan tetapi saat aku mau mencabut penisku, Rina kembali memelukku. Rina sungguh hebat, kamipun melakukan lagi. Setelah itu Rina melangkah ke kamar mandi, aku mengikutinya dari belakang. Rina mencuci vaginanya dan aku mencuci penisku.

    “Mas, aku lapar”, kata Rina.
    “Aku juga”, jawabku samabil kucium bibir Rina.

    Rina mengenakan pakaian seperti saat mandi tadi, tanpa BH dan celana dalam, aku membalut tubuhku dengan handuk. Kami melangkah ke dapur untuk masak, kami bercanda dan tanpa aku sadari penisku telah menegang, Rinapun begitu.

    Rina duduk di meja dapur dan mengangkat kakinya, vaginanya kelihatan begitu indah dan kecil. Aku pegang penisku dan memasukkannya ke dalam vaginanya, gesekan-gesekan lembut kami lakukan dengan tenang dan mesra. Setelah beberapa lama cairan spermaku menyemprot di dalam vagina Rina. Rina tersenyum puas.

    Kami melanjutkan lagi masak dan makan malam. Mulai saat itu setiap pagi penisku menegang, aku turun dan melakukan perbuatan itu dengan Rina, ya hampir setiap pagi. Kami sangat menikmatinya dan aku bicara kepada orang tua Rina untuk meminangnya, mereka setuju.

    Kami sangat bahagia dan semakin gila-gilaan melakukan perbuatan mesum tersebut tanpa kenal waktu dan ruang.



  • Kisah Memek Si Penakluk Wanita

    Kisah Memek Si Penakluk Wanita


    2353 views

    Duniabola99.com – Jadilah diri sendiri, sudah hilang masa dimana manusia hidup dalam ketakutan akan pandangan orang lain. Bagiku orang seperti itu adalah kera, sedang aku sudah berevolusi menjadi manusia yang sebenarnya. Tidak ada manusia yang selalu benar di muka bumi ini, maka kenapa takut berbuat salah. Yang penting memang itulah aku apa adanya.

    Itu mottoku selama ini. Tak ada yang salah dengan motto itu, karena aku dapat apa yang aku ingin dan aku bahagia. Jika ada yang tidak suka, tuntut saja aku! Aku tidak takut! Bakat..! Aku yakin semua orang memilikinya. Hanya saja ada mereka yang tidak mengetahui atau lingkungan tidak menerima bakat itu sehingga kini mereka harus menjalani hidup yang membosankan. Hari demi hari dilalui begitu saja tanpa peningkatan dan kegembiraan saat mereka menjalaninya.

    Sedangkan mereka yang lain lebih beruntung, karena kemampuan terbaik mereka tersalurkan. Ronaldo dengan sepakbolanya, Michael Jordan dengan basketnya, Jendral Arthur dengan taktik perangnya, Bon Jovi dengan suaranya, Leonardo Da Vinci dengan lukisannya, Einstien dengan penelitiannya, Al Capone dengan perampokan bank dan gank mafianya, Jack De Riper dengan pembunuhan berantainya, Hitler dengan NAZInya, Madam Omiko dengan rumah bordilnya, bahkan Dorce mampu mengasuh 1500 anak yatim piatu setelah menjadi wanita, serta masih banyak lagi namanama yang menjalani hidup bahagia sesuai dengan kata hatinya.


    Resiko dalam hidup adalah hal yang pasti, jika kita memilih jadi pengecut maka jadilah pengecut sampai kita mati. Aku sempat merasakan hal itu, sampai mataku terbuka dan kini aku hidup bahagia dari hari ke hari.

    Tiap orang dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan. Tulisan ini akan menceritakan 26 tahun kisah hidupku yang membuatku sadar bahwa aku harus menjadi diriku sendiri dan mengembangkan bakatku yang dilahirkan sebagai penakluk kemaluan wanita sejati.

    Aku anak satusatunya, di tengah keluarga berada. Ayahku seorang pengusaha dan ibuku manager sebuah perusahaan. Sampai SMP kelas 3 semua yang aku alami biasa saja. Ya, makan, minum, belajar, bimbel, les musik, dan rekreasi bersama keluarga tiap liburan, halhal yang sebenarnya membosankan. Tapi waktu itu aku tidak menyadari bahwa itu membosankan karena aku tidak berpikir sejauh itu.

    Semua itu berubah ketika aku sakit di sekolah dan pulang lebih dulu. Sampai di rumah kulihat di garasi ada mobil ibuku, ternyata dia sudah pulang. Aku ingin segera menemuinya untuk melaporkan sakitku. Tapi ketika aku akan mencapai pintu kamarnya yang sedikit terbuka aku dengar erangan ibuku merintih kesakitan. Kulihat dari sela pintu yang terbuka seorang lelaki berada di atas ibuku. Dia memajumundurkan pantatnya. Aku segera bersembunyi takut ketahuan. Oh Tuhan! Itu adik ayahku. Dia dan ibuku sedang bersetubuh. Dorongan yang ada dalam hati adalah melihat persetubuhan mereka.

    Aku menahan keinginan untuk mengintip, tapi dorongan untuk kembali melihat lebih besar. Akhirnya kuintip mereka dari selasela pintu. Sebenarnya tidak ada yang bisa dilihat. Yang kulihat hanya mata ibuku terpejam dan digelengkan ke kiri dan kanan, serta pantat omku yang naikturun, itu saja. Sampai suatu ketika omku berteriak keras dan menekan pantatnya lama ke bawah.

    Lalu dia merebahkan badannya di atas ibuku dan mencium bibir ibuku dengan batang kemaluan masih di dalam kemaluan ibuku. Tak lama lalu ibuku memegang batang kemaluan omku dan mencabut dari lubang kemaluannya. Setelah itu dia merebahkan lagi badannya. Omku pun berbaring di samping ibuku dan kembali mencium bibir ibuku. Saat itulah bisa kulihat dengan jelas batang kemaluan omku yang masih tegak berdiri, dan lubang kemaluan ibuku yang mengeluarkan cairan di selasela bibirnya. Warnanya merah dan masih tebuka. Itu pertama kali aku melihat kemaluan seorang wanita. Indah sekali..!

    Sebelum mereka bangun aku sembunyi lagi, secara perlahanlahan meninggalkan tempat itu dan pergi dari rumah. Aku tak mau mereka memergokiku. Aku baru kembali tepat saat jam anakanak sekolah pulang ke rumah.

    Kejadian itu selalu terbayang dalam benakku. Dorongan di hati untuk mempraktekkan apa yang kulihat selalu tumbuh. Tapi aku tidak berani melakukannya, selain itu mau sama siapa. Mau sama pelacur? dimana dan kapan waktunya? Aku juga malu mendatangi tempat seperti itu. Aku sadar aku masih anakanak. Mau melakukan sama teman sekolah? Waduh kalau ketahuan sama keluarga besar dan temanteman sekolah aku jadi lebih malu lagi. Rasa malulah yang membatasi terpenuhinya keinginanku bersetubuh dengan wanita.

    Akhirnya aku tahan terus perasaan itu sampai pada suatu saat saudara sepupuku yang berusia sama dengan diriku akan melanjutkan SMAnya di kotaku. Namanya Rosa, waktu itu kami berdua sudah lulus SMP. Dia anak tanteku dari Malang, dan akan tinggal bersama kami selama SMA. Dia SMA di sini agar bisa ikut bimbel dan lebih mudah masuk ke Unpad. Wajahnya cantik dan tubuhnya langsing sama seperti semua wanita dalam keluarga ibuku.


    Tiap melihat wajahnya aku selalu teringat adegan pesetubuhan ibuku dan ingin sekali memasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan adik sepupuku itu. Aku sering membayangkan wajahnya berkeringat dan merintihrintih kenikmatan saat berada di atasku sambil pantatnya naikturun di atas batang kemaluanku. Hal ini tidak pernah aku katakan padanya karena aku takut dia akan marah, dan melaporkanku ke keluarga besar. Tentu saja aku akan malu setengah mati.

    Aku tetap saja hidup dalam rasa takut untuk memenuhi keinginanku, hal itu sangat menyiksaku. Hingga pada suatu sore saat aku dan sepupuku belajar bersama di kamarku. Kami baru saja mandi dan samasama memakai piyama. Perbedaan piyama kami adalah celanaku panjang sedangkan dia pendek. Ketika kami mulai belajar, tibatiba dia berkata,

    Wa, kamu katanya pacaran ya? Kok enggak dikenalin? candanya sesaat setelah kami mulai membuka buku.
    Yee.. Isu tuh? jawabku.

    Aku bilang itu karena aku memang belum punya pacar.

    Gimana mau punya pacar. Bokap nyokap aja udah wantiwanti untuk nggak pacaran sampai aku lulus SMA, tambahku sambil terus belajar.
    Alaahh..! Kamu kan pacaran sama Yenni, candanya lagi.

    Yeni adalah cewek terjelek di kelasku. Badannya gemuk, hitam, dan giginya tonggos. Tapi walaupun begitu gayanya tetap sok gaul. Rambut di bikin punk dan ngomongnya dimesramesrain. Wiihh..! Siapa yang bakal mau sama dia.

    Enaakk aja lo! jawabku dengan tawa berderai.

    Dia pun ikut tertawa.

    Alah ngaku aja Wa, jangan malu! katanya tetap menggodaku sambil tertawa terbahakbahak.
    Lu tega amat sih? Suer kagak. Busyeett deh! Kayak nggak ada cewek lain aja.

    Mungkin dia lagi ingin becanda, dia tetap menggodaku pacaran dengan Yeni. Aku pun tetap saja mengelaknya. Sampai akhirnya dia bilang,

    Atau kamu pacaran sama Reka? tawanya berderai saat bilang Reka.

    Reka sama parahnya dengan Yeni.

    Eh Sa..! Kamu kalau godain lagi dicium nih! kataku sambil menunjukkan mimik serius.
    Siapa yang takut..! Weekkss, katanya sambil menjulurkan lidahnya.


    Langsung kucium pipinya sekilas dan aku kembali lagi ke tempatku. Oh Tuhan apa yang aku lakukan! Bagaimana kalau dia melaporkan ke orangtuanya. Aku terdiam, dia pun terdiam sambil mata kami saling bertatapan. Kami terus diam sampai sekitar semenit.

    Tibatiba dia bilang,

    Cantik mana Wa, Reka atau Yeni? Hihihihihiihi..! dia berkata sambil terkekehkekeh.

    Ternyata dia menggodaku lagi. Aku langsung meloncat ke arahnya. Aku gelitik pinggangnya dan kami bergulingguling di atas tempat tidurku. Aku terus menggelitiknya, dia pun menggeliatgeliat menahan gelinya. Kami terus tertawa terbahakbahak sampai tibatiba kami terdiam dengan nafas terengahengah. Ketika kami sadari, badanku ternyata sedang menindih badannya. Pahanya terbuka dan pinggulku berada di antara selangkangannya. Tangan kananku masih memegang pinggangnya, sedang tangan kiriku bertumpu pada kasur. Kami terdiam ketika menyadari posisi kami. Nafas dia yang lembut terasa di wajahku.

    Kuberanikan diri memajukan wajahku dan kukecup sekali. Kulihat dia memejamkan matanya. Lalu kucium lagi kali ini disertai dengan lumatan pada bibirnya. Dia awalnya diam saja, tak lama dia membalas lumatan bibirku. Kami berpagutan cukup lama. Rasanya nikmat sekali. Kucoba menurunkan tangan kananku untuk meraba susunya. Terasa kenyal di telapak tangan. Kuremasremas dan kuputar. Dia mendesah sambil terus mencium bibirku.

    Lalu tangannya dilingkarkan ke leherku. Sambil masih terus berciuman tangan kananku kuturunkan lagi untuk membuka ikat celana piyamaku. Celana piyamaku turun sampai sepaha. Tentu saja mudah melakukannya, tapi untuk melepaskan celana dalam, aku tak mau karena berarti aku harus melepaskan posisi kami sekarang. Rasanya terlalu indah untuk dihentikan. Akhirnya kukeluarkan kemaluanku melalui bagian pinggir celana dalamku. Kutariktarik sedikit agar lebih longgar.

    Kami terus berpagutan, bibir kami tetap saling melumat. Tangan kananku kuusapkan ke pahanya, kunaikkan celana piyamanya ke atas, terus ke atas hingga kurasan tanganku menyentuh gundukan di antara selangkangannya. Oh Tuhan! Itu pasti kemaluannya.

    Terasa tebal dan basah. Dia melenguh lagi. Lalu kusingkapkan sisi celana dalamnya. Kutarik paksa ke sisi yang lain, hal ini agar bibir kemaluannya terbuka dan tidak terhalang. Setelah pasti tidak akan terhalang lagi dengan celana dalamnya, aku memegang pangkal batang kemaluanku. Kudekatkan batang kemaluanku ke arah lubang kemaluannya. Saat melakukan itu semua kami masih berciuman.

    Kugesekgesekkan kepala kemaluanku ke bibir kemaluannya. Rasanya nikmat sekali. Badan Rosa agak naik ketika aku melakukannya. Saat itu kami masih terus berciuman. Ciuman kami makin ganas. Lidah kami saling bertemu. Karena tidak tahan untuk bersetubuh, kuletakkan kepala kemaluanku di tengah bibir kemaluannya. Kutekan sedikit pantatku ke depan. Merasa batang kemaluanku akan masuk ke lubang kemaluannya, Rosa berkata pelan seperti berguman,

    Wa..! Jangan Wa..! katanya sangat pelan sambil terus berciuman.


    Sepertinya dia tidak sungguhsungguh menyuruhku berhenti.

    Aku purapura tak mendengarnya. Kutekan pantatku ke depan. Susah sekali memasukkan batang kemaluan ini, kugeser letak kemaluanku agak ke bawah bibir kemaluannya. Pelanpelan kutekan lagi pantatku, kali ini tibatiba terasa ada sesuatu yang mengulum kepala kemaluanku. Oh Tuhan! Rasanya luar biasa nikmat. Batang kemaluanku seperti diremasremas. Dada Rosa terangkat ke atas dan kepalanya didongakkan ke atas. Hal ini membuat kami berhenti berciuman. Maka kuarahkan bibirku pada lehernya. Kucium lehernya yang putih dan harum.

    Kutekan lagi pantatku, perlahanlahan batang kemaluanku masuk semuanya. Aku hanya bisa memejamkan mataku menahan pijatan rongga kemaluan Rosa di seluruh batang kemaluanku. Lalu kumajumundurkan pantatku berulangulang. Batang kemaluanku keluarmasuk melewati bibir kemaluan Rosa. Kuperhatikan reaksi yang dilakukan Rosa dan Ibuku agak berbeda. Rosa hanya mendongakkan kepalanya dan menggigit bibirnya sendiri dengan mata terpejam. Sedangkan Ibuku menggelenggelengkan kepalanya kiri kanan, dengan pantat ikut naik turun dan mulut yang tak henti merintih.

    Setelah sekian menit, tibatiba Rosa mencengkeram bahuku dan badannya terhentakhentak ke depan, sedangkan perutnya tertarik ke dalam. Rupanya dia mencapai orgasme. Terasa jepitan di dalam lubang kemaluannya. Rongga kemaluannya terasa menggigit lembut batang kemaluanku. Aku pun mempercepat kocokanku. Ouughh! Nikmat terasa di seluruh syarafku. Tak lama, kenikmatan yang kurasa dari tadi menjadi berlipatlipat. Seiring gesekan batang kemaluanku dengan lubang kemaluannya, kurasa seperti ada sesuatu yang tersumbat dalam batang kemaluanku yang ingin keluar.

    Ouughh! kataku ketika aku mencapai orgasme.

    Aku muntahkan spermaku dalam rongga lubang kemaluannya. Badanku mengejang dan terhentakhentak. Rasanya seluruh batang kemaluanku seperti disedotsedot. Badanku terasa lemas dan aku lalu terkulai menindih badan Rosa. Karena merasa keberatan, lalu Rosa mendorong bahu kananku sehingga kini kami saling berhadapan dengan posisi menyamping. Batang kemaluanku masih berada dalam lubang kemaluannya. Masih terasa kedutkedut dan remasan yang membuat batang kemaluanku tetap tegang. Dalam posisi ini kami lalu berciuman dan berpagutan.

    Setelah sekian lama berpagutan dengan batang kemaluan masih berada di dalam, lalu Rosa memegang batang kemaluanku dan mencabutnya keluar dari lubang kemaluannya. Wa..! Kita buka baju aja yuk..! katanya. Demi hujan badai, aku terkejut. Ternyata wanita jika sudah terangsang jadi lebih berani. Mereka tidak malu lagi untuk memulai.

    Aku mengangguk. Dia lalu mencium bibirku, dan sambil berciuman kami membuka pakaian pasangannya masingmasing. Setelah itu kami melakukan seks sekali lagi dan kali ini terasa lebih nikmat karena kami sudah bertelanjang bulat. Gesekan antara kulit kami dan gigitan pada puting baik yang saya lakukan maupun yang dia lakukan menghasilkan kenikmatan yang luar biasa.

    Kami selesai melakukan seks untuk yang kedua kali, tepat saat terdengar teriakan ayahku dari lantai bawah yang menyuruh kami untuk turun makan malam. Pada waktu itu aku sedang membasuh lubang kemaluannya di kamar mandiku. Dia duduk di dudukan closet, badan di senderkan ke belakang dan kakinya di kakangkan. Terlihat gundukan lubang kemaluannya dikelilingi bulubulu tipis. Lubang kemaluannya sangat tebal dan bibir kemaluannya masih terbuka. Permukaan rongga lubang kemaluannya masih berdenyutdenyut. Indah sekali. Lalu kusiramkan air ke atasnya.

    Hii dingin Wa..! katanya sambil merapatkan tangannya di dada.

    Lalu kuambil sabun dan kugosok perlahan bibir lubang kemaluannya. Ketika tanganku menyentuh bibir lubang kemaluannya kulihat dia memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Sangat sensual! Melihat itu batang kemaluanku menjadi tegang lagi, saat itulah kudengar teriakan dari ayahku. Lalu buruburu kubilas lubang kemaluannya. Dia membantu menghapus sabun pada lubang kemaluannya.

    Wa..!! Kamu juga pengen lagi ya? katanya saat sadar bahwa batang kemaluanku sedang tegang.
    Juga? Berarti kamu juga pengen dong? aku tersenyum mendengar sepupuku keceplosan.
    Hihihihihi, iya ih Wa. Pengen lagi, katanya sambil tersipu.
    Entar aja deh, kataku.
    Aku tidak ingin terlambat makan malam.


    Lalu aku membersihkan batang kemaluanku. Dia membantu membersihkan. Gosokan tangannya sama persis seperti saat aku onani. Walah! Jadi pengen lagi. Bisa tidak ikut makan malam nih, nanti mereka curiga lagi. Kalau sampai ketahuan berabe. Malunya itu loh! Masih kecil sudah gituan, sama saudara lagi. Udah ah, udah bersih nih, kataku menjauhkan tangannya. Lalu kami pun mengambil piyama yang baru, dan memakainya.

    Wa, entar lagi ya! katanya saat kami menuruni tangga.
    Huss, jangan kencengkenceng, kataku sambil berusaha tidak mengingatingat persetubuhan kami.

    Aku takut batang kemaluanku besar lagi.

    Makan malam waktu itu terasa lama sekali. Aku ingin cepatcepat selesai. Tapi sudah tradisi di keluarga kami, makan malam pasti diisi dengan obrolan. Karena saat itulah seluruh anggota keluarga bisa berkumpul.

    Setelah beberapa lama, tibatiba saudara sepupuku berbicara,

    Ayo Wa! Yang tadi belum selesai..! katanya sambil tersenyum ke arahku.

    Aku tentu saja membelalakkan mataku menyuruh dia diam.

    Wah, kalian rajin belajar ya! kata ayahku mendengar ucapan Rosa.
    Pelajaran apa sih? sambung ibuku.

    Aku melihat ke arah Rosa, aku takut dia akan menceritakan persetubuhan kami.

    Pelajaran baru Tante, dia ini jagonya, jawab Rosa menunjuk ke arahku.

    Walaahh! Mampus gua! Bokap nyokap curiga tidak ya? Aku benarbenar tegang takut mereka curiga. Oh ya! Kok bisa sih? Padahal kamu kan bego banget, canda ibuku melihat ke arahku. Tentu saja dia becanda, karena aku memang tidak bego. Aku coba tersenyum, padahal di dalam hatiku berdebardebar takut salah jawab.

    Siapa dulu dong Ibunya..! kataku senang menemukan jawaban yang cocok.

    Berderai tawa orangtuaku, aku yakin tidak ada dari mereka yang mengerti maksud sebenarnya dari katakataku.

    Sudah kalian belajar lagi aja. Lagian ini Papa minta dikerokin, katanya masuk angin, kata ibuku sambil berdiri dan melap bibirnya dengan serbet.

    Alaahh pake bilang dikerokin segala, kataku dalam hati.

    Aku merasa sebenarnya mereka akan bersetubuh. Aku lalu berdiri dan melangkah menuju tangga.


    Rosa yang masih duduk sempatsempatnya bicara, Wa lanjutin yang tadi Wa! Belajar sama elo emang enak Wa, nggak ada bosenbosennya. Gila ini anak, kalau mereka tahu bagaimana. Buruburu kutarik tangannya dan kami berlari menuju kamarku. Sesampainya di kamar, kami segera mengunci pintu dan melakukannya sekali lagi. Kami hanya bisa melakukan sekali, karena ketika aku minta tambah, dia tidak mau. Dia bilang lubang kemaluannya terasa ngilu.

    Setelah kejadian itu, sampai kini, kami jadi sering melakukannya, tiap belajar bersama (karena itulah kami rajin belajar), kami melakukan seks sedikitnya sekali. Kami juga sering mandi bersama. Saling menggosok kemaluan lalu dilanjutkan dengan main seks. Kami juga mencoba berbagai macam gaya. Aku membeli sebuah buku seks yang berisi gayagaya main seks, lalu kami mempraktekannya bersama.

    Dengan Rosalah pengetahuanku tentang seks bertambah pesat. Bagianbagian yang disuka oleh wanita, bagaimana mengatur nafas, dan halhal lain. Aku juga diberitahu kalau ratarata wanita susah terangsang, ada malah yang tidak merasakan apaapa padahal sebuah batang kemaluan sedang majumundur mengisi lubang kemaluannya.

    Tentu tidak semua wanita mau disetubuhi seperti itu. Susah untuk membuat seorang wanita mau begitu saja menyerahkan lubang kemaluannya. Kata Rosa itu semua tergantung bagaimana keahlian pria membawa sang wanita. Tiap wanita keinginannya berbeda, sang pria harus bisa melihatnya. Kalau hati sang wanita sudah kena, mau disetubuhi tiap hari juga enggak apaapa. Mereka malah senang lubang kemaluannya dipermainkan oleh pria itu.

    Tidak semua pria diberi kemampuan seperti itu. Ada pria yang sudah sangat beruntung jika ada seorang wanita yang mau dengan dia. Itu juga mungkin karena wanitanya sangat jelek atau perawan tua. Perlu bakat Wa, untuk bisa mengentot banyak wanita, kata Rosa. Rosa memang bicaranya vulgar dan ceplasceplos. Aku sendiri lebih memilih kata menyetubuhi dibanding ngentot.

    Percaya nggak Wa. Menurutku kamu punya bakat jadi tukang entot lo Wa, katanya sambil tertawa terbahakbahak.

    Aku tentu saja tertawa mendengar perkataannya. Saat itu aku tidak percaya kalau aku memang berbakat. Aku merasa hanya sedang beruntung bisa melakukannya dengan saudara sepupuku itu. Aku juga tetap hanya merasa beruntung ketika batang kemaluanku dikulum oleh teman sekelasku.


    Tapi ketika aku bisa menyelipkan batang kemaluanku di lubang kemaluan tanteku, guru SMAku, guru les privatku, Rani (saudara sepupuku satu lagi), dan Tuti (wanita yang kukenal di pesawat). Aku mulai percaya aku memang ditakdirkan sebagai tukang entot. Itu semua kulakukan selama aku masih di SMA. Tidak ada di antara mereka yang kupaksa atau di bawah pengaruh minuman keras. Semua memberikan lubanglubang kemaluannya untuk meremas batang kemaluanku dengan sukarela.

    Jangan kira mudah bagiku untuk menerima kelebihanku ini. Ada normanorma di masyarakat yang membuatku takut jika perbuatanku nanti terbongkar oleh orang lain. Setiap kondisi ini datang aku selalu terbayang akan makian dan cemoohan orang lain, tapi aku tak bisa menolaknya, aku pasti meladeni mereka semua. Lama aku hidup dalam ketakutan yang sangat menyiksa itu.

    Kembali Rosa jugalah yang berjasa dalam hidupku. Dia bilang rasa takut berlebihanlah yang membuat orang tidak bisa maju. Semua orang terkenal yang ada pasti memiliki rasa takut. Tapi mereka bisa mengatasinya. Jika memang dirimu seperti itu mengapa harus merubahnya menjadi orang lain. Merubah diri menjadi orang yang disukai oleh mereka, padahal orang itu bukan kamu yang sebenarnya.

    Kini setelah 10 tahun sejak aku pertama kali mengenal lubang kemaluan. Sudah puluhan wanita yang merasakan desakan batang kemaluanku dalam rongga lubang kemaluannya. Tidak semua wanita yang kukenal mau bermain seks denganku. Ada yang menolak, ada yang setelah beberapa tahun baru bersedia, ada yang beberapa bulan, dan ada juga yang baru seminggu sudah mau.

    Dan saat ini aku sangat bahagia mendapati diriku seperti itu, menyetubuhi banyak wanita, merasakan remasan alat kemaluan mereka dan menumpahkan spermaku di dalam rahim yang berbedabeda. Kurasa itulah intinya, BAHAGIA! Peduli dengan orang lain. Kalau mereka tidak suka, mereka bisa menuntut kita.

    Tulisan ini tidak bermaksud membuat pembaca menjadi seperti aku karena seperti yang kubilang aku percaya bakat tiap orang berbedabeda. Kembangkan saja bakat pembaca walaupun seluruh dunia mencacinya. Percayalah jika kita mengikuti kata hati, merencanakan dengan matang dan sedikit keberuntungan, kita akan bisa hidup bahagia. Begitu saja surat dariku. Salam hangat dariku untuk pembaca semua!

  • Kisah Memek siswi dientot di hutan saat bolos sekolah

    Kisah Memek siswi dientot di hutan saat bolos sekolah


    3243 views

    Duniabola99.com – Pada suatu pagi, sekitar jam 08:30, aku yg sedang suntuk pergi ke sebuah hutan cagar alam kecil di selatan kota. Kota kecil ini sudah ku singgahi sekitar 3 minggu, dan aku masih lumayan betah. Segera kuparkir motor di tempat titipan motor, dan menyusuri jalan setapak masuk hutan yg sekarang sedang sepi karena memang bukan hari libur. Terasa sangat sejuk, pagi hari hiking menikmati rerimbunan pohon pinus di hutan cagar alam itu.


    Ketika sedang berjalan menikmati keindahan dan kesejukan hutan, aku melihat sesosok gadis manis berjilbab sedang duduk disebuah bangku dibawah sebuah rumah kayu yg memang disediakan untuk beristirahat. Dari bajunya yg atasan putih dan bawahan rok abu-abu, aku tau kalau dia adalah seorang siswi SMU. Segera otak kotorku bekerja dan membuat penisku naik.

    Bayangkan, menikmati vagina gadis cantik berjilbab pelajar SMU ditengah hutan yg sunyi dan sejuk ini. Segera aku menghampiri dan menyapa sang gadis itu. Yg sedang duduk termangu.

    Assalamualaikum.. kataku sedikit keras, memang sengaja mengagetkannya.

    Gadis berjilbab itu sedikit kaget lalu dengan cepat menoleh kearahku. Wajahnya cantik putih,d engan hidung mancung dan bibir tipis. Kacamata minus bertengger di hidungnya.

    Waalaikum salam.. ngagetin aja ihh.. katanya dengan tersenyum kecil.

    Suaranya yg lembut, menambah gejolak birahiku. Otakku berfantasi membayangkan suara lirihnya merintih-rintih karena vaginanya kusodok-sodok dengan penisku.


    lagi ngapain? tanyaku.

    Sembunyi-sembunyi aku menatap tubuhnya. Sekal untuk seorang siswi SMU. Pantatnya bulat, tubuhnya padat berisi namun langsing, dengan tinggi semampai. Buah dadanya terlihat sedikit mononjol dibalik seragam putih osis lengan panjang dan jilbab putih yg terulur menutupi dadanya.

    lagi ngelamun. Jawabnya sambil tersenyum manis.
    ngelamunin apa? tanyaku lagi, memancing pembicaraan.

    Sambil semakin mendekat hingga disampingnya. Siswi berjilbab itu memandangku seksama seakan menilai, lalu menjelurkan lidahnya padaku, menggoda. Aku tersenyum.

    kenalin, Wawan. Kataku sambil mengulurkan tanganku.
    siswi berjilbab itu tersenyum dan menyambutnya.

    Amel katanya.

    Tangannya yg bersentuhan dengan tanganku terasa sangat halus.

    lagi ngapain disini sendirian? Bolos yaa kataku mengganggunya. siswi berjilbab itu segera berdiri didepanku.
    iya nih lagi BT di sekolah.. katanya sambil menggerutu.
    emang kenapa? Habis putus cinta yah? tanyaku nakal.
    idih nggak sekarang jadwalnya olah raga guru olah raganya rese sukanya grepegrepe.. jawab gadis cantik berjilbab siswi Smu itu.


    Tangannya sudah dilipat didepan dada, semakin membuat tonjolan buah dadanya terlihat. Hatiku semakin tdk karuan.

    tapi diam-diam suka kaaan kataku menggoda.
    idiiiih-jijik, tau jawabnya sambil sok bergidik.
    eehhh digrepegrepe bisa enak lhoo.. kataku terus memancing.

    Siswi berjilbab itu hanya tersenyum simpul sambil kembali menjulurkan lidahnya genit.

    eh Mel, mau gak, masuk lebih dalem ke hutan? Ada tempat yg buagus banget deh kataku.

    Padahal aku berbohong.

    yg bener? Ahh, gak mau ahntar Amel mau diapaapain, lagi jawabnya, sambil masih tersenyum genit.
    ga papa deh ayo ikut diapaapain kan ga papa kalo enak. Kataku seolah bercanda.

    Padahal otakku sudah memikirkan banyak jurus untuk mendapatkan tubuh gadis cantik berjilbab itu.

    iya deh. Jawab Amel akhirnya, membuat hatiku seolah meloncat saking
    senangnya.
    tapi janji gak diapaapain yah. Jawabnya lagi.
    gak kok, ntar tak kasih yg enak enak″ jawabku lagi.


    Akhirnya kami pun berjalan menyusuri jalan setapak sambil bercakap-cakap dan menikmati keindahan hutan. Beberapa lama, setelah kami berada semakin masuk kedalam hutan, kami menemukan lagi sebuah tempat beristirahat. Sebuah batu besar panjang 2 meter, dengan atap dari daun pinus sekedar menahan jika ada hujan. Amel berlari kecil menuju tempat itu dan duduk batu itu.

    istirahat dulu, capek.. kata gadis manis berjilbab itu.
    oke. Kataku sambil duduk disampingnya.
    jadi gak nih, mau yg enak-enak? kataku kembali memancing.
    gak mau ah.. emangnya Amel apaan.. katanya sambil pura-pura marah.

    Aku semakin medekatkan dudukku pada gadis berjilbab bertubuh sekal itu.

    yah, kan Amel cantik.. mas jadi gak tahan.. bisikku ketelinganya yg masih tertutup jilbab.

    Pelan kuraih tangan kanannya yg halus, lalu kuremas dan kubelai. Gadis cantik berjilbab itu menatapku, namun diam saja. Terlihat wajahnya merah karena malu. Segera siswi berjilbab itu menarik tangannya dan memalingkan tubuhnya agak membelakangiku, karena tatapan sayunya bertemu dengan tatapanku. Pelan-pelan kupeluk Amel dari belakang pelan pelan. Gadis cantik berjilbab bertubuh sekal itu sedikit berontak. jangan mas.. Amel gak mau.. bisiknya sambil sedikit berontak.

    ga papa Amel, ntar mas kasih enak bisikku ke telinganya yg tertutup jilbab.

    Kudaratkan ciumanku di pipi kanannya. Amel masih tegang, mungkin karena tdk pernah dipegang cowok. Apalagi penisku yg sudah ereksi dibalik celana jeansku dari tadi, menempel di pantatnya karena aku sudah duduk menkangkang. Kugenggam tangan kirinya dengan tangan kananku, tangan kiriku memeluknya, sementara bibirmu mulai menciumi pipi dan telinganya.

    Ohh..sstt desisnya.

    Aku palingkan wajahnya sehingga aku mudah mencium bibirnya yg mungil, pelan saja dan siswi berjilbab itu mulai menanggapinya. Kupermainkan lidahku dengan lidahnya, sementara kuputar pelanpelan tubuhnya sampai menghadapku (masih dalam keadaan duduk). Dengan cukup cepat kupeluk mesra dia agar tdk semakin berontak,
    kedua tanganku mengelus-elus punggungnya dan terkadang kuremas lembut kedua pantatnya. pantatnya begitu menggairahkan. padat berisi sampaisampai ingin rasanya meremas dan menciuminya. Penisku sudah semakin tegang.

    Pelan pelan sambil terus kuciumi gadis SMU berilbab yg sudah pasrah itu, kubuka ritsleting celanaku dan kukeluarkan penis besarku. Gadis itu seolah tertegun bingung karena tdk tau apa yg harus ia lakukan. Langsung kubimbing tangannya untuk mengelus elus dan mengurut seluruh bagian penis. Terasa nikmat penisku dibelai dan diurut oleh tangan halus siswi lugu berjilbab itu. Kusandarkan Amel pelanpelan didinding kayu gubuk istirahat itu, bibirku semakin bergerilya di seluruh permukaan wajahnya yg cantik. .

    Ohh, sst.. desahnya, yg semakin membuatku bernafsu.


    Dengan bibirku yg tetap aktif, tangan kananku mulai menelusuri badannya, kueluselus pundaknya, lalu turun ke dada kanannya, menyusup kebalik jilbabnya, meremas buah dada sekalnya. Kuraba pelan, lalu mulai remasanremasan kecil, siswi berjilbab itu mulai menggeliat. Buah dadanya terasa kenyal dan kencang, semakin kuperlama remasanku, dengan sekali kali kuraba perutnya.

    Tanganku mulai membuka satu persatu kancing seragam OSIS lengan panjangnya, dan menyusup masuk didalam bajunya, mengelus perutnya dan Amel kegelian. Tanganku yg masih di dalam bajunya, mulai naik kedadanya dan meremas kedua gunung kembarnya, jariku keselipkan dibranya agar menjangkau putingnya untuk kupermainkan. Amel mulai sering medesah,

    Sst.. ahh.. ohh

    Karena branya sedikit kencang dan mengganggu aktivitas remasanku, maka tanganku segera melepaskan semua kancing bajunya dan kemudian kait branya kubuka, sehingga longgarlah segel 2 bukit kembar itu. Bajunya kusingkap kesamping, sementara Bhnya kusingkap keatas, menampakkan keindahan dadanya, putih mulus, kedua putingnya mencuat mengeras ingin dijilati. Sudah saatnya nih beraksi si lidah. Kujilati, kusedot sedot, kucubit, kupelintir kecil kedua putingnya.

    Amel mulai meracau tdk karuan manahan nikmatnya permainan bibirku di kedua dadanya. Kubuka baju dan branya sehingga tubuh atasnya hanya tinggal ditutupi jilbab putih membungkus kepalanya yg sengaja tdk kulepaskan. Gairahku semakin meninggi melihat gadis berjilbab yg lugu terengah engah keenakan kurangsang dengan baju yg sudah terbuka memperlihatkan buah dadanya yg putih ranum menggunung.

    Tubuhnya yg putih, dua bukit ranum dengan 2 puting mencuat indah, wajahnya memerah, keringat mengalir, ditambah desahandesahan yg menggairahkan, sungguh pemandangan yg tdk boleh disiasiakan. Kuciumi bibirnya lagi, dengan kedua tanganku yg sudah bebas bergerilya di kedua bongkahan dadanya.

    Nafas kami menderu menyatu, mendesah. Perlawanan gadis cantik berjilbab tadi sudah tdk terasa lagi. . Untunglah hutan itu sepi, sehingga desahan Amel yg semakin keras tdk membuatku takut ketahuan. Kulepas baju seragamnya dengan sedikit paksaan, kusibakkan jilbabnya sehingga tdk menutupi dadanya, lalu Kuciumi dan kujilati badannya, mulai dari pundak, turun ke dadanya.

    Sengaja kujilati bongkahan dadanya berlama lama tanpa menyentuh putingnya, kupermainkan lidahku disekitar putingnya. Kutempelkan tiba-tiba lidahku ke puting kanannya dan kugetarkan cepat, tangan kiriku mencubitcubit puting kirinya, Amel semakin kelojotan menahan geligeli nikmat. Enak sekali menikmati bukit kembar cewek jilbaban.


    Tangan kananku mulai merayap ke pahanya, yg masih tertutup rok abu abu panjang, kuelus naik turun, terkadang sengaja menyentuh pangkal pahanya. Terakhir kali, tanganku merayap ke pangkal paha, menyingkapkan rok abu-abu panjangnya keatas sehingga celana dalamnya terlihat. Dengan satu jariku, kugesekgesek vaginanya yg ternyata sudah basah sampai membekas keluar di celana pendeknya. Kedua kaki gadis berkulit putih berjilbab berwajah lugu itu langsung merapat menahan geli. Tanganku mengelus pahanya dan membukanya, menjalar ke kemaluannya, lalu semua jariku mulai menggosokkan naik turun ke bukit kemaluannya.

    Ah udah mass..uhh hmm.. aduuhh.. enakk.., geliatnya sambil meremas pundakku erat.

    Kulumat bibirnya, tanganku mulai menyusup menguak CDnya, meraba vaginanya. Amel semakin terangsang, dengan desisan pelan serta gelinjang gelinjang birahi. Tak lama kemudian siswi berjilbab itu mendesis panjang dan melejanglejang. Ia menggigit bibir bawahnya sambil matanya terkatup erat, lalu vaginanya berdenyut denyut seperti denyutan penis kalau melepas mani. Amel lalu menarik nafas panjang. Basah mengkilap semua jariku, karena mungkin Amel tdk pernah terasang seperti ini, lalu kujilat sampai kering.

    Mas jahat, katanya Amel gak akan diapaapain.. kata siswi berjilbab bertubuh sekal itu sambil memelukku erat.

    tapi Amel suka kan.. enak kan.. bisikku semakin bernafsu.

    Sudah saatnya penisku dipuaskan. Kucium bibirnya lembut, kubimbing lagi tangannya untuk meremas dan mengurut penisku. Gantian aku yg melenguh dan mendesis, menahan nikmat. Posisiku kini berdiri didepan Amel, kuturunkan celanaku dan kuminta Amel untuk terus memijat penisku. harus digimanain lagi nih?, tanyanya bingung sambil tetap mengeluselus batang kejantananku.

    Terlihat disekitar ujung penisku sudah basah mengeluarkan cairan bening karena ereksi dari tadi.

    Ya diuruturut naik turun gitu, sambil dijilat seperti menikmati es krim sahutku.

    Ditimangtimangnya penisku, dengan malumalu lalu dijilati penisku, ekspresi wajahnya seperti anak kecil. Gadis berjilbab SMU itu pelanpelan mulai memasukkan penisku ke mulutnya dan

    Ahh Mel, jangan kena gigi, rada sakit tuh, ok sayang?
    Hmm, ho oh, mengiyakan sambil tetap mengulum penisku.

    Nah begini baru enak, walaupun masih amatir.


    Yess.. desahku menahan nikmat, terlihat semakin cepat gerakan maju mundur kepalanya.
    Mas, bolanya juga? tanyanya lagi sambil menyentuh zakarku.
    Iya dong sayang, semuanya deh, tapi jangan kena gigi lho. Dijilati dan diemutnya zakarku, setiap jengkal kemaluanku tdk luput dari jilatannya, hingga kemaluanku basah kuyup.
    Ahh..ohh..yes.. desahku dengan semakin menekannekan kepalanya.

    Dimasukkannya batangku pelanpelan ke mulutnya yg mungil sampai menyentuh tenggorokannya, penisku dikulumkulum, divariasikan permainan lidahnya dan aku semakin menggeliat. Terkadang d siswi berjilbab itu juga menjilati lubang kencingku, diujung kepala penis, sehingga aku hampir melompat menahan nikmat dan geli yg mendadak.

    Dilanjutkannya lagi kocokan ke penisku dengan mulutnya. Pelanpelan kubelai kepalanya yg masih terbungkus jilbab dan aku mengikuti permainan lidah Amel, kugoyangkan pantatku searah. Enak sekali permainan bibir dan lidahnya, Amel sudah mulai terbiasa dengan kejantanan cowok. Akhirnya, badanku mulai mengejang,

    Mel, aku mau keluar.. ohh ahh.. dan sengaja dipercepat kocokan penisku dengan tangannya.

    Creett cret cret croot.. air maniku berhamburan keluar banyak sekali, sebagian kena wajahnya dan mengotori kacamatanya, dan sebagian lagi meluber di tangan Amel dan penisku. Amel sempat terkejut melihat pemandangan menakjubkan itu.

    iihh jijik apa nih mas..? katanya sambil mengernyit.
    ini namanya pejuh, Mel.. coba aja enak lho.. bisa menghaluskan kulit kalo dilumurin ke wajahmu..

    Dengan sedikit keraguan siswi berjilbab itu pelanpelan menjilat air maniku yg meluber di penisku.

    Asin dan gurih, enak juga ya Ko?, katanya sambil menelan semua spermaku sampai habis bersih dan kinclong.

    Yg menyembur diwajahnya ia ratakan sehingga wajahnya mengkilap karena air pejuhku. Akus emakin terangsang melihat gadis berjilab melakuka nhal itu. Tanpa membuang waktu lagi, aku yg mempunyai stamina dan birahi yg berlipat segera kembali mendorong badannya agar bersandar di dinding kayu gubug itu. Bibirnya yg indah dengan lipgloss itu kulumat dengan penuh birahi. kurasakan siswi berjilbab itu mulai mendesah dan menggeliat menahan birahi.


    Kuremasremas dadanya yg sudah menunggu dari tadi untuk dinikmati lagi. Kurabaraba lagi vagina si Amel, pinggangnya menggeliat menahan nikmat sekaligus geli yg demikian hebat sampai pahanya merapat lagi. Kembali kusingkapkan rok abuabunya ke perutnya, setelah tadi sempat turun lagi, sengaja tdk kupelorotkan CD nya, karena aku ingin melihat pemandangan indah dulu. Wow, CDnya pink tipis berenda dan mungil, sehingga dalam keadaan normal kelihatan jelas bulubulunya.

    Lalu aku berlutut didepan selangkangannya. Kakinya kubuka diiringi desahan tertahan gadis SMU berjilbab berwajah cantik itu. Tangan kirinya menutup mulutnya seakan berusaha menahan nafsu birahi yg tak tertahankan. Tangan kanannya ada dipundakku, namun tdk berusaha menahan ketika aku maju dan mulai menjilati kedua pahanya dari bawah sampai ke pangkalnya, lalu kucium aroma lembab dan agak amis dari vaginanya yg membuat lakilaki manapun semakin bernafsu.

    Kujilat sekitar pangkal paha tanpa mengenai vaginanya, yg membuat Amel semakin kelojotan. Kupelorotkan CDnya pelanpelan sambil menikmati aroma khas vaginanya, lalu kujilat CD bagian dalam yg membungkus kemaluannya. Sesaat aku terpesona melihat vaginanya, bulunya yg tertata rapi tapi pendekpendek, bibirnya yg gundul mengkilap terlihat jelas dan rapat, di tengahtengahnya tersembul daging kecil. Vagina yg masih suci ini semakin membuatku bergelora, penisku mulai berontak lagi minta dipijat Amel.

    Mulutku sudah tdk sabaran untuk menikmati sajian paling lezat itu, lidahku mulai bergerilya lagi. Pertama kujilati bulubulu halusnya, rintihan Amel terdengar lagi. Terbukti titik lemah Amel ada di vaginanya, begitu siswi berjilbab itu menggerakkan pantatnya, dengan antusias lidahku menari bergerak bebas di dalam vaginanya yg sempit (masih aman karena selaput dara berada lebih ke dalam). Begitu sampai di klitorisnya (yg sebesar kacang kedelai), langsung kukulum tanpa ampun

    Akhh.. sstt.. ampuun aduuhh.. enaaak.. stt racau gadis perawan SMU berjilbab itu sambil menggelenggeleng kepalanya yg masih terbungkus jilbab menahan serbuan kenikmatan yg menggila dari lidahku.

    Dengan gerakan halus, kuusapusap klitorisnya dan siswi berjilbab itu makin kelojotan dan tdk begitu lama terjadi kontraksi di vaginanya. Aku tau Amel akan klimaks lagi, makin kupercepat permainan lidahku. Sesaat kemudian, sambil tangan kirinya semakin menutup mulutnya semakin erat,gadis berjilbab berseragam abu abu putih itu menjerit sambil badannya meregang. Mengalirlah dengan deras cairan cintanya itu, tentu saja yg telah kutunggutunggu itu.

    Kujilati semua cairan yg ada sampai vaginanya mengkilap bersih, rasanya segar, gurih dan enak sekali. Beberapa saat, kubiarkan Amel istirahat sambil tersengalsengal mengatur napas terduduk lemah dibangku panjang digubug itu, bersandar didinding. Aku duduk disebelahnya lalu kupeluk erat dengan mesra, kukecup keningnya, dan kedua pipinya.

    Sambil memandangku, wajahnya tersenyum malu. Nampak wajahnya merah padam setelah mengalami orgasme, serta malu karena melakukannya denganku. Aku menduga baru kali ini siswi berjilbab itu merasakan nikmat begitu dasyat, sampai lemas sekujur tubuhnya. Setelah nafasnya mulai normal, kuciumi bibirnya dengan lembut.

    Nikmat sekali kan Mel? Ingin lagi? Masih kuat kan? kataku dengan mencium bibirnya lagi.

    Gadis cantik berjilbab itu hanya diam sambil memalingkan wajahnya, namun tdk ada penolakan dari tubuhnya. Kupalingkan lagi wajah cantknya menghadapku dan kucium rada lama bibirnya dengan lembut.


    Pelanpelan aku kembali memosisikan tubuhku dihadapannya. Penisku tepat berada didepan vaginanya. Kulepaskan celana dalam seksinya, lalu lambat lambat kumajukan pinggulku, menggesekan penisku ke vaginanya.

    Oh..hmm.. gadis manis berjilbab itu kembali mendesah bergairah, pasrah kusetubuhi ditengah hutan yg sunyi itu.

    Baju seragam SMU nya sudah teronggok dilantai gubug, disamping celana dalamnya. Wajah gadis alim berjilbab itu yg pasrah membuatku nyaris tdk mampu mengendalikan birahiku.

    Kulumat bibirnya dengan rakus, tanganku bergerak ke bawah dan menggenggam penisku, semakin intens
    menggesekgesekkan penisku ke vagina ranumnya, membuat siswi berjilbab itu semakin menggelinjang karena rangsanganku. Sembari melumat bibirnya, tangan kiriku turun mengusap payudaranya dengan gerakan melingkar di bawahnya menuju ke arah puting lalu menyentil dan memilin pentil gadis cantik berjilbab itu. Kemudian gantian punggungnya kuusap dengan usapan ringan sampai siswi berjilbab itu merasa kegelian.

    Ohh.. Maas.. auughh.. gelii Nikmat Maas..!! tangan kanan gadis berjilbab itu mencengkeram erat pundak kiriku sampai membuat pundakku lecet karena kukunya, sementara secara refleks tangan kirinya mulai ikut meremasremas buah dada kirinya.. kakinya membuka lebar melingkar dipingganggku. Tatapan gadis berjilbab itu sayu, dikuasai sepenuhnya oleh nafsu birahi. nafasnya memburu. Siswi berjilbab itu memejamkan matanya. Desahan dam rintihannya semakin keras ketika kuciumi kening, pipi dan kujilat dan kugigiti daun telinganya dari luar jilbabnya.

    Amel, tahan yaa.. mas akan kasih kenikmatan buatmu.. tapi awalnya bakal sakit sedikit.. tapi kalo dah kebiasa pasti enak kok..kataku menenangkan gadis manis berjilbab lugu itu yg akan kurenggut keperawanannya.
    mmhh pelan yah mas.. Amel takut.. desahnya, namun tanpa penolakan karena sudah pasrah 100%.

    Dengan birahi yg sudah di ubun ubun, aku mengangkat sedikit pantat Amel, untuk memberi posisi nyaman pada persetubuhan ini. Kupegangi kedua belah pahanya dan semakin kubuka kakinya lebarlebar. Terlihatlah belahan vaginanya agak kehitaman dengan bagian dalam yg kemerahan, dihiasi rambut tipis.

    Aahh.., Amel melenguh panjang, badannya goyang kekanan kekiri, kuberikan rangsangan tambahan.

    Kujilati pusar dan perutnya, lalu ke paha dan betisnya. Kugigit dekat pangkal pahanya sampai memberkas merah.

    Mass.. Kamu.. Oh.., sudah.. Amel nggak tahan… kutatap wajahnya dengan tatapan menenangkan. Matanya sayu pasrah. Ia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan birahi dan mempersiapkan diri pada rasa sakit yg kukatakan akan dirasakannya.

    Susah payah kumasukkan penisku yg sudah keras dan besar ke vaginanya yg becek, dan.. Blesshh..


    Ouuhh.. Ohh… Aku mulai memasukan penisku ke liang vaginanya pelanpelan.

    Sulit sekali memasukan penisku ke liang vagina gadis manis berjilbab itu saking rapatnya. Amel berteriak,

    Ahhh sakiiittt mas! Aku yg tdk peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju mundur dengan pelanpelan.

    Gadis berjilbab bertubuh sekal itu membalas dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap vaginanya yg sangat nikmat itu

    Ahhhh sakittt mas.., aku mulai mempercepatkan gerakan maju mundur. Amel berteriak,
    Ahhhhhhhh, aku mengeluarkan penisku dari vaginanya dan langsung keluarlah darah segar mengalir dari vagina Amel turun ke pahanya, dan membasahi bangku tempat kami bersenggama. .

    Setelah beristirahat beberapa helaan nafas, kembali kutekan pantatku perlahan dan dengan pelan dan teknik maju mundur yg membuat Amel semakin kelojotan, akhirnya masuklah semua penisku ke dalam vagina sempit legit gadis SMU berjilbab itu.

    Aahh.. Mas.. aduh Maas..sakit tapi enaakk.. aduuhh.. lagii.. gadis berjilbab berparas cantik dan lugu itu meracau dan mendesah mulai keenakan. Vaginanya mulai terbiasa dihujam penisku.

    Amel menaikan pantatnya dan aku menekan lagi pelanpelan, terus berlangsung beberapa lama, kian lama kian cepat.

    aduuhh.. Amel mau enak lagiihh.. Amel vaginaik.

    Aku semakin kencang mengocok vaginanya dengan penisku. Siswi berjilbab itu diam sejenak sambil memegang lenganku.

    Sudah keluar lagi Mel?
    Sebentar lagi.. Ohh.. jawab Amel Secara tiba-tiba kugerakkan pantatku maju mundur agak memutar dengan cepat, batangku terasa mau patah. Amel kelojotan sambil melejanglejang nikmat.
    Ah… Amel meremas remas payudaranya dan menggigit jarinya sendiri dan matanya terpejam.

    Jepitan kaki di pinggangku menguat. Dinding vagina gadis cantik berjilbab itu terasa menebal sehingga lubangnya menjadi lebih sempit. Siswi berjilbab itu memelukku dan mengulum bibirku,

    An.. Mas.. Aku.. Hggkk.., Ahh.. Nikmatt.. Amel bergerak liar.

    Kutekankan penisku dalamdalam dan kurasakan denyutan di dinding vagina serta dasar rahimnya. Penisku terasa disiram cairan yg hangat. Kutekan tyubuhnya didinding gubug dengan tubuhku. siswi berjilbab itu masih terus mengejang dan menggelinjang menikmati orgasmenya. Kubiarkan penisku terendam dalam cairan vaginanya. siswi berjilbab itu mendesah dan merintih penuh kenikmatan. Kami diam sejenak. Kuberikan kesempatan untuknya beristirahat dan mengatur nafasnya. Matanya masih tertutup. Sejenak kurangsang vaginanya dengan gerakan pada otot kemaluanku. siswi berjilbab itu mendesah dan membuka matanya. Dikalungkannya kedua tangannya pada leherku.


    Amela.. sekarang giliran mas yaa.. kataku berbisik. siswi berjilbab itu mengangguk.

    Masih tersisa orgasmenya, dengan tubuh yg masih bergetar2. Kugerakkan lagi pantatku maju mundur
    dan memutar. Perlahanlahan dan semakin lama semakin cepat. Kurasakan vaginanya lebih becek dari semula, namun aku tdk mau menghentikan permainan untuk mengeringkannya.

    Gesekan kulit penis dengan dinding vagina gadis manis berjilbab itu masih terasa nikmat. Gairah siswi cantik berjilbab itu mulai bangkit lagi. Iapun mengimbangi gerakanku perlahanlahan. Setelah beberapa saat kemudian gerakannyapun juga semakin cepat. Kutarik pantatku sampai tinggal kepala penisku saja yg menyentuh bibir vaginanya, dengan gerakan cepat dan bertenaga kuhempaskan lagi ke bawah. Badan siswi cantik berjilbab itu terguncang. Kurapatkan pahanya, kemudian kakiku menjepit kedua kakinya. Aku menurunkan tempo permainan sambil beristirahat sejenak.

    Sesaat kemudian kukembalikan pada tempo semula. Aku hanya menarik turunkan penisku sampai setengahnya saja. Jepitan vagina siswi cantik berjilbab itu lebih terasa. Kurasakan aliran darah di penisku semakin cepat.

    Amel.. Aku mau keluar…
    Tunggu.. Kita bareng.. a.. nn mas..

    Kukangkangkan kaki siswi cantik berjilbab itu kembali. Kedua betisnya kujepit di ketiakku. Dalam posisi demikian maka vaginanya terbuka lebar sekali.

    Mas Wawan… Tubuh Amel menegang.
    Amel aku juga.. Mau.. Ohh…
    Ahh.. Nikmatt. Cairan vagina siswi cantik berjilbab itu bertambah banyak, sementara itu ujung penisku berdenyut denyut.

    Tubuhnya bergerak seperti kuda Sumbawa yg melonjaklonjak liar.

    Amel.. Oh.. nih ku kasih pejuh nikmatin sayaannghhh..

    Dan kemudian.. Crot.. Crot.. Crot.. kutumpahkan spermaku di dalam guanya sampai menetesnetes keluar.

    Tahan sebentar.. Ahh…

    Gadis cantik berjilbab itupun mendapatkan orgasmenya setelah berusaha sesaat sebelum penisku berhenti menyemprotkan pelurunya. Kutekankan lagi penisku, denyutan pada otototot kemaluan kami saling memberikan kenikmatan ekstra. Aku berguling ke samping. Kami berpelukan dengan badan bersimbah keringat. Jilbabnya basah karena keringat kami berdua.


    Sungguh nikmat bercinta dengan gadis perawan. Setelah beristirahat beberapa saat, kami segera membenahi baju kami dan keluar dari hutan. Kembali kukecup mesra kening dan bibir gadis manis berjilbab itu. Kuminta ia meminum pil anti hamil yg selalu kubawa, dan memberinya 3 lembar seratus ribuan untuknya.

    Tdk lupa kuantarkan dia kembali kerumahnya karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan kuminta nomor Hpnya, kali aja aku kangen dengan jepitan vaginanya.

    BONUS FOTO



  • Kisah Memek Skandal Perselingkuhan Lewat SMS

    Kisah Memek Skandal Perselingkuhan Lewat SMS


    2129 views

    Duniabola99.com – Malam dingin dan sedikit rintik2 hujan tapi aku tetap saja membawa motor ku ke jalan untuk menjemput istriku pulang kerja,maklum malam itu dia lembur jadi dia pulang tak seperti biasa. Segera ku tarik gas tuk melaju kan motor ku.


    Tiba di tempat kerja istriku aku tunggu dulu sampai keluar dari tempat kerja istriku itu, aku tunggu sambil memainkan hp ku lalu aku di kejutkan kembali oleh sms yang muncul di layar hpku, ku buka kembali sms itu dan ku baca “Say,kok gak di balas sms aku sich ,kenapa dah lupa ya ma aku? “
    aku pun membalas sms itu karena aku pikir dia salah sambung sampai dua kali aku jawab “Maaf mungkin anda salah sambung ! “
    “Aku shinta bekas pacar mu dulu !”
    Aku sangat terkejut dengan balesan sms tadi ,rupanya dari shinta bekas pacarku dulu,tapi dia ada perlu apa kok sekarang dia sempat2nya sms aku setelah selama 2 tahun lost contact

    Setelah dia meninggalkan diriku 2 tahun yang lalu karena married dengan cowo yang lain,hatiku sempat broken, tapi aku tetap menerima keputusan nya karena shinta menuruti apa yang di perintah kan oleh orang tuanya karena mereka menjodohkan dengan pria pilihan mereka(ortu).

    Aku langsung telepon aja dia, “Shinta,gimana kabar kamu ?” Shinta: “aku baik saja ?” .segera kuhentikan telepon ku “Shinta,nanti lagi yah aku telepon” karena aku melihat istriku sudah keluar dari kerjaannya dan mulai berjalan mendekati aku.
    “Telepon dari siapa a ? ” ujar istriku ” Oh ,itu dari teman lama ” tapi aku gak bilang dari shinta karena istriku pasti marah kalo itu telp dari Shinta bekas pacarku dulu.


    Pagi hari nya aku pun pergi ke tempat pekerjaan ku seperti biasa, setelah sampai di tempat kerja aku pun langsung melakukan pekerjaan ku seperti biasanya.
    Jam menunjukan angka 12 itu artinya aku mulai beristirahat setelah pergi makan keluar aku berdiam diri sekaligus memikirkan mengenai kejadian kemarin malam ketika aku di sms ma Shinta, aku berpikir kenapa dia menghubungiku lagi padahal dia sudah berkeluarga dan punya momongan.

    Hp ku pun kembali berbunyi dan ketika ku angkat ada seorang wanita berkata “Halo,selamat siang sayang ?” dan aku pun menjawab “Siang” oh rupanya si shinta lagi .Kami pun mengobrol ngalor ngidul mengenai hubungan kita di masa lalu,aku pun kembali mengenang masa2 indah aku dulu sama dia ,Tapi ah sudah lah itu hanya masa lalu saja.gak akan terulang kembali lagi pula kita berdua sudah memiliki kehidupan masing2.

    “Deni,Kamu masih sayang gak sama aku?” kata shinta .Aku pun terkejut kenapa dia bisa sampai bisa berbicara seperti itu. “Aku masih sayang banget ma kamu ,tapi kita kan sudah berbeda saat ini” aku jawab. lalu dia berkata “Den,kalo kamu masih sayang ma aku ,aku ingin bertemu ma kamu lagi tapi tanpa sepengetahuan istri kamu,aku hanya ingin curhat saja ma kamu mengenai rumah tangga aku” Aku tidak bisa menolak karena dia memohon kepadaku dan berjanji hanya satu kali ini saja.
    Aku pun mengiyakannya dan bersedia untuk bertemu lagi dengan nya.


    Singkat cerita aku pun menunggu di tempat yang telah di sepakati yaitu di tempat biasa restoran tempat langganan kami dahulu , lalu aku melihat seorang wanita yang mulai mendekati tempat aku.Aku lihat dari dekat dan ternyata Shinta.Aku perhatikan wajah dia semakin cantik aja gumamku dan kulihat tubuhnya begitu sintal dengan payudara yang menurut aku sich besar jika di banding dengan kepunyaan istriku.
    Aku bergumam lagi andai kami dulu jadi menikah pasti aku sangat senang.

    “Hai,melamun aja,!” Shinta berkata kepadaku memecah keheningan aku.
    “Shin,kamu semakin cakep aja semenjak aku di tinggal ma kamu” aku menggodanya dan dia pun terlihat senang.

    “Oh ya da apa kamu mau mau ketemu ma aku lagi?”
    “Kenapa gak boleh yah,ya udah aku pulang lagi nich”
    “Tidak aku bercanda aja kok” ujar ku
    “Aku gak bahagia Den”
    “kenapa kamu gak bahagia terus bilang ma aku?””Sambil aku menyantap makanan
    “Aku gak bahagia dengan suami aku sekarang aku mau mendapatkan kebahagian lagi ma kamu den”. Katanya dari dulu juga Shinta masih sayang sama aku


    Aku mendengarkan semua uneg2 di pikiran dia selama dia menjalani kehidupan rumah tangga dia. Aku turut sedih aja mendengar nya .Selama ini dia menderita karena suami nya selingkuh dengan teman sepekerjaan nya.shinta bercerita ma aku.
    Shinta mengetahui nya karena membaca sms2 hp suaminya.Puncak nya yaitu ketika ada sms dari selingkuhan suami dia yang isi nya yaitu “Yang,malam ini kita ketemu di hotel Preanger aja yah aku tunggu di loby jam 20.00 wib.”

    Lalu shinta pun pergi ke tempat tersebut dan melihat dengan mata kepala sendiri,melihat suami nya bertemu dengan teman ceweknya itu,lalu mereka berdua masuk kedalam kamar.”Seperti itu lah Say kelakuan suami aku” shinta berkata sambil menitikan air mata. Aku bilang kok punya istri cantik (shinta) masih bisa2 nya selingkuh. Aku langsung mengusap air matanya dengan sapu tangan.

    Rupanya pembicaraan kami berdua tak terasa dan aku lihat sekarang sudah jam 22.00 wib.
    “Shin,aku antar kamu pulang yah”
    “Jangan ,aku gak mau pulang?”
    “terus gimana anak kamu ,kan kasihan dia di tinggal ma kamu”
    “anak ku sudah aku titipin sama neneknya,aku pokoknya gak mau pulang ?”
    “trus kamu mau kemana malam ini?”
    “kemana aja yang penting gak pulang kerumah suami aku”
    Aku pun bingung karena kalo di bawa kerumah ku pastinya istriku marah.

    “malam ini aku titipin kamu di tempat teman ku aja yah,kebetulan rumah nya saat ini lagi di kosong karena teman ku sedang keluar kota?”
    “Ok”


    Akhirnya kami sampai di rumah teman ku itu, aku menelpon dulu ma teman ku mau pinjam rumah nya selama dia di luar kota untuk di tinggali sama shinta.rupanya teman ku akan pulang satu bulan lagi.

    Aku pun masuk kedalam rumah kulihat agak sedikit berantakan dan aku membersihkan nya maklum rumah orang bujangan seperti ini aku bilang.

    Setelah semua rapi aku duduk di sofa dan shinta pun mendekati aku dan bilang lagi

    “Den,aku sangat sayang sama kamu”
    “aku pun sayang ma kamu ” ujarku.
    Mungkin karena situasi dan kondisi kami saat itu sangat mendukung maka terjadilah peristiwa yang seharusnya tak boleh terjadi.

    Aku menatap kedua bola mata nya agak lama lalu aku berkata aku sayang kamu.
    Aku pun mulai memeluk nya erat dan mulai ku ciumi bibirnya yang merah itu,hatiku saat itu sangat berdebar dan sensasi nya sangat nikmat sekali mungkin karena aku sudah lama tidak berciuman ma dia.

    Sambil berciuman aku meraba2 payudaranya dan aku perlahan membuka kancing bajunya satu persatu akhirnya shinta hanya berbalutkan bra dan cd.aku lihat warna nya pink dan ada renda2 disisi2nya.aku semakin melotot aja ketika shita melepas cd dan bra nya.


    kuciumi bibirnya lalu keleher nya “oh..oh..oh..uh..uh..”ujar shinta karena ku masukan jari tengah ku ke liang nikmat miliknya.

    setelah agak basah liang nikmatnya aku pun meminta shinta untuk membuka semua baju ku dan mengulum burungku.
    dia pun mau.
    “Ooooh..oh…..uhhhh….ohh terus shin..sepongan kamu sangat nikmat”
    kami pun melakukan posisi 69 dan kita saling menjilat kenikmatan2 kami.

    “oh..oh..oh….oh..ohh..uh..uh..haaaah….ouh. …” hanya suara itu saja yang kudengar dari mulut shinta dan aku.
    “Shin,sudah yah aku masukin aja sekarang”
    “Iya sayang masukin aja”
    Aku pun merubah posisi dan sekarang kita berhadapap2an aku mulai memasukan burungku ke liang nikmat shinta. “Sleb..sleb..sleb..”agak sedikit susah memasukan nya,tapi berkat perjuangan aku pun bisa menembus ke dalam liang nikmat shinta.

    kurasakan nikmat yang tiada tara ketika burung ku bergesekan dengan dinding2 liang nikmat shinta.”Ohhhhhhh…..ohh..ohh..ohh”
    Aku melihat shinta pun sangat menikmati gesekan2 itu.

    Lama2 aku mempercepat tempo masuk keluarnya burungku itu dan aku berkata ma shinta”Sayang aku mau keluar sekarang nich”
    “iya sayang aku juga mau keluas bentar lagi” ujarnya


    “oh….oh….oh….ohhhohhh..ohh”
    Shinta pun semakin erat saja dan aku pun semakin cepat penetrasinya”
    Hingga aku mengeluarkan semua tenaga ku yang tersisa dan kami pun mendapat orgasme berbarengan
    “oh..oh..oh..oh..oh..uh..uh..uh.uhh.ooooooh……. ……ooohhhhh”
    aku pun terkulai di atas tubuh shinta dan shinta pun sama sama relaksasi.

    “Sayang nikmat sekali bercinta denganmu sandai kamu adalah suami aku”
    “sayang aku juga merasakan nikmat yang susah untuk aku ungkapkan”