Duniabola99.com – Saya disebut anak dari keluarga broken home kelihatannya tidak dapat, meskipun bapak serta ibuku bercerai waktu saya barusan di terima di perguruan tinggi. Ada ketidakcocokan dan sebagian pertikaian yang kerapkali berlangsung sangat terpaksa meluluh-lantakkan pernikahan mereka yang waktu itu sudah berumur 18 th. dengan saya jadi putri tunggal mereka.
Keluargaku waktu itu hidup berkecukupan. Ayahku yang berkedudukan jadi seseorang petinggi teras satu departemen memanglah memberi nafkah yang cukup bagiku serta ibuku, meskipun ia bekerja dengan jujur serta jauh dari korupsi, tidak seperti beberapa petinggi beda biasanya.
Dari sisi materi, memanglah saya tidak mempunyai problem, demikian halnya dari sisi fisikku. Kuakui, wajahku termasuk cantik, mata indah, hidung bangir, dan dada yang membusung walaupun tidaklah terlalu besar ukurannya. Semuanya ditambah dengan badanku yang tinggi semampai, sedikit lebih tinggi dari rata-rata gadis seusiaku, memanglah membuatku lebih menonjol dibanding yang beda. Bahkan juga saya jadi mahasiswi baru primadona di universitas.
Walau demikian karna pengawasan orang tuaku yang ketat, di samping pendidikan agamaku yang cukup kuat, saya jadi seperti anak ibu. Tidak seperti remaja-remaja biasanya, saya tidak sempat pergi keluyuran ke luar tempat tinggal tanpa ada ditemani bapak atau ibu.
Tetapi sesudah perceraian itu berlangsung, serta saya turut ibuku yang menikah sekali lagi dua bulan lalu dengan duda berputra satu, seseorang entrepreneur restoran yang cukup berhasil, saya mulai berani pergi keluar tempat tinggal tanpa ada didampingi satu diantara orang tuaku. Itupun masih tetap tidak sering sekali. Bahkan juga ke diskotik juga saya cuma sempat 1x. Itu juga sesudah dibujuk bujuk oleh seseorang lelaki rekan kuliahku. Kemudian saya kapok. Mungkin saja karna baru pertama kesempatan ini saya pergi ke diskotik, barusan duduk sepuluh menit, saya telah rasakan pusing, tidak tahan dengan nada musik disko yang bising berdentam-dentam, ditambah dengan bau asap rokok yang penuhi ruang diskotik itu.
“Don, kepala gue pusing. Kita pulang saja yuk. ”
“Alaa, Mer. Kita kan baru hingga disini. Masa belum juga apa-apa telah ingin pulang. Rugi kan. Lagian kan masih tetap sore. ”
“Tapi gue telah tidak tahan sekali lagi. ”
“Gini deh, Mer. Gue kasih elu obat pembasmi pusing. ”
Rekanku itu memberikanku tablet yang berwarna putih. Saya juga segera menelan obat sakit kepala yang diberikannya.
“Gimana saat ini rasa-rasanya? Enak kan? ”
Saya mengangguk. Memanglah rasa-rasanya kepalaku telah mulai tidak sakit sekali lagi. Namun sekonyong-konyong mataku berkunang-kunang. Seperti aliran aneh menjalari sekujur badanku. Pada sadar serta tidak sadar, kulihat rekanku itu tersenyum. Kurasakan ia memapahku keluar diskotik. “Ini cewek sekali lagi mabuk”, tuturnya pada petugas keamanan diskotik yang menanyainya. Lantas ia menggerakkan mobilnya ke satu motel yg tidak demikian jauh dari tempat itu.
Setiba di motel, rekanku memapahku yang terhuyung-huyung masuk kedalam satu kamar. Ia membaringkan badanku yang terlihat menggeliat-geliat diatas ranjang. Lalu ia menindih badanku yang tergeletak tidak berdaya di kasur. Rekanku dengan gemas mencium bibirku yang merekah mengundang. Ke-2 belah buah dadaku yang ranum serta kenyal merapat pada dadanya. Darah kelaki-lakiannya secara cepat makin tergugah untuk menggagahiku. “Ouuhh.. Don! ” desahku.
Rekanku mencapai badanku yang ramping. Ia selekasnya mendekapku serta mengulum bibirku yang ranum. Lantas diciuminya sisi telinga serta leherku. Saya mulai menggerinjal-gerinjal. Disamping itu tangannya mulai buka satu persatu kancing blus yang kupakai. Lalu dengan sekali sentakan kasar, ia menarik terlepas tali BH-ku, hingga badan sisi atasku terbuka lebar, siap untuk dijelajahi. Tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang memiliki ukuran cukup besar itu. Merasa satu kesenangan sendiri pada syarafku saat buah dadaku dipermainkan olehnya. “Don.. Ouuhh.. Ouuhh.. ” rintihku waktu tangan rekanku tengah asik menjamah buah dadaku.
Selang beberapa saat tangannya sesudah senang berpetualang di buah dadaku samping kiri, saat ini beralih ke buah dadaku yang satu sekali lagi, sedang lidahnya masih tetap menggumuli lidahku dalam ciuman-ciumannya yang penuh tekanan nafsu yang makin menjadi-jadi. Lantas ia melepaskan celana panjangku. Tampaklah pahaku yang putih serta mulus itu. Matanya terbelalak memandangnya. Rekanku itu mulai menyelusupkan tangannya ke balik celana dalamku yang berwarna kuning muda. Dia mulai meremas-remas ke-2 belah gumpalan pantatku yang memanglah montok itu.
“Ouh.. Ouuh.. Janganlah, Don! Janganlah! Ouuhh.. ” jeritku saat jari-jemari rekanku mulai menyentuh bibir kewanitaanku. Tetapi jeritanku itu tidak diindahkannya, demikian sebaliknya ia jadi makin bergairah. Ibu jarinya mengurut-urut klitorisku dari atas ke bawah berkali-kali. Saya makin menggerinjal-gerinjal serta berkali-kali menjerit.
Kepala rekanku turun ke arah dadaku. Ia menciumi belahan buah dadaku yang laksana lembah diantara dua buah gunung yang menjulang tinggi. Saya yang seperti tersihir, makin menggerinjal-gerinjal serta merintih ketika ia menciumi ujung buah dadaku yang kemerahan. Mendadak saya seperti terperanjat saat lidahnya mulai menjilati ujung puting susuku yang tidaklah terlalu tinggi namun mulai mengeras serta terlihat mengundang selera. Seperti memperoleh kemampuanku kembali, selekasnya kutampar berwajah. Rekanku itu yang kaget terlempar ke lantai. Saya selekasnya kenakan bajuku kembali serta lari ke luar kamar. Ia cuma terpana memandangiku. Mulai sejak waktu itu saya bersumpah akan tidak sempat ingin ke beberapa tempat sesuai sama itu sekali lagi.
Telah dua th. berlalu saya serta ibuku hidup dengan bapak serta adik tiriku, Rio, yang umurnya tiga th. lebih muda dariku. Kehidupan kami jalan normal layaknya seperti keluarga bahagia. Saya juga yang waktu itu telah di semester enam kuliahku, di terima bekerja jadi teller di satu bank swasta nasional papan atas. Walau saya belum juga usai kuliah, tetapi karena penampilanku yang menarik serta keramah-tamahanku, saya dapat di terima di situ, hingga saya juga memiliki hak kenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit diatas lutut.
Hingga satu waktu, mendadak ibuku terserang serangan jantung. Sesudah diopname sepanjang dua hari, ibuku meninggal dunia meninggalkan saya. Rasa-rasanya seperti langit roboh menimpaku waktu itu. Mulai sejak itu, saya cuma tinggal bertiga dengan bapak tiriku serta Rio.
Sepeninggal ibuku, sikap Rio serta ayahnya mulai beralih. Mereka berdua sekian kali mulai berlaku kurang ajar terhadapku, terlebih Rio. Bahkan juga satu hari waktu saya ketiduran di sofa karna kecapaian bekerja di kantor, tanpa ada kusadari ia memasukkan tangannya kedalam rok yang kupakai serta meraba paha serta selangkanganku. Saat saya terbangun serta memarahinya, Rio jadi mengancamku. Lalu ia bahkan juga melepas celana dalamku. Namun untung saja, kemudian ia tidak melakukan perbuatan lebih jauh. Ia cuma memandangi kewanitaanku yang belum juga banyak ditumbuhi bulu sembari menelan air liurnya. Lantas ia pergi demikian saja meninggalkanku yang segera saja membereskan bajuku kembali. Diluar itu, Rio seringkali kutangkap basah mengintip badanku yang bugil tengah mandi lewat lubang angin kamar mandi. Saya masih tetap berlapang dada terima semua perlakuan itu. Ketika itu saya barusan pulang kerja dari kantor. Ah, rasa-rasanya hari ini capek sekali. Barusan di kantor sepanjang hari saya repot melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang dengan besar-besaran. Tak tahu karna apa, hari ini bank tempatku bekerja terserang rush. Menginginkan rasa-rasanya saya segera mandi. Namun kulihat pintu kamar mandi tertutup serta tengah ada orang yang mandi di dalamnya. Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sembari menanti kamar mandi kosong, tambah baik saya berbaring dahulu melepas capek di kamar. Pada akhirnya sesudah melepas sepatu serta melepaskan blazer yang kukenakan, saya juga segera membaringkan badanku tengkurap diatas kasur di kamar tidurnya. Ah, merasa enaknya tidur di kasur yang sekian empuknya. Tidak merasa, karna rasa kantuk yang tidak tertahankan sekali lagi, saya juga tertidur tanpa ada pernah beralih tempat.
Saya tidak mengerti ada seorang buka pintu kamarku dengan perlahan, nyaris tidak menyebabkan nada. Orang itu lantas dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih tetap terlelap. Lalu ia naik ke atas tempat tidur. Mendadak ia menindih badanku yang masih tetap tengkurap, sesaat tangannya meremas-remas belahan pantatku. Saya saat itu juga bangun serta meronta-ronta sekuat tenaga. Tetapi orang itu lebih kuat, ia melepas rok yang kukenakan. Lalu dengan secepat kilat, ia menyisipkan tangannya kedalam celana dalamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pantatku yang montok. Saya makin memberontak pada saat tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sesekali saya mendelik-delik waktu jari telunjuknya dengan berniat berkali-kali menyentil-nyentil klitorisku.
“Aahh! Jangaann! Aaahh..! ” saya berteriak-teriak keras saat orang itu menyodokkan jari telunjuk serta jari tengahnya sekalian kedalam kewanitaanku yang masih tetap sempit itu, sesudah celana dalamku ditanggalkannya. Walau demikian ia mengacuhkanku. Tanpa ada memedulikan saya yang selalu meronta-ronta sembari menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi lubang kenikmatanku itu, makin lama makin tinggi intensitasnya.
Saya bersukur dalam hati saat orang itu hentikan perbuatan gilanya. Walau demikian nampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan badanku hingga tertelentang menghadapnya. Saya terkejut sekali ketahui siapa orang itu sesungguhnya.
“Rio.. Anda.. ” Rio cuma menyeringai buas.
“Eh, Mer. Saat ini elu bisa berteriak-teriak sepuasnya, tak ada sekali lagi orang yang bakalan membantu elu. Terlebih si nenek tua itu telah dapats! ”
Astaga Rio mengatakan ibuku, ibu tirinya sendiri, jadi nenek tua. Keparat.
“Rio! Janganlah, Rio! Janganlah kerjakan ini! Gue kan kakak elu sendiri! Janganlah! ”
“Kakak? Denger, Mer. Gue tidak sempat nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau hanya ayah gue kawin sama nenek tua, ibu elu! ”
“Rio! ”
“Elu kan cewek, Mer. Ayah telah ngebiayain elu hidup serta kuliah. Kan tak ada kelirunya gue jadi anaknya ngewakilin dia untuk memohon imbalan dari elu. Bales budi dong! ”
“Iya, Rio. Namun bukanlah begini langkahnya! ”
“Heh, yang gue butuhin hanya badan molek elu, tidak ingin yang beda. Gue tidak ingin tau, elu ingin kasih apa tidak! ”
“Errgh.. ”
Saya tidak bisa melakukan perbuatan apa-apa sekali lagi. Mulut Rio secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku nyaris tidak dapat bernafas. Saya coba meronta-ronta melepas diri. Namun cekalan tangan Rio tambah lebih kuat, membuatku tidak berdaya. “Akh! ” Rio kesakitan pada saat kugigit lidahnya dengan cukup keras. Namun, “Plak! ” Ia menampar pipiku dengan keras, buat mataku berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaku yang merasa seperti berputar.
Tanpa ada ingin menghabiskan waktu sekali lagi, Rio keluarkan sebagian utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Lalu ia membentangkan ke-2 tanganku, serta mengikatnya semasing di ujung kiri serta kanan tempat tidur. Demikian pula ke-2 kakiku, tidak luput diikatnya, hingga badanku jadi terpentang tidak berdaya diikat di ke-4 arah. Oleh karna kencangnya ikatannya itu, badanku tertarik cukup kencang, buat dadaku lebih tegak membusung. Lihat panorama yang indah ini buat mata Rio lebih menyalang-nyalang bernafsu.
Tangan Rio mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Sesudah kancing-kancing blusku terbuka semuanya, ditariknya blusku itu ke atas. Lalu dengan sekali sentakan, ditariknya terlepas tali pengikat BH-ku, hingga buah dadaku yang membusung itu terhampar bebas di depannya.
“Wow! Elu miliki toket bagus gini kok tidak bebrapa katakan, Mer! Auum! ” Rio segera melahap buah dadaku yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. Namun saya tidak dapat melakukan perbuatan apa-apa. Makin keras saya meronta-ronta nampaknya ikatan tanganku makin kencang. Sakit sekali rasa-rasanya tanganku ini. Jadi saya cuma membiarkan buah dada serta puting susuku dilumat Rio sebebas yang ia sukai. Saya cuma dapat menengadahkan kepalaku menghadap langit-langit, pikirkan nasibku yang sial ini.
“Aaarrghh.. Rio! Jangaann..! ” Lamunanku buyar saat merasa sakit di selangkanganku. Nyatanya Rio mulai menghujamkan kemaluannya kedalam kewanitaanku. Lebih lama jadi bertambah cepat, buat badanku tersentak-sentak ke atas. Lihat saya yang telah tergeletak pasrah, memberi rangsangan yang lebih hebat sekali lagi pada Rio. Dengan sekuat tenaga ia menaikkan dorongan kemaluannya masuk-keluar dalam kewanitaanku. Membuatku meronta-ronta tidak karuan.
“Urrgh.. ” Pada akhirnya Rio telah tidak bisa menahan sekali lagi gejolak nafsu didalam badannya. Kemaluannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental didalam kewanitaanku. Beberapa berceceran diatas sprei pada saat ia keluarkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, mengisyaratkan selaput daraku telah robek olehnya. Karna kelelahan, badan Rio segera tergolek di samping badanku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah.
“Braak! ” Saya serta Rio terperanjat mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku lihat siapa yang mengerjakannya.
“Papa! ”
“Rio! Apa-apa sich anda ini?! Cepat anda lepaskan Merry! ”
Ah, pada akhirnya neraka jahanam ini selesai juga, fikirku. Rio mematuhi perintah ayahnya. Selekasnya dibukanya semua ikatan di tangan serta kakiku. Saya bangkit serta selekasnya lari menghambur ke arah bapak tiriku.
“Sudahlah, Mer. Maafin Rio ya. Itu kan telah terjadi”, kata bapak tiriku menentramkan saya yang selalu menangis dalam dekapannya.
“Tapi, Pa. Bagaimana nasib Meriska? Bagaimana, Pa? Aaahh.. Papaa! ” tangisanku beralih jadi jeritan saat itu juga ketika bapak tiriku mengangkat badanku sedikit ke atas lalu ia menghujamkan kemaluannya yang telah dikeluarkannya dari dalam celananya kedalam kewanitaanku.
“Aaahh.. Papaa.. Jangaan! ” Saya meronta-ronta keras. Tetapi dekapan bapak tiriku yang demikian kencang buat rontaanku itu tidak bermakna apa-apa untuk dianya. Bapak tiriku makin ganas menyodok-nyodokkan kemaluannya kedalam kewanitaanku. Ah! Bapak serta anak sama juga, fikirku, demikian teganya mereka menyetubuhi anak serta kakak tiri mereka sendiri.
Saya menjerit panjang kesakitan pada saat Rio yang telah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya kedalam lubang anusku. Saya rasakan rasa sakit yang nyaris tidak tertahankan sekali lagi. Bapak serta kakak tiriku itu keduanya sama menghunjam badanku yang tidak berdaya dari ke-2 arah, depan serta belakang. Karena kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tidak terhingga pada akhirnya saya tidak rasakan apa-apa sekali lagi, tidak sadarkan diri. Saya telah tidak ingat sekali lagi apakah Rio serta ayahnya masih tetap mengagahiku atau tidak kemudian.
Sebagian bulan sudah berlalu. Saya terasa mual serta berulang-kali muntah di kamar mandi. Pada akhirnya saya memeriksakan diriku ke dokter. Nyatanya saya dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosis dokter ini seperti gada raksasa yang menghantam wajahku. Saya memiliki kandungan? Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Saya tidak paham dengan tentu, siapa bapak dari anak yang saat ini berada di kandunganku ini. Bapak tiriku atau Rio. Cuma mereka berdua yang sempat menyetubuhiku. Saya bingung, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang tentu ia yaitu anakku. Lantas apakah ia juga sekalian adikku dengan kata lain anak bapak tiriku? Atau mungkin ia juga sekalian keponakanku sebab ia yaitu anak adik tiriku sendiri?
Tolongkah saya, wahai pembaca yang budiman!