Author: Kisah Memek

  • Video Bokep Asia Rion Nishikawa perawat yang lagi horny

    Video Bokep Asia Rion Nishikawa perawat yang lagi horny


    2112 views

  • Kisah Memek tentanggaku mami muda montok

    Kisah Memek tentanggaku mami muda montok


    4717 views

    Duniabola99.com – Manusia memang ditakdirkan untuk tidak pernah puas terhadap apa yang dicapainya. Mulai dari pendidikan, kekayaan, jabatan sampai dengan keluarga. Hal ini bisa berdampak pisitif dalam memotivasi diri untuk berprestasi, namun juga dapat menjadi faktor yang bisa menyebabkan manusia menjadi depresi, apalagi jika membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih sukses, baik itu keluarga, teman maupun.. tetangga anda sendiri.


    Namaku Aldi, usia 30 tahun, dan saat ini tinggal di sebuah perumahan sederhana (bukan real estate) di kawasan Bekasi Barat. Rumah di kompleks perumahanku tentu saja tipe-tipe kecil yang sebagian besar bertipe 36 dan 45. Namun dengan penghasilanku yang lumayan aku bisa membuat rumahku yang mungil menjadi terlihat indah dan asri. Boleh dibilang rumahku merupakan rumah terindah di kompleks itu.

    Aku menempati rumah ini sejak lima tahun yang lalu, dulunya sendiri saja, namun sejak satu tahun lalu aku menikah dan kini tinggal berdua dengan Lia, isteriku. Lia adalah seorang wanita yang cantik dan penuh perhatian, sekilas tidak ada yang kurang darinya. Apalagi dia juga bekerja sebagai Manajer Marketing di sebuah perusahaan farmasi, jadi keluarga kami secara keuangan tidak punya masalah.
    Kehidupan perkawinanku yang selama ini kuanggap bahagia itu ternyata semu belaka. Sialnya, hal itu disebabkan seperti kata pepatah di atas:”Rumput tetangga selalu lebih hijau”.

    Aku mempunyai tetangga baru, sepasang suami isteri dengan satu anak yang masih bayi. Suaminya seorang pelaut (anak buah kapal) dan isterinya ibu rumah tangga. Pada awalnya aku tidak terlalu peduli dengan kehadiran tetangga baru itu, walaupun ketika mereka datang memperkenalkan diri ke rumah aku sedikit terpukau dengan sang isteri yang punya body seksi dan montok. Pada saat itu aku merasa keterpukauanku hanyalah hal biasa saja.

    Namun waktu berkata lain. Ternyata setelah berinteraksi dengan Vera, begitu nama tetanggaku yang montok itu, aku mulai merasa ada daya tarik yang muncul dari wanita itu. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki Vera namun tidak dimiliki Lia, isteriku.
    Pertama tentu saja body-nya yang montok, dengan dada yang menjulang dan pantat yang besar namun padat. Walaupun Lia juga seksi, namun ukuran buah dadanya cuma 34 B. Kalau Vera kutaksir mungkin antara 36 B atau 36 C. Apalagi pantatnya yang bahenol itu tak kalah merangsang dibanding pantat”Inul”, membuat pria penasaran untuk meremasnya.

    Kedua, wajah Vera yang sensual. Kalau urusan cantik, pasti aku pilih Lia, namun ketika aku melihat wajah Vera, maka aku membayangkan bintang film BF. Mungkin pengaruh dari bibirnya yang agak tebal dan matanya yang nakal. Setiap kulihat bibir itu berbicara, ingin rasanya aku merasakan ciuman dan kulumannya yang membara.

    Ketiga adalah selera berbusananya, terutama selera pakaian dalamnya. Pertama kali aku melihat jemuran pakaian di belakang rumah mereka, aku langsung tertarik pada pakaian dalam Vera yang dijemur. Model dan warnanya beraneka macam, mulai dari celana dalam warna hitam, biru, merah, hijau sampai yang transparan. Modelnya mulai dari yang biasa-biasa saja sampai model G-string. Motifnya dari yang polos sampai yang bermotif bunga, polkadot, gambar lucu sampai ada yang bergambar bibir. Wah.. Lia tidak suka seperti itu, menurutnya kampungan dan seperti pelacur jalanan. Padahal sebagai lelaki kadang kita ingin sekali bermain seks dengan perempuan jalanan.


    Tiga hal itulah yang membuat aku selalu menyempatkan untuk curi-curi pandang pada Vera dan tak lupa melihat jemuran pakaiannya untuk melihat koleksi pakaian dalamnya yang”jalang” itu.
    Suatu hari, sepulang dari kantor, aku mampir ke Supermarket dekat kompleks sekedar membeli makanan instan karena isteriku akan pergi selama dua hari ke Bandung. Tak disangka di supermarket itu aku bertemu Vera dengan menggendong bayinya. Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras, apalagi ketika kulihat pakaian Vera yang body-fit, baik kaos maupun roknya. Seluruh lekuk kemontokan tubuhnya seakan memanggil birahiku untuk naik.
    “Hai.. Mbak, belanja juga?” sapaku.
    “Eh.. Mas Aldi, biasa belanja susu”, jawabnya dengan senyum menghiasi wajah sensualnya.
    “Memang sudah enggak ASI ya?” tanyaku.
    “Wah.. Susunya cuma keluar empat bulan saja, sekarang sudah tidak lagi”.
    “Hmm.. Mungkin habis sama Bapaknya kali ya.. Ha-ha-ha..” candaku.
    Vera juga tertawa kecil, “Tapi enggak juga, sudah dua bulan bapaknya enggak pulang”.
    “Berat enggak sih Mbak, punya suami pelaut, sebab saya yang ditinggal isteri cuma dua hari saja rasanya sudah jenuh”.
    “Wah.. Mas baru dua hari ditinggal sudah begitu, apalagi saya. Bayangkan saya cuma ketemu suami dua minggu dalam waktu tiga bulan”.

    Aku merasa gembira dengan topik pembicaraan ini, namun sayang pembicaraan terhenti karena bayi Vera menangis. Ia kemudian sibuk menenangkan bayinya.
    “Apalagi setelah punya bayi, tambah repot Mas”, katanya.
    “Kalau begitu biar saya bantu bawa belanjaannya”, aku mengambil keranjang belanja Vera.
    “Terima kasih, sudah selesai kok, saya mau bayar terus pulang”.
    “Ohh.. Ayo kita sama-sama”, kataku.
    Aku segera mengambil inisiatif berjalan lebih dulu ke kasir dan dengan sangat antusias membayar semua belanjaan Vera.
    “Ha.. Sudah bayar? Berapa? Nanti saya ganti”, kata Vera kaget.
    “Ah.. Sedikit kok, enggak apa sekali-kali saya bayarin susu bayinya, siapa tahu dapat susu ibunya, ha-ha-ha..”, aku mulai bercanda yang sedikit menjurus.
    “Ihh.. Mas Aldi!” jerit Vera malu-malu. Namun aku melihat tatapan mata liarnya yang seakan menyambut canda nakalku.
    Kami berjalan menuju mobilku, setelah menaruh belanjaan ke dalam bagasi aku mengajaknya makan dulu. Dengan malu-malu Vera mengiyakan ajakanku.

    Kami kemudian makan di sebuah restauran makanan laut di dekat kompleks. Aku sangat gembira karena semakin lama kami semakin akrab dan Vera juga mulai berbaik hati memberikan kesempatan padaku untuk “ngelaba”. Mulai dari posisi duduknya yang sedikit mengangkang sehingga aku dengan mudah melihat kemulusan paha montoknya dan tatkala usahaku untuk melihat lebih jauh ke dalam ia seakan memberiku kesempatan. Ketika aku menunduk untuk mengambil garpu yang dengan sengaja aku jatuhkan, Vera semakin membuka lebar kedua pahanya. Jantungku berdegup sangat kencang melihat pemandangan indah di dalam rok Vera. Di antara dua paha montok yang putih dan mulus itu aku melihat celana dalam Vera yang berwarna orange dan.. Brengsek, transparan!
    Dengan cahaya di bawah meja tentu saja aku tak dapat dengan jelas melihat isi celana dalam orange itu, tapi itu cukup membuatku gemetar dibakar birahi. Saking gemetarnya aku sampai terbentur meja ketika hendak bangkit.
    “Hi-hi-hi.. Hati-hati Mas..”, celoteh Vera dengan nada menggoda.


    Aku memandang wajah Vera yang tersenyum nakal padaku, kuberanikan diri memegang tangannya dan ternyata Vera menyambutnya.
    “Hmm.. Maaf, saya cuma mau bilang kalau Mbak Vera.. Seksi sekali”, dengan malu-malu akhirnya perkataan itu keluar juga dari mulutku.
    “Terima kasih, Mas Aldi juga.. Hmm.. Gagah, lucu dan terutama, Mas Aldi pria yang paling baik yang pernah saya kenal”.
    “O ya?”, aku tersanjung juga dengan rayuannya, “Gara-gara saya traktir Mbak?”
    “Bukan cuma itu, saya sering memperhatikan Mas di rumah, dan dari cerita Mbak Lia, Mas Aldi sangat perhatian dan rajin membantu pekerjaan di rumah, wah.. Jarang lho Mas, ada pria dengan status sosial seperti Mas yang sudah mapan dan berpendidikan namun masih mau mengepel rumah”.
    “Ha-ha-ha..” aku tertawa gembira, “Rupanya bukan cuma saya yang memperhatikan kamu, tapi juga sebaliknya”.
    “Jadi Mas Aldi juga sering memperhatikan saya?”
    “Betul, saya paling senang melihat kamu membersihkan halaman rumah di pagi hari dan saat menjemur pakaian”.
    “Eh.. Kenapa kok senang?”.
    “Sebab saya mengagumi keindahan Mbak Vera, juga selera pakaian dalam Mbak”, aku berterus terang.
    Pembicaraan ini semakin mempererat kami berdua, seakan tak ada jarak lagi di antara kami. Akhirnya kami pulang sekitar jam 8 malam. Dalam perjalanan pulang, bayi Mbak Vera tertidur sehingga ketika sampai di rumah aku membantunya membawa barang belanjaan ke dalam rumahnya.

    Mbak Vera masuk ke kamar untuk membaringkan bayinya, sementara aku menaruh barang belanjaan di dapur. Setelah itu aku duduk di ruang tamu menunggu Vera muncul. Sekitar lima menit, Vera muncul dari dalam kamar, ia ternyata sudah berganti pakaian. Kini wanita itu mengenakan gaun tidur yang sangat seksi, warnanya putih transparan. Seluruh lekuk tubuhnya yang montok hingga pakaian dalamnya terlihat jelas olehku.

    Sinar lampu ruangan cukup menerangi pandanganku untuk menjelajahi keindahan tubuh Vera di balik gaun malamnya yang transparan itu. Buah dadanya terlihat bagaikan buah melon yang memenuhi bra seksi yang berwarna orange transparan. Di balik bra itu kulihat samar-samar puting susunya yang juga besar dan coklat kemerahan. Perutnya memang agak sedikit berlemak dan turun, namun sama sekali tak mengurangi nilai keindahan tubuhnya. Apalagi jika memandang bagian bawahnya yang montok.

    Tak seperti di bawah meja sewaktu di restoran tadi, kini aku dapat melihat dengan jelas celana dalam orange transparan milik Vera. Sungguh indah dan merangsang, terutama warna hitam di bagian tengahnya, membayangkannya saja aku sudah berkali-kali meneguk ludah.
    “Hmm.. Tidak keberatan kan kalu saya memakai baju tidur?”, tanya Vera memancing.


    Sudah sangat jelas kalau wanita ini ingin mengajakku selingkuh dan melewati malam bersamanya. Kini keputusan seluruhnya berada di tanganku, apakah aku akan berani mengkhianati Lia dan menikmati malam bersama tetanggaku yang bahenol ini.
    Vera duduk di sampingku, tercium semerbak aroma parfum dari tubuhnya membuat hatiku semakin bergetar. Keadaan kini ternyata jauh di luar dugaanku. Kemarin-kemarin aku masih merasa bermimpi jika bisa membelai dan meremas-remas tubuh Vera, namun kini wanita itu justru yang menantangku.
    “Mas Aldi mau mandi dulu? Nanti saya siapkan air hangat”, tanya Vera sambil menggenggam tanganku erat.

    Dari sorotan matanya sangat terlihat bahwa wanita ini benar-benar membutuhkan seorang laki-laki untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.
    “Hmm.. Sebelum terlalu jauh, kita harus membuat komitmen dulu Mbak”, kataku agak serius.
    “Apa itu Mas?”
    “Pertama, terus terang aku mengagumi Mbak Vera, baik fisik maupun pribadi, jadi sebagai laki-laki aku sangat tertarik pada Mbak”, kataku.
    “Terima kasih, saya juga begitu pada Mas Aldi”, Vera merebahkan kepalanya di pundakku.
    “Kedua, kita sama-sama sudah menikah, jadi kita harus punya tanggung jawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kita, apa yang mungkin kita lakukan bersama-sama janganlah menjadi pemecah rumah tangga kita”.
    “Setuju, saya sangat setuju Mas, saya hanya ingin punya teman saat saya kesepian, kalau Mas Aldi mau kapanpun Mas bisa datang ke sini, selagi tidak ada suami saya. Tapi saya sekalipun tidak akan meminta apapun dari Mas Aldi, dan sebaliknya saya juga ingin Mas Aldi demikian pula, sehingga hubungan kita akan aman dan saling menguntungkan”.
    “Hmm.. Kalau begitu tak ada masalah, saya mau telpon ke rumah, supaya pembantu saya tidak kebingungan”.
    “Kalau begitu, Mas Aldi pulang saja dulu, taruh mobil di garasi, kan lucu kalau Mas Aldi bilang ada acara sehingga tidak bisa pulang, sementara mobilnya ada di depan rumah saya”.
    “Oh.. Iya, hampir saya lupa”.


    Aku segera keluar dan pulang dulu ke rumah, menaruh mobil di garasi dan mandi. Setelah itu aku mau bilang pada pembantuku kalau aku akan menginap di rumah temanku. Namun tidak jadi karena pembantuku ternyata sudah tidur.
    Aku segera datang kembali ke rumah Vera. Wanita itu sudah menungguku di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di atas meja. Pahanya yang montok terpampang indah di atas sofa.
    “Wah.. Ternyata mandi di rumah ya? Padahal saya sudah siapkan air hangat”.
    “Terima kasih, Mbak Vera baik sekali”.

    Wanita itu berjalan menutup pintu rumah, dari belakang aku memandang kemontokan pantatnya yang besar dan padat. Kebesaran pantat itu tak mampu dibendung oleh celana dalam orange itu, sehingga memperlihatkan belahannya yang merangsang. Seperti tak sadar aku menghampiri Vera, lalu dengan nakal kedua tanganku mencengkeram pantatnya, dan meremasnya.
    “Uhh..”, Vera agak kaget dan menggelinjang.
    “Maaf”, kataku.
    “Tidak apa-apa Mas, justru.. Enak”, kata Vera seraya tersenyum nakal memandangku. Senyum itu membuat bibir sensualnya seakan mengundangku untuk melumatnya.
    “Crup..!”, aku segera menciumnya, Vera membalasnya dengan liar.

    Aku tak tahu sudah berapa lama bibir itu tak merasakan ciuman laki-laki, yang jelas ciuman Vera sangat panas dan liar. Berkali-kali wanita itu nyaris menggigit bibirku, lidahnya yang basah meliuk-liuk dalam rongga mulutku. Aku semakin bernafsu, tanganku menjalar di sekujur tubuhnya, berhenti di kemontokan pantatnya dan kemudian meremas-remas penuh birahi.
    “Ohh.. Ergh..”, lenguh Vera di sela-sela ciuman panasnya.

    Dengan beberapa gerakan, Vera meloloskan gaun tidurnya hingga terjatuh di lantai. Kini wanita itu hanya mengenakan Bra dan CD yang berwarna orange dan transparan itu. Aku terpaku sejenak mengagumi keindahan pemandangan tubuh Vera.
    “Wowww.. Kamu.. Benar-benar seksi Mbak”, pujiku ,”Buah dada Mbak besar sekali”
    “Hi-hi-hi.. Punya Lia kecil ya? Paling 34 A, iya kan? Nah coba tebak ukuran saya?”, tanyanya seraya memegang kedua buah melon di dadanya itu.
    “36 B”, jawabku.
    “Salah”
    “36 C”.
    “Masih salah, sudah lihat aja nih”, Vera membuka pengait Bra-nya, sehingga kedua buah montok itu serasa hampir mau jatuh. Ia membuka dan melempar bra orange itu kepadaku.
    “Gila.. 36 D!”, kataku membaca ukuran yang tertera di bra itu.
    “Boleh saya pegang Mbak?”, tanyaku basa-basi.
    “Jangan cuma dipegang dong Mas, remas.. Dan kulum nih.. Putingnya”, kata Vera dengan gaya nakal bagaikan pereks jalanan.


    Wanita itu menjatuhkan tubuh indahnya di atas sofa, aku memburunya dan segera menikmati kemontokan buah melonnya. Kuremas-remas dua buah dada montok itu, kemudian kuciumi dan terakhir kukulum puting susunya yang sebesar ibu jari dengan sekali-kali memainkannya di antara gigi-gigiku. Vera menggelinjang-gelinjang keenakan, napasnya semakin terdengar resah, berkali-kali ia mengeluarkan kata-kata jorok yang justru membuatku semakin bernafsu.
    “Ngentot, enak banget Mas..” jeritnya, “Ayo Mas.. Saya sudah kepingin penetrasi nih!”.
    Aku yang juga sudah sangat bernafsu segera menjawab keinginan Vera. Dengan bantuan Vera aku menelanjangi diriku sehingga tak tersisa satupun busana di tubuhku. Vera sangat gembira melihat ukuran penisku yang lumayan panjang dan besar itu.
    “Ohh.. Besar juga ya..” jeritnya.

    Ia benar-benar bertingkah bagaikan perek murahan, namun justru itu yang kusuka. Wanita itu segera membuka CD orange sebagai kain terakhir di tubuhnya. Kulihat daerah bukit kemaluannya yang ditumbuhi rambut-rambut liar, dengan segaris bibir membelah ditengah-tengahnya. Bibir yang merah dan basah, sangat basah. Ingin rasanya aku menikmati keindahan bibir kenikmatan Vera, namun ketika aku ingin melaksanakannya ia menampikku.
    “Sudah, nanti saja, masih ada babak selanjutnya, sekarang ayo kita selesaikan babak pertama”.
    Vera duduk mengangkang di atas sofa. Kedua kakinya dibuka lebar-lebar mempersilakan kepadaku untuk melakukan penetrasi kenikmatan sesungguhnya. Aku pun segera menyiapkan senjataku, mengarahkan ujung penisku tepat di depan liang vagina Vera dan perlahan tapi pasti menekannya masuk.

    Sedikit-demi sedikit penisku tenggelam dalam kehangatan liang Vera yang basah dan nikmat. Ketika hampir seluruh batang penisku yang berukuran 20 cm itu memasuki vagina, aku mencabutnya kembali. Kemudian kembali memasukkannya perlahan.
    “Enghh.. Gila kamu Mas, kalau begini sebentar saja saya puas”, jerit Vera keenakan.
    “Tak apa Mbak, silahkan orgasme, kan masih ada babak selanjutnya”, tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan meremas dan memilin puting susunya yang besar.
    “Ohh.. Ohh.. Benar-benar enak Mas”, Vera memejamkan matanya.

    Pada penetrasi kelima, Vera menjerit, “Sudah Mas, jangan tarik lagi, saya mau.. Mau.. Oh..!”
    Dinding vagina Vera melejat-lejat seakan memijit batang penisku dalam kenikmatan birahi yang sedang direguknya.
    “Oh.. Saya sudah sekali Mas”, katanya sambil menarik nafas.
    “Mas mau puas dulu atau mau lanjut babak kedua?”, tanya Vera.
    “Terserah Mbak”, kataku. Aku sih pasrah saja.
    “Sini, saya emut saja dulu”.
    “Hmm.. Boleh juga, Lia belum pernah oral dengan saya”, aku mencabut penisku dari dalam vagina Vera yang basah dan menyodorkannya ke Vera.


    Wanita itu menjilati ujung penisku dengan lidahnya seakan membersihkannya dari cairan vaginanya sendiri, kemudian dengan sangat bernafsu ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Bibir seksi Vera terlihat menyedot-nyedot penisku seakan menyedot spermaku untuk keluar. Ia kemudian mengocok penisku dalam mulutnya hingga birahiku mencapai puncaknya.
    “Oh.. Saya mau keluar nih, gimana?”, aku bingung apakah aku harus mengeluarkan spermaku ke dalam mulutnya atau mencabutnya.
    Namun Vera hanya mengangguk dan terus mengocoknya pertanda ia tak keberatan jika aku memuntahkan spermaku ke dalam mulutnya.
    Akhirnya aku mencapai orgasme dan memuntahkan semua spermaku ke dalam mulut Vera. Wanita itu tanpa segan-segan menelan seluruh spermaku. Sungguh lihai wanita ini memuaskan birahi laki-laki!
    Kami duduk sebentar dan minum air dingin, kemudian Vera mengangkangkan kakinya kembali.
    “Nah.. Sekarang babak kedua Mas, kalau mau jilat dulu silahkan, tapi utamakan yang ini ya”, Vera menunjuk ke arah klitorisnya yang agak besar.
    “Oke Mbak, saya juga sudah biasa kok”, seruku.

    Sejurus kemudian aku sudah berada di hadapan bibir kemaluan Vera yang baru saja aku nikmati. Sebelum kujilat terlebih dahulu kubelai bibir itu dari ujung bawah hingga klitoris. Kusingkap rambut-rambut kemaluannya yang menjalari bibir itu.
    “Sudah gondrong nih Mbak”, seruku.
    “Oh iya, habis mau dicukur percuma juga, enggak ada yang lihat dan jilat”, jawabnya nakal, “Besok pagi saya cukur deh, tapi janji malamnya Mas Aldi datang lagi ya..”.
    “Oke.. Pokoknya setiap ada kesempatan saya siap menemani Mbak Vera”.
    Aku kemudian asyik menjilati dan menciumi labium mayora dan minora Vera. Cairan vagina Vera sudah mulai mengalir kembali pertanda ia sudah terangsang kembali. Desahan Vera juga memperkuat tanda bahwa Vera menikmati permainan oralku. Dengan nakal aku memasukkan jari telunjuk dan tengahku ke dalam vaginanya dan kemudian mengobok-obok liang becek itu.
    “Yes.. Asyik banget.. Say sudah siap babak kedua Mas”, seru Vera.


    Aku sendiri sudah terangsang sejak melihat keindahan selangkangan Vera, jadi penisku sudah siap menunaikan tugas keduanya. Vera menungging di atas sofa.
    “Sekarang doggy-style ya Mas..”
    Aku sih iya saja, maklum.. Sama enaknya..
    Sejurus kemudian kami sudah terlibat permainan babak kedua yang tak kalah seru dan panas dengan babak pertama, hanya kali ini aku memuntahkan sperma di dalam vaginanya.

    Malam masih begitu panjang. Kami masih menikmati dua permainan lagi sebelum kelelahan dan mengantuk. Vera begitu bahagia, dan aku sendiri merasa puas dan lega. Mimpiku untuk menikmati tubuh montok tetanggaku terlaksana sudah. Bahkan kini setiap waktu jika Lia dinas ke luar kota maka Vera secara resmi menggantikan posisi Lia sebagai isteriku. Asyik juga. Namun sebagai imbalannya aku mencarikan dan menggaji pembantu rumah tangga di rumah Vera. Betapa bahagianya Vera dengan bantuanku itu, ia semakin sayang padaku dan berjanji akan melayaniku jauh lebih memuaskan dibanding pelayanan kepada suaminya.

    Dari kejadian tersebut aku semakin menyadari kebenaran pepatah: “Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau”, atau bisa diganti dengan: “Vagina isteri tetangga selalu terasa lebih nikmat”.

  • Video Bokep Eropa ku lihat ibuku sedang hisap kontol temanku

    Video Bokep Eropa ku lihat ibuku sedang hisap kontol temanku


    1904 views

  • Kisah Memek bercinta dengan guru bahasa inggris

    Kisah Memek bercinta dengan guru bahasa inggris


    2169 views

    Duniabola99.com – Sejalan dengan waktu, kini aku bisa kuliah di universitas keinginanku. Namaku Jack, sekarang aku tinggal di Yogyakarta dengan fasilitas yang sangat baik sekali. Kupikir aku cukup beruntung bisa bekerja sambil kuliah sehingga aku mempunyai penghasilan tinggi.


    Berawal dari reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan guru bahasa inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu Shinta masih segar bugar dan amat menggairahkan. Penampilannya amat menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita. Cukup lama aku ngobrol dengan Ibu Shinta, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.

    Tiba-tiba Ibu Shinta teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Shinta pun mengambil tasnya kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu Shinta memanggilku.
    “Kenapa Jack”
    “Ah.. tidak apa-apa”, jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu Shinta di sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar).
    “Ayo Jack kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan”, kata Ibu Shinta.
    “Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya”, jawabku dengan ragu-ragu.
    “Terima kasih Jack”.

    Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Shinta bahwa aku suka kepadanya, “Oh my God what i’m doing”, dalam hatiku. Ternyata keadaan berkata lain, Ibu Shinta terdiam saja dan langsung keluar dari ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf. Ibu Shinta ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Shinta. Kami berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Shinta mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Aku semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Shinta menolak. Aku merasa tidak enak lalu menunggunya, kurangkul pundak Ibu Shinta, dengan cepat Ibu Shinta hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Shinta menciumku dan aku pun membalasnya.

    Ohh.., alangkah senangnya aku ini, lalu dengan cepat aku menciumnya dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Shinta tak mau kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya yang besar, Ibu Shinta terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Shinta memainkan tangannya ke arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang. Lalu aku meminta Ibu Shinta membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah, BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.

    Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu Shinta setengah telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya. Aku pun membuka baju sehingga badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Shinta, “Jack kukira Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Jack, tutup pintunya dulu dong”, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik.


    Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Ibu Shinta. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang amat minim. Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Shinta menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.
    “Mau apa kau sshh… sshh”, tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
    “Ooo… oh.. oh..”, desis Ibu Shinta keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan liang kenikmatannya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.

    Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Ibu Shinta makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya. “Aahh… Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh…”

    Tanpa sungkan-sungkan Ibu Shinta mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersendak. Semula Ibu Shinta seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. “Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?”, tanyanya diantara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak merepotkanku, BH-nya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok mininya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan putih mulus.

    “Nggak adil. Kamu juga harus telanjang..” Ibu Shinta pun melucuti kaos, celanaku, dan terakhir celana dalamku. Batang kemaluanku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas ranjang, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Shinta mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya.


    “Gantian dong..” Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluanku masuk ke rongga mulutnya. “Justru di situ nikmatnya.., Selama ini sama suami main seksnya gimana?”, tanyaku sambil menciumi payudaranya. Ibu Shinta tak menjawab. Dia malah mencium bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.
    Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah ingin segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu Shinta agak gemetar. “Ohh…”, desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kemaluanku masuk ke liang kenikmatannya. Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.

    Tiga menit setelah kugenjot, Ibu Shinta menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan batang kemaluanku kutingkatkan. “Ooo… ahh… hmm… ssshh…”, desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat. “Sekarang Ibu Shinta berbalik. Menungging di atas meja.., sekarang kita main dong di atas meja ok!” Aku mengatur badannya dan Ibu Shinta menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya. “Gaya apa lagi ini?”, tanyanya.
    Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari belakang. Ibu Shinta kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.
    “Capek?”, tanyaku. “Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku”.
    “Tapi kan nikmat Bu..”, jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.
    “Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi batang kemaluanku. Sekarang Ibu Shinta yang di atas”, kataku sambil mengatur posisinya.

    Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang batang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu Shinta tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat menjelang orgasme. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Ibu Shinta kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan batang kemaluanku. “Oh Ibu Shinta.., aku mau keluar nih ahh..” Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam liang kenikmatannya. Ibu Shinta kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan liang kenikmatannya begitu hangat menjepit batang kemaluanku. Lima menit lebih kami dalam posisi rileks seperti itu.

    Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan. Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan bercakap-cakap kembali. Ibu Shinta harus pergi mengajar hari itu dan sorenya baru bisa kujemput.


    Sore telah tiba, Ibu Shinta kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir itulah kami beraksi kembali, aku mulai menciumi lehernya. Ibu Shinta mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Shinta makin terengah, dan tanganku pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang. “Uuuhh.., mmmhh..”, Ibu Shinta menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya.

    Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan memakai BH merah dan CD merah. Aku segera mencium puting susunya yang besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri dan kanan. Tangan Ibu Shinta mengelus bagian belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tidak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya. Akupun segera membenamkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya. “Ehhh…, mmmhh..”. Tangan Ibu Shinta meremas jok mobilku dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya kucumbui. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan.
    “Ooohh.., aduuuhh..”. Ibu Shinta mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Shinta terlonjak dan nafas Ibu Shinta seakan tersendak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ibu Shinta tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta. “Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..”. Ketika Ibu Shinta membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, kini iapun mulai menyedot. Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya. “Oouuuh Ibu Shinta.., enaaaak.., teruuuss…”, erangku.

    Ibu Shinta terus mengisap batang kemaluanku sambil tangannya mengusap liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan batang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya. Hampir 20 menit dia menghisap batang kemaluanku dan tak lama terasa sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar. “Ibu Shinta.., ooohh.., enaaak.., teruuus”, teriakku. Dia mengerti kalau aku mau keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang kenikmatannya, aku lihat dia mengejang dan matanya terpejam, lalu.., “Creet.., suuurr.., ssuuur..”
    “Oughh.., Jack.., nikmat..”, erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh batang kemaluanku. Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya aku juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke dalam mulutnya, “Crooot.., croott.., crooot..”, banyak sekali maniku yang tumpah di dalam mulutnya.
    “Aaahkk.., ooough”, ujarku puas. Aku masih belum merasa lemas dan masih mampu lagi, akupun naik ke atas tubuh Ibu Shinta dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Ibu Shinta dan aroma kemaluan Ibu Shinta di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Ibu Shinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ibu Shinta menekan pantatku dari belakang. “Ohm, masuk.., augh.., masukin”


    Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan Ibu Shinta semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah halangan itu. Ibu Shinta memekik kecil. Aku menekan lebih dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau, “Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Jack”
    Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu Shinta, lalu membalikkan kedua tubuh kami sehingga Ibu Shinta sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Shinta segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku bergantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai puncak.

    Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Shinta makin menggila dan iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku. Setelah tubuh Ibu Shinta melemas, aku mendorongnya hingga telentang, dan sambil menindihnya, aku mengejar puncak orgasmeku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Ibu Shinta tentu merasakan siraman air maniku di liang kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang kedua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.

  • Video Bokep Asia seketaris Erika Nishino degan bosku

    Video Bokep Asia seketaris Erika Nishino degan bosku


    2017 views

  • Kisah Memek melampiaskan nafsu dengan pembantu

    Kisah Memek melampiaskan nafsu dengan pembantu


    2600 views

    Duniabola99.com – Di tempat aku tinggal ada pembantu baru, lelaki, orangnya sepantaran aku, tinggi besar, lumayan ganteng, malah terlalu ganteng untuk jadi pembantu, harusnya jadi cover boy. Namanya Budi. Aku tertarik padanya karena dia type cowok idaman buatku. Aku kerap kali membayangkan gimana kalo aku di***** olehnya, memiawku dienjot tongkolnya yang dari luar celananya kelihatan menggembung, pertanda tongkolnya besar.


    Satu hari, aku tidak kerja sehingga dirumah seharian. Aku cuma pake daster yang mini tanpa bra, sehingga toketku bergerak2 kalo aku jalan. Kalo papasan dengan dia, kulihat matanya lekat menatap toketku yang bergerak2 itu, aku sih gak perduli. Siang itu gak ada siapa2 di tempat tinggalku. Aku duduk di meja makan membaca koran setelah menyantap makan siangku. Dia sedang ngepel di ruang makan. Aku sengaja mengangkangkan pahaku, sehingga dasterku yang mini itu makin tersingkap ke atas dan pastinya cd ku akan bisa dilihat dengan jelas oleh dia yang sedang ngepel itu. Aku tau bahwa dia pasti sedang melotot melihat paha dan cdku walaupun aku tidak melihatnya karena terhalang meja makan, karena dia tidak selesai2 ngepel lantai di sekitar meja makan itu. Aku kaget juga karena ternyata dia berani banget. Aku merasa ada rabaan di pahaku. Paha makin kukangkangkan karena aku tau pasti dia sedang ngelus2 pahaku.

    Aku jadi menggeliat2 karena rabaannya pada paha bagian dalam, “Aah”, erangku, karena napsuku mulai naik. “Kenapa Nes, napsu ya”, katanya. Dia memang memanggil semua yang sepantaran dia di tumah itu dengan namanya. “Tanganmu nakal sih”, kataku terengah. “Abis kamu nantang duluan sih. Udah tau aku lagi ngepel pake ngangkangin paha segala”, jawabnya dengan tetap ngelus2 pahaku, elusannya makin lama makin naik ke atas. Kini tangannya mulai meraba dan meremes memiawku dari luar cdku, Aku semakin terangsang karena ulahnya, “Aah Bud, ines jadi napsu nih”, erangku. “Iya Nes, cd kamu udah basah begini. Kamu ternyata napsunya besar ya, mau ng***** gak dengan aku”, katanya terus terang. Aku terdiam mendengar ajakannya yang to the point itu. Aku yakin tongkolnya pasti udah ngaceng berat. Terasa jarinya menyusup kedalam cdku lewat samping. Memang aku pake cd yang minim sekali sehingga dia mudah mengakses memiawku dari samping cdku. Terasa sekali jarinya mengorek2 memiawku mencari itilku, setelah ketemu langsung saja dikilik2nya. “Bud…”, erangku. memiawku menjadi makin basah. Aku duduknya menjadi setengah melorot sehingga dasterku makin terangkat keatas, membebaskan selangkanganku. Dia makin nakal ulahnya, pahaku makin dikangkangkannya dan terasa hembusan napasnya yang hangat di pahaku. Dia mulai menjilati pahaku, dari bawah bergerak perlahan keatas sambil digigit2nya pelan. Aku menggigil menahan geli saat lidahnya menyelisuri pahaku. “Bud, kamu pinter banget ngerangsang Ines, udah biasa ngerangsang cewek ya”, kataklu terengah. CD ku yang minim itu dengan mudah disingkirkan disingkirkan kesamping dan tak lama kemudian terasa lidahnya menghunjam ke memiawku yang sudah sangat basah. Aku hanya pasrah saja atas perlakuannya, aku hanya bisa mengerang karena rangsangan pada memiawku itu. Lidahnya menyusup ke dalam memiawku dan mulai bergerak keatas. Aku makin mengejang ketika dia mulai menjilati itilku. “Aah Bud, Ines sudah pengen di*****”, aku mengerang saking napsunya.

    Dia menghentikan aksinya, berdiri dan menarikku berdiri juga. Karena rumah sedang sepi, dia langsung memelukku dan mencium bibirku dengan napsunya. Lidahnya menerobos bibirku dan mencari lidahku, segera aku bereaksi yang sama sehingga lidah kami saling membelit didalam mulutku. Pelukannya makin erat, Terasa ada sesuatu yang mengganjal diperutku, tongkolnya rupanya sudah ngaceng berat seperti dugaanku. Tangannya mulai bergerak kebawah, meremas pantatku dari luar dasterku, sedang tangan satunya masih ketat mendekapku. Aku menggelinjang karena remasan dipantatku dan tekanan tongkolnya yang ngaceng itu makin terasa diperutku. “Aah”, lenguhku sementara bibirku masih terus dikulumnya dengan penuh napsu juga. Lidahnya kemudian dikeluarkan dari mulutku, bibirku dijilati kemudian turun ke daguku. Tangannya bergeser dari pantatku ke arah memiawku, “Aah”, kembali aku mengerang ketika jarinya mulai mengilik memiawku dari luar cdku. Lidahnya mengarah ke leherku, dijilatinya sehingga aku menggeliat2 kegelian. Sementara itu jarinya sudah menyusup kembali ke dalam cdku lewat samping dan mulai mengelus2 memiawku yang sudah sangat basah itu dan kemudian menjadikan itilku sasaran berikutnya.Digerakkannya jarinya memutar menggesek itilku. Aku menjadi lemes dan bersender dipelukannya. “Nes kekamarmu aja yuk”, katanya sambil menyeret tubuhku yang lemes itu kekamarku.


    Di kamar aku didorongnya dengan keras sehingga terbaring diranjang, sementara dia mengunci pintunya. Korden jendela ditutupnya sehingga ruangan menjadi agak gelap. Dia segera menghampiriku, cdku ditariknya sehingga lepas dan dia mulai menggarap memiawku lagi. “Nes, jembut kamu lebat sekali, gak heran napsu kamu gede banget. Dikilik sebentar aja udah basah begini”, katanya sambil mengangkangkan pahaku lagi. Jembutku disingkirkannya dan langsung saja mulutnya menyosor memiawku lagi. Bibir memiawku diemutnya, lidahnya menyyusup masuk melalui bibir memiawku. Tanpa sadar aku meremes2 rambutnya. Lidahnya mulai menjilati itilku, perutku mengejang karena menahan kenikmatan rangsangannya. “Aah terus Bud, enak”, teriakku. Kepalanya kutekan sehingga menempel erat di memiawku. Lidahnya makin seru saja mengilik memiaw dan itilku. Cairan memiawku diisepnya, itu membuatku makin melayang2. Ketika aku udah hampir nyampe, dia menghentikan aksinya, “Kenapa brenti”, protesku. “ines sudah ampir nyampe”. Dia membuka baju dan celannya, sekaligus dengan cdnya, benar dugaanku. Ternyata tongkolnya besar dan panjang, berdiri tegak karena sudah ngaceng berat. Aku ditariknya bangun kemudian disuruh menelungkup dipinggir ranjang, saat itu aku masih memakai daster miniku. Dia memposisikan dirinya dibelakangku, punggungku didorong sedikit sehingga aku menjadi lebih nungging. Pahaku digesernya agar lebih membuka. Aku menggelinjang ketika merasa ada menggesek2 memiawku. memiawku yang sudah sangat licin itu membantu masuknya tongkol besarnya dengan lebih mudah. Kepala tongkolnya sudah terjepit di memiawku. Terasa sekali tongkolnya sesek mengganjal di selangkanganku. “Aah, gede banget tongkolmu”, erangku. Dia diam saja, malah terus mendorong tongkolnya masuk pelan2.

    Aku menggeletar ketika tongkolnya masuk makin dalam. Nikmat banget rasanya kemasukan tongkolnya yang besar itu. Pelan2 dia menarik tongkolnya keluar dan didorongnya lagi dengan pelan juga, gerakan keluar masuk tongkolnya makin cepat sehingga akhirnya dengan satu hentakan tongkolnya nancep semua di memiawku. “Aah, enak banget Bud tongkolmu”, jeritku. “memiawmu juga peret banget deh Nes. baru sekali aku ngerasain memiaw seperet memiawmu”, katanya sambil mengenjotkan tongkolnya keluar masuk memiawku. “Huh”, dengusku ketika terasa tongkolnya nancep semua di memiawku, Terasa biji pelernya menempel ketat di pantatku. memiawku terasa berdenyut meremes2 tongkolnya yang nancep dalem sekali karena panjangnya. Tangannya yang tadinya memegang pinggulku mulai menyusup kedalam dasterku dan meremes toketku dengan gemesnya. Aku menjadi menggelinjang karenanya, sementara itu enjotan keluar masuk tongkolnya makin dipercepat. Tubuhku makin bergetar merasakan gesekan tongkolnya di memiawku. “Enak Bud, enjotin yang keras, aah, nikmatnya. Ines mau deh kamu ***** tiap hari”, erangku gak karuan. Keluar masuknya tongkolnya di memiawku makin lancar karena cairan memiawku makin banyak, seakan menjadi pelumas tongkolnya. Dia menelungkup dibadanku dan mencium kudukku.

    Aku menjadi menggelinjang kegelian. Pinter banget dia merangsang dan memberi aku nikmat yang luar biasa. Toketku dilepaskannya dan tangannya menarik wajahku agar menengok ke belakang, kemudian bibirku segera diciumnya dengan napsunya. Lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku. Tangannya kembali menyusup kedalam dasterku dan meneruskan tugasnya meremes2 toketku. Sementara itu, tongkolnya tetep dienjotkan keluar masuk dengan cepat dan keras. Jembutnya yang kasar dan lebat itu berkali2 menggesek pantatku ketika tongkolnya nancep semuanya di memiawku. Aku menjadi mengerang keenakan berkali2, ini menambah semangatnya untuk makin mgencar mengenjot memiawku. Pantatku mulai bergerak mengikuti irama enjotan tongkolnya. Pantatku makin cepat bergerak maju mundur menyambut enjotan tongkolnya sehingga rasanya tongkolnya nancep lebih dalem lagi di memiawku. “Terus Bud, enjot yang keras, aah nikmat banget deh di***** kamu”, erangku. Dia makin seru saja mengenjot memiawku dengan tongkolnya.


    Aku tersentak. Perutku terasa kejang menahan kenikmatan yang luar biasa. Bibirku kembali dilumatnya, aku membalas melumat bibirnya juga, sementara gesekan tongkolnya pada memiawku tetep saja terjadi. Akhirnya aku tidak dapat menahan rangsangan lebih lama, memiawku mengejang dan “Bud, Ines nyampe aah”, teriakku. memiawku berdenyut hebat mencengkeram tongkolnya sehingga akhirnya, tongkolnya mengedut mengecretkan pejunya sampe 5 semburan. Terasa banget pejunya yang anget menyembur menyirami memiawku. tongkolnya terus dienjotkan keluar masuk seiring ngecretnya pejunya. Akhirnya aku ambruk keranjang dan dia menindihku. Napasku memburu, demikian juga napasnya. tongkolnya terlepas dari jepitan memiawku sehingga terasa pejunya ikut keluar mengalir di pahaku. Dia segera telentang diranjangku supaya tidak menindih aku. “Nes, nikmat banget deh memiaw kamu, peret dan empotannya kerasa banget”, katanya. “Kamu sudah sering ng***** ya Bud, ahli banget bikin Ines nikmat. Kamu ng***** ama siapa aja”, tanyaku. “Kalo enggak anak majikan ya istri majikan”, jawabnya sambil cengar cengir. “Wah nikmat banget kamu, ada yang muasin kamu sembari kerja”, jawabku sambil menelentangkan badanku disebelahnya.

    Dia bangun dan masuk kamar mandi, memang kamarku ada kamar mandi didalemnya. Terdengar grujuan air, dia rupanya sedang membersihkan dirinya, sementara aku masih saja telentang di ranjang menikmati sisa2 kenikmatan yang baru saja aku rasakan. Dia keluar dari kamar mandi, dasterku yang sudah basah karena keringat dilepasnya sehingga aku terkapar telanjang bulat. “kamu napsuin deh Nes, toket kamu gede dan kenceng, mana pentilnya gede lagi. sering diemut ya Nes, kamu ngentotnya sama siapa sih”, tanyanya. Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya. “Aku paling suka liat jembut kamu, lebat banget sih. Aku paling napsu ngeliat cewek kayak kamu ini, toketnya gede kenceng dan jembutnya lebat, nikmat banget di*****nya,” katanya lagi. Dia berbaring disebelahku dan memelukku, “Nes aku pengen lagi deh”, katanya. Aku kaget juga dengernya, baru aja ngecret udah napsu lagi, tapi aku suka cowok kaya begini, udah tongkolnya gede dan panjang, kuat lagi ng*****nya. Dia mulai menciumi leherku dan lidahnya menjilati leherku. Aku menggelinjang dan mulai terangsang juga. Bibirku segera diciumnya, lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku. Sementara itu tangannya mulai meremes2 toketku dengan gemes. Dia melepaskan bibirku tetapi lidahnya terus saja menjilati bibirku, daguku, leherku dan akhirnya toketku. Pentilku yang sudah mengeras dijilatinya kemudian diemutnya dengan rakus. Aku menggeliat2 karena napsuku makin memuncak juga. “Aash, kamu napsu banget sih Bud, tapi Ines suka banget”, erangku. Toketku yang sebelah lagi diremes2nya dengan gemes. Jari2nya menggeser kebawah, keperutlu, Puserku dikorek2nya sehingga aku makin menggelinjang kegelian. Akhirnya jembutku dielus2nya, tidak lama karena kemudian jarinya menyusup melalui jembutku mengilik2 memiawku. Pahaku otomatis kukangkangkan untuk mempermudah dia mengilik memiawku. “Aah”, aku melenguh saking nikmatnya.
    Dia membalik posisinya sehingga kepalanya ada di memiawku, otomatis tongkolnya yang sudah ngaceng ada didekat mukaku. Sementara dia mengilik memiaw dan itilku dengan lidahnya, tongkolnya kuremes dan kukocok2, keras banget tongkolnya. Kepalanya mulai kujilati dan kuemut pelan, lidahnya makin terasa menekan2 itilku sehingga pantatku terangkat dengan sendirinya. Enggak lama aku mengemut tongkolnya sebab dia segera membalikkan badannya dan menelungkup diatasku, tongkolnya ditancapkannya di memiawku dan mulai ditekennya masuk kedalam. Setelah nancep semua, mulai dia mengenjotkan tongkolnya keluar masuk dengan cepat da keras.

    Bibirku kembali dilumatnya dengan penuh napsu, sementara itu terasa banget tongkolnya mengisi seluruh ruang memiawku sampe terasa sesek. Nikmat banget ng***** sama dia. Aku menggeliat2kan pantatku mengiringi enjotan tongkolnya itu. Cukup lama dia mengenjotkan tongkolnya keluar masuk, tiba2 dia berhenti dan mencabut tongkolnya dari memiawku. Dia turun dari ranjang dan duduk di kursi, aku dimintanya untuk duduk dipangkuannya mengangkang diantara kedua kakinya. Dia memelukku dengan erat. Aku sedikit berdiri supaya dia bisa mengarahkan tongkolnya yang masih ngaceng itu masuk ke memiawku. Aku menurunkan badanku sehingga sedikit2 tongkolnya mulai ambles lagi di memiawku. Aku menggeliat merasakan nikmatnya tongkolnya mendesak masuk memiawku sampe nancep semuanya. Jembutnya menggesek jembutku dan biji pelernya terasa menyenggol2 pantatku. Aku muali menaik turunkan badanku mengocok tongkolnya dengan memiawku. Dia mengemut pentilku sementara aku aktif bergerak naik turun. Nikmat banget, kayanya lebih nikmat dari tadi. “Aah Bud, enak banget deh, lebih nikmat dari yang tadi”, erangku sambil terus menurun naikkan badanku mengocok tongkolnya yang terjepit erat di memiawku. memiawku mulai berdenyut lagi meremes2 tongkolnya, gerakanku makin liar, aku berusaha menancepkan tongkolnya sedalam2nya di memiawku sambil mengerang2. Tangannya memegang pinggulku dan membantu agar aku terus mengocok tongkolnya dengan memiawku.


    Aku memeluk lehernya supaya isa tetep mengenjot tongkolnya, denyutan memiawku makin terasa kuat, dia juga melenguh saking nikmatnya’ “Nes, empotan memiawmu kerasa banget deh, mau deh aku ng***** ama kamu tiap hari”. Akhirnya aku gak bisa menahan rangsangan lebih lama dan “Bud, Ines nyampe, aah”, teraikkua dan kemudian aku terduduk lemas dipangkuannya. Hebatnya dia belum ngecret juga, kayanya ronde kedua membuat dia bisa ng***** lebih lama. “Cape Nes”, tanyanya tersenyum sambil terus memelukku. “He eh”, jawabku singkat. Pelan dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga aku berdiri, tongkolnya lepas dari jepitan memiawku. tongkolnya masih keras dan berlumuran cairan memiawku. Kembali aku dimintanya nungging dipinggir ranjang, doyan banget dia dengan doggie style. aku sih oke aja dengan gaya apa saja karena semua gaya juga nikmat buat aku. Dia menjilati kudukku sehingga aku menggelinjang kegelian, perlahan jilatannya turun ke punggung. Terus turun ke pinggang dan akhirnya sampe dipinggulku. Otot perutku terasa tertarik karena rangsangan jilatan itu.

    Mulutnya terus menjilati, yang menjadi sasaran sekarang adalah pantatku, diciuminya dan digigitnya pelan. Apalagi saat lidahnya mulai menyapu daerah sekitar lubang pantatku. Geli rasanya. Jilatannya turun terus kearah memiawku, kakiku dikangkangkannya supaya dia bisa menjilati memiawku dari belakang, Aku lebih menelungkup sehingga pantatku makin menungging dan memiawku terlihat jelas dari belakang. Dia menjilati memiawku, sehingga kembali aku berteriak2 minta segera di*****, “Bud, nakal deh kamu, ayo dong Ines cepetan di*****nya”. Dia berdiri dan memposisikan tongkolnya dibibir memiawku dan dienjotkannya kedalam dengan keras sehingga nancep semua dengan sekali enjotan. Dia mulai mengenjot memiawku dengan tongkolnya, makin lama makin cepat. Aku kembali menggeliat2kan pantatku mengimbangi enjotan tongkolnya dimemiawku. Jika dia mengejotkan tongkolnya masuk aku mendorong pantatku kebelakang sehingga menyambut tongkolnya supaya nancep sedalam2nya di memiawku. Toketku berguncang2 ketika dia mengenjot memiawku. Dia merems2 toketku dan memlintir2 pentilnya sambil terus mengenjotkan tongkolnya keluar masuk. “Terus Bud, nikmat banget deh”, erangku lagi. Enjotan berjalan terus, sementara itu aku mengganti gerakan pantatku dengan memutar sehingga efeknya seperti meremes tongkolnya. Dengan gerakan memutar, itilku tergesek tongkolnya setiap kali dia mengenjotkan tongkolnya masuk. Denyutan memiawku makin terasa keras, diapun melenguh, “Nes, nikmat banget empotan memiaw kamu”. Akhirnya kembali aku kalah, aku nyampe lagi dengan lenguhan panjang, “Aah nikmatnya, Ines nyampeee”.Otot perutku mengejang dan aku ambruk ke ranjang karena lemesnya.

    Aku ditelentangkan di ranjang dan segera dia menaiki tubuhku yang sudah terkapar karena lemesnya. Pahaku dikangkangkannya dan segera dia menancapkan kembali tongkolnya di memiawku. tongkolnya dengan mudah meluncur kedalam sehingga nancep semuanya karena memiawku masih licin karena cairan yang berhamburan ketika aku nyampe. Dia mulai mengenjotkan lagi tongkolnya keluar masuk. Hebat sekali staminanya, kayanya gak ada matinya ni orang. Aku hanya bisa terkapar menikmati sisa kenikmatan dan rangsangan baru dari enjotan tongkolnya. Dia terus mengejotkan tongkolnya dengan cepat dan keras. Dia kembali menciumi bibirku, lherku dan dengan agak membungkukkan badan dia mengemut pentilku. Sementara itu enjotan tongkolnya tetao berlangsung dengan cepat dan keras. Aku agak sulit bergerak karena dia agak menindih badanku, keringatku sudah bercampur aduk dengan keringatnya. Enggak tau sudah berapa lama dia meng*****i ku sejak pertama tadi. Dia menyusupkan kedua tangannya kepunggungku dan menciumku lagi. tongkolnya terus saja dienjotkan keluar masuk. Pertutku mengejang lagi, aku heran juga kok aku cepet banget mau nyampe lagio di***** dia. Aku mulai menggeliatkan pantatku, kuputar2 mengimbangi enjotan tongkolnya. memiawku makin mengedut mencengkeram tongkolnya, pantatku terkadang terangkat menyambut enjotannya yang keras, sampe akhirnya, “terus Bud, yang cepet, Ines udah mau nyampe lagi”, teriakku. Dia dengan gencarnya mengenjotkan tongkolnya keluar masuk dan, “Aah Ines nyampe lagi”, aku berteriak keenakan.

    Berbarengan dengan itu terasa sekali semburan pejunya yang kuat di memiawku. Diapun ngecret dan ambruk diatas badanku. Kami sama2 terkulai lemes, lebih2 aku karena aku udah nyampe 3 kali sebelum dia akhirnya ngecret dimemiawku. “Bud, kamu kuat banget deh ng*****nya, mana lama lagi. Nikmat banget ng***** ama kamu. Kapan kamu ng*****in Ines lagi”, kataku. Dia tersenyum mendengar sanjunganku. “Kalo ada kesempatan ya aku sih mau aja ng*****in kamu. memiaw kamu yang paling nikmat dari semua cewek yang pernah aku *****”, jawabnya memuji. Dia kemudian meninggalkanku terkapar telanjang karena nikmat.


    Malemnya, aku sudah tertidur, terdengar garukan di pintu kamarku. Aku terbangun, “Siapa” kataku lirih. “Aku Nes”, terdengar suara Budi, rupany dia belum puas ng*****in aku tadi siang, minta nambah lagi malem ini. Gak ada matinya rupanya dia. Aku bangun dan membukakan pintu. Segera dia masuk dan memeluk tubuhku yang hanya terbalus cd minim. “Nes, aku pengen ngerasain empotan memiaw kamu lagi ya, boleh kan”, katanya. Aku kalo tidur hanya pake cd saja karena gerah hawanya dikamar. Dia lalu berbaring telentang di ranjang, lalu aku mulai jongkok di atasnya dan menciumi nya, tangannya mengusap-usap punggungku. Bibirnya kukulum, ”Hmmmhh… hmmhhh…” dia mendesah-desah. Setelah puas melumat bibir dan lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya. Kaosnya kusingkapkan dari bawah lalu kuciumi dadanya. “Hmmmhhh… aduh

    Nes enak ..” rintihnya. Dia terus mendesah sementara aku mulai menciumi perutnya, lalu pusarnya, sesekali dia berteriak kecil kegelian. Akhirnya risleting celana pendeknya kubuka, kusingkapkan cdnya, tongkolnya yang sudah ngaceng berat kupegang dan kukocok2, “Ahhhhh… Hhhh…. Hmmhmh… Ohhh Nes…” dia cuman bisa mendesah doang.
    tongkolnya langsung kukenyot-kenyot, sementara dia meemas-remas rambutku saking enaknya, “Ehmm… Ehmm…” Mungkin sekitar 5 menitan aku ngemut tongkolnya, kemudian aku bilang, “Bud… sekarang giliran kamu yach?” Dia cuma tersenyum, lalu bangkit sembari memelorotkan celana pendek dan celana dalamnya, sedangkan aku sekarang yang ganti tiduran. Dia mulai nyiumin bibirku, aku mencoba ngelepasin kaosnya, lalu dia langsung melepasnya dan meletakkan di sebelahnya. Dia pun mulai menciumi leherku sementara tangannya meraba-raba toketku dan diremasnya. “Hmhmhhm… Hmhmhmh…” ganti aku yang mendesah keenakan. Apalagi ketika dia menjilati pentilku yang tebal dan berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilku bergantian, dia mulai menjilati perutku dan ingin memelorotkan CDku.


    Aku mengangkat pantatku, lalu dia memelorotkan CDku. Dia langsung menciumi memiawku dengan penuh napsu, otomatis pahaku mengangkang supaya dia bisa mudah menjilati memiaw dan itilku. “Ahh.. Ahhhh…” aku mengerang dan mendesah keras keenakan. Sesekali kudengar “slurrp… slurrp…” dia menyedot memiawku yang sudah mulai basah itu. ”Ahhhh… Bud… Enak …” desahan ku semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar. Napsuku sudah sampe ubun2, dia kutarik untuk segera menancapkan tongkol besarnya di memiawku yang sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake tongkol. Pelan-pelan dia memasukkan tongkolnya ke dalam memiawku. dengan satu enjotan keras dia menancapkan seluruh tongkolnya dalam memiawku. “Uh… uhhh…. Ahhhhhhh…nikmat banget Bud” desahku ketika dia mulai asyik menggesek-gesekkan tongkolnya dalam memiawku. Aku menggoyang pinggulku seirama dengan keluar masuknya tongkolnya di memiawku. Dia mempercepat gerakannya. Gak lama dienjot aku sudah merasa mau nyampe, “Ah…Bud…

    Aku sepertinya mau… ahhh…” dia malah mempergencar enjotan tongkolnya dimemiawku, “Bareng nyampenya ya Nes, aku juga dah mau ngecret”, katanya terengah. Enjotan tongkolnya makin cepat saja, sampe akhirnya, “Bud, Ines nyampe aah”, badanku mengejang karena nikmatnya, terasa memiawknu berdenyut2 meremas tongkolnya sehingga diapun menyodokkan tongkolnya dengan keras, “Nes, aku ngecret aah”, terasa semburan pejunya yang deres dimemiawku. Dia terkapar lemes diatas badanku, demikian pula aku. Setelah istirahat sejenak, dia mencabut tongkolnya , memakai pakaiannya dan keluar meninggalkan aku terkapar telanjang di ranjang.
    Sejak itu setiap ada kesempatan, aku selalu minta di***** sama dia.

  • Video Bokep Eropa diajarin ibu ngentot saat tercyduk

    Video Bokep Eropa diajarin ibu ngentot saat tercyduk


    1770 views

  • Kisah Memek Kenikmatan ketika diperkosa maling

    Kisah Memek Kenikmatan ketika diperkosa maling


    2434 views

    Duniabola99.com – Tiba-tiba sebuah suara keras membangunkan kami di tengah malam. Fatimah istriku memeluk lenganku saking ketakutannya. Suara itu datang dari arah dapur. Sepertinya kaca yang jatuh berantakan. Naluriku mengatakan ada hal yang tak beres ada di dalam rumah ini. Aku bangun dan menyalakan lampu. Istriku berusaha menahan aku. Dengan hati-hati aku bangun dan membuka pintu dan melangkah ke dapur.


    Aku kaget dengan ketakutan yang amat saat muncul sosok asing di bawah jendela dapurku. Nampak di lantai kaca jendela pecah berserakan. Pasti dia ini maling yang hendak mencuri di rumah kami. Sama-sama
    kaget dengan gesitnya pencuri ini berdiri dan melangkah pendek menyambar pisau dapur kami yang tidak jauh dari tempatnya. Orang ini lebih gede dari aku. Dengan rambut dan jambangnya yang nggak bercukur nampak begitu sangar. Dengan pakaiannya yang T. Shirt gelap dan celana jean bolong-bolong dia menyeringai mengancam aku dengan pisau dapur itu.

    Aku memang lelaki yang nggak pernah tahu bagaimana berkelahi. Melihat ulah maling ini langsung nyaliku putus. Dengan gemetar yang sangat aku berlari kembali ke kamar tidurku dan menutup pintunya. Namun kalah cepat dengan maling itu. Aku berusaha keras menekan untuk mengunci sebaliknya maling itu terus mendorong dengan kuatnya. Istriku histeris berteriak-teriak ketakutan,
    “Ada apa Maass.. Toloonngg.. Tolongg..”

    Namun teriakan itu pasti sia-sia. Rumah kami adalah rumah baru di perumahan yang belum banyak penghuninya. Tetangga terdekat kami adalah Pak RT yang jaraknya sekitar 30 rumah kosong, yang belum berpenghuni, dari rumah kami. Sementara di arah yang berbeda adalah bentangan kali dan sawah yang luas berpetak-petak. Sejak pernikahan kami 2 tahun yang lalu, inilah rumah kredit kami yang baru kami tinggali selama 2 bulan ini.

    Upaya tarik dan dorong pintu itu dengan pasti dimenangkan oleh si maling. Aku terdepak jatuh ke lantai dan maling itu dengan leluasa memasuki kamar tidur kami. Dia mengacung-acungkan pisau dapur ke isteriku agar tidak berteriak-teriak sambil mengancam hendak memotong leherku. Istriku seketika ‘klakep’ sepi. Sambil menodongkan pisau ke leherku dengan kasar aku diraihnya dengan menarik bajuku keluar dari kamar. Matanya nampak menyapu ruangan keluarga dan menarikku mendekat ke lemari perabot. Pasti di nyari-nyari benda berharga yang kami simpan.

    Dia menemukan lakban di tumpukkan macam-macam peralatan. Dengan setengah membanting dia mendorong aku agar duduk di lantai. Dia me-lakban tangan dan kakiku kemudian mulutku hingga aku benar-benar bungkem. Dalam keadaan tak berkutik aku ditariknya kembali ke kamar tidurku. Istriku kembali berteriak sambil menangis histeris. Namun itu hanya sesaat.
    Maling ini sungguh berpengalaman dan berdarah dingin. Dia hanya bilang,
    “Diam nyonya cantiikk.. Jangan membuat aku kalap lhoo..” kembali istriku ‘klakep’ dan sepi.
    Nampak maling itu menyapukan pandangannya ke Kamar tidurku. Dia melihati jendela, lemari, tempat tidur, rak kset dan pesawat radio di kamarku. Dia sepertinya berpikir. Semuanya kusaksikan dalam kelumpuhan dan kebisuanku karena lakban yang mengikat kaki tanganku dan membungkam rapat mulutku.

    Tiba-tiba maling itu mendekati Fatimah istriku yang gemetar menggulung tubuhnya di pojok ranjang karena shock dan histeris dengan peristiwa yang sedang terjadi. Dengan lakbannya dia langsung bekap mulutnya dan direbahkannya tubuhnya di ranjang. Aku tak kuasa apa-apa hanya mampu tergolek dan berkedip-kedip di lantai. Aku melihat bagaimana sorot mata ketakutan pada wajah Fatimah istriku itu.

    Ternyata maling itu merentangkan tangan istriku dan mengikatnya terpisah di kanan kiri kisi-kisi ranjang kayu kami. Demikian pula pada kakinya. Dia rentangkan dan ikat pada kaki-kaki ranjang. Dan akhirnya yang terjadi adalah aku yang tergolek lumpuh di lantai sementara Fatimah istriku telentang dan terikat di ranjang pengantin kami.

    Perasaanku sungguh tidak enak. Aku khawatir maling ini berbuat diluar batas. Melihat sosoknya, nampak dia ini orang kasar. Tubuhnya nampak tegar dengan otot-ototnya yang membayang dari T. Shirt dekilnya. Aku taksir tingginya ada sekitar 180 cm. Aku melihati matanya yang melotot sambil menghardik,
    “Diam nyonya cantiikk..” saat melihat istriku yang memang nampak sangat seksi dengan pakaian tidurnya yang serba mini karena udara panas di kamar kami yang sempit ini.
    “Aku mau makan dulu ya sayaang.. Jangan macam-macam”. Dia nyelonong keluar menuju dapur. Dasar maling nggak bermodal. Dia ngancam pakai pisauku, ngikat pakai lakbanku sekarang makan makananku.
    Nampak istriku berontak melepaskan diri dengan sia-sia. Sesekali nampak matanya cemas dan ketakutan Memandang aku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dengan maksud melarangnya bergerak banyak. Hemat tenaga.


    Sesudah makan maling itu gelatakan membukai Berbagai lemari dan laci-laci di rumah. Dia nggak akan dapatkan apa-apa karena memang kami nggak punya apa- apa. Aku bayangkan betapa wajahnya akan kecewa karena kecele. Kudengar suara gerutu. Nampaknya dia marah.
    Dengan menendang pintu dia kembali masuk kamar tidur kami. Membuka lemari pakaian dan mengaduk-adukkannya. Dilempar-lemparkannya isi lemari hingga lantai penuh berserakan. Dia buka kotak perhiasan istriku. Dibuang-buangnya perhiasan imitasi istriku.

    Karena tak mendapatkan apa yang dicari Maling mengalihkan sasaran kekecewaan. Dia pandangi istriku yang telentang dalam ikatan di ranjang. Dia mendekat sambil menghardik,
    “Mana uang, manaa..? Dasar miskin yaa..? Kamu umpetin dimana..?”
    Tangannya yang mengkilat berotot bergerak meraih baju tidur istriku kemudian menariknya dengan keras hingga robek dan putus kancing-kancingnya. Dan yang kemudian nampak terpampang adalah bukit kembar yang begitu indah. Payudara Fatimah yang sangat ranum dan padat yang memang selalu tanpa BH setiap waktu tidur. Nampak sekali wajah maling itu terkesima.

    Kini aku benar-benar sangat takut. Segala Kemungkinan bisa terjadi. Aku saksikan adanya perubahan raut mukanya. Sesudah tidak mendapatkan uang atau benda berharga dia jadi penasaran. Dia merasa berhak mendapat pengganti yang setimpal. Maling itu lebih mendekat lagi ke Fatimah dan dengan terus memandangi buah dadanya yang sangat sensual itu. Pelan-pelan dia duduk ditepian ranjang.
    “Dimana kamu simpan uangmu nyonya cantiikk..?” sambil tangan turun menyentuh tubuh Fatimah yang sama sekali tak bisa menolak karena kaki dan tangannyaterikat lakban itu. Dan tangan itu mulai mengelusi dekat Payudaranya.
    Ampuunn.. Kulihat bagaimana mata Fatimah demikian paniknya. Dia merem memejamkan matanya sambil Memperdengarkan suara dari hidungnya,
    “Hheehh.. Hheehh.. Heehh..”.

    Istriku mengeluarkan air mata dan menangis, menggeleng-geleng kepalanya sambil mengeluarkan dengus dari hidungnya.
    Dan sentuhan maling itu tidak berhenti di tempat. Air mata istriku merangsang dia semakin brutal. Tangan-tangannya dengan tanpa ragu mengelus- elus dan kemudian meremas-remas buah dada Fatimah serta bagian tubuh sensitive lainnya. Hal ini benar-benar membuat darahku menggelegak marah. Aku harus berbuat sesuatu yang bias menghentikan semua ini apapun risikonya. Yang kemudian bisa kulakukan adalah menggerakkan kakiku yang terikat, menekuk dan kemudian menendangkan ke tepian ranjangku. Maling itu terkaget namun sama sekali tidak bergeming.

    “Hey, brengsek. Mau ngapain kamu. Jangan macam-macam. Jangan ganggu istrimu yang sedang menikmati pijitanku,”dia menghardik aku. Dan aku memang langsung putus asa. Aku tak mungkin berbuat apa-apa lagi. Kini hanya batinku yang meratapi kejadian ini.
    Dan yang terjadi berikutnya adalah sesuatu Yang benar-benar mengerikan. Maling itu menarik robek seluruh busana tidur istriku. Dia benar-benar membuat Fatimah telanjang kecuali celana dalamnya. Lantas dia rebah merapatkan tubuhnya disampingnya. Istriku nampak bak rusa rubuh dalam terkaman serigala. Dan kini pemangsanya mendekat untuk mencabik-cabik untuk menikmati tubuhnya.
    Dari matanya mengalir air mata dukanya. Dia tak mampu berpuat apa-apa lagi. Dalam setengah telanjangnya aku kian menyadari betapa cantiknya Fatimah istriku ini. Dia tunjukkan betapa bagian-bagian tubuhnya menampilkan sensualitas yang pasti menyilaukan setiap lelaki yang memandangnya. Rambutnya yang mawut terurai, pertemuan lengan dan bahu melahirkan lembah ketiak yang bias menggoyahkan iman para lelaki.


    Payudaranya yang membusung ranum dengan pentilnya yang merah ungu sebesar ujung jari kelingking sangat menantang. Perut dengan pinggulnya yang.. Uuhh.. Begitu dahsyat mempesona syahwat. Aku sendiri terheran bagaimana aku bisa menyunting dewi secantik ini.
    Dan kini maling brutal itu menenggelamkan mukanya ke dadanya. Dia menciumi dan menyusu Payudaranya seperti bayi. Dia mengenyoti pentil istriku yang nampaknya berusaha berontak dengan menggeliat-geliatkan tubuhnya yang dipastikan sia-sia. Dengan semakin beringas nafsu nyolongnya kini berubah menjadi nafsu binatang yang dipenuhi birahi.

    Dengan gampang dia menjelajahkan moncongnya ke sekujur tubuh Fatimah. Dia merangsek menjilat-jilat dan menciumi ketiak istriku yang sangat sensual itu. Inilah pesta besarnya. Dia mungkin tak pernah membayangkan akan mencicipi nikmat tidur dengan perempuan secantik Fatimah istriku ini.

    Menjarah dengan kenyotan, jilatan dan ciumannya maling ini merangsek ke tepian pinggul Fatimah dan kemudian naik ke perutnya. Dengan berdengus-dengus dan nafasnya yang memburu dia menjilati puser Fatimah sambil tangannya gerayangan ke segala arah meremas dan nampak terkadang sedikit mencakar menyalurkan gelegak nafsu birahinya.

    Perlawanan istriku sudah sangat melemah. Yang terdengar hanyalah gumam dengus mulut tersumpal sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai ungkapan penolakannya. Mungkin ketakutan serta kelelahannya membuat stamina-nya ‘down’ dan lumpuh. Sementara sang maling terus melumati perut dan menjilat- jilat bagian-bagian sensual tubuhnya.

    Kebringasan serta kebrutalan hasrat syahwat maling ini semakin meroket ke puncak. Jelas akan memperkosa istriku di depan aku suaminya. Dia bangun dari ranjang dan dengan cepat melepasi T. Shirt serta celana dekilnya. Dia menelanjangi dirinya. Aku terkesima. Maling itu memiliki postur tubuh yang sangat atletis dan menawan menurut ukuran tampilan tubuh lelaki. Dengan warna kulitnya yang coklat kehitaman berkilat karena keringatnya nampak dadanya, otot lengannya perutnya begitu kencang seperti pelaku binaraga. Tungkai kakinya, paha dan betisnya sungguh serasi banget.

    Yang membuat aku terperangah adalah kemaluannya. kont*l maling itu begitu mempesona. Muncul dari rimbun jembutnya kont*l itu tegak ngaceng dengan bonggol kepalanya yang juga berkilatan karena kerasnya tekanan darah syahwatnya yang mendesakinya. Besar dan panjangnya di atas rata-rata kemaluan orang Asia dan nampak sangat serasi dalam warna hitaman pada awalnya kemudian sedikit belang kecoklatan pada leher dan ujungnya. Lubang kencingnya muncul dari belahan bonggol yang mekar menantang.
    Kesan kekumuhan awal yang kutemui dari rambut dan jambang yang tak bercukur serta pakaiannya yang dekil langsung musnah begitu lelaki maling ini bertelanjang. Dia nampak sangat jantan macam jagoan.

    Dalam ketakutan dan panik istriku Fatimah melihat saat maling itu bangun dan dengan cepat melepasi pakaiannya. Begitu lelaki maling itu benar-benar telanjang aku melihat perubahan pada wajah dan mata istriku. Wajah dan pandangannya nampak terpana. Yang belumnya layu dan kuyu kini beringas dengan mata yang membelalak. Mungkin karena ketakutannya yang semakin jadi atau karena adanya ’surprise’ yang tampil dari sosok lelaki telanjang yang kini ada bersamanya diranjangnya. Anehnya pandangannya itu tak dilepaskannya hingga ekor matanya mengikuti kemanapun lelaki maling itu bergerak.


    Walaupun aku tak berani menyimpulkan secara pasti, menurut pendapatku wajah macam itu adalah wajah yang diterpa hasrat birahi. Adakah birahi Fatimah bangkit dan berhasrat pada lelaki maling yang dengan brutal telah mengikat dan menelanjangi tubuhnya di depan suaminya itu. Ataukah ’surprise’ yang disuguhkan lelaki itu telah membalik 180 derajat dari takut, marah dan benci menjadi dorongan syahwat yang dahsyat yang melanda seluruh sanubarinya? Ahh.. Aku dirasuki cemburu buta. Aku sering mendengar perempuan yang jatuh cinta dengan penculiknya.

    Lelaki maling turun dari ranjang dan merangkak di depan arah kaki Fatimah yang terikat. Dia meraih kaki Fatimah yang terikat dan mulai dengan menjilatinya. Lidahnya menyapu ujung-ujung jari kaki istriku kemudian mengulumnya.
    Aku menyaksikan kaki Fatimah yang seakan disengat listrik ribuan watt. Kaget meronta dan meregang- regang. Aku tidak pasti. Apakah itu gerak kaki untuk berontak atau menahan kegelian syahwati. Sementara lelaki maling itu terus menyerang dengan jilatan-jilatannya di telapaknya. Demikian dia melakukan pada kedua tungkai kaki istriku untuk mengawali lumatan dan jialatan selanjutnya menuju puncak nikmat syahwatnya.

    Dengan caranya maling itu memang sengaja Menjatuhkan martabatku sebagai suami Fatimah.
    “Mas, istrimu enak banget loh. Boleh aku ent*t ya? Boleh.. Ha ha. Aku ent*t istrimu yaa..”
    Dan aku disini yang tergolek macam batang pisang tak berdaya hanya mampu menerawang dan menelan ludah.
    Namun ada yang mulai merambati dan merasuk ke dalam sanubariku. Aku ingin tahu, macam apa wajah Fatimah saat kont*l maling itu nanti menembusi kemaluannya. Dan keinginan tahuku itu ternyata mulai merangsang syahwat birahiku. Dalam tergolek sambil mata tak lepas memandangi ulah lelaki maling telanjang yang melata bak kadal komodo di atas tubuh pasrah istriku yang jelita kont*lku jadi menegang. Aku ngaceng.

    Kusaksikan betapa maling itu merangsek ke Selangkangan istriku. Dia menciumi dan menyedoti paha Fatimah serta meninggalkan merah cupang di setiap rambahannya. Namun yang membuat jantungku berdegup kencang adalah geliat-geliat tubuh istriku yang terikat serta desah dari mulutnya yang terbungkam. Aku sama sekali tidak melihatnya sebagai perlawanan seorang yang sedang disakiti dan dirampas kehormatannya. Istriku nampak begitu hanyut menikmati ulah maling itu.
    Aku memastikan bahwa Fatimah telah tenggelam dalam hasrat seksualnya. Dia menggeliat-geliat dan menggoyang-goyangkan tubuhnya teristimewa pinggul serta pantatnya. Fatimah dilanda kegatalan birahi yang sangat dahsyat dan kini nuraninya terus menjemput dan merindui kenyotan bibir si maling itu. Dalam pada itu aku berusaha tetap berpikir positip. Bahwa sangat berat menolak godaan syahwat sebagaimana yang sedang dialaminya. Secara pelan dan pasti kont*lku sendiri semakin keras dan tegak menyaksikan yangharus aku saksikan itu.

    Dan klimaks dari pergulatan ‘perkosaan’ itu terjadi. Lelaki maling itu menenggelamkan bibirnya ke Bibir vagina Fatimah. Dia menyedot dan mengenyoti itil istriku dan meneruakkan lidahnya menembusi gerbang kemaluannya. Tak terelakkan..
    Dalam kucuran keringat yang terperas dari tubuhnya Fatimah menjerit dalam gumam desahnya. Pantatnya semakin diangkatnya tinggi-tinggi. Dia nampak hendak meraih orgasmenya. Bukan main. Biasanya sangat sulit bagi Fatimah menemukan orgasme. Kali ini belum juga maling itu melakukan penetrasi dia telah dekat pada puncak kepuasan syahwatnya. Ah.. Lihat ituu.. Benar.. Fatimah meraih orgasmenya.. Nittaa..

    Dia mengangkat tinggi pantatnya dan tetap Diangkatnya hingga beberapa saat sambil terkejat-kejat. Nampak walaupun tangannya terikat jari-jarinya mengepal seakan hendak meremas sesuatu. Dan kaki-kakinya yang meregang mengungkapkan betapa nikmat syahwat sedang melandanya. Itulah yang bisa ditampilkan olehnya dikarenakan tangan serta kakinya masih terikat ke ranjang.
    Dan sang maling tanggap. Sebelum keburu Fatimah Kelelahan dia naik menindih tubuh istriku dan menuntun kont*lnya ke lubang vaginanya. Beberapa kali dia mengocok kecil sebelum akhirnya kemaluan yang lumayan gede dan panjangnya itu tembus dan amblas ditelan mem*k istriku.


    Maling itu langsung mengayun-ayunkan kont*lnya ke lubang nikmat yang sepertinya disemangati oleh istriku dengan menggoyang dan mengangkat-angkat pantat dan pinggulnya agar kont*l itu bisa menyentuhi gerbang rahimnya.
    Aku sendiri demikian terbakar birahi Menyaksikan peristiwa itu. Khususnya bagaimana wajah istriku dengan rambutnya yang berkeringat mawut jatugh ke dahi dan alisnya. kont*lku sangat tertahan oleh celana sempitku. Aku tak mampu melakukan apa-apa untuk Melepaskan dorongan syahwatku.

    Genjotan maling itu semakin cepat dan sering. Aku pastikan bahwa maling itu sedang dirambati nikmat birahinya. kont*lnya yang semakin tegar kaku nampak licin berkilat karena cairan birahi yang melumurinya nampak seperti piston diesel keluar masuk menembusi mem*k istriku. Aku bayangkan betapa nikmat melanda istriku. Dengan kondisinya yang tetap terikat di ranjang, pantatnya nampak naik turun atau mengegos menimpali pompan kont*l lelaki maling itu.

    Sebentar lagi spermanya akan muncrat mengisi rongga kemaluan istriku. Dan nampaknya istrikupun akan mendapatkan orgasmenya kembali. Orgasme beruntun. Bukan main. Selama menikah aku bisa hitung berapa kali dia berkejat-kejat menjemput orgasmenya. Namun bersama maling ini tidak sampai 1 jam dia hendak menjemput orgasmenya yang ke dua.

    Saat-saat puncak orgasme serta ejakulasinya semakin dekat, lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Fatimah dan tangannya meraih kemudian melepas lakban di mulut istriku. Namun dia tak memberinya kesempatan untuk teriak. Mulutnya langsung menyumpal mulut istriku. Aku saksikan mereka saling berpagut. Dan itu bukan pagutan paksa. Istriku nampak menimpali lumatan bibir maling itu. Mereka tenggelam dalam nikmatnya pagutan. Dan ahh.. ahh.. aahh..

    Maling itu melepas cepat pagutannya dan sedikit bangkit. Dia menyambar pisau dapur yang masih ada di dekatnya. Dengan masing-masing sekali sabetan kedua ikatan tangan Fatimah terbebas. Dan pisau itu langsung dilemparkannya ke lantai. Tangan maling itu cepat memeluki tubuh istriku serta bibirnya memagutinya. Dan tanpa ayal dan ragu begitu terbebas tangan istriku langsung memeluki tubuh lelaki maling ini. Kini aku menyaksikan persetubuhan yang nyaris sempurna. Lelaki maling bersama Fatimah istriku langsung tenggelam mendekati puncak syahwatnya.
    Hingga…
    “Aarrcchh.. Cantikk.. Aku keluaarr..
    Hhoohh.. Ampun
    enaknyaa..”

    Istriku juga mendesis hebat, tak ada omongan namun jelas, dia kembali meraih orgasmenya. Dengan tangannya yang bebas dia bisa melampiaskan gelegak birahinya. Tangannya mencakar punggung maling itu dan menancapkan kukunya. Nampak bilur sejajar memanjang di kanan kiri punggungnya merembes kemerahan. Punggung maling itu sempat terluka dan berdarah.

    Masih beberapa saat mereka dalam satu pelukan sebelum pada akhirnya lelaki maling itu bangkit dan menarik kont*lnya dari kemaluan istriku. Aku langsung menyaksikan spermanya yang kental melimpah tumpah dan meleleh dari lubang vagina Fatimah. Sesaat mata maling itu melihati tubuh istriku yang nampak lunglai. Dia lantas bergerak efektif.


    Maling itu turun dari ranjang, memakai celana dan T.Shirt-nya. Dia mencopot selembar sarung bantal. Dia mengeluarkan dari kantongnya HP-ku dan HP istriku, jam tangan, perhiasan dan segepok uang simpananku, mungkin hanya sekitar 500-an ribu rupiah. Dia masukkan hasil curiannya ke sarung bantal itu. Tak sampai 2 menit sejak turun ranjang dia langsung keluar dan kabur meninggalkan aku yang masih terikat tak berdaya di lantai dan Fatimah yang telanjang sesudah diperkosanya. Dia telah mencuri barang-barangku dan menikmati tubuh dan kemaluan istriku.

    Fatimah nampak bengong sambil melihati aku,
    “Maaf, maass.. Aku harus memuaskan nafsu syahwatnya agar dia tidak menyakiti Mas..” Fatimah sudah siap dengan alibinya. Aku hanya diam. Nikmat seksual memang bisa mengubah banyak hal.
    Hingga kini, sesudah 8 tahun menikah hingga mempunyai 2 anak aib itu tak pernah diketahui orang. Kami sepakat menyimpannya dalam-dalam.

    Sesekali kulihat istriku bengong. Aku memakluminya. Setidaknya memang postur tubuhku serta kaliber kemaluanku tak mungkin mengimbangi milik lelaki maling itu.

  • Video Bokep Asia yui kyouno ngentot memek sangat becek

    Video Bokep Asia yui kyouno ngentot memek sangat becek


    1862 views

  • Video Bokep Eropa tanya saya apapun bersama India Summer

    Video Bokep Eropa tanya saya apapun bersama India Summer


    1632 views

  • Kisah Memek GADIS BISPAK MASIH PERAWAN

    Kisah Memek GADIS BISPAK MASIH PERAWAN


    2145 views

    Duniabola99.com – Malam minggu malam yg ditunggu tunggu para remaja untuk berwakuncar…banyak remaja yg membawa pacarnya ke mall ,bukan untuk membelikan sang pacar barang mewah tapi hanya sekedar meneraktir pacar ke bioskoop atau makan di kedai makan yg jumlahnya cukup banyak di setiap mall…tapi bagaimana klo lagi jomblo seperti gw saat ini…? no problem…malam ini walaupun gw sendirian pasti gw pulang ama cewek ,paling enggak sama bispak….hehehee…tapi nasib memang lagi mujur..


    Saat gw menunggu empek empek yg baru gw pesen tiba tiba datang dua orang gadis remaja 17 /18 tahunan duduk di dekat meja gw…sambil cekikikan…mereka melirik ke arah gw….wah bispak neh pikir gw….yg satu berambut panjang, susunya gede banget….yg satu berambut pendek sebahu, susunya sedang sedang aja…tapi dua duanya berkulit kuning bening…dan berwajah manis…setelah berkenalan yg berambut panjang namanya yuni dan yg berambut pendek nita…mereka blom punya pacar( gleg gleg….perawankah …gleg )
    Setelah makan bersama gw ajakin mereka untuk nonton film di salah satu bioskop yg ada di mall itu…dan mereka mau aja asal di bayarin….

    Didalam bioskop gw duduk di tengah nita di sebelah kanan dan yuni di sebelah kiri…baru lima menit film nya di putar tangan gw mulai bergerak …jatuh di bahu mereka trus turun kebawah ,pertama tangan yg kanan meremas susu nita yg ngak terlalu besar tapi sangat kenyal…wow…nita ngak marah malah diem aja menikmati remasan gw…trus tangan kiri gw juga ngak mau kalah meremas susunya sih yuni yg besar itu….kenyal,besar..wow … yunipun ngak marah malah kayaknya ketagihan untuk diremas lebih lanjut…. akhirnya gw ngak tahan lagi gw bilang sama mereka kita keluar aja yuk…film nya ngak rame ini…. kata gw lagi dan merekapun setuju….sampai di mobil mereka bilang nita ngak bisa ikut mau pulang aja…. karena sakit perut lagi mens seh…katanya …lalu gw anterin kerumah sih nita…tinggal sih yuni neh…

    Gw bawah ke hotel salak..di bogor…chek in….trus masuk kamar….sambil minum bier yuni menari nari depan gw…gw biarin dia minum dua botol heineken bier…trus dia mulai membuka bajunya wow…dua buah gunung mencuat kedepan di bungkus bHnya yg tipis…gw samperin dia gw remes remes lagi susunya yg mengkal itu dengan lincahnya gw buka tali bhnya …susunya yg besarpun terpampang bebas di depan mata gw …puting yg ke merahan itu gw masukin kemulut gw….dengan lidah gw gw isepin…sampai dia membesar dan mengeras…hhhsst…geli….hsst cuman itu yg keluar dari mulut yuni….trus gw prosotin roknya….cdnya …sekarang yuni terlanjang bugil…..bulu jembutnya blom begitu banyak…yg membuat kontol gw ngaceng….


    Belom sempet gw rabah buljemnya yuni sudah berjongkok didepan gw memberikan blowjob…wow….kontol gw di pegangnya sambil lidahnya bermain di kepala kontol gw….wow…sadapppppppnya…..kelur masuk mulut yuni yg hangat diputerin lidahnya di kepala kontol gw di masukin lagi kedalam mulutnya….biji peler gw sekali sekali di ciumin..wow komplit banget..akhirnya gw ngecrot di mulutnya….sperma putih membasahi mulut yuni yg mungil itu….trus gw suruh dia rebahan di kasur….sekarang giliran gw beraksi…gw buka celahan bibir memeknya yg masih berwarna pink yg sudah mulai mengkilat oleh cairan birahinya….gw masukin lidah gw…gw cari itunya dengan lidah gw…gw jilatin itilnya sampai dia menjerit menahan orgasme…sambil tangannya meremas rambut gw….trus gw amabil posisi…gw naik ke atas ranjang …gw buka pahanya lebar lebar….gw bawah kontol gw kecelahan memeknya …gw gesek gesekin di celah celah memeknya itu…

    Husssst…hhhssst…aaghhh…rintihan nya mulai terdengar..gw terusin sampai memeknya menjadi banjir cairan pelumas yg hangat dan bening itu….baru gw tekang ke arah lobang nya yg masih kecil itu …tapi baru sampai kepalanya saja yg masuk yuni mulai menjerit aauggh… pelan pelan ….kamu yg pertama..wah…masih perawan neh…ngak di sangka gw dpt perawan lagi….pelan pelan gw tarik kontol gw trus gw dorong lagi sampai permukaan lobangnya….akhirnya yuni bisa lagi menikmati permainan gw…dan lobangnya semakin becek dan licin…. sampai akhirnya gw ngak tahan …gw dorong semua kontol gw kedalam memek perawan yuni yg sempit itu…yuni menjerit..auughh sakit….sambil mencubit tangan


    Gw….augh….augh…dan darah perawan yuni membasahi kontol gw….gw tarik pelahan lahan keluarlah beberapa tetes darah dari memeknya membasahi sprei rajang hotel salak…pelahan tapi pasti gw mulai mengoyangkan kontol gw…dorng masuk tarik lagi mulanya pelahan lalu semakin lama semakin cepat sampai yuni ngak merasa sakit lagi…dan memeknya semakin licin gw dorong dengan cepat kedalam keluar kedalam keluar….erangan sakit yuni berubah menjadi erangan nikmat…hhsst….trus…. yg dalem….trus…..hhssstt….gw berubah posisi menjadi seperti org berpush up…sehingga kontol gw bisa masuk kedalam semuanya…urat urat di sekitar kontol gw membuat yuni menjadi tambah nikmat…..uugh hhsst…aagh….

    Jeritnya…yaaay yyaaa….yuni sudah mencapai puncak kenikmatannya di susul sama gw….dua macam cairan hangat bersatu di dlam satu lobang….woow..nikmatnya……gw cabut kontol gw…bersamaan dengan keluarnya kontol gw keluar juga cairan hangat bercampur darah perawan dan sperma gw..dari memeknya…. hhmm ternyata dugaan gw salah dia bukan cewek bispak ,cuman cewek yg lagi jomblo kayak gw….yg sama sama butuh….ke esokan harinya…. gw bawah dia kerumah nita…sejak saat itu yuni dan nita menjadi temen seks gw ….kadang kadang kita main trio…..nita sampai saat ini blom gw perawanin….tunggu sampai memek yuni ngk sempit lagi baru nita gw perawanin…. saat ini cukup dengan lidah saja….ehhehheh….

  • Kisah Memek KEINGINAN NGESEKS DENGAN PEMUDA

    Kisah Memek KEINGINAN NGESEKS DENGAN PEMUDA


    2452 views

    Duniabola99.com – Panggil saja namaku Dewi, umurku 25 tahun, tapi aku sudah mempunyai satu orang anak laki-laki umur 5 tahun. Suamiku namanya Toni, bekerja disebuah perusahaan elektronik sebagi salaes manager. Kalau dibilang kehidupanku sangatlah lebih dari cukup. Soal diranjang, suamiku memanglah sangat bisa memuaskan aku, aku jadi terbuai setiapkali dia memperlakukan aku saat kami ngent*t. Tapi memang dasarnya aku yang hyper sex, aku selalu tergila-gila akan hal yang berbau sex, dari hal-hal yang kecil hingga kebiasaanku yang yaaahh… boleh dibilang agak sedikit eksibis, aku sangat terangsang sekali apabila ada seorang laki-laki yang memperhatikan tubuhkan yang sexy. Dadaku ukuran 36A, pinggangku yang sintal, pantatku yang padat berisi, kulitku yang putih bersih dan mulus membuat orang2 disekitarku sangat tergila-gila bila mereka berlalu didekatku.

    Aku tinggal disebuah perumahan yang sederhana. Suamiku tidaklah orang yang suka meninggalkan istrinya berlama-lama dirumah. Suamiku pergi pagi, pulang sore, terkadang agak malam tapi jarang sekali ia meninggalkan aku berhari-hari karena urusan dinas keluar kota. Tapi aku yang sejak dari SMP yang sudah tergila-gila akan sex ini gak pernah puas akan permainan yang dibuat suamiku. Kalau diingat pernah sewaktu SMP, tanpa sengaja dikelasku dudukku agak sedikit terbuka, yaah… namanya juga anak SMP, masih sembarangan dalam sopan santun.


    Tapi hal in yang membuat aku pertama kali merasakan ada yang aneh pada diriku, aku merasa puas saat pak rudi, guru Fisikaku melihat kearah memiawku.. saat itu celanaku terasa basah, putingku mengeras… aku biarkan hal tersebut terjadi hingga pelajaran selesai. Saat itu aku belum tahu apa namanya eksibis. Sepulang sekolah aku lihat pada bagian memiawku terdapat cairan yang agak kental keluar, aku mencapai orgasme pertamaku.. tapi tidak melakukan sex… aku puas. Hal itu aku ulang kembali saat keesokan harinya aku pergi sekolah… aku yang tidur sendirian dikamar selepas mandi hendak pergi kesekolah.. aku lepaskan handuk yang melilit itubuhku. Jelas sekali aku telanjang bulat, aku sengaja membuka gorden jendela kamarku sehingga yang lewat pastilah melihat jelas apa yang aku lakukan dari dalam, aku biarkan teman2 tetanggaku melihat saat mereka berlalu lalang hendak pergi sekolah, aku berjoget ria didepan cermin tanpa mempedulikan siapa saja yang melihat dari luar sana… aku hanya membayangkan seseorang yang dengan sengaja mengintip dari balik jendela kamarku sambil mengocok tongkolnya sampai mereka puas…. Aku puas. Hal tersebut barulah aku ketahui dari seorang teman tetangga perempuanku yang sama sekolah denganku bilang padaku. ‘’Kurang ajar si andri… gak tau kamu wi kalo kamu tadi pagi diintipin sama dia… ya ampun sambil keluarin tongkolnya lagi… aku malu… kamu sih tukar baju gak tutup..’’ aku hanya geli mendengarnya.

    Pernah sekali waktu saat aku pergi berenang, aku berfikir kenapa aku gak berbuat hal yang sedikit eksrim ya… biasanya aku yang berpakaian lengkap pakai kaos ketat untuk berenang dan celana pendek, kali ini aku tidak memakai pakaian dalam, alias aku tidak memakai bra dan celana dalam. Saat keluar dari kamar ganti hal tersebut masih biasa saja bagi mereka melihatnya, tapi ini bedaa… saat aku mulai membasuhi tubuhku dengan air di pancoran kolam berenang. Putting susuku terlihat dengan jelas sekali, belahan memiawku tercetak dengan jelas disana.. orang sekitarku pada melihat kelakuanku.. aku cuek aja. Aku lalu melanjutkan kedalam kolam berenang… hal ini aku ulangi didalam air…diam2 aku melepaskan celanaku, otomatis apabila ada yang menyelam didalam air akan melihat jelas memiawku, benar saja ada 2 orang laki2 saat itu menyelam disekitarku..mereka melihat dengan jelas apa yang aku lakukan, malah aku dengan sengaja melebarkan pahaku… tapi tidak lama, aku langsung menghindar, aku gak mau dianggap terlalu gampangan.. dipojokan aku mulai masturbasi, berkhayal seolah ada seorang laki2 yang nekad mengajakku ngent*t didalam kolam, entah berapa kali aku muncrat didalam air, aku puas.

    Kini, aku telah berkeluarga, tapi itu tidak berarti aku menghilangkan kebiasaan atau kesukaanku. Didepan rumahku terdapat kos-kosan anak laki-laki. Tiap pagi aku sengaja melakukan hal yang paling aku suka, sudah barang tentu hal tersebut aku lakukan setelah suamiku pergi ke kantonya. Kalau tiap pagi aku selalu memakai daster yang sangat tipis dan pendek, yang biasa aku pakai kalau aku ingin merayu suamiku kalau aku pengen ngent*t dengannya. Aku selalu membersihkan teras rumah ataupun menyapu halaman. Dengan gaya seperti orang yang tanpa sengaja, aku selalu membungkukkan menghadap belakang tubuhku kearah rumah kos-kosan tersebut, aku sudah barang tentu mendengar sedikit suara gaduh dari dalam, ada yang cengengesan, ada yang bersiul…saat itulah aku sangat terangsang. memiawku selalu basah, aku selalu mempermainkan mereka seakan-akan aku tidak tahu kalau mereka ada didepan rumahku…

    Aku masih ingat hal yang paling nekad aku lakukan dulu, saat itu hamil 4 bulan, aku merasa sangat terangsang saat itu, tapi aku lagi gak mood untuk ngent*t dengan suamiku, aku harus melampiaskan sifat eksibisku ini lebih gila lagi. Aku punya ide… saat itu aku pengen memeriksakan kehamilan ku kepada dokter kandungan… aku minta izin dengan suamiku kalau hai ini aku ingin memeriksakan kandunganku, suamiku memberi izin. Tapi aku malah mencari dokter kandungan yang laki-laki bukan perempuan. Setelah aku dipanggil ke ruangan.. aku diperiksa, namanya dokter Reza, orangnya ganteng, masih muda, tapi sepertinya dia sudah punya istri… ‘’Kandungan ibu sehat, gak ada yang perlu ditakutkan’’… disinilah aku punya ide. ‘’tapi dokter..maaf nih saya punya keluhan’’ kataku. ‘’Sepertinya dikelamin saya ini ada sedikit benjolan..’’ kataku, dokter itu mendengar..’’Bisa dokter perisa?’’ kataku seperti orang yang mempunyai keluhan yang sangat dikhawatirkan. Dokter itu sepertinya agak ragu, ‘’Hmmm… baiklah, tapi maaf sebelumnya..’’. Aku lalu disuruh untuk berbaring. Oh..ya.. sebelum bepergian aku sengaja untuk memakai celana khusus ibu hamil, hal itu aku lakukan agar aku bisa membuka semuanya bagian bawahku, sehingga dokter bisa melihat dengan jelas. Lalu dokter itu memeriksa bagian memiawku. Aku melihat gerakan tenggorokannya naik turun menahan rangsangannya.

    Tangannya mulai bermain di memiawku, aku merasakan sensasi yang luar biasa, mungkin dokter reza tau kalau saat tangannya menyentuh memiawku, memiawku sedikit bergerak dan pinggangku agak naik turun. Aku tau dia mulai terangsangsang, kulihat dibalik celananya mulai padat, sepertinya tongkolnya mulai menegang, tangannya terus…yah seperti orang memeriksa dan tidak, mengelus memiawku… sedikit mulai sedikit cairan orgasmeku mulai keluar… dan ya ampuuunn… mungkin aku agak sedikit malu karena aku mengeluarkan sedikit lenguhan… aaaahh… aku cepat tersadar.. ‘’Gimana dok?’’ saat kutanya dokter itu gugup, mukanya merah padam. Aku puas saat melihat dokter itu gugup. ‘’Sepertinya hal biasa, karena perut ibu mulai membesar makanya kelamin ibu seperti terlihat agak benjolan, semuanya besih kok..’’ aku menangkap ada sesuatu yang menggoda dengan kata-katanya.


    Beberapa waktu lalu aku pernah melakukan lagi hal yang menurut aku paling aku sukai. Yaitu menjemur pakaian, yaah… menjemur pakaian ini aku lakukan di belakang rumahku. Tentu tidak ada orang yang lalu lalang dibelakangnya, karena tembok belakang tembok rumahku agak tinggi, tapi hal ini tidak menyurutkan keinginan aku untuk melaksanakan hal sexsualku, hal ini aku lakukan untuk menggoda tetangga baruku yang baru beberapa waktu lalu menikah. Rumahnya bertingkat, sudah barang tentu saat dia melongok dari jendela rumah tingkatnya pasti akan melihat aku hanya mengenakan celana dalam saja. Aku tahu istrinya pasti tidak ada dirumah, istrinya juga bekerja sedangkan dia bekerja dengan sistem 10/5, artinya 10 hari kerja 5 hari libur. Saat jadwal dia libur itulah aku selalu menggodanya, aku sangat jelas kalau tetanggaku ini sedang mengintipku dari balik jendelanya. Karena aku melihat ada sedikit bayangan dari gordennya. Aksi ini aku buat lebih tambah nekad lagi, aku telanjang bulat… aku masturbasi sambil berdiri.. aku kocokkan memiawku, sedangkan tangan yang satu lagi memeras susuku. Aku puas diperhatikan seperti itu… aku klimaks… aku muncrat.

    Pernah sekali waktu aku bertandang kerumah tetanggaku ini… yah sekedar mengobrol antar wanitalah…sambil mengantar makanan waktu itu. Sesampainya didepan pintunya… aku ketok, tak ada jawaban.. Cuma aku mendengar suara gaduh dari dalam rumahnya… plak..plak..plak… ooohhh.. aaacchhh.. gila!! Mereka lagi ngent*t… aku sedikit agak mengintip kejendela rumahnya…mereka lagi ngent*t diruang tamu… televisi dibiarkan hidup, aku lihat film porno, sepertinya mereka lagi mempraktekkan adegan yang ada di film itu. Aku lihat tetanggaku ini lagi menyodok istrinya dari belakang, sedangkan istrinya menungging di sofa mereka. Ya ampunnnn…. tongkol suaminya terlihat jelas olehnya… besar, gemuk, panjang… dan ooohh…. Sepertinya aku ingin saja langsung masuk kedalamnya dan bergabung… tapi ini tidak mungkin terjadi. Dan sekarang, istri tetanggaku ini berada diatas bersama suaminya yang sedang duduk, yah mereka melakukan WOT (Women On Top)… Oooocchhh… kali ini tanpa sadar tanganku mulai mengocok memiawku sendiri… aku lihat penekanan memiaw itu pada batang tongkol suaminya sangat jelas… kepalanya menggelinjang ke atas dan kebawah… suaranya sangat menikmati apa yang dilakukan suaminya.
    Karena tidak tahan, aku buru2 untuk pulang, aku masturbasi dirumah sendirian, membayangkan seandainya tetanggaku itu lagi ngent*t denganku.

    Sepertinya hal tersebut memang terjadi, selang beberapa hari kemudian, tetanggaku itu ditinggalkan istrinya siang untuk bekerja, sedangkan aku sendiri ditinggalkan suamiku juga siang bekerja. Klop sudah..hehehe… pintuku di ketok… aku lihat dari dalam… dari balik keca jendela rebenku…. Anto.. ya ampun.. aku sekarang lagi bugil, aku tak mau dong buka pintu langsung bugil, kesannya pasti dengan sengaja mengundang, aku langsung mengambil handuk… ya handuk yang pendek tentunya yang kalau diangkat sedikit saja sudah barang tentu terlihat memiawku… ‘’Ada apa anto’’ kataku, aku lihat matanya melirik kearah bawahku, tapi dia segera tersadar… ‘’anu mbak… mau pinjam martil, pintu rumahku rusak..’’ ‘’oo..tunggu sebentar ya’’ aku tau kalau matanya melirik kearah pantatku saat aku berpaling darinya. Aku mengambil martil yang ada dibawah laci meja kerja suamiku, sudah barang tentu harus membungkuk… aku pastikan semua yang ada dibelakangku ini terlihat jelas oleh anto, yaahh… memiawku.. aku berpaling seketika, anto gugup… aku tertawa geli dalam hati… aku kasih martil yang dipintanya, tapi tangannya tak seirama dengan matanya yang tetap menatap kearah dadaku.

    Pucuk dicinta ulam tiba… saat anto mengembalikan martil….’’kamu bisa juga memperbaiki rumah?’’ tanya ku. ‘’Yah… begitulah mbak… dulu bapakku tukang… yah sedikit banyaknya anaknya sudah barang tentu bisa, kenapa mbak? Ada yang perlu di perbaiki?’’… tanyanya… wuih.. ini kesempatanku mengerjai dia. ‘’Iya nih… pintu kamar mandi yang ada di kamar kami agak berbunyi… gak tau tuh kenapa’’… kataku, tapi emang bener, pintu kamar mandi yang ada di kamar pribadi kami itu lagi rusak. ‘’ya sudah biar aku perbaiki..’’ katanya sambil aku mempersilakan dia untuk masuk ke kamarku, tapi tetap aku memakai handuk kecil yang ku kenakan tadi. Saat dia memperhatikan pintunya aku bilang…’’oh ya tak apa khan aku membereskan tempat tidurku… berantakan… malu aku..’’… ‘’gak apa2 mbak silahkan..’’. sebenarnya hal ini aku sengaja untuk menggoda dia. Aku bereskan spray tempat tidurku… sudah barang tentu agak membungkuk, dan memperlihatkan memiawku dari belakang… pastilah tongkolnya tegang… aku terus saja melanjutkan kerjaan mengganti spray tempat tidurku.. suara ketokan martilnya seperti tidak berirama lagi… aku menaaanggg….


    Dalam hatiku.. selang beberapa lama suara ketokan itu tida terdengar… saat kutoleh kebelakang??? Yaaa ampun… anto sudah bertelanjang bulat… gila…tidak salah lagi kalau istrinya Arini terpekik saat tongkol suaminya masuk kedalam memiawnya. Kalau aku ukur panjangnya hampir sejengkalku, besarnya setengah pergelangan tanganku dan berurat. Sesaat aku terkesima dan menelan air ludah, tapi aku langsung tersadar, apakah dia akan memperkosaku? Antara tidak dan ya… antara mau dan menolak batinku ini, kalau aku menolak…memiawku sudah terlanjur basah…kalau aku jujur padanya, pastinya aku dianggap wanita yang tidak2. Aku berpura-pura menolak…’’

    Antoooo!!…jangan….’’ tak sempat suaraku menyambung kata-kata, anto langsung saja memelukku dari belakang, menunggingkanku, memegang erat tanganku dari belakang… dan Ooooccchhh… aku rasakan sensasi yan luar biasa tanpa kata dari anto, lidahnya langsung bermain di memiawu dari belakang…’’Jangan anto…aku..Ooocchh…bukan….Aaacchh….istrimu…..AAAAAccccchhh…’’ Anto seakan mengerti keinginanku kalau sebenarnya aku tidak menolak, dijilatnya, sedikit menggigit daging memiawku…menariknya… menghisapkan dalam2…menjulurkan lidahnya sangat dalam kedalam memiawku…. Oh..sialan aku langsung terangsang….suamiku belum pernah sekalipun melakukan hal seperti ini padaku karena aku tidak pernah memintanya, tapi ini?? Laki2 yang bukan suamiku berani untuk melakukan foreplay di memiawku, jilatannya sangat lembut..terkadang agak nakal dengan sedikit menggigit… dan Accchh…aku mendesah… dan oohhh my god… memiawku berdenyut.. aku orgasme… apa yang harus aku lakukan? Aku malu kalau anto tau… sudah barang tentu anto tau hal ini kalau aku menyukainya.

    Tidak salah lagi…hal itu terjadi… entah mengapa saat pegangannya terlepas aku membiarkan saja diriku menungging dihadapannya.. dan bleessss…tongkol besar itu sedikit demi sedikit masuk kedalam memiawku, aku sedikit memiawik dibuatnya.. ya ampun.. sangat penuh mengisi memiawku, padat dan panjang, tidak seperti punya suamiku yang hanya besar saja tapi tak bisa mencapai kedalam titik ogasmeku… tapi ini seperti hampir tidak muat, pantas saja arini selalu berteriak saat mereka ngent*t.

    Plak…plak..plak…kcpak..kcpak…seperti berjalan diatas jalan yang berlumpur… memiawku mulai becek…anto terus saja memaju mundurkan pantatnya seakan aku ini adalah istrinya… aku…ya tuhan..kenapa aku??? Aku sangat menikmatinya… aku tak bisa bohong… sedikit demi sedikit aku mengikuti permainannya…pantatku mulai aku maju mundurkan juga..pertanda kalau aku ini setuju diperlakukan seperti ini … seperti adegan dalam film porno..hal ini aku lihat dari cermin lemariku… wwwoooww…. Sangat indah gerakan anto saat memiawku di ent*tnya.
    Sekarang aku yang tidak tahan lagi, aku tolak anto sehingga dia jatuh tertidur diatas tempat tidurku, aku arahkan tongkolnya kedalam memiawku… tapi aku tak mau buru2…aku mau merasakan setiap jengkal yang ada di tongkolnya, aku lambat2 memasukkannya, aku ingin menikmatinya… dan aku melenguh dengan kerasnya seakan aku ini ngent*t ditengah hutan rimba yang tiada berpenghuni…. Ooooccccccchhhh…..ssssssssss….. dengan sedikit demi sedikit gerakan tubuhku naik turun…semakin kencang..semakin nikmat… anto tidak mau tinggal diam dia langsung menaik turunkan pinggulnya kearah memiawku sehingga menimbulkan suara sensasi yang luar biasa…plak..plak…plak… hal itu berjalan cukup lama dan akhirnya aku …’’antttttooooo…..aa..aa..aaa..akkuuu…mau keluar… oooccchhh nikmaaaattt….’’


    Dan crot…crot…crott… keluar bunyi indah dari memiawku… memang sangat puas aku kali ini. Anto lalumenidurkan aku… sekarang aku yang dibawah… dan tanpa basa basi… ccclleeeepp… batang itu… dan wwwuiiihhh….. seakan aku mendapat air dahaga di tengah padang tandus… aku puas aku berteriak kegirangan… aaah…aahh..aah… oohhh….yessss…..ooohhh… tanganku memukul tempat tidurku memberi tanda kalau aku puas akan permainannya. Digenjot seperti itu aku tidak tahan…maju mundur..semakin kencang..dan kencang…’’mbaaakk….aku mau keluar aku tembak diluar yaaaa…..!!!’’ dalam hatiku…tiddak.. hal ini tidak boleh terjadi, aku harus merasakan bagaimana rasanya memiawku isempot oleh spermanya anto… aku tahan pantatnya, seakan aku suruh dia untuk tetap menahan tongkolnya didalam saat mengeluarkan spermanya… dan crooott….croottt….croottt.. aku merasakan dinding rahimku penuh sekali dengan spermanya…aku puas… aku bersama-sama berteriak…’’Aaaaaaacchhh…..’’…
    Itulah pengalamanku dengan anto dan kegilaanku yang aku fikir baru kali ini aku wujudkan… yaahh… bercinta dengan PEMUDA.

  • Kisah Memek Tukar Pasangan Yang Menggairahkan

    Kisah Memek Tukar Pasangan Yang Menggairahkan


    2413 views

    Duniabola99.com – Bahkan jika aku dan Triyono pergi mancing ketengah laut dengan sewa perahu, tak jarang istriku menginap dirumah menemani istrinya atau sebaliknya (karena anak kami sudah remaja dan mereka kuliah dikota lain).


    Begitu akrabnya kami sehingga tak jarang kami melakukan yang menurut pandangan orang ketiga adalah hal yang aneh, misalnya ditengah gurauan, kadang kadang Triyono memeluk istriku dan menciumi pipinya berkali kali, didepanku maupun didepan istrinya. Demikian pula sebaliknya ketika kami bercengkarama berempat kadang kadang Atik dengan manja tiduran berbantal pahaku. Tentunya sikap kami ini tidak didepan anak anak yang sudah berangkat remaja.

    Bahkan pernah didapur rumahku aku memergoki Triyono mencolek pantat istriku, dan kulihat istriku pura pura marah, aku tahu itu dari raut wajahnya, tentu saja sebagai lelaki normal kadang aku dilanda cemburu. Tetapi kami selalu lebih memegang persahabatan, apalagi akupun sering melakukan hal yang sama terhadap istrinya.

    Tentu saja keadaan ini tidak terjadi begitu saja, kami menjalin hubungan kekeluargaan sejak kami menikah. Namun sejauh itu kami tidak pernah melakukan hal hal yang terlalu jauh. Sampai suatu hari terjadilah apa yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, setidak tidaknya olehku. Tapi aku yakin ini adalah rencana Triyono dan istrinya yang sudah dipersiapkan (ini kusadari setelah cukup lama peristiwa itu terjadi)

    Seperti yang sering kami lakukan, pada hari jumat yang kebetulan hari libur kami berempat ber week end di Villaku didaerah Ciloto. Walaupun tidak terlalu mewah namun villaku ini cukup luas dan cukup nyaman untuk beristirahat di akhir pekan. Kami selalu rutin mengunjunginya paling tidak sebulan sekali, biasanya hanya aku dan istriku, kadang kadang anak anak ikut, atau famili lain.

    Kali ini aku mengajak Triyono dan istrinya, tidak ada yang istimewa kami hanya ingin menikmati liburan dan seperti biasanya selesai makan siang dijalan, istriku mampir untuk beli pepes ikan Mas kesukaanku. Sampai di villa sekitar jam jam 2 siang, aku tidur pulas, sampai akhirnya dibangunkan istriku untuk makan malam. Kami makan malam berempat dengan nasi hangat dan pepes ikan.

    Selesai makan malam kami menonton TV sambil ngobrol kesana kemari diruang keluarga. Setelah bosan ngobrol, Triyono mengambil inisiatif mengambil kasur dikamarnya dan dihamparkan didepan TV dia dan istrinya menonton TV sambil tiduran, dan akupun berbuat hal yang sama. Atiek masuk kamarnya dan mengganti dasternya dengan baju tidur yang amat tipis tanpa BH dan CD, ini terlihat jelas dari bayangan tubuhnya dibalik gaun tidurnya.

    Kulihat dia sangat atraktif mempertontonkan tubuhnya didepanku dan didepan istriku. Kulihat Triyono acuh saja melihat tingkah istrinya. Kamipun menonton TV sambil tiduran, istriku dan Atiek tidur berdampingan ditengah sedangkan aku berada disamping istriku dipinggir. Acara TV terasa membosankan mungkin karena aku tidak bisa konsentrasi, aku lebih terpesona menikmati tubuh yang menggairahkan yang tergolek disamping istriku dan itu membuat adik kecilku dibalik sarung setengah ereksi.

    “Pah.., puterin film yang hot.. dong.., aku kedinginan nih..” Atiek menyuruh suaminya memutar film porno.


    Aku tahu mereka sering muter film porno karena kami sering tukar menukar film, tapi selama ini kami belum pernah nonton bersama sama.

    Sebelum beranjak mengambil film, Triyono basa basi minta ijin istriku “Rin..muter film blue ya..”

    “Terserah aja ” jawab istriku.

    Filmnya cukup bagus dengan latar belakang jaman kekaisaran romawi, adegan sexnya tidak vulgar, dan ini membuat gairahku cepat bangkit. Sarungku sudah terdongkrak keatas sementara kulihat Atiek sering mencuri padang kearah sarungku yang memang sengaja tidak kusembunyikan. Sementara itu istriku sudah memindahkan kepalanya diatas lenganku dan jari tangannya meremas remas jari tanganku. Aku sudah hapal sekali, istriku pasti sudah terangsang.

    Triyono menonton film itu dengan memeluk istrinya secara ketat dan tangannya mengusap usap payudara Atiek dari luar baju tidurnya, sesekali diciumnya bibir istrinya dalam dalam. Sementara itu kaki kanan Atiek ditekuk dan pahanya menindih paha istriku, sehingga tak terhindarkan baju tidurnya yang memang pendek makin tersingkap sehingga akupun makin leluasa melahap pahanya yang putih mulus, dan sebagian rambut dipangkal pahanya dengan sudut mataku.

    “Mbak Rin,.. Aku jadi pengen nih..” Atiek bicara kepada istriku.

    “Ya nggak apa apa, wong Mas nya nyanding koq.” Istriku menyahut sambil senyum penuh arti.

    Aku makin terangsang, kumiringkan tubuhku menghadap istriku sehingga aku bisa melihat paha mulus Atiek, dan kuselusupkan tanganku dibalik blouse istriku yang tidak ber BH untuk meremas remas buah dadanya, sementara tangannya sudah masuk kesarungku untuk mengelus elus penisku yang sudah berdiri keras. Ia menutup tanganku dengan bantal sehingga gerilya yang kulakukan tidak terlihat oleh Triyono dan Atiek. Walaupun itu sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan, karena mereka sudah tidak memperhatikan kami lagi, keduanya sudah mulai tenggelam dalam percintaan.

    Ketika Atiek melepaskan seluruh pakaiannya dan mencopoti pakaian suaminya, Triyono menggeser posisinya merapat keistriku, sedangkan Atiek menindihkan tubuhnya yang bugil dari sebelah kanan, sehingga Triyono berdampingan dengan istriku.

    Mereka berciuman sambil saling saling mengelus penuh nafsu, kulihat istriku sering melirik mereka dengan gairah, ikut terhanyut dengan adegan panas persis satu jengkal disampingnya.

    Tiba tiba Atiek menghentikan pergulatan dengan suaminya dan tangannya meraih blouse depan istriku dan melepas kancingnya.

    “Biar adil dong Mbak..” sambil tangannya terus melolosi seluruh pakaian istriku.

    Walaupun wajah istriku protes, tapi usaha mencegah tangan Atiek yang nakal, tidak serius sehingga dengan mudah Atiek melucuti pakaian istriku. Sekelebat kulihat mata Triyono melahap seluruh tubuh indah istriku, bahkan ia segera mengeser posisinya merapat ketubuh istriku, sehingga lengannya menempel pada pinggir payudara istriku.

    Aku tak sempat berfikir macam macam, nafsuku mendominasi pikiranku, kucopot seluruh pakaianku sehingga kami berempat sudah bugil, kuciumi istriku, sambil jariku mengelus vaginanya yang sudah basah. Istriku mendesis desis keenakan tangan kanannya mendekap punggungku erat erat, sedangkan tangan kirinya tertindih tangan Triyono.

    Kurasakan elusan lembut sebuah tangan halus menelusuri bokongku, bahkan kemudian mengarah keselangkangan dan mengelus buah zakarku. Aku sudah menduga pemilik tangan itu, dan hatiku berdesir ketika kulihat tangan Atiek lah yang sedang mengelus batang penisku, sambil mulutnya menciumi dada suaminya. Aku yakin Triyono melihat tangan istrinya yang sedang beroperasi di batangku yang keras seperti kayu, tapi dia tampak acuh saja, bahkan kini lengan kanannya telah mendidih susu istriku.

    Istriku tidak menyadari atau pura pura tidak tahu bahwa tangan Triyono sudah menindih payudaranya, dan wajahnya dipalingkan kearah yang berlawanan.

    Atiek sambil berubah posisi dengan setengah duduk dipaha suaminya dengan selangkangan yang terbuka lebar memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan kanannya menggosokan gosokkan kemaluan suaminya ke klitorisnya, sementara buahdadanya menggantung diremas remas suaminya.


    Posisinya tersebut membuat tubuh Triyono merenggang dari tubuh istriku sehingga tangan kiri istriku yang tertidih menjadi bebas. Dari padangan matanya yang sayu dan pahanya sudah direntangkan, aku tahu baha istriku sudah memberi lampu hijau. Dituntunnya penisku kearah lubang vaginanya, dan dalam tempo singkat aku sudah melayang menikmati jepitan lobang kemaluan istriku. Sementara aku mengocoknya perlahan lahan, istriku mendesis desis keenakan, kini wajah istriku menghadap kearah Triyono bahkan hanya berjarak sejengkal dengan wajah Triyono namun matanya terpejam.

    Atiek sudah terlengkup ditubuh suaminya, sementara pinggulnya naik turun, mengocok batang suaminya yang sudah melesak ditelan liang kenikmatannya. Sekali kali tangannya meremas bokongku dan istriku melihat aktifitas tangan Atiek ini, tapi rupanya diapun tak ambil peduli. bahkan beberapa kali Triyono mencium mulut istriku yang tengah mendesis, istriku diam saja, walaupun tidak meresponnya. Entah kenapa aku tidak cemburu melihat istriku diciumi oleh Triyono saat sedang kusetubuhi, bahkan aku makin terangsang. Karena kulihat ciuman itu membuat istriku makin bergolak gairahnya. Ini kurasakan dari gerakan dan nafasnya mendengus tidak seperti adat biasanya.

    Dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan istriku tak terkendali, bahkan ia membalas menyedot ciuman Triyono, dan pada saat itulah istriku menghentak hentakkan pinggulnya keatas, mulutnya menghisap mulut Triyono dalam dalam sambil merintih. Dia telah orgasme. Ini diluar kebiasaan, istriku biasanya cukup tahan lama, tapi kali ini dia cepat selesai, padahal aku merasa masih tahan lama.

    Kuhentikan kocokanku, kucabut penisku, aku masih tanggung tetapi aku memang tidak ingin selesai sekarang, aku masih berharap istriku bangkit lagi setelah istirahat. Kutatap wajah istriku yang penuh kepuasan. Disampingnya kulihat Triyono menggengam tangan istriku.

    Melihat aku tegeletak disamping istriku, dengan kemaluan yang masih tegar, Atiek segera tahu bahwa aku belum ejakulasi. Tiba tiba Atiek menghentikan goyangan pinggul, dicopotnya penis suaminya dari vaginanya. Dengan melangkahi tubuh istriku, Atiek segera menghampiriku, kemudian dengan dasternya yang diambil dari sisi kasur dibersihkannya penisku yang penuh lendir istriku.

    Dia menindihku dan menciumku. Aku sempat kaget, aku tak menduga kejadian itu, kulirik Triyono tetapi dia hanya melihat tingkah istrinya tanpa reaksi. Istriku juga hanya melirikku sebentar kemudian memejamkan mata kembali, menikmati sisa orgasme yang ia dapat dariku.

    Kubalas ciuman Atiek dengan nafsu, tangan kiriku mengelus bokongnya sedangkan tangan kanan meremas buah dadanya. Atiek menjulurkan lidahnya menyambut lidahku, sementara vaginanya yang basah digesek gesekan ke diatas kemaluanku. Tampak Atiek sudah sangat terangsang, sehingga ciuman kami hanya berlangsung sebentar, segera dia menghentikan ciumannya, ditariknya badannya sehingga sekarang posisinya duduk diatas pahaku, sementara belahan kemaluannya menidih pada batang penisku yang rebah diatas perut.


    Kulihat belahan kemaluannya yang merah penuh lendir, aku sudah tidak sabar lagi, kuangkat pinggangnya dengan kedua tanganku, Atiek cepat tanggap, sambil mengangkat pantatnya, diambilnya penisku dan diarahkan kelobang vaginanya. Dalam hitungan detik, kemaluanku sudah menyelusup kedalam vagina Atiek. Atiek melenguh pelan, badannya ambruk kedadaku dan wajahnya menempel disamping kepalaku sambil mendesis desis. Kuangkat pinggulku berusaha mengocok kemaluan Atiek, dan diapun mengikuti gerakanku tetapi pinggulnya digoyang memutar sedangkan otot vaginanya menjepit kemaluanku, jepitan dan putaran pinggulnya tidak akalh dengan istriku, kenikmatan menjalar keseluruh penisku.

    Sepuluh menit telah berlalu dan kurasakan Atiek mulai mempercepat goyangannya, mulutnya menciumku dan lidahnya menerobos masuk ke mulutku. Nafasnya tersengal, aku segera mengerti bahwa sedang mulai masuk kemasa orgasme. Tanpa menunggu waktu lagi kupercepat kocokanku, karena kemaluankupun sudah berdenyut denyut enak, dan segera akan keluar.

    Ketika kurengkuh bokongnya, Atiek merengkuh pundakku makin kencang, dari mulutnya keluar erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke kemaluanku, dia sedang orgasme. Dan segera kulepas pula air maniku menyemprot didalam vaginanya. Kenikmatan yang luar biasa.

    Walaupun permainanku sudah berakhir tetapi Atiek tidak mau mencopot kemaluanku dari vaginanya, dia hanya mengeser tubuhnya dari dadaku untuk meringakan tindihan tubuhnya diatas tubuhku. Kesadaranku mulai pulih, kulihat istriku sedang bergumul dengan Triyono. Dengan tubuh yang bugil dia menindih tubuh istriku, mereka berciuman dengan pelan dan dalam, tangan meremas remas buah dada istriku yang tergolong besar dan montok, sementara tangan istriku mengelus bokong Triyono, dan kudengar desahan halus dari mulutnya itu pertanda istriku sudah mulai terangsang lagi.

    Melihat istriku terangsang, tiba tiba akupun terangsang kembali. Aku sangat senang istriku menikmati sexnya, Kuhadapkan tubuhku kearah istriku, dan Atiek segera merangkul pinggangku dengan kakinya dari belakang, sambil menikmati sisa orgasme yang kuberikan padanya.

    Triyono sedikit mengeser tubuhnya dan tangan yang tadinya meremas tetek istriku turus kebawah, kearah kemaluan istriku, dan istriku mengangkat pinggulnya ketika jari tengan Triyono memutar mutar clitorisnya. Desahan dari mulutnya makin keras.. Triyono mengangkat tubuhnya dan dibukanya lebar lebar paha istriku.

    Istriku menoleh kearahku, matanya sayu memandangku seolah minta ijin padaku. Kupandangi dia, dia sangat cantik tak kuasa aku menghalanginya. Kukecup bibirnya kuusap rambutnya tanda bahwa aku menyetujuinya. Dan ketika penis priyono melesak kedalam vaginanya, istriku memejamkan mata keenakan, dan tangannya mengelus elus penisku seirama dengan kocokan yang diberikan Triyono.

    Kuciumi bibirnya, pipinya lehernya, atau mana saja yang kudapat karena istriku dalam kenikmatan, selalu kepalanya tidak bisa diam, menoleh kekiri kekanan sambil menjilat jilat bibirnya sendiri. Sementara tangan kanannya mengocok penisku tangan kirinya merangkul pundak Triyono. Tangankupun tak henti hentinya meremas remas buah dadanya. Kudengar pula desisan Triyono menambah suasana jadi makin mengairahkan.

    Tiba tiba istriku berhenti menggelengkan kepalanya, dahinya berkerut dan giginya menggigit bibr bawahnya, dia menoleh kearahku, istriku akan selesai dan sebentar lagi pasti akan melenguh panjang.

    “Pah.. aku sudah nggak tahan.. Pahaahh.. eghh.. eegghh”

    pada saat itu dia mendongakkan wajahnya keatas, matanya menatap mata Triyono dengan sayu.

    Pada saat yang sama, aku tak tahan menahan ejakulasi, digenggaman tangannya. Kulihat Triyono menekan kemaluannya dalam dalam kevagina istriku untuk berejakulasi.. Ketika dia mencabut kemaluanya, kulihat sisa air mani meleleh keluar dari bibir vagina istriku, yang berwarna kemerahan.


    Malam ini adalah malam pertama dimana istriku merasakan penis orang lain selain punyaku apalagi dia merasakannya sekaligus dalam selang beberapa menit, sebuah pengalaman yang sangat memuaskan kami berempat.

    Sejak itu kami sering melakukannya, sedikitnya sebulan sekali, dan kami berkomitmen ini hanya dilakukan berempat, Bahkan kini muncul ide baru dari Atiek untuk menambah menjadi tiga pasangan. Hanya saat ini kami belum menemukan pasangan yang bisa diajak main. Pengalaman ini ditulis juga atas persetujuan kami semua.

  • Kisah Memek Masturbasi Dengan Bantal Guling

    Kisah Memek Masturbasi Dengan Bantal Guling


    2252 views

    Duniabola99.com – Aq hidup sendirian, dgn cara yg jauh lebih sederhana daripada ketika masih bersuami. Sebagian besar gajiku habis untuk makan sehari-hari dan membeli pakaian. Sewaktu masih bersuami, aq tak begitu peduli dgn pakaian, sehingga tak banyak membelinya.Kini, setelah bekerja, aq memerlukan pakaian-pakaian yg sesuai. Selain itu, aq juga mulai menata masa depan: aq sekolah lagi, kursus bahasa Inggris. Setiap akhir bulan, hanya sedikit yg bisa ku sisakan untuk menambah tabungan.


    Tempat tinggal ku tertata rapi. Ada 1 kamar tidur, dapur kecil, kamar mandi dan ruang tamu. Sepi sekali rasanya hidup sendirian pada bulan-bulan pertama.Tetapi entah knp, aq mulai menyukai kesendirian itu. Terlebih lagi, baru kali ini aq merasa mengurus diriku sendiri, setelah sejak lahir diurus orang lain. Bahkan semasa remaja sampai menikah pun hidupku selalu diintervensi orang lain. Kini aq bebas, dan ternyata melegakan!

    Kehidupan sex ku kini muncul kembali, setelah lama tak tersentuh. Aq tak punya teman khusus pria, dan perlahan-lahan kebutuhan sex aq penuhi secara mandiri. Betul-betul lengkap rasanya kesendirian ku; tak ada suami pemberi nafkah, tak ada laki-laki pemuas dahaga birahi. Semuanya kujalankan sendiri saja.

    Jika birahi ku datang, pada saat sendirian menonton TV, aq akan menutup semua korden. Volume TV ku besarkan, lampu aq padamkan. Duduk di sofa, aq angkat kedua kaki ku, bersandar santai ke jok yg empuk. Di dlm rumah, aq tak pernah memakai pakaian dlm, dan daster longgar adalah satu-satunya pembalut tubuhku. Dgn kaki terkangkang dan mata setengah terpejam, aq menikmati tangan dan jariku sendiri.

    Aq biasanya mulai dgn mengelus-elus daerah sekitar kewanitaan ku yg terasa hangat. Telapak tangan q dgn ringan menekan-nekan bagian atas, tempat bulu-bulu halus yg menghitam lebat. Pada saat seperti itu, kedua tangan ku aktif di bawah sana. Yg satu mengusap-usap bagian atas, yg lain meraba-raba bibir-bibirnya, menguak sedikit dan menyentuh-nyentuh bagian dlm yg cepat sekali menjadi basah.

    Dgn ibu jari, ku tekan-tekan pula klitoris ku, yg selalu tersembunyi di balik kulit kenyal. Aq sering mendesah nikmat setiap kali klitoris itu seperti tergelincir ke kiri ke kanan akibat perlakuan tanganku. Dgn cepat, rasa hangat menyebar ke seluruh tubuh ku, dan cairan-cairan cinta terasa merayap ke bawah, ke liang kewanitaan ku.

    Mataku akan terpejam, menikmati kenikmatan itu. Kadang-kadang aq membayangkan mendiang suami ku, tetapi akhir-akhir ini semakin sulit rasanya. Aq lebih mudah membayangkan sembarang pria, atau bintang film pujaanku, atau sama sekali seorang yg tak pernah ku temui. Seseorang yg hanya ada dlm hayal ku.


    Tak berapa lama, bibir kewanitaan ku terasa menebal, dan saling menguak seperti bunga yg merekah. Dgn jari tengah dari tangan yg lain, ku telusuri celah-celah kewanitaanku. Aq tdk pernah punya kuku panjang, karena selain menghalangi aq mengetik dgn cepat, juga karena aq malas merawatnya.

    Tanpa kuku, jari tengah ku dapat leluasa menimbulkan geli-gatal di bawah sana. Turun ke bawah, sampai mendekati lubang pelepasan ku, lalu naik lagi, melewati liang senggama yg mulai berdenyut-denyut lemah, melewati lubang air seni, terus … naik lebih tinggi, bertemu telapak tangan ku yg lain yg masih mengusap-usap klitoris ku. Oh,.. betapa nikmat permainan yg perlahan-lahan dan sepenuhnya dlm kendali ku ini. Terkadang jauh lebih nikmat daripada dilakukan orang lain!

    Lama-lama, aq tak tahan lagi. Sekaligus 2 jari ku masukkan ke dlm lubang kewanitaan ku. Aq memutar-mutar kedua jari itu di dlm, agar dinding-dinding kewanitaan ku mendapat sentuhan-sentuhan. Mula-mula sentuhan itu cukup ringan saja. Tetapi lalu aq mulai mengerang, karena geli-gatal semakin memenuhi seluruh tubuhku, dan rasanya ingin digaruk-diurut di bawah sana.


    Terutama di dinding bagian atas, tempat sebuah bagian yg sangat sensitif, entah bagian apa namanya. Bagian itu membuat tubuhku mengejang jika tersentuh jari. Ke sanalah jari tengah ku menuju, mengurut-urut dan menekan-nekan. Semakin lama semakin cepat dan keras. Aq bahkan sampai merasa perlu mengangkat pinggulku, membuat posisi duduk ku semakin terkangkang.

    Pada saat seperti itu, tak ada yg bisa menghentikanku. Kalau telpon berdering, aq biarkan. Kalau pun ada yg mengetuk pintu, barangkali juga akan ku diamkan (tetapi belum pernah ada tamu pada saat seperti ini!). Mungkin gempa bumi pun tak kan mampu mengehentikanku. Tangan ku bergerak dgn cepat dan keras. Mata ku terpejam erat, mulut ku tak berhenti mengerang, karena itu aq perlu mengeraskan volume televisi.

    Lalu klimaks akan datang dgn cepat, menyerbu seluruh tubuhku, berawal dari dlm lubang kewanitaanku, tempat kedua jariku (kadang-kadang tiga jari) mengaduk-aduk. Tanganku yg lain tak lagi sanggup berada di atas klitoris, karena pada saat klimaks aq perlu berpegangan ke sofa, kalau tdk ingin jatuh bergelimpangan ke lantai.

    Klimaks ku selalu menggelora, selalu membuatku menggelinjang-gelinjang tak karuan. Kedua kaki ku akhirnya terhempas ke lantai, menegang dan menekan seperti hendak melompat. Tubuh ku bergetar. Nafas ku memburu. Kenikmatan ku tak mudah tergambarkan kata-kata.

    Lalu timbul perasaan nyaman, tetapi gatal-geli belum hilang. Maka biasanya aq langsung mematikan tivi dan pergi ke kamar tidur. Di ranjang, aq melanjutkan lagi kegiatan itu, kali ini dgn bantuan bantal guling. Kujepit erat bantal guling yg terbungkus kain halus-licin. Ku gesek-gesekan kewanitaan ku di sana, sehingga sering kali bungkus bantal harus kucuci keesokan paginya.


    Setelah menggesek-gesek dgn bantal guling, kembali ku masukkan jari-jari tanganku. Dgn cepat jari-jari itu membawakan pada ku klimaks yg berikutnya, yg seringkali lebih nikmat daripada yg pertama, apalagi karena ku lakukan sambil tidur, dgn kedua kaki terangkat sampai kedua lutut menyentuh payudara ku.

    Baru lah kemudian aq tertidur dgn rasa letih yg nyaman. Otot-otot tubuhku terasa bagai sehabis dipijat. Seperti sehabis berolahraga, lalu dipijat seorang yg ahli. Nyaman dan damai sekali tidur ku, dgn senyum kepuasan membayang tipis di bibirku. Biasanya aq baru terbangun di pagi hari.

  • Kisah Memek Ngentot Janda Muda Pengusaha Kaya

    Kisah Memek Ngentot Janda Muda Pengusaha Kaya


    2480 views

    Duniabola99.com – Kami berdua telentang di jok kami masing-masing, dengan kemaluan kami yang masih terbuka. Kami saling berpandangan dan tersenyum puas. Tangan kanan Mbak Iin meremas tangan kiriku, saya tidak tahu apa artinya, apakah ucapan terima kasih, pujian ataukah janji untuk mengulangi lagi apa yang telah kami lakukan.


    Setelah istirahat sejenak, Mbak Iin mengambil tisue dan membersihkan cairan kental yang belepotan di perutku dan kemaluan saya. Mbak Iin memmbersihkannya dengan mesra dan terkadang bercanda dengan mencoba meremas dan membangunkan kembali rudal saya.

    “Mbak. Jangan digoda lagi lho, kalau ngamuk lagi gimana..?” kataku bercanda.
    “Coba aja kalau berani, siapa takut..!” jawabnya sambil menirukan iklan di TV.

    Setelah membersihkan kemaluanku, dia juga membersihkan kemaluannya dengan tisue, dan memakai kembali CD-nya, merapihkan rok, blus dan BH-nya yang kusut. Sementara saya juga merapihkan kembali celana saya.

    Dia menyisir rambutnya, dan merapikan kembali riasan wajahnya, sambil melirik dan tersenyum ke saya penuh bahagia.

    “Mbak.., besok tetap lho ya jam sepuluh pagi.” saya mengingatkan.
    “Pasti donk, mana sih yang nggak pengin sarang burungnya dimasukin burung.” canda dia.
    “Apalagi sarangnya sudah kosong lama ya Mbak..?” godaku.
    “Pasti enak kok kalau udah lama.” jawab dia.

    Setelah kami semua rapih, Mbak Iin aku antar pulang dengan tetap berdekapan, dia tertidur di dadaku, tangan kiri saya untuk mendekap dia dan tangan kanan saya untuk pegang stir.
    Sesampainya di rumah MBak Iin, cuaca masih gerimis. Mbak Iin menawarkan untuk mampir sebentar di rumah.
    “Vi, masuk dulu yuk..! Aku buatkan kopi hangat kesukaanmu.” ajak Mbak Iin.
    “Oke dech, aku parkir dulu mobilnya ya..?”

    Sampai di dalam rumah Mbak Iin, ternyata Tarno tidak ada. Menurut Bi Inah, pembantu Mbak Iin, katanya Tarno hari ini tidak pulang, karena diminta atasannya dinas ke luar kota.

    “Vi, ternyata Tarno malam ini nggak pulang. Kamu tidur aja disini, di kamar Tarno.” pinta Mbak Iin sambil senyum penuh arti.

    Aku tahu kemana arah pembicaraan Mbak Iin.

    “Nggak mau kalau tidur di kamar Tarno, aku takut sendirian.” godaku.
    “Emangnya takut sama siapa..?”
    “Ya takut kalau Mbak Iin nanti nggak nyusul ke kamarku.”

    “Ssstt..! Jangan keras-keras, nanti ada yang denger.” Mbak Iin cemberut, takut kalau ada yang dengar.
    “Ya udah, aku tidur sendiri di kamar Tarno, kalau nanti malam saya dimakan semut, jangan heran lho Mbak..!” saya pura-pura merajuk.


    “Nggak usah ribut, mandi sana dulu, nanti malam kalau semua orang udah pada tidur, kamu boleh nyusul aku ke kamar, nggak saya kunci kamarku.” bisik Mbak Iin pelan.
    “Siip dach..!” aku ceria dan langsung pergi mandi.

    Habis mandi, badan saya terasa segar kembali. Saya langsung pergi ke kamar, pura-pura tidur. Tetapi di dalam kamar saya membayangkan apa yang akan saya lakukan nanti setelah berada di kamar Mbak Iin. Saya akan bercinta dengan orang yang sudah bertahun-tahun saya idamkan.

    Jam di kamar saya menunjukkan pukul 12:30 malam. Kudengarkan kondisi di luar kamar sudah kelihatan sepi. Tidak terdengar suara apapun. TV di ruang keluarga juga sudah dimatikan Bi Inah kira-kira jam 11 tadi. Bi Inah adalah orang yang terakhir nonton TV setelah acara Srimulat yang merupakan acara kegemaran Bi Inah. Untuk mempelajari suasana, saya keluar pura-pura pergi ke kamar mandi. setelah benar-benar sepi, saya mengendap-endap masuk ke kamar Mbak Iin.

    Lampu di kamar Mbak Iin remang-remang. Mbak Iin tidur telentang dengan mengenakan daster tipis yang semakin memperindah lekuk tubuh Mbak Iin. Tubuh Mbak Iin yang mungil tapi padat berisi, terlihat tampak sempurna dibalut daster tersebut. Dengan tidak sabar saya dekap tubuh Mbak Iin yang sedang telentang bagaikan landasan yang sedang menunggu pesawatnya mendarat.

    Mbak Iin saya dekap hanya tersenyum sambil berbisik, “Sudah nggak sabar ya..?”
    “Ya Mbak, perasaan waktu kok berjalan pelaan sekali..”

    Saya cium belakang telinganya yang mungil dan ranum, kemudian ciuman saya bergeser ke pipinya dan akhirnya ke bibirnya yang mungil dan juga ranum. Kedua tangan Mbak Iin mendekap erat di leher saya. Tangan saya yang kiri saya letakkan di bawah kepala Mbak Iin untuk merangkulnya. Sedangkan tangan kanan saya gunakan untuk membelai dan melingkari sekitar susunya. Dan dengan perlahan dan lembut, telapak tangan saya gunakan untuk meremas-remas lingkaran luar payudaranya, dan ternyata Mbak Iin sudah tidak memakai BH lagi.

    Erangan-erangan lembut Mbak Iin mulai keluar dari bibirnya, sedangkan kedua kakinya bergerak-gerak menandakan birahinya mulai timbul. Remasan-remasan tanganku di seputar susunya mendapatkan reaksi balasan yang cukup baik, karena kekenyalan susu Mbak Iin kelihatan semakin bertambah. Tangan kanan saya geserkan ke bawah, sebentar mengusap perutnya, beralih ke pusarnya, dan akhirnya saya gunakan untuk mengusap kewanitaannya. Ternyata Mbak Iin juga sudah tidak memakai CD, sehingga kemaluannya yang bulat dan mononjol, serta kelembutan rambut kemaluannya dapat saya rasakan dari luar dasternya.

    Kedua kakinya semakin melebar, memberikan kesempatan seluas-luasnya tangan saya untuk membelai-belai kewanitaannya. Ciuman saya beberapa saat mendarat di bibirnya, kemudian saya alihkan turun ke lehernya, ke belakang telinganya, dan akhirnya turun ke bawah, melewati celah di bukit kembarnya. Saya ciumi lingkaran luar bukit kembarnya, sebelum akhirnya menyiumi puting susunya yang sudah mengacung. Ketika lidah saya menyium sampai ke putingnya, nafas Mbak Iin kelihatan mengangsur, menunjukkan kelegaan.

    “Uuuccghh.. Allvii..!”

    Tali daster yang menggantung di pundaknya, saya pelorotkan sehingga menyembullah kedua bukit kembarnya yang kenyal, dengan kedua putingnya yang sudah mengacung dan tegang. Saya ciumi sekali lagi kedua bukit kembarnya, dan saya jilati putingnya dengan lidah. Sementara kedua jari dari tangan kanan saya secara bersamaan membelai-belai kedua selangkangannya, yang terkadang diselingi dengan usapan kemaluan luarnya dengan telapak tangan kanan saya. Belaian ini memberikan kehangatan di bibir kewanitaannya, selain untuk meningkatkan rasa penasaran liang senggamanya.


    Jari tengah saya gunakan untuk mebelai-belai bibir luar kemaluannya yang sudah sangat basah. Saya usap klitorisnya dengan lembut dan pelan dengan menggunakan ujung jari, membuat Mbak Iin semakin menikmati belaian lembut klitorisnya. Bibir kewanitaannya semakin merekah dan semakin basah.

    Lidahku masih menari-nari di kedua putingnya yang semakin keras, jilatan lidah saya memberikan sensasi yang kuat bagi Mbak Iin. Terbukti dia semakin erat meremas rambut saya, deru nafasnya semakin memburu dan lenguhannya semakin kencang.

    “Uuuccgghh.. Aaallvii.. uugghh.. eennaaggkk..”

    Saya jilati kedua putingnya kanan dan kiri bergantian, sambil meremasi dengan lembut tetapi sedikit menekan kedua susunya dengan kedua tangan saya.

    Setelah saya puas menciumi susunya, ciuman saya geser ke arah perutnya, saya jilati pusarnya, kembali Mbak Iin sedikit menggelinjang, mungkin karena kegelian. Ciuman terus saya geser ke bawah, ke arah pahanya, turun ke bawah betisnya, terus naik lagi ke atas pahanya, kemudian ciuman saya arahkan ke rambut kemaluannya yang lebat. Mendapat ciuman di rambut kemaluannya, kembali Mbak Iin menggelinjang-gelinjang. Saya buka bibir kemaluannya yang merekah, saya ciumi dan jilati seputar bibir kewanitaannya, terus lidah saya diusapkan ke klitorisnya, dan bergantian saya gigit, terkadang saya hisap klitorisnya.

    Setiap sentuhan lidah saya menjilat pada klitorisnya, tangan Mbak Iin menjambak rambut saya. Kepalanya menggeleng-geleng, dengan dada yang dibusungkan, kedua kakinya mendekap erat leher saya, dan kicaunya semakin tidak karuan, “Uuuccgghh.. Aaallvvii.. uughh.. ggeellii.. uuff.. ggeellii.. seekkaallii..”

    Cairan yang keluar dari kemaluannya semakin banyak, bau khas liang senggamanya semakin kuat menyengat. Rintihan, lenguhan yang keluar dari mulut Mbak Iin semakin kacau. Gerakan-gerakan tubuh, kaki dan gelengan-gelengan kepala Mbak Iin semakin kencang. Dadanya tiba-tiba dibusungkan, kedua kakinya tegang dan menjepit kepala saya. Saya mengerti kalau saat ini detik-detik orgasme akan segera melanda Mbak Iin.

    Untuk memberikan tambahan sensasi kepada Mbak Iin, maka kedua putingnya saya usap-usap dengan kedua jari tangan, dengan mulut tetap menyedot dan menghisap klitorisnya, maka tiba-tiba,
    “Aaauughh.. Aallvvii aakk.. kkuu.. kkeelluuarr.. Aaacchh..!”

    Saya tetap menghisap klitorisnya. Dan dengan nafas masih terengah-engah, Mbak Iin bangun dan duduk.

    “Ayo Alvi.., gantian kamu tidur aja telentang..!” kata Mbak Iin sambil menidurkan saya telentang.

    Gantian Mbak Iin telungkup di samping saya. Tangannya yang lembut sudah mulai mengelus-elus batang kemaluan saya yang sudah sangat tegang. Mulutnya yang mungil mencium bibir, terus turun ke puting. Saya merasa sedikit kegelian ketika dicium puting saya. Mulutnya terus turun mencium pusar, dan akhirnya saya rasakan ada rasa hangat, basah dan sedikit sedotan sudah menjalar di rudal saya. Ternyata Mbak Iin mulai mengocok dan mengulum kejantanan saya. Mbak Iin mengulumnya dengan penuh nafsu. Matanya terpejam tetapi kepalanya turun naik untuk mengocok rudal saya.

    Kepala kemaluan saya dijilatinya dengan lidah. Tekstur lidah yang lembut tapi sedikit kasar, membuat seakan ujung jari kaki saya terasa ada getaran listrik yang menjalar di seluruh kepala. Jilatan lidah di kepala rudal memang sangat enak. Aliran listrik terus menerus menjalar di sekujur tubuh saya. Kepala Mbak Iin yang naik turun mengocok kejantanan saya yang saya bantu pegangi dengan kedua tangan.

    Kocokannya semakin lama semakin kuat, dan hisapan mulutnya seakan meremas-remas seluruh batang keperkasaan saya. Seluruh pori-pori tubuh saya seakan bergetar dan bergolak. Getaran-getaran yang menjalar dari ujung kaki dan dari ujung rambut kepala, seakan mengalir dan bersatu menuju satu titik, yaitu ke arah rudal keperkasaan saya.

    Getaran-getaran tersebut makin hebat, akhirnya kemaluan saya menjadi seolah tanggul yang menahan air gejolak. Lama-lama pertahanan kemaluanku seakan jebol, dan tiba-tiba saya menjerit.

    “Mmmbbakk Yaattii.. aaggkkuu kkelluuaarr..!”


    Mendengar saya mengerang mau keluar, mulut Mbak Iin tidak mau melepaskan batang kejantanan saya, tetapi malah kulumannya dipererat. Mulut Mbak Iin menyedot-nyedot cairan yang keluar dari rudal saya dengan lahapnya, seakan tidak boleh ada yang tersisa. Batang kemaluan saya dihisap-hisapnya seakan menghisap es lilin. Sensasinya sungguh sangat dahsyat. Ternyata Mbak Iin sangat ahli dalam permainan oral.

    Nafas saya sedikit tersengal, badan sedikit lemas, karena seakan-akan semua cairan yang ada di tubuh, mulai dari ujung kaki sampai dengan kepala, habis keluar tersedot oleh Mbak Iin.

    Mbak Iin tersenyum puas sambil menggoda, “Gimana rasanya..?”
    “Waduh.., Mbak luar biasa..” jawabku sambil masih terengah-engah.
    “Nggak kalahkan dengan yang muda..?” kata Mbak Iin dengan berbangga.
    “Yaa jelas yang lebih pengalaman donk yang lebih nikmat.”

    Kami istirahat sejenak sambil minum. Tetapi ternyata Mbak Iin memang luar biasa. Baru istirahat beberapa menit, tangannya sudah mulai bergerak-gerak di perut, di paha dan di selangkangan saya, membuat rasa geli di sekujur tubuh. Tangannya kembali meremas-remasbatang kemaluan saya. Karena masih darah muda, maka hanya sedikit sentuhan, kemaluan saya langsung berdiri dengan gagahnya mencari sasaran. Melihat batang keperksaan saya dengan cepatnya berdiri lagi, wajah Mbak Iin kelihatan berseri-seri. Sambil tangannya tetap mengocoknya, kami saling berciuman.

    Bibir Mbak Iin yang mungil memang sangat merangsang semua laki-laki yang melihatnya. Ciuman yang lembut dengan usapan-usapan tangan saya ke arah putingnya, membuat birahi Mbak Iin juga cepat naik. Putingnya seakan-akan menjadi tombol birahi. Begitu puting Mbak Iin disenggol, lenguhan nafasnya langsung mengencang, kedua kakinya bergerak-gerak, pertanda birahinya menggebu-gebu. Saya usap liang senggamanya dengan tangan, ternyata liang kenikmatan Mbak Iin sudah sangat basah.

    “Gila bener cewek ini, cepet sekali birahinya..,” pikir saya dalam hati.

    Mbak Iin menarik-narik punggung saya, seakan-akan memberi kode agar senjata rudal saya segera dimasukkan ke sarangnya yang sudah lama tidak dikunjungi burung pusaka.

    “Ayo dong Vi..! Cepetan, Mbak sudah nggak tahan nich..!”

    Alat vital saya sudah semakin tegang, dan saya sudah tidak sabar untuk merasakan kemaluan Mbak Iin yang mungil. Saya sapukan perlahan-lahan kepala kejantanan saya di bibir kewanitaannya. Kelihatan sekali kalau Mbak Iin menahan nafas, tandanya agak sedikit tegang, seperti gadis yang baru pertama kali main senggama. Setelah menyapukan kepala rudal saya beberapa kali di bibir kenikmatannya dan di klitorisnya. Akhirnya saya masukkan burung saya ke sarangnya dengan sangat perlahan.

    Kedua tangan Mbak Iin meremas pundak saya. Kepalanya sedikit miring ke kiri, matanya terpejam dan mulutnya sedikit terbuka sangat seksi sekali, tandanya Mbak Iin sangat menikmati proses pemasukan batang kejantanan saya ke liang senggamanya. Lenguhan lega terdengar ketika kepala kemaluanku membentur di dasar liang kenikmatannya. Saya diamkan beberapa saat rudal saya terbenam di liang senggamanya untuk memberikan kesempatan kemaluan Mbak Iin merasakan rudal kenikmatan dengan baik.

    Saya pompakan batang kejantanan saya ke liang senggama Mbak Iin dengan metode 10:1, yaitu sepuluh kali tusukan hanya setengah dari seluruh panjang batang kejantanan saya, dan satu kali tusukan penuh seluruh batang kejantanan saya sampai membentur ujung rahimnya. Metoda ini membuat Mbak Iin merancau tidak karuan.

    Setiap kali tusukan saya penuh sampai ujung, saya kocok-kocokkan kejantanan saya beberapa lama, akhirnya saya rasakan kaki Mbak Iin melingkar kuat di pinggang saya. Kedua tangannya mencengkram punggung saya, dan dadanya diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti dengan lenguhan panjang, “Aaacchh.. aauugghh.. Aallvvii.. aakku.. kkeelluuaa.. aa.. rr..!”

    Batang kemaluan saya terasa sangat basah dan dicengkram sangat kuat. Merasakan remasan-remasan pada rudal saya yang sangat kuat, membuat pertahann saya juga seakan makin jebol dan akhirnya, “Ccrroot.. croot.. crrot..!” saya juga keluar.


    Setelah permainan itu, saya sering melakukan hubungan seks berkali-kali, bisa seminggu dua kali saya melakukan hubungan seks dengan Mbak Iin. Ternyata nafsu seks Mbak Iin cukup besar, kalau satu minggu saya tidak bermain seks dengan Mbak Iin, pasti Mbak Iin akan main ke rumah, ataupun setelah bekerja, dia akan menelpon saya di kantor untuk meminta jatah.

    Saya melakukan hubungan seks dengan Mbak Iin bisa dimana saja, asal tempatnya memungkinkan. Baik di rumah saya, di rumah dia, di hotel, di mobil, di garasi, di kamar mandi sambil berendam di bath-tub, di dapur sambil berdiri, bahkan aku pernah bermain seks di atas kap mesin mobil saya.

    Ternyata berhubungan seks itu kalau dengan perasaan agak takut dan terkadang tergesa-gesa, memberikan pengalaman tersendiri yang cukup mengasyikkan.

  • Kisah Memek Memek Brewok Budhe Titiek dan Mbak Darmi

    Kisah Memek Memek Brewok Budhe Titiek dan Mbak Darmi


    2833 views

    Duniabola99.com – Saat ini usiaku sudah 16 tahun, sebentar lagi aku sudah kelas 1 SMA. Aku sama seperti kalian yaitu penggemar wanita setengah baya. Kali ini aku akan menceritakan kisahku dengan budhe Titiek.


    Sudah jadi jejaka muda kamu ya kata budhe Titiek yang selalu mengagumi kegantenganku. Memang wajahku merupakan kombinasi manis antara gen ibuku yang berasal dari keraton Jogja, dan bapakku yang keturunan kraton Solo.

    Usia budhe Titiek 57 tahun. Budhe Titiek adalah pensiunan PNS. Suaminya meninggal karena sakit. Sedangkan kedua anaknya sudah berkeluarga dan pindah keluar negeri tetapi tanpa kabar hingga kini. Tubuh budhe Titiek seperti kebanyakan ibu-ibu lainnya. Tubuh montok, pantat besar, perut sudah berlemak, dan teteknya memang sudah turun tapi besar menggoda. Sebagai lelaki penggemar wanita setengah baya pasti akan menyukainya.

    “Le…kamu harus ngerti, bahwa bapakmu yo adikku itu perlu pendamping untuk bisa mengasuh kamu dengan baik, karena apa? kamu sebentar lagi sudah tumbuh jembut he he he…” kata budhe Titiek sambil menoel janggutku.

    “Ketika laki-laki kemencur kaya kamu itu le, yang sudah keluar jembutnya, sangat butuh kasih sayang, tidak cukup oleh bapakmu tok, tapi juga butuh kasih sayang seorang ibu, meskipun itu ibu sambung”. Aku yang waktu itu sedang bermanja-manja dengan budhe Titiek sambil tidur-tiduran dipangkuannya cuma membisu. Jujur saja aku tidak begitu mendengar kata-kata budhe Titiek, aku betul-betul sedang terbuai dengan tubuh budhe yang membuatku terangsang.

    Budhe Titiek yang waktu itu memakai daster longgar yang tidak memakai lengan membuatku sangat terpesona. Kulitnya yang kuning sangat kontras dengan bulu ketiaknya yang tumbuh lebat yang tersembul diam-diam, jujur saja aku baru melihat secara jelas sosok budhe Titiek. Sejak kecil, budhe Titieklah yang menjadi tumpuanku untuk bermanja-manja. Baru kali ini aku terpesona dan bergairah. Mungkin ini yang dinamakan puber ya, bukankah budheku sendiri mengatakan aku sudah jadi jejaka yang sedang tumbuh bulu jembutku. Aku betul-betul terbuai melihat bulu ketek budhe Titiek yang lebat, dan aroma tubuhnya di siang yang terik itu betul-betul membuat seluruh pori-pori tubuhnya mengeluarkan bau yang khas, bau seorang wanita dewasa. Dengan malu-malu aku mencium bau itu, dan budhe Titiek tersenyum memandangiku.

    “ono opo le… kowe kok cungar-cungir, opo budhe mambu kecut yo” katanya sambil mencubit hidungku.

    ” budhe seksi banget…” kataku spontan.

    “wah… ponakanku iku wes gedhe tenan, lha iku sing ngisor wes obah-obah ” katanya sambil nguyel-uyel burungku yang pelan-pelan mengembang. Aku jadi malu dan berusaha bangkit, namun pada saat yang bersamaan budhe menunduk akibatnya wajahku langsung bertemu dengan daging empuk yang sangat lumer, ternyata budheku tidak pakai kemben. Ahhhh, dengan segenap rasa aku merasakan itu. Pelan-pelan otot burungku semakin mengeras, dan cilakanya budheku malah dengan erat membenamkan dadanya yang besar lumer itu ke mukaku…

    “ohhh le… budhe pengin nyusuni kowe maneh ki…” katanya sambil terkikik.

    Aku jadi malu, tapi jujur saja aku begitu menikmati lumer dadanya budhe Titiek. Apalagi ketika dengan sengaja budhe Titiek memasukkan seluruh mukaku ke belahan dasternya, aku betul-betul merasakan hangatnya bukit kembar itu. Dengan gemes budhe mengusap-usapkan seluruh bukit dadanya kemukaku, “le budhe pengin nyusune kowe…” katanya merintih.

    Dengan naluriah mulutku kudekatkan pada dada itu, dengan terpejam aku mencari puting hitam yang besar itu.

    “Oh le, hisap terus pentile budhe” ceraunya ketika mulutku dengan alamiah menghisap dan menjilati puting dadanya yang sebesar jempol tangan itu. Budhe semakin menekan wajahku, desisnya semakin membuatku bersemangat untuk menghisap habis putingnya.

    “le enaaaaak, terussssss” katanya sambil terus mendekapiku. keringatnya yang mulai membanjir semakin menguarkan bau tubuh wanita dewasa, aku betul-betul terbius dan lupa diri.

    Budhe semakin mendesah, ketika mulutku kembali mengenyot dengan ganas penthil item besar itu.

    “ahhh le, enak….bangetttt” rintihnya. Aku lupa diri, bahwa yang sedang kukenyot habis adalah penthilnya budheku. Aku ingin menumpahkan rinduku pada sosok ibu. Dengan wajah memerah budhe menarik wajahku, dan dengan ganas budhe menciumi wajahku. hidungnya mengeser-geser pipiku, terasa meremang semua bulu-bulu halus diwajahku. Bibirnya yang penuh, mencium dengan ganas bibirku. Aku yang baru pertama kali merasakan hangatnya bibir wanita dewasa terasa terbang diawang-awang, halus lumer dan hangat mencipok-cipok.

    “le keluarkan lidahmu” desis budhe memintaku untuk mengeluarkan lidahku, dengan naluriah kupanjangkan lidahku, dan kembali aku merasakan sensasi yang sangat luar biasa. Lidahku dihisap dan diusap oleh lidah budhe. Seluruh tubuhku luruh yang terasa nikmat luar biasa. Pelan tapi pasti aku mengikuti irama yang dikembangkan budhe. Sedot…hisap dan jilat akhirnya aku kuasai dengan baik.”….hmmmm pinter kowe le….ahhhhhh enak le” desisnya lagi. Budhe kemudian menengadahkan lehernya, dengan naluri yang sama aku menelusuri lehernya yang jenjang dengan kecupan-kecupan lembut, kadang dengan erangan budhe memintaku untuk menggigit dan menghisap lehernya yang putih kekuningan itu, kuciumi bau khas yang memabukkan itu lagi. Budheku pun tak kalah ganas, gantian wajahku dan leherku yang diciumi dengan hisapan-hisapan kecil yang melenakanku. ohhhh nikmatnya. Telingaku pun tidak luput dari jilatan-jilatan lidahnya, geli banget. Akupun melenguh kuat. Disaat aku tergiur nikmat dari sentuhan-sentuhan panas bibir budhe, kembali aku mendapat kejutan yang membuat lututku goyah. Budhe Titiek tiba-tiba jongkok, dengan ganas budhe menurunkan celana komborku, dan burungku yang baru berambut jagung teracung melengkung keatas.


    “oh le, kontolmu sudah tegang banget yo, naik turun terus tu”, kata budhe kepadaku sambil menggoser-goser pipinya yang hangat ke cendawanku, tangannya dengan lembut membelai seluruh otot-otot batang mudaku. Nikmat banget. Belum hilang rasa nikmat itu, berganti dengan jepitan hangat yang menyelusuri otot-otot kakuku itu. Ternyata budhe dengan beringas memasukkan seluruh batang burungku ke mulutnya yang penuh. Lalu dengan pelan-pelan menghisap dan mempermainkan lidahnya disekujur kepala burungku.

    “ohhhhhhh budheeeee, enakkkkk bangettttt……” aku hanya bisa merintih sambil meremasi seluruh rambut budhe yang panjang mengurai itu.

    “enak yo le…..” jawabnya sambil mempermainkan burungku naik turun. Slrup…. Slrup, hanya suara itu yang terdengar ketika budhe menghisap dan mengulum otot kejantananku itu.

    “aduuuuhhhhh budhe….enakkkkk budhekkkk” mataku terbeliak dan menyempit, mengiringi rasa nikmat, lenu dan gelinak…geli enak yang melanda seluruh sari-sari nadiku. Aku merasa naik ke atap kenikmatan yang kian tinggi. Aku hanya bisa merintih, merintih dan mencecap-cecap setiap kenikmatan yang muncul dari goseran lidah dan kuluman nikmat dari bibir penuh budheku. Budheku menatap dengan senyum nakallll,….”enak yo le….nek dikenokno” katanya menggoda, kemudian mulutnya melepas dan mencucup-cucup segenap batang kejantananku, dan akhinya turun di bola pelerku. Kembali aku hanya bisa ngruguhhhh menikmati sapuan lidah budhe disemua otot kejantanankuyang baru hilang kulupnya 6 bulan lalu. Belum hilang rasa enak itu, kembali budhe membuatku terlololong nikmat, ketika lidahnya yang runcing menyapu segenap daerah tahitiku, aku menjijit, melengkungkan tubuhku sambil mendesissssss nikmat ” aduuuuhhhhh belekkkkkkkkk, geli bangettt ngettt ngettttttt” sambil mengesol-gesolkan segenap organ tubuhku menikmati sledutan nikmat…mat dari gocekan lidah budheku. Melihat gelinjang kegelianku, budhe tambah semangat lidahnya yang tajam mempersona itu memainkan lubang kencingku. Aku hanya bisa meremas rambutnya dengan ketat melihat aksi lidah budhe itu. Terasa aliran kencingku berdesir naik, membuat kepala burungku semakin memerah dan berkedut-kedut nikmat. Seperti gunung merapi yang mau memuntahkan lahar panas. Budheku paham, dengan sigap tangannya memencet ulir dibelakang topi bajaku. Memitesnya dengan cepat, terasa ada yang berjingkat dan pelan-pelan jaliran nikmat yang kian naik ke atas pelan-pelan turun luruh. “ahhhhhh budhekkkkkkkkkkk…..oh, enaknya. seruku melihat aksinya itu.

    Kemudian budhe membimbingku duduk di kursi panjang. Dengan gaya gemulainya budhe mengundangku dengan jentikan jari telunjukknya yang runcing memanjang itu. ketiaknya yang sedikit terbuka memamerkan bulu-bulu hitam yang lebat mengurai. Pelan aku mendekatinya, dengan berani aku mengangkat lengan itu, kubenamku seluruh mukaku di bulu-bulu hitam yang melebat basah. aku luruh dalam bau yang memabokkan hasrat berahiku. kuciumi dengan hangat. budhe terkikik-kikik kegelian.


    “….ahhhhh le geliiiiii, opo ora jijik to kowe ngambungi kelekku iku” katanya sambil mengelus-elus rambut keritingku. Aku hanya mendesah, dan semakin mengendus-endus bau yang membuatku terangsang itu. Setelah puas dengan bau itu, secara naluriah aku kembali menekuni bukit dada yang kenyal dengan puting hitam sebesar ibu jari itu. budhe menghindar, dan dengan kelitan yang merangsang budhe kemudian berdiri, dan membuka dasternya yang sudah madul-madul itu. Aku hanya ngowohhhhh menyaksikan tubuh mulusnya yang berdiri utuh dengan segenap ketelanjangannya. Lengannya membuka penuh memamerkan bulu-bulu menghitam disekujur ketiaknya, sementara dua bukit kembarnya bergoyang-goyang dengan hiasan puting merona hitam. Perutnya yang menggemuk, turun dihiasi segitiga hitam lebat mengakang. Budhe ternyata tidak memakai kancut. rambut jembutnya lebat sekali, sangat kontras dengan kulitnya yang putih temu giring. Sekali lagi aku hanya melongo, dan membuatku sulit menelan air ludah, berjegut-jegut nanar menatap utuhnya tubuh perempuan dewasa yang matang itu.

    Pelan budhe membuka lebar kedua kakinya, dan dengan gemulai memamerkan saluran lahar merah mudanya yang dikelilingi hutan belukar yang lebat itu. Dengan gemulai pula budhe menyibakkan gawuknya, dan memainkan itilnya yang menonjol keluar. Dengan bahasa isyarat budhe memintaku mendekat, bagai seorang guru budhe membimbingku..

    “le iki sing jenenge gawuk…” sambil memamerkan gawukknya yang merah muda itu..

    “lha sing iki jenenge itil le”..desisnya sambil menjentil-jentil itilnya sehingga makin menonjol keluar. Kemudian budhe memintaku untuk menciumi gawuk utuh itu. bagai kerbau dicocok hidung, akupun melai mendekatkan hidungku. Terasa segar baunya, kemudian dengan lidahku aku menuruti budheku guruku itu dalam mempermainkan burungku tadi. Pelan kumainkan lidahku disekujur garis membasah itu, terdengar budhe mengerang berkeredut menambah basah garis membujur itu. Aku makin semangat menjilati aliran lahar asin itu, apalagi ketika kulihat dibalik rimbunnya jembut hitam itu, budhe juga ngowoh mulutnya mendesis, sementara matanya terbeliak putih. Ternyata budhe menikmati ketika lidahku yang kasap itu melumat habis daging kecil menonjol itu. kusapu habis-habisan semua barang basah itu, budhe tergerinjal-gerinjal mulutnya menyemburkan kata-kata saru, “waduhhhhhhh le enak tenan ohhhhhhhh terus le” sambil tangannya menekan-nekan kepalaku membimbing untuk menemukan titik-titik nikmat diseluruh penjuru gawuknya itu. Dengan pekikkan yang sangat keras budhe menekankan seluruh mukaku, ketika dengan berani kuhisap habis itil itu.

    “……aduhhhhhhhh le aku metu….mettuuuuu metttuuuuuu tuuuuuuuuuuu” serunya, terasa berkejut-kejut dan membanjiri mulutku segenap cairan kenikmatan dari lubang enak itu. setelah itu pelan-pelan gawukknya yang tadi munjuk memenuhi mulutku menggelosoh, kakinya yang menjepit leherkupun demikian. Terlihat budhe terpejam. keningnya penuh dengan embun keringat, nafasnya yang memburu pelan-pelan berangsur normal lagi. “pinter tenan le kowe” desisnya sambil memandangiku sayu. Aku kemudian bangkit, dan memeluknya erat. Budhe pun kembali menciumi wajahku. Pelan-pelan tangannya menggapai burungku yang masih tegak berdiri kokoh. Kemudian membimbingnya, dan memasukkankannya ke lubang nikmat itu. Aku sempat ragu dan bingung harus bagaimana. Namun dengan naluriah aku pelan-pelan memasukkan kepala jamur itu ke sela-sela gawuk budhe. Terasa geli luar biasa ketika burungku memasuki guwa garbanya. Hangat mencengkeram. Apalagi setelah budhe menekan pantatku ke bawah. Terasa hangantnya teraso,”….hmmmmmm terus le, tekaaaann ke bawah kontolmu. desisnya.” aduhhhhhhh kontolmu enak banget le, mentok” desisinya lagi ketika burungku masuk lebih dalam lagi. kakinya yang panjang itu kemudian melingkari pinggulku. Dengan naluriah pula aku menaikkan dan menurunkan tusukan kelubang injit-injit semut itu. “ohhhhh budhe, kok enak bangeeettttt” kataku sambil menghujamkan burungku yang disambut dengan hisapan dalam oleh budhe di gawuknya. Aku bagai tengelam dalam lubang yang bisa bernafas, kadang menghisap kadang memeras bahkan kadang menjepit. Sementara mulut budhe tiada henti menciumi wajahku, melumuri pipiku dengan jilatan lidah yang menghisap, mencucup dan melumuri mukaku dengan air ludahnya. Aku hanya bisa mengerang-mengerang menikmati rasa nikmat yang merambat dari ujung kaki sampai ujung rambut. Kenikmatan itu semakin terjal ketika budhe dengan sengaja memutar-mutarkan pinggulnya mengimbangi tusukan-tusukan ngawur dari kontolku. ” ohhhhh terus le, enakkkkk sing rosa le” desisnya, aku menurutinya, kutahan jelajah nikmat yang mulai mendekati ujung kepala burung itu. Aku ingin menikmati rasa nikmat yang mengigiti ujung burung itu. Dengan hentakan yang kuat aku menghujamkan seluruh batangku itu, budhe terlihat membelalak dan kembali melolong nikmat “aduhhhhhhhhhhh le aku metuuuuu tuuuuu tuuuuuuuuuuu”teriaknya terasa mendesir-desir basah melingkupi kepala kontolku. Aku dipeluk sangat kuat, dan kakinya yang jenjang mengunci pinggulku. Sementara pinggul budhe dengan ritmis bergerak gerak dalam geseran nikmat yang menjumbul-jumbul. Ohhhhhhh terasa ada yang ingin meletup di dasar lubang itu. Keringat budhe tumpah setumpah bersama dengan keringatku yang membasahi seluruh tubuhnya pula. Keringat perempuan dewasa yang memapaki puncak kenimatannya, menguarkan bau yang membuat nafsuku kian membumbung. Pelan gerakan ritmis itu mereda, dan dengan ciuman sayang, budhe memintaku untuk mencabut burung kokoh yang masih belum terluka itu. “wesss le dicabut disik yo” serunya sambil menciumi segenap mukaku kembali. Dengan ogah-ogahan aku mencabut burung itu, ada yang ngganjel karena aku juga sudah mulai merasakan rasa nikmat yang menjujul-jujul ujung kepala burungku. namun karena budhe memintaku untuk mencabut, maka dengan terpaksa aku mencabut burung itu. Kemudian budhe mengelap sekujur gawuknya yang porak-poranda itu dengan kain dasternya. Setelah dirasa beceknya ilang, budhe kemudian memintaku berbaring. Dengan rakus kembali budhe mengoplos seluruh batang kemaluanku dengan hisapan dan jilatan kembali. Aku kembali merasakan sapuan-sapuan nikmat yang menggambir-gambir burungku itu ” aduhhhhhhh budhe, enak-enakkkkkkkkkkkkk” seruku menikmati aksi binal mulut budheku dalam mempermainkan segenap pori-pori otot kejantananku itu. Setelah dirasa cukup pelan-pelan budhe mengangkangiku. Dengan tangannya yang utuh budhe kemudiam memasukkan kembali burungku itu menerobos hutan lebatnya yang kembali membasah. Pelan terasa pijatan yang lembut dari gua garbanya. “ohhhhhh aduhhhhhh le menthok” seru budhe ketika ujung kepalaku menyentuh lubangnya yang paling dalam itu. Kemudian setelah berkeredut sebentar, budhe kemudian menaikkan dan menurunkan pantatnya yang bohai itu memijat dan mengurut otot kejantanku. Aku kembali disuguhi pemandangan yang mengasyikkan, kedua susu itu bergerak ritmis mengikuti ayunan pantat bohai itu. Pentilnya yang hitam kembali merayuku untuk menyentuhnya. Melihat mulutku yang mendesis nikmat, tapi mataku yang melotot memandangi ombak didadanya itu, budhe tambah kemayu dan mendekatkan pentil besar itu persis di mukaku, sentuhan pentil itu membuat saraf mulutku semakin nikmat, aku kemudian mengangakan mulutku. namun sebelum pentil itu terhisap mulutku budhe memindahkan pentil itu ke ujung hidungku. Mulutku justru tersapu oleh bulu lebat dari ketek budheku, aku jadi merem melek. Budhe tersedak, dan tergigik melihat aku yang kembali mendusel-dusel ketiak lebatnya dengan gemas aku kemudiam mencium dan menyedot seluruh aroma ketiak itu.


    “aduhhhhhh le keriiiiiiiii banget” serunya gemas sambil memutar-mutarkan pinggulnya memijat seluruh batang kenikmatanku itu. Terasa mentok dan menimbulkan senasai padat di ujung-ujung syaraf kegelianku. Aku mendengok dan merangkul dengan ketat tubuh budheku. Menghujamkan seluruh otot kejantananku dengan sekuat-kuatnya, sementara budhe yang melihat usahaku justru berusaha mengimbangi dengan sedutan-sedutan serta tarikan dari arah yang berlawanan.

    “enak yo le…kelekke budhe…huhuuuuuuhhuuuuu” gerengnya sambil memutar-mutar pingulnya. Sementara putingnya yang keras dan kenyal itu menyapu-nyapu seluruh dada basahku. Budhe menggelinjang nikmat ketika tanganku membalas iseng menerobos lubang tahitinya. “aduhhhhhhhhh le tok apakno, tilisanku ituuuuuuuu” geramnya

    ” enak-e pollllll…aduhhhhhhhhhh…aduhhhhhhhhhhhhhhh, terus le terus” teriaknya. Aku yang melihat budhe begitu bergeloranya jadi lebih bersemangat, sementara ototku menghajar gua garbanya, tanganku menghajar tahitinya. Sementara mulutku dengan ganas beralih mengkenyot polll putingnya yang keras hingga ke langit-langit mulutku. Melihat olahku yang demikian, budhe hanya bisa mendesis dan semakin memperhebat gerakan pinggulnya, semakin cepat…cepat dan akhirnya irama ritmis itu aku nikmati lagi, budhe mengelinjang-gelinjang dan full power menghentakkan pinggulnya. “aduhhhhh le, budhe metu maneh”……pinter kowe le aduhhhhhhhh enak tenanannnnnnnnnnnnn” terasa desir banjir memenuhi lobang nikmat itu, melumuri segenap batang kejantanku membuatnya licin. Budhe terguguk menikmati sisa-sisa nikmat sambil memelukiku dengan hangat, sementara aku dengan lahap melumuri lehernya yang basah oleh keringat kenikmatan itu, terasa asin tapi bagai tonikum untukku. Setelah nikmat reda, budhe kembali menaikkan dan menurunkan pinggulnya kembali, aku kembali menikmati urut-urutan nikmat. gerakan pinggul budhe kembali menapaki batang kejatananku, pelan semakin cepat, semakin memutar dan menghentak. Sementara budhe kembali membetulkan rambutnya yang bosah baseh itu. Aku kembali terpana menikmati tubuh yang berkilap karena keringat, dan juga ketiak yang kusut lebat itu. Puting dan dada itu kembali menampilkan goyangan ombak membuncah kadang bergerak dengan gelinjang yang kuat. Kadang dengan irama yang lembut membuncah. Aku yang selama ini pasif saja merasakan belaian dan urutan lembut menarik-narik nikmat mulai ujung kepala sampai batang kelakianku, dan lebih menikmati pemandangan indah yang membuncah didepanku, serta mendengar erangan dan deruman birahi dari mulut budheku serta bunyi rinmis dari beradunya antara tulang pubisku dengan pantat bohai dari budheku mulai panas, dan dengan hentakan yang kuat aku langsung memeluk budheku, budhe tanggap dan ganti memelukku dengan ketat. Aku kembali mendapat sensasi dari pergantian posisi itu. kami bersetubuh dalam posisi duduk, keringat kami menyatu saling melengkapi. Terasa sangat kuat jepitan lubang nikmat itu, mengurut….memerah, melintir-lintir, berdegut-degut menebarkan seribu sensasi rasa yang tak pernah terbayangkan selama 16 tahun hidupku itu. kami saling bertukar peran, kadang menghujam kadang menarik kadang mengurut disertai irama erangan dari mulut budhe yang kian berat…”ohhhhhhgrhhhhh le huenanankkk tennnnnnh” yang kadang berganti “….pinter tenan leeeeee aduuuuuuuuuh, kok eunannnnnnnk banget kontolmu” disertai dengan pagutan-pagutan dan jepitan mulut budhe disekujur leherku. Mendapat nikmat itu, lama-lama magma kuat yang mulai merambat dari ujung tahitiku naik…naikkkk dan akhirnya dengan hentakan kuatttt aku hanya bisa melenguh keras

    ” aduhhhhhhhh budhe kulo metu, pengin nguyohhhhhhhhhhhhhh” dengan ketat budhe menggoyangkan pantatku, memutar dan menghisap dengan sedotan dan gerudutan di dalam gawuknya itu….

    “iyooooo le terus aduhhhhh semprotan pejuhhhhhhhmu enakkkkkkkkk banget leeeeeeeeeeeeee” yang disusul dengan gerakan ritmis dari pinggul budhe lagi, dengan ritme yang sama dan dengan erangan yang disertai dengan gigitan kuat dileherku. Akupun mengeluarkan segenap magma keperjakaanku dileher rahim budhe dengan penuh rasa dan nikmat yang baru aku alami seumur-umurku. Aku kemudian jatuh terlentang di sofa biru itu, budhe tetap memelukku, dan mencium habis seluruh wajahku. Dengan nafas satu-satu budhe membisikiku

    “ohhhhhh le kowe saiki wes joko tenan, dudu joko kemencurrrrrr, budhe seneng bangettttttttt” serunya sambil terpejam didadaku yang kerempeng yang penuh dengan noda-noda merah gigitan budheku dan juga basah dengan keringat nikmat kami.

    Setelah reda, budhe kemudian bangun. Dengan gaya gemulai budhe menata rambutnya kembali, aku kembali terlongong bengong menikmati pemandangan indah perempuan dewasa, matang. Tubuh budhe basah keringat, ketiaknya membuncah gemuk dengan uraian bulu ketiak basah lebat, hitam. Sementara dadanya membusung dihiasi puting hitam besar yang bergoyang sesuai dengan irama tangan budhe. Perutnya yang lumer memblenduk melipat gundukan hitam kelam yang penuh dengan gelimang peak magma keperjakaanku. Aku kemudian bangun dan dengan sigap kembali mencumbu-cumbu, menguik-nguik bulu indah di ketek budhe dan meremas gemas puting hitam itu. “wesss le mengko bengi maneh yo, saiki budhe arep masak ben engko bengi iso dienggo kembul bujono kanggo bapakmu karo ibu sambungmu, mbak darmi” katanya sambil memencet hidungku dan mencium bibir ngowohku. Budhe kemudian bangun dan memakai dasternya kembali. Aku hanya bisa menatapnya dengan penuh nafsu kembali. Burungku yang terkulai nikmat kembali bangun. Namun budhe sudah lenyap masuk ke dalam dapur yang hanya tertutup korden.


    Mbak darmi, ibuku sambung….

    Malam yang kubenci itu akhirnya datang juga. Sejak kemarin rumahku sudah padat oleh sanak famili. malam itu bapakku jadi menikah dengan perempuan yang bernama darmi. Bapakku tidak salah pilih, karena mbak darmi merupakan perempuan idaman sesungguhnya. Wajahnya sangat jawa, kulitnya sawo matang, rambutnya hitam banyak dan bergelombang yang sangat menarik bulu keteknya juga sangat lebat, dan dadanya full membusung tinggi. Itu aku ketahui secara tidak sengaja, sore itu mbak darmi sedang didandani oleh budhe Titiek. Aku yang sudah diperjakai oleh budheku beberapa hari lalu menjadi ketagihan, penginnya nyosor terus dan bisa sembunyi diketiak budhe Titiek. Aku kangen banget dengan bau tubuhnya, bau keleknya dan juga sangat kangen dengan geredutnya lubang kenikmatannya. Jadi, ketika melihat bayangan tubuhnya masuk kamarku aku jadi belingsatan dan panas dingin meriang kontet. Apalagi aku tahu secara sekilas budhe Titiek tidak memakai kemben meskipun daster yang dipakai agak rapat. Samar-samar aku bisa melihat goyangannya yang lembut ketika melintas, spontan burungku berontak dan mulai agak mengeras. Berjingkat aku mencoba mengikutinya, dan dengan perlahan membuka pintu kamarku. Namun, aku jadi salah tingkah karena dikamarku, ternyata budhe tidak sendiri dia bersama ibu sambungku mbak darmi, yang membuat aku makin belingsatan mbak darmi dan budhe Titiek sedang duduk sepur-sepuran, mbak darmi di depan dengan kemben yang munjung dan budhe Titiek dibelakangnya sedang menata sanggulnya. Lututku langsung lemas, jantungku langsung nitir. karena waktu itu mbak darmi dengan anggun sedang mengangkat kedua tangannya ke atas, dan memegangi rambutnya yang sedang di tata oleh budhe. ngowoh aku melihatnya, karena ketiaknya benar-benar dihiasi rambut lebat hitam yang tak kalah lebatnya dengan milik budhe Titiek, lehernya jenjang dan bukit dadanya menjembul pengin memberontak keluar dari kembennya yang ketat. Melihat aku yang kaya kethek di tulup, budhe Titiek tertawa ngekek ” ono opo to le….kene mlebu kene”, serunya sementara mbak darmi hanya tersenyum tanpa merasa risi sama sekali melihat mataku yang melotot tot hampir keluar itu, malah sempat kulihat dia tersenyum nakal menatapku. ” iyo nang danang…, ayo mlebu kene wae” serunya manja sambil membetulkan letak sanggulnya itu. “rindhik asu digithik” bagai pepatah itu, aku dengan malu-malu duduk disamping mereka berdua. Aku tidak berani menatap wajah mbak darmi, namun dengan malu-malu aku mencuri-curi pandang ke arah ketiaknya yang dihiasi rambut kelek mengurai lebat. Budhe tersenyum melihat tingkahku, dan berkata “…le…le kowe iku nek ndelok kelek wulunen kok ora kedhep-kedhep to” katanya sambil menoel wajahku. Aku gelagapan malu, sementara mbak darmi malah terkekeh-kekeh “…iyo mbakyu, kawet mau kok tak delok tole danang iku ndak kedhep blas mandeng kelekku iki” katanya sambil mengangkat kembali lengannya dan pura-pura menciumi baunya..”opo ambune kecut nemen yo yu?”katanya pada budhe Titiek. Budhe Titiek hanya ketawa ” …le iki lho ambungen kelek-e mbokmu” katanya sambil menarik tanganku untuk duduk persis disamping mbak darmi, ibu sambungku itu. Aku makin salah tingkah, namun dengan berani mbak darmi menyodorkan keleknya yang lebat itu kearah mukaku. Tercium lagi bau keringat wanita dewasa yang agak berbeda dari aroma kelek budhe Titiek, agak lebih manis namun lebih merangsang. Tiba-tiba aku memberanikan diri untuk mencium kelek itu, sementara mbak darmi terkikik geli melihat mulutku yang menyosor dan mengkempit-kempit ketiaknya. Melihat tingkahku itu, budhe langsung menimpali “wes …wes le, ojok tok sosor terus ibukmu iku…ndak mari-mari mengko” katanya sambil memintaku untuk keluar kamar. Melihat mukaku yang kecewa berat, mbak darmi langsung memelukku dan mencium keningku dengan rasa sayang.”wes cah bagus…mengko nek wes mari temu manten kowe keno ngambungi kelekku maneh” katanya. Budhe langsung tertawa ngakak “wahhhhhh danang panji iki memang senangane kelek mbak” katanya sambil kembali menata sanggul mbak darmi, ibuku sambung. Melihat diriku yang masih cemberut, budhe Titiek langsung mendatangiku, memelukku dan mengusap lembut keningku. “he he cah bagus, ibumu ben dadan sik yo, ben tambah ayu..” katanya. Mendengar itu, aku hanya mengangguk. dengan arif budhe langsung membawa kepalaku ke arah lekukan ketiaknya, dan membiarkan mukaku terbenam sampai penuh diketiaknya, yang entah karena keringat yang cukup membanjir membuat aroma yang membikin aku melayang jauhh, membangkitkan rasa berahi yang tadi sempat padam. Budhe nampaknya paham, jadi sebelum birahi itu muncul, beranak pinak dan membangkitkan birahinya pula, mengangkat kepalaku dan memintaku untuk keluar kamar dan membiarkan ibuku dan budhe menyelesaikan pekerjaannya dulu. Akupun maklum, apalagi budhe sempat membisikiku untuk ngeloni tidurku nanti malam sambil mencubit pelan burungku yang masih jinak disarangnya itu. Pelan aku bangun dan keluar dari kamar.

    Namun belum terlalu jauh aku melangkah, mbak darmi ibu sambungku memanggilku “…..le panji…, tolong ibu ambilkan kutang warna merah maron yang ada di kamar bapakmu”. kemudian terdengar gurutuannya pada budhe Titiek “waduh aku lali je mbak, kok kotange ora digowo sisan mau” bisiknya dengan suara manja. Suara yang membuatku panas dingin. Dengan gemetar aku mencoba masuk ke kamar bapakku, pelan kuketuk dan ternyata kosong. Mungkin bapakku sedang berhaha hehe dengan teman-temannya. Kemudian bergegas masuk dan mencari kotang merah maron milik mbak darmi itu. Kotang itu tergeletak begitu saja disisi tempat tidur, ada dorongan kuat untuk menciuminya. Terasa bau keringat khas yang tadi sempat kucium. Bau yang cukup membuatku berdetar, membuatku on mode. Belum puas rasanya menciumi bau itu, ketika kembali terdengar suara budhe Titiek, “le…dang cepet, iki lho ibumu selak kademen (kedinginan)”. Dengan bergegas aku segera kembali ke kamarku. “…suwun lho le” ujar ibuku ketika kuberikan kotang warna merah maron itu. Tanpa sungkan, ibuku dengan dibantu budhe Titiek langsung melepas kain jaritnya dan dengan cepat jarit itu meluncur ke bawah. Ternyata ibuku sambung tidak mengenakan apa-apa lagi didalamnya. Aku betul-betul terkejut melihat pemandangan itu, tubuh mulus yang sangat berbeda dengan budhe Titiek yang sudah memiliki anak dua. Susunya tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil, bentuknya sangat indah. putingnya coklat tua, tidak sebesar putingnya budhe Titiek, namun betul-betul bulat membongkah. Yang membuatku semakin ngowoh dengan lutut gemetar ketika pandanganku terbentur diselakangan ibu sambungku, bagian itu ditutupi dengan bulu hitam lebat yang mengelombyok, keriting sangat kontras dengan kulitnya yang **********. Sungguh amat berbeda dengan punyanya budheku, yang kemarin habis kuenyel-unyel itu. Ingin rasanya aku membenamkan batang burungku yang sudah sangat keras itu ke belahan daging hangat yang terbungkus rambut hitam itu. Melihat mukaku yang full mupeng itu, ibu langsung menepuk pipiku lembut “..cah bagus…kowe kok jadi berobah koyo patung! opo aku ini aneh bagimu to le” serunya. melihatku yang hanya bisa menelan ludah dengan mata melotot, budhe langsung menyahut “…dudu aneh mbak, tapi anumu iki” sambil mengelus rambut hitam kemaluan ibuku. “jembutmu iku, ngruntel akeh lan kandhel poll, mungkin pikere tole panji duh…jembute we kuethele ndahno rasane, mesti uenak tenan…hmm mbener ndak le? katanya kepadaku. Mbak darmi ketawa ngikik “…bener cah bagus, kowe seneng banget karo jembutku iki to?!” tanya ibuku sambil mentoel pipiku lembut. “..jelas seneng to mbak, seneng banget mestine tole panji” kata budheku menimpali sambil tidak lupa membelai-belai rambut jembut ibuku sambung itu. wahhh edan tenan, pikirku. Budheku malah dengan berani menyentuh susu mbak darmi sambil berkata “..piye le susune ibumu, isok mengkel to, ojok tok bandingno karo susune budhemu iku, sing wes kambon bocah loro” katanya sambil mempermainkan puting ibu sambung. Mbak darmi kembali tertawa terkikih-kikih ” iso wae sampeyan iku yu…yu, wes geli kabeh aku ki” katanya sambil cepat-cepat memasang kemben dan memintaku untuk keluar kamar. Budhe juga segera membantu memasangkan kaitan tali kotang. Aku hanya bisa menelan ludah menikmati indahnya punggung ibuku sambung yang sekarang tertutup tubuh budhe Titiek, yang meskipun sudah agak kendor tapi masih sekel itu. Pelan aku meninggalkan kamar itu, dan kembali bergabung dengan saudara-saudaraku yang lain di kamar tamu.

    Resepsi perkawinan bapakku dengan mbak darmi memang diselenggarakan sangat sederhana, hanya famili dan tetangga dekat yang diundang. Selepas pukul 09.00 malam suasana sudah kembali normal. Bapak dan ibuku sambung sudah masuk ke kamarnya, aku hanya mendengar jeritan-jeritan kecil dan juga erangan-erangan bapakku yang entah sedang melakukan apa. saudara-saudaraku yang lain juga sudah kembali kerumahnya masing-masing yang memang letaknya masih satu deret dengan rumahku itu. Tinggallah aku dengan budhe Titiek di kamar tamu itu. Melihat sudah tidak ada tamu yang datang. Budhe Titiek mengunci pintu, kemudian mengikuti langkahku yang menuju kamar. Baru saja aku duduk ditepi ranjang, budhe sudah memelukku. Le panji ” budhe kangen banget karo kowe” ujarnya sambil mulutnya menghujaniku dengan ciuman bertubi-tubi.


    “heemhhh panji juga kangen dengan bau keleknya budhe” ujarku sambil membalas ciumannya, dalam satu minggu ini aku sudah mampu menjadi murid bercinta yang baik. Ilmu ciumanku sudah naik satu tingkat. Mupengku jadi mode on, melihat budhe yang terus menerus menggigiti dan menghisap lidahku.

    Budhe pun nampaknya terpengaruh dengan erangan-erangan yang ada dikamar bapakku, mupeng on juga. Tubuhku didorongnya ke tempat tidur, dengan tergesa budhe mencopoti bajuku. Sebentar saja tubuhku sudah telanjang kuyup. Budhe juga dengan tergesa melepaskan dasternya sendiri, kembali aku melihat tubuh mulus budhe yang meskipun sudah berusia lima puluhan lebih tapi masih tetap mendebur-debur jantungku. Tubuh yang kemarin bagai laboratorium cinta bergelimang peakku. Melihat pandanganku yang terpesona itu, budhe dengan manja mendekatkan keleknya ke hidungku.

    “…hmmm le, budhe kangen diambungi kelek-e” katanya, akupun menyambut dengan antusias, kujulurkan lidahku untuk menjelajahi hampir seluruh permukaan kelek budhe yang penuh bulu ketek itu,

    “….uhhh, hmmm!”,

    “ohhhh geli le, tapi uenakkkk tenan” sambil telapak tangannya mengelus dan menekankan kepalaku untuk bisa menemukan titik-titik geli dipermukaan keleknya itu.

    Dengan puas aku menikmati lazuardi nikmat, dari aroma yang terus menguar seiring mengembangnya pori-pori birahi disekujur ketiak budhe yang berbulu sangat lebat itu. “awwwwwww…” budhe merintih kecil ketika mulutku menjepit bulunya dan menariknya pelan,”koweee nakal le,” seru budhe sambil memelukku keras, dan kemudian mengalihkan mulutku untuk menyusuri pentil hitamnya itu. Budhe kemudian membiarkan tanganku meraba-raba sepasang payudaranya yang ranum lengkap dengan putingnya yang hitam sebesar ibu jari itu. Entah kenapa aku begitu menyukai puting susu yang hitam itu, kupermainkan dengan sepenuh hati, sehingga puting itu mulai mekar dan bergetar-getar seirama dengan nafas budhe yang kian berat.

    Aku mulai sedikit mengerti bagaimana memainkan emosi budhe, aku kembali meremas dengan irama yang kadang lembut, kadang kasar, bahkan kadang dengan elusan yang anggang-anggang namun penuh perasaan. Budhe hanya merengek manja dengan ulahku itu “…le kowe kok pinter saikii” rintihnya sambil mengeliat. Matanya nampak meredup. “le tanganmu enak tenan, angettt koyo ono semuteee”, melihat reaksi budhe itu aku semakin terangsang, aku semakin ramah, rajin menjamah, menguit, mengulik dan menggelintir segenap pentil kenyal itu. kadang pindah ke kiri kadang balik kekanan. Budhe kembali merintih “uedannn, enak le” terus “oukh, le!hmmmrhhhh…shh, akh” rintih budhe sambil membusungkan dada yang sedang menjadi obyek cabulku itu, aku berusaha memberikan kenikmatan maksimal untuk budheku itu, nampaknya budhe dapat meresapkan rasa geli-geli nikmat akibat ulahku itu. Capek dengan tangan aku mulai memainkan hidung dan mulutku. Hidungku mulai menyusuri segenap pori-pori yang mulai mengembang dipermukaan susu, kemudian memasukkan ujung pentil itu di lubang hidungku, kuhirup bagai menghisap in heller. Budhe hanya merintih melihat aksi nakalku itu. “okhhh le kowe pinter saiki” katanya sambil terus membusungkan dadanya, seolah memberikan kesempatan selebar-lebarnya agar aku dapat mengeksplor penuh segenap pentil nikmatnya itu.

    Terlihat muka budhe semakin memerah, nafasnya semakin berat, rintihan dan geramannya yang diiringi kata-kata

    ” aduhhhh mati aku le, aduhhhh enak tenan le” semakin sering kudengar. Aku semakin bersemangat. pelan kubuka mulutku, dan happ pentil besar itu masuk dalam mulutku.

    “aduwwwwww” jerit lirih budhe, perempuan matang yang menjadi budheku itu menggelinjang-gelinjang, ngosek, ketika aku kembali menghisap dan mengkenyot.

    “terussss le sedot, kenyottt ahhhh edan enak le enakkkkk”

    “hmmm!…” dua telapak tangan budhe menekan dan mengacak-acak rambutku sambil terus menekankan mulutku mengapai nikmat diujung pori-pori kulitnya. Keringat budhe mulai mengembun, menguarkan bau birahi tubuh wanita dewasa matang. Putingnya ngaceng keras memudahkanku menjepitnya dilangit-langit mulutku. Aku juga mulai terangsang. Sungguh nikmat pentil itu, renyah untuk dikulum dan digigit kenyal menjentak-jentak. Plok…ohhh plok…cpruut. Bunyi sensual yang keluar dari ulahku. Seiring semakin bervariasinya ulahku, kadang tak kulum, kadang tak lepas kadang tak gigit. Berganti-ganti kiri dan kanan. Puting itu sudah basah kunyup dengan air ludahku, tak bosan-bosan aku mempermainkannya. Bagai bayi yang betul-betul menikmati aliran lembut susu ibunya. Menyebabkan rasa geli bercampur kenikmatan kian dirasakan budheku.

    “oukhhh le! teruskan dikenyot le”,

    “yohhhh bener dikenyot sing kenceng”..

    .”aduhhhhh enak tenan le” mulut budhe mendecap-decap seperti orang mabuk udara. dan payudara budhe semakin mengembang, pertanda budhe kian terangsang dengan ulahku itu. Lebih-lebih bila aku menaikkan pentilnya itu menyusuri langit-langit mulutku, nafas budhe jadi turun naik.

    ” leeee sing kenceng kenyotane le”

    ” aduhhh yo beneeeer, ngono le. Aughhh, leeee! enak banget!” rintih budhe. Aku semakin bersemangat. Digigit-gigitnya pentil susu yang kenyal itu. Dihisapnya. Lalu dijilatinya dengan bernafsu. Sebentar ditinggalkannya, puting itu. Lalu ganti aku mengecupi buah dada ranum itu bertubi-tubi. Lalu kembali ke pentil susu yang siap menanti. Dihisapnya lagi. Digigitinya. Dikulum-kulumnya lalu dilepaskannya lagi. Sementara tangan budhe tak menentu mengerumasi rambut ku yang baru saja potong rambut, sehingga rambutku menjadi acak-acakan.

    Agak lama aku mencumbu sepasang susu yang matang menggiurkan itu. Demikian pula dengan ketek lebat budheku, tak kubiarkan menganggur. Ketiak budhe memang berbulu lebat, meskupin masih kalah lebat dengan mbak darmi ibu sambungku. setelah habis kuciumi, lalu kuturunkan ciumanku sampai ke pinggang sebelah kiri. Naik lagi ke ketiaknya, menurun lagi sampai ke pinggangnya. Demikian berulang-ulang. Aku juga menggunakan ujung lidahnya untuk menjilat-jilat sambil menggigiti keras dan lembut. “Uukh, lee Kowe sungguh pintar membahagiakan perempuan . . . !!!” bisik budhe terputus-putus, menahan nafsunya yang kian berkobar.

    Dikamar sebelah juga terdengar erangan dari mbak darmi ibuku sambung. Bahkan terdengar jeritannya yang berat menambah nafsuku semakin berkobar-kobar untuk memberikan kenikmatan yang sama pada budheku itu.


    Permainan lidahku terus dengan gencar menyerang tempat-tempat mengelambir di tubuh budheku yang sensitip. Kujilati juga perut budhe yang menggelembung kenyal tapi lumer itu. Pusarnya yang agak bodong itu menjadi sasaran ciuman-ciumanku berulang-ulang. Tanganku pun tak tinggal diam, membelai-belai kedua paha budhe yang mulai mengangkang resah.

    Budhe sudah gemetar tubuhnya. Panas dingin. Ketika mata budhe menengok ke bawah, pandangannya beradu pada sesuatu yang mulai mengacung keras bagai tombak di antara kedua kakiku. Clegut terdengar budhe menelan ludah. Burungku itu nampaknya sudah sejak tadi menggodanya. Lalu budhe menurunkan tangannya. Digenggamnya batang burungku yang sudah sangat tegang itu. Aku menciumi sedikit di bagian bawah pusar budhe, mengendus-endus bau jembut budhe jadi menahan nafas. “Oukh. budhe . . . !” kataku meresapi jajaran nikmat yang mulai menjalari tubuh burungku. Budhe nampaknya merasakan burungku yang mulai mengembang lagi, terasa hangat dan besar. Nampaknya budhe sangat senang, dan menggenggamnya dengan cara seperti itu. Sementara itu, tanganku masih terus meraba-raba seluruh permukaan kulit budhe, yang mulai membasah oleh keringat cinta. Melihat gelagat budhe yang kian menggebu, aku berusaha menahannya. “Sabar, budhe!” bisikku. “Nanti budhe boleh berbuat apa saja terhadap punyaku. Tetapi sekarang, aku sedang ingin mencumbu tubuh budhe. Seluruh tubuh budhe! aku kangen dengan baunya, aku kangen banget budhe, jadi kurang leluasa kalau budhe menggengam burungku kaya begini!” kataku berani dengan nafas yang terputus-putus, jujur saja aku takut burungku keluar duluan, padahal aku betul-betul menginginkan percumbuan dengan budheku agak lama. Apa boleh buat. Meskipun nampaknya budhe masih ingin menggenggam batang burungku yang mulai terasa berdenyut-denyut itu, namun akhirnya dilepaskan juga, ahhhh leganya. Maka kini aku dengan leluasa melakukan aktifitas untuk membaui, mencumbu dan menguit-guit seluruh tubuh budhe, tanpa perlu harus melepaskan rasa nikmat diujung burungku.

    sambungan

    Dan . . . hhmmmh! aku kembali harus menahan napas bilamana pandanganku tertuju lagi pada selangkangan budhe. Bagian itu gompyok ditutupi rambut yang tebal keriting. Hmmh! Rambut kemaluan budhe bukan saja lebat dan ikal tapi menghitam! Kata orang, semakin tebal rambut kemaluan perempuan akan semakin enak kalau digituin. Dan sekarang, secara jujur, aku harus mengakui, bahwa rambut kemaluan budhe memang tebal dan lebat, meskipun punya mbak Darmi lebih liar dan pating jerabut. Aku kembali berjegut menelan ludah. Jika menuruti nafsuku, tentu seketika itu juga burungku akan kubenamkan ke belahan daging hangat di balik rimbunan hutan lebat itu.

    Tetapi aku sudah sedikit pengalaman dan tidak ingin grasa-grusu. Aku ingin membuat budhe semakin ketagihan . “Oukh, le !” budhe kembali menepuk pipiku lembut. “tok apakno gawukku!”

    sambil menelan ludah. “he he, anunya budhe ini lho. . . !” ujarku sambil memainkan rambut kemaluan budheku. “jembute budhe top markotop maknyuss indah dan menawan sekali” seruku dengan gaya mr. bondan, tak susul dengan perkataan menggoda “jembutnya saja sudah begini menggiurkan, apalagi kemaluanmu. Tentunya enak sekali. Hmmh!” budhe tertawa kecil melihat gayaku itu. “Kowe senang to dengan jembute budhe ?!” tanyanya sambil menarik-narik rambut jembutnya mengimbangi mataku yang melototi lebatnya jembut itu. “Senang poll, budhe. Senang sekali,” kataku masih terus dengan mesra membelai-belai rambut kemaluan yang indah itu. “kowe kok maleh pinter banget to le, wes saiki terserah to apakno gawukke budhe” serunya manja sambil mengakangkan pahanya lebar-lebar. Tanpa diperintah dua kali, akupun langsung memainkan gawuknya budhe itu. Jembutnya yang lebat langsung tak bikin bosah-baseh, setelah itu langsung tak tekan-tekan, budhe tambah ngowoh. Aku jadi semangat pelan hidungku membaui rambut jembut itu, khas banget, puas membaui aku mulai mencium-cium jembel menggelambir itu, bahkan tak jarang tak tarik-tarik dengan bibirku, he he persis berciuman bibir ketemu bibir, cuma yang ini bibir yang vertikal. Budhe hanya tersenyum melihat ulahku itu, giur-giur kenikmatan nampaknya sudah mulai menggerumuti, matanya mulai berat terbuka. Secara naluriah pahanya mulai dibuka, memapangkan gawuk yang betul indah membasah. jari-jari tanganku tak lupa untuk bermain-main diperbukitan lebat dan menjuntai itu. Hmmm, bikin kerasan banget. “le, ojok tok delok waeee to” rintih budhe yang mulai tak sabar dijelenggelekkan pinggulnya supaya aku bisa menguakkan bibir-bibir gawuknya itu. Hmm, tampak ceto bagian dalamnya kemerahan dengan lelehan yang merangsang untuk disruput. Ludahku kembali berjelegut, beginilah kiranya lubang kenikmatan itu. Dengan mesranya, aku meraba-raba gawuk yang indah itu. Merah dan licin. Pada bagian atas, pada pertemuan antara dua bibir, tampak sekerat daging yang menonjol besar, itil. Nyempil sendirian. Tidak berteman. Sungguh kasihan. Aku kembali memandangi sepuas-sepuasnya panorama indah mengesankan itu. Budhe memijit hidungku dengan agak kuat. “Oukh, le! ojok tok tonton thok ?! Memangnya punyaku barang tontonan!” aku tersenyum. Nampaknya budhe sudah kepingin sekali dikerjai gawuknya. Aku sih masih ingin lebih memandangi, bagiku gawuk budhe Titiek tak ada habis-habisnya. Gawuk budhe rasanya lebih indah dari pada vagina-vagina perempuan lain yang pernah tak lihat photonya di situs-situs porno langgananku. Jari-jari ku kembali menyentuhnya. Budhe tergelinjang. “Wow! Hmmh, leee enak!! Ss sh, akh!” budhe menggeliat. Jariku terus bermain. Mengutik-utik kelentit yang nyempil aduhai.

    Aku kemudian menempatkan kepalaku di antara kedua paha budhe yang sudah mengangkang. Liang gawuk yang sebaris dengan sibakan bibir inilah yang kemarin menjepit dan memberikan kenikmatan yang tiada tara pada burung kepodangku. Lagi-lagi tanganku kembali menyentuh kelentit yang cuma sekerat itu. Budhe terjingkat dan bergelinjang merasakan nikmat yang mulai datang. Ismet koncoku ngomong , itil itu bisa berdiri dan menegang persis kontol. Benarkah?! aku jadi senang sekali menguik-nguiknya dan mengulangi perbuatannya berkali-kali. “Oukh, edan geli, le! Geliiiii! Sssh, akhh . . . !!” budhe kembali merintih-rintih.

    Tingkahku saat itu, bagaikan kanak-kanak yang memperoleh permainan yang mengasyikan. Permainan yang tidak ada dijual di toko. Semakin giat aku ngulik-nguliki sekerat daging kecil itu. Semakin sering budhe mengerumasi rambutku, sambil mulutnya terus menderam-deram.


    Tidak puas dengan hanya menyentuh dengan tangan saja, bibir-bibir kemaluan yang ditumbuhi rambut itu, tak plekekne semakin lebar lagi. Kedua kaki budhe kini telah niengangkang selebar-lebarnya, menekuk ke atas. Sekarang, bagian dalam kemaluan itu telah terpampang selebar-lebarnya. Terbebas sama sekali.

    Sedetik kemudian, budhe hanya bisa terpekik: “Awww . . . !” Tubuhnya tersentak ke atas. ketika aku membenamkan hidungku ke dalam belahan daging yang aduhai itu. “leee cah bagusssss . . . !! Uf ! Ssssh ennnakhhh, le!!” budhe merintih-rintih sambil menekankan belakang kepala ku dengan kedua tangnnya. Hidungku pun mulai menggusur ke sana-ke mari. Seperti akan membongkar seluruh bagian gawuk budhe. Kaki budhe hanya bisa menendang-nendang ke atas, merasakan kenikmatan tidak bertara, melihat hebohnya reaksi budhe aku terus dengan giatnya menciumi gawuk budhe yang jujur saja menyebarkan bau yang segar merangsang!

    “Oukh, leeee! Enak . . . enak . . . enak, sayangghhhh! Teruskan, lee! Ayo, lebih cepat sedikit. Hmmmh leee! Terus, sayang. Terus, terus, akhhhh !!”

    “Aku juga, buleeeek! Aku . . . aku . . . juga enak, asinnnn koyo keju rasane” bisik ku sambil memainkan lidahku, menjilat dan menjilat.

    Mata budhe jadi merem melek. Kepalanya terlempar ke sana-ke mari. Lehernya menggeleyong-geleyong. “leee! Kowe kok senang banget menciumi punyakuuuu . . . to ?!! Shhh . . . !!!” tersendat-sendat suara budhe merasakan jurus nikmat permainan lidahku. “koweeeee pinter le, enakkkk banget ohhhhh” budhe kembali mengerang, dan kurasakan cairan keju itu terus datang menyirami mulutku.

    Kami berdua sudah lupa diri, kami sudah tidak memperdulikan suara-suara dari kamar bapakku, yang sudah berganti dengan suara derit bayang atau tempat tidur dengan suara ritmis persis iramanya musik klantink yang kemarin menang di acara TV swasta itu, sementara suara-suara erangan mbak Darmi juga sudah diganti dengan suara dengus bapakku yang kaya kereta api diesel jurusan surabaya-sidoarjo itu.

    “kowe seneng to le dengan gawukku, kok asyikkk bangetttt ehhhhhh enakkk le terus” erang budhe sambil terus memegangi kepalaku, seperti membimbingku untuk menemukan titik-titik nikmat disekujur tempek itu.

    “Senang sekali, budhe! burungku jadi semakin tegang saja, budhe!” kataku tersendat-sendat pula. Dan lidahku terus juga menjilat dan menjilat. Menyapu-nyapu itil membulat itu. Benar saja! Itil itu semakin tegak, menandakan budhe telah terbakar oleh nafsu birahi. Kedua kaki budhe Titiek terus menyentak-nyentak ke atas. Pantatnya diangkat dan digoyang-goyang. Oukh, sungguh, permainan yang mengasyikkan. aku benar-benar menyukai menciumi dan menjilati tempeknya budhe Titiek yang harum itu. Sama sekali tidak jijik. Justru sebaliknya. Ketagihan. aku jadi semakin rakus dan semakin rakus saja.

    “edan leee!!! Hhhssshh. Hmmm . . . hmmmhhh!” suara budhe Titiek menggeletar. Badannya menggeliat-geliat tak menentu. Tubuhnya menggelepar-gelepar, bilamana ujung lidahku mengait-ngait dan menusuk-nusuk liang gawuk budhe yang terasa liat. Sentuhan-sentuhan lembut vagina yang berdenyut-denyut itu kian membakar nafsu birahi. Dan tiba-tiba budhe mengejang. “edan leeee . . . !! Sssh ! Akkkhhhuuu tak kuaattsss, saya ugghh . . . !!” budhe merentak-rentak.

    “Ayoh, budhe! Keluarkan! Aku sudah siap menerima!” ujarku yang terus dengan bersemangat menusuk-nusuk gawuk budhe dengan ujung lidahku. “Iyyaa, leee Akhhhu shhi . . . aukhh! le! Ennnakkhhhh, meronta-ronta bagaikan kesetanan. Berbarengan dengan jeritannya yang menyayat, budhe mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan menekankan belakang kepalaku sekuat-kuatnya, sehingga tanpa ampun separuh wajahku terbenam sedalam-dalam ke bagian dalam gawuk budhe Titiek. Bertepatan dengan itu pula, menyemprotlah cairan hangat dan licin. Kental. Menyiram lidahku yang terus menusuk-nusuk lobang tempek enak itu.

    Aku yang memang sudah siap menerima, bagaikan kesetanan, menghirup habis cairan yang banyak sekali itu. Terus dijilat dan disapu bersih, kayak makan oreo masuk ke kerongkonganku. Sudah tentu budhe semakin berkelojotan, dikarenakan rasa nikmat yang luar biasa sekali. Sampai akhirnya tetes cairan yang terakhir. Tubuh budheku itu melemas. Sedangkan aku sendiri, merasakan pula nikmat luar biasa ketika mereguk cairan licin itu. Cairan kenikmatan budheku yang gurih sekali, lebih gurih dari pada segala macam keju !

    Aku masih terus tertunduk sambil menjilati sisa-sisa cipratan cairan budhe yang melekati pinggiran bibirku. Budhe bangun dan melompat, memelukku kuat-kuat. “Oukh, leee! Terima kasih, sayangl Kau hebat! Jantan! Kau mampu membuat budhe bahagia!” katanya sambil terus menciumi bibirku bertubi-tubi. “iya budhe…. Aku sampai kenyang menelan limbah nikmat budhe. Banyak dan kental sekali! “ujarku sambil nyengir. “Kowe kok ora jijik, to le ?!”

    “mboten budhe,malah ketagihan je. Kalau masih ada, aku masih mau lagi kok!” kataku kekanak-kanakan. Melihat ulahku yang lucu itu, budhe tersenyum gembira, mulutku kembali diciuminya. kemudian tubuhku didorongnya, mlumah. Aku kembali melihat tubuh utuh budheku, susunya menthal-menthul, dengan gayanya budhe berkata “le kowe wes nggae budhe merem-melek sampai ngecess! Sekarang, gantian budhe yang membuat kowe merem-melek yo” ujar budhe yang segera menyergap burungku.”awwwww….!” jeritku kaget namun budhe nggrangseng habis. Burungku yang sudah benar-benar tegak bagai tugu pahlawan itu, diciumi habis-habisan, diklomoti dan dijering-jering glambirku. Dengan mesra namun penuh kejutan budhe mempermainkan burungku. Batangku yang kekar, lengkap dengan topi cendawannya digigiti pelan, bahkan kadang-kadang dikecup ceruput.


    “Oukh, manukmu hebat sekali, le ! besar dan kekar. Hmmhh . . . !!!” budhe terus saja membelai sambil sesekali menggenggam. Mulai dari pangkalnya yang mulai dipenuhi rambut itu sampai ke ujungnya yang berkilat dan membengkak, berbentuk topi cendawan. “budhe senang manukku ya?!” tanyaku sambil membiarkan budhe mengeser-geserkan burungku yang keras banget itu ke pipi dan matanya. “Suka sekali, le! Tetapi ugh! Punyamu besar kokoh. Bengkak, bedo banget karo duwekke pakdemu, Parjo! Aku jadi ketagihan!” aku tertawa kecil. “budhe ini bisa saja. Kan punya pakde juga besar to!, “Iya! Tetapi punyamu ini lebih besar dan gemuk le!” ujar budhe.

    Aku ketawa lagi. Burungku berkejat-kejat digenggaman budhe. “Aku belum pernah merasakan manuk yang besar dan gemuk kayak punyamu ini le,” ujar budhe lagi.

    Ada rasa geli dan nikmat bukan main ketika budhe menciumi burungku yang semakin membengkak itu. Rasa geli yang nikmat itu kurasakan ketika bibirnya budhe yang domble itu mengempit-empit kulit burungku. Tubuhku jadikejang. Mataku membeliak-beliak. “Hmmh, enak budhe! Sssh . . . !” mulutku mulai merintih-rintih, melihatku yang mulai berkejit-kejit itu budhe tanggap dijethetnya otot geli antara topi jamurku dengan burungku, sehingga semut-semut nimat yang mulai merembes dari ujung tahitiku pelan mulai turun lagi.

    Setelah dirasakan agak terkendali budhe kembali memainkan ujung lidah yang runcing kasap itu untuk menciumi benda gemuk punyaku itu. Benda yang dapat memberikan kenikmatan luar biasa kepada wanita, yang disebut alat vital itu. “le…! wong wedhok endi wae yang sudah pernah kenai ini, pasti pada ketagihan!” ujar budhe yang membuat hidungku mekrok bangga. aku tidak menjawab namun mendacap-decap bagaikan orang kepedasan. Tengah meresapkan kenikmatan yang luaz biasa. Lezat!

    Alat vitalku yang ada dalam genggaman budhe Titiek semakin membengkak dan semakin memanjang lagi. Budhe gemas bukan main, semakin tak tahan. Segera dia menempatkan dirinya sebaik-baiknya diantara kedua kakiku yang tertekuk ngangkang. Kedua pahaku di terlentangkan selebar-lebarnya, sehingga tangan kanan budhe dapat menggenggam burungku yang kencang itu, tangan kirinya membelal-belai rambut kemaluanku yang mulai tumbuh jemagar itu, tumbuh halus sampai ke pusar. Merinding bulu-bulu roma budhe bilamana dia mulai menciumi seluruh batang dan kepala burungku. Bukan main. Jari-jari budheku hampir tidak muat menggenggamnya. Memang inilah yang sangat disukai budhe dariku. Dulu, punyanya pakde juga begitu namun sejak pakde tiada budhe kesulitan mendapatnya kembali. Dan sejak itu, budhe sangat merindukannya. Dan baru sekarang, dia memperolehnya kembali setelah bertahun-tahun berselang. budhe yang semakin gemas segera menjulurkan lidahnya, menjilat batang kemaluanku itu. Lalu dingangakan mulutnya dan dimasukkannya batang burungku itu. Aku jadi menggelinjang kaget namun nikmat. “Ouw, budhe! Hmmh . . . enak sekali, budhe!” rintihku. Kedua kakiku spontan terangkat naik dan menyepak-neyepak ke atas.

    Mendengar rintihanku, budhe jadi semakin bersemangat. Kepala burungku yang berbentuk topi baja itu dikulumnya. Digigitnya. Tidak ubahnya, bagai seseorang yang mendapat makanan lezat. Nikmat sekali. Sampai matanya terpejam-pejani. Air liurnya menetes-netes. Kepala yang berbentuk topi baja itu sangat hangat dan kenyal. Aku merasakan nikmat banget. Kunyahan-kunyahan mulut budhe memberikan rasa nikmat dan merangsang nafsuku sampai keumbun-umbun. Aku hanya bisa merintih-rintih. Kedua kakiku semakin kelojotan. Mataku membeliak-beliak, sehingga terperecing nikmat. Budhe kian bersemangat. Sekarang, bukan hanya kepalanya saja yang dikulum dan digigiti budhe, tetapi seluruh batang vitalku. Sementara itu, telapak tangan budhe juga tidak tinggal diam disaat mulutnya mengulum, tangannya menarik-narik rambut kemaluanku , tangan yang satu lagi mempermainkan gamberku. “Enak, le . . . ?!” tanya budheku ditengah-tengah kesibukannya. “Enak sekali budhe. Ennaaakkkh !!!” aku berusaha menyahuti dengan terbata-bata merasakan giuran nikmat yang bukan kepalang. Budhe terus saja mencicip-cicip batang burungku, dengan irama yang kian lama kian cepat, mengemut, menjilat, menggigit, sampai mengkenyot. Demikianlah secara beraturan, kepala dan batang burungku keluar masuk mulut budhe Titiek. Pada waktu masuk, mulut budhe sampai kempot. Sedangkan pada waktu keluar sampai monyong. Semakin lama semakin cepat. Tubuhku gemetar. Jemariku mencengkeram rambut budhe kuat-kuat. Rintihan . . . rintihanku semakin menghebat, sementara budhe kian gencar menyerbu menggebu-gebu. Akhirnya, kenimtan itu datang aku hanya bisa menjerit histeris. Pantatku kuangkat tinggi-tunggi, sedangkan kedua telapak tanganku menekan belakang kepala budhe Titiek kuat-kuat. Akibatnya batang serta kepala kemaluanku pun membenam sedalam-dalamnya, merojok sampai ke tenggorokan budhe. Dengan bersemangat sekali, tangan-tangan budhe mengocok pangkal kemaluanku dengan cepat dan mesra. Dan tanpa ampun lagi : “Crroott! Crrrroooottss! Crrottttsssss . . . !!!” menyemprotlah cairan kental dari dalam batang kemaluanku yang berdenyut-denyut dengan dahsyatnya. Daya semprotnya luar biasa sekali. Tubuhku menggigil. Budhe tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan nikmat sekali disedotnya batang kemaluanku yang sedang mengeluarkan wedhus gembel itu. Maka tanpa ampun, bergumpal-gumpal awan panas cairan kenikmatanku, tertumpah semuanya ke dalam mulut dan tenggorokan budhe. Mata budhe sampai terpejam-pejam, menelan seluruhnya sampai tetes terakhir. Aku melenguh nikmat memejamkan mataku. Tubuhku lemas tidak bertenaga. “Oukh, budhe. enak banget, budhe sungguh hebat!” bisikku terengah-engah. Budhe tertawa geli melihat ulahku yang mengcopy paste kenikmatannya itu sambil menyeka mulutnya yang sebagian masih dibasahi sisa-sisa cairan kental. “piye le ?! Enak?!” tanyanya

    Aku langsung menarik lengan budhe, sehingga perempuan itu jatuh ke dalam dekapanku. “Enak sekali,budhe. Oukh, enak sekali! ujarku sambil menciumi mukanya dan membenamkan mukaku dikeleknya yang membasah itu, aku hirup lagi bau yang memabukkan itu untuk membangkitkan asaku lagi. Budhe tersenyum mendengar pujianku, “hmmmm kok isik pancet seneng ngambungi kelekku budhe to le, wes ndang jupukno ngombe. budhe ngelak banget!” ujar budhe Titiek sambil mendorongku bangkit lepas dari jepitan kelek basahnya itu. Lalu aku melompat turun dari tempat tidur, menuangkan air putih dari kendi besar ke gelas sampai penuh. Kemudian memberikannya pada budhe Titiek, yang lalu diteguknya dengan lahap. Haus sekali rupanya. Sampai habis tiga perempat gelas. Melihat itu aku kembali menuangkan ke gelas lagi sampai penuh, kemudian meneguknya sampai habis. “leee panji. . . !” mata budhe berkejap-kejap. Punyaku sudah ingin sekali dimasuki punyamu.” Dan budhe melirik ke selangkangan ku dengan kerlingan mautnya. Tol gothoku masih tegang mengacung nampaknya membuatnya terkiyer-kiyer.


    “Kita istirahat dulu sebentar ya, budhe!” bisikku sambil menciumi mukanya, dan menghisap halus bibirnya yang basah oleh air kendi itu . Aku lalu turun dan mengambil gelas itu lagi, dan meneguk habis sisa air putih itu. Setelah rasa haus itu hilang aku lalu menghampiri budhe yang tidur terlentang dengan kelek lebat dibiarkan terbuka lebar, aku jadi bernafsu. Aku langsung naik ke atas tubuh budhe yang sudah siap menanti. Kedua susunya menyembul putih bagaikan salju. Benar-benar menantang. Pinggangnya yang penuh sekal dan pinggulnya mekar dan indah. aku langsung menciumi bahu dan payudara budhe dan menghirup bau keringatnya untuk menaikkan kadar birahiku lagi, sementara burungku yang sudah mulai benar-benar tegang kugeser-geserkan di paha budhe Titiek, budhe lalu menggenggam batang burungku yang mulai kekar itu. Sambil membalas ciuman-ciumanku yang bertubi-tubi, dibimbingnya dan kemudian ditempatkannya kepala kemaluan yang sudah membengkak tepat di ambang gua garbanya itu. Sementara itu, kedua paha budhe juga sudah direntangkannya selebar-lebarnya. “leeeee . . . !! Pelan-pelannn, yo ben kroso enakke!!” bisik budhe gemetar menahan nafsu. “barangmu gede banget le! kroso bangettt” gruguh budhe yang nampaknya merasa enaknya sumbatan burungku di lubang kenikmatannya. Aku merasakan sengatan hangat membasah di kepala jamurku. “…le, tekanen, tekan yang kuattt. ssssssss…aduhhhh enake” budhe memejamkan matanya merasakan nikmatnya proses penetrasi itu. Aku lalu mendorong pantatku, tidak tergesa-gesa untuk merasakan nikmatnya jepitan lubang hangat nonoknya budhe. “awwwww le edannnn!!, enak banget” jerit budhe tertahan ketika kepala jamurku melesat mentok, tubuh budhe mengejang, bergetar menahan rasa nikmat yang amat sangat. Aku merasakan jepitan keras, hangat melumuri kepala jamurku, menguik-mengekos dan menghisap dengan kuat. Bukan main nikmatnya. “ayo…le, tekan maneh, sing kuahhht “” bisik budhe setelah rasa enak itu berkurang. aku lalu menekan lagi. Dan srrrt! , batang burungku luar itu melesak lagi sampai sepertiga. Dan sebagaimana yang pertama, dan budhe kembali tersentak sambil menjerit: “Addduuhhh! leeeeee! enaaannn tenan manukmu” sambil tersenyum dan berulang mengecupi mulutku.

    Aku membiarkan burungku membenam sepenuhnya, kemudian dengan perlahan-lahan kutarik sampai sebatas leher kemaluan. Lalu kutekan kembali. Dan batang burungku dengan lincah itupun menggelosor keluar masuk. Lagi-lagi budhe merasakan kemaluanku bagaikan membongkar seluruh lorong vaginanya. Budhe terus menggigit bibirnya sendiri, menahan rasa nikmat dan nikmat. burungku yang keluar masuk mulai mendatangkan rasa nikmat luar biasa. Keluar-masuk. Keluar masuk! Demikian berulang-ulang. Bless! Slessep! Bless! Slessep! Bagaikan kereta api yang sedang langsir. . Pada waktu didorong masuk, nonok budhe sampai kempot. Dan pada waktu ditarik, sampai monyong . . . Hmmm! tempek-e budhe enak tenan. Sempit sekali menggilas seluruh burungku,” kataku sambil mencucup mesra seluruh wajah budheku.

    “kontolmu enak banget juga le,” ujar budhe sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Hal ini semakin mendatangkan nikmat bagiku. Demikian pula bagi budhe Titiek. Pinggulnya yang besar dan montok itu melakukan gerakan memutar, seirama dengan keluar-masuknya batang zakarku. “Bagaimana, le?! enak to..?!” tanya budhe sambil mengecupi belakang telingaku. Akupun menggelinjang-gelinjang kegelian. “Kontolmu juan enak le! Betul-betul lezat.” bisik budhe sambil mencari-cari lidahku untuk dihisapnya. Keringatku dan budhe kembali bersatu menimbulkan decit menggairahkan ketika kami bergerak ritmis. Untuk membangkitkan nafsuku makin tinggi, budhe Titiek secara sengaja membuka lebar-lebar ketiaknya yang basah, dan dengan nafsu pula aku membenamkan mukaku ke kelek lebat itu, bahkan kadang-kadang dengan nakal aku menggigit buhul keleknya dengan sengaja, dan secara reflek budhe lalu memelukku dan mengempitnya dengan kuat, sambil mengoyangkan pantatnya geal-geol. melihat ulahnya itu aku hanya bisa merintih, “Enak banget budhe. Kepala burungku bagaikan dipijit dan disedot-sedot. Pokoknya lezaaatttss . . . !!” aku hanya bisa meliuk-liukan tubuhku ke sana-ke mari. merasakan kenikmatan yang luar biasa sebagai akibat pijitan-pijitan dinding-dinding lorong kemaluan budhe yang bagaikan memangsa burungku hidup-hidup. Sementara itu, cairan lendir semakin membajiri gua garbo budheku. licin dan basah. “hmmmm mpek budhe enak banget, basah dan peret ” bisikku dengan mesranya. “Bagaimana budhe kalau kontolku kubenamkan seluruhnya?!” “Ayoh, leeee! Aku sudah siap,” kata budhe Titiek sambil mengangkangkan kedua pahanya lebih lebar.

    Aku pun dengan semangat mendorong pantatku sehingga kemaluan budhe lebih dalam membenam batang burungku utuh. Blesss! Wow!, aku bagaikan melayang ke langit ketujuh. Terasa benar bagaimana menggelosornnya lubang nikmat itu, memijat, menghisap burungku. Nikmat sekali. “Masukkan semua,leeee! Semuaaaa! Jangan disisakan laghhiiiii! Masukkan, dorongghh . . . .!!” kaki budhe menjepit pinggangku. Dan tangannya, berusaha mendorong pantat ku semakin ke bawah. Aku mengerti, budhe sudah histeris. Sudah ingin menikmati seluruh batang kemaluannya tanpa sisa lagi. Aku coba menggodanya, bukannya mendorong malah kuangkat pantatku. Dan kemaluannya menggelosor ke luar. Budhe jadi penasaran. Diangkatnya pantatnya setinggi-tingginya. Bertepatan dengan itu, aku mengayunkan pantatku kuat-kuat. Dan … blashhh!! Tanpa ampun, seluruh batang kemaluanku yang kokoh, gemuk. . . dan perkasa itu menghunjam dan membenam sedalam-dalamnya ke liang kenimatan budhe Titiek. budhe menjerit sekuat-kuatnya. Tubuhnya meronta-ronta ke sana-ke mari, bagaikan sapi disembelih. Dan, “Crot! Crrrt! Crrrotttss . . . !!” semua cairan mani yang tersimpan di dalam kandungannya, menyemprot seketika. Banyak sekali. Membanjiri seluruh lobang gua budhe. Suatu kenikmatan luar biasa yang sebelumnya pernah dirasakan oleh budhe Titiek kemarin. Dan bersamaan dengan jeritan budhe, aku pun mengeram kuat. sambil merangkul tubuh budhe kuat-kuat. Budhe Titiek merasakan tubuhnya bagaikan remuk. Hmmmh!” Akh. budhekkk! Hmmm! Akkkkhhhuuu keluarrr, sssh! budeeekkk . . . sssh, ennnnaakhh!!” aku meracau sambil meronta-ronta. Mataku membeliak-beliak ke atas, sementara kepalaku terlontar ke sana-ke mari. Dan bersamaan dengan itu, aku merasakan batang burungku berdenyut-denyut keras dan memuntahkan lahar panas. Berkali-kali terasa semprotan-semprotan itu. Maka lobang kemaluan budhe pun semakin membanjir.


    Setelah beberapa detik lamanya merasakan diriku terlontar ke angkasa, aku merasakan diriku lemas, nglumpruk tanpa daya diatas tubuh budhe yang mandi keringat. Kemudian budhe menggulirkan tubuhku disampingnya. Kami berdua merasakan kepuasan amat sangat. Budhe dengan nakal lalu memijit hidung ku. “edan tenan le,” bisik budhe Titiek. “Kaulah satu-satunya lelaki yang berhasil memuaskan budhe le..!Sungguh!” “Aku juga begitu, budhe. Lalu budhe mengecup keningku dengan mesranya. Aku kembali menyeruakkan mukaku untuk sembunyi dibalik ketek budheku yang lebat itu. Budhe pun lalu membuka lebar keleknya dan memberikan kesempatan padaku untuk menghirup sepuas-puasnya aroma tubuhnya. Pelan-pelan mataku terasa berat dan kemudian aku tertidur nyenyak.

    Ketika aku membuka mataku, ternyata matahari telah naik tinggi. Budhe sudah tidak ada disampingku, yang tinggal hanya bau tubuhnya yang menempel erat di pucuk hidungku. Sinar matahari yang menerobos dari ventilasi, jatuh tepat ke wajahku. Terasa panas. Aku masih telanjang bulat. Burungku mulai mengacung penuh lagi. Tubuhku yang kerampeng sangat tidak cocok menopang burungku yang panjang dan gemuk itu, kaya tampelan rasanya. Dengan malas-malasan aku melompat bangun! jam dinding di kamarku telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Oukh! Tadi sebelum tidur, tenagaku benar-benar habis. Namun sekarang, aku merasa segar kembali. Burungku masih berkokok dengan garang, terasa dorongan air kencing memenuhi kantong kencingku. Aku mendengar suara cekikikan perempuan. Aku mengenali salah seorang diantaranya. Suara tawa budhe Titiek. Tetapi siapa seorang lagi! Aku bangkit dari duduk dan ke luar dari kamar, dengan hanya memakai celana pendek tanpa celana dalam.

    “Nah, dia sudah bangun . . . ! suara budhe Titiek. “leeeee! iki lho ibumu pengin ndelok manukmu! katanya manja, mbak Darmi, ibu sambungku tertawa tertahan, aku menjadi tersipu-sipu melihat pandangan dua orang dewasa yang hampir menguliti seluruh tubuhku. “opo bener, tole panji iki kuat tenan to yu..” bisik mbak Darmi tanpa canggung ke arah budhe Titiek, “weeeh tole iki top markotop mbakyu, aku mau bengi sampai termehek-mehek je!” kata budhe sambil mengerlingku manja. Aku yang sedang dibicarakan jadi salah tingkah, “wes le ndang adus kono, engkok sarapan wong telu, bapakmu mau wes budhal nong kalimantan” seru budhe Titiek, aku jadi merasa plong. Entah bagaimana aku betul-betul terpana melihat mbak Darmi, ibuku sambung yang pagi itu memakai daster tanpa lengan warna merah muda kelihatan mencorong cantik, apalagi dihiasi rambut tebal basah yang disanggulnya pakai handuk, lehernya sangat jenjang dihiasi rambut-rambut halus merunai. Budhe yang melihatku nanar menatap ibuku sambung jadi kumat isengnya, “le…aduse ojok suwe-suwe, ndak usah ngloco lho”, mbak Darmi ketawa ngekek melihat ulah budhe Titiek. Aku langsung cepat-cepat ke kamar mandi diiringi tawa dua orang dewasa dibelakangku.

    Dikamar mandi aku sempat memandangi bekas-bekas pakaian dalam budhe Titiek dan mbak Darmi ibuku sambung. Kotang yang warna merah maron itu pasti punyanya mbak Darmi, aku hafal karena kemarin itulah yang aku ambil dikamar bapakku. Kotang merah maron itu betul-betul menggodaku, sementara kotang yang berwarna coklat susu itu pasti punya budhe Titiek, karena aku tadi malam yang membukanya, dan mengeremusi isinya. Aku jadi pengin membaui lagi kotang merah maron itu, aku sudah hafal dengan baunya, bau keringat ibuku sambung yang agak manis. Pelan-pelan kotang itu aku ambil, dan dengan penuh harap aku ciumi seluruh permukaan kainnya, hmmm betul ini keringat mbak Darmi ibuku sambung. Pelan-pelan terasa juluran rasa panas dari ujung selakanganku menikmati bau itu. Aku jadi kesetanan, kuhirup habis-habisan seluruh permukaan kain itu, bau yang agak menyengat tajam tercium didekat lingkaran ketiak, bau khas ketiak wanita berbulu lebat. Pelan-pelan burungku bangun seiring dengan fantasiku dalam mencucup bau itu. Kemudian aku susuri pula tali kotang itu, terasa bau yang lain lagi, bau yang membuatku makin mabuk bau yang sangat khas agak asam tapi merangsang banget. Belum sempat kutelusuri bau didekat kaitan kotang itu, budhe Titiek sudah mengetuk pintu agak keras, “le…bukaken lawange, budhe kebelit pipis” serunya. Aku agak dongkol karena merasa terganggu, namun karena budheku ngotot, maka kubukaan pintu. Aku agak terkejut ternyata budhe tidak sendirian, ternyata ibu sambungku juga mengintili dibelakangnya, kontan kotang itu aku lepaskan. Rasa malu yang luar biasa menerpaku. “hayooo…tok apakno kutange ibu le” serunya sambil masuk ke dalam kamar mandi. Aku jadi serba salah burungku yang besar gemuk itu jelas menunjukkan, bahwa aku sedang mengapa-ngapain kotang ibu sambungku. “bocah iki kudu dijewer yu” kata ibu sambungku sambil menghampiriku, budhe hanya ngikik dan berkata ” yo…yu dihukum wae tole panji iki” katanya sambil memegang dan menyeret burungku dengan rasa sayang. Aku bener-bener salah tingkah dikeroyok dua wanita dewasa di kamar mandi yang sempit itu.

    Belum sempat bernafas, ternyata budhe Titiek sudah melepaskan dasternya. Kembali aku melihat tubuh budheku yang tadi malam sempat kunikmati inchi demi inchi. Melihat tingkah budhe Titiek, mbak Darmi ibuku sambung tidak mau kalah, dibukanya pula daster itu, aku hanya bisa ngowoh melihat tubuhnya yang sekal dengan ketek yang tidak kalah lebat ikut menghampiriku dan memepetkan susunya kearah mukaku. Aku jadi gelapan “boleh to le aku merasakan manukmu yang kemencur itu” kata mbak Darmi sambil menatapku manja, sementara budhe yang melihatku sedang terpesona dengan tubuh ibu sambungku lalu jongkok, dan terasa kehangatan bibirnya masuk dan menggeloti burungku yang sudah tegak setegak tegaknya itu. “ehhh boleh buk”kataku sambil mendesis nikmat merasakan kuluman budheku dibawah. “bener le…kamu bersedia kan! memberikan rasa nikmat itu ke ibumu sambung ini!” ujar mbak Darmi agak gagap menahan nafsu melihat budhe Titiek dengan ganas mempermainkan batang kejantananku itu. “ehhh nggih, boleh” kataku terbata-bata.

    Budhe Titiek hanya tertawa-tawa kecil ketika melihat mbak Darmi dengan ganas lalu mengecupi bibir dan seluruh wajahku bertubi-tubi. Aku tidak mau kalah, giliran pula lehernya yang jenjang merangsang aku telusuri membaui. Lalu giliran pentil-pentil susunya yang tegak merangsang itu aku raba pelan. Uf! Ternyata menggeluti mbak Darmi lebih mengasyikkan. Buah dadanya memang lebih kecil dibanding buah dada budhe Titiek, tapi lebih padat dan kenyal, elastis. Pentil susunya pun lebih cepat bereaksi keras jadi sungguh merangsang! Demikian pula bukit kemaluannya. Lebih mumbul. Rambut kemaluannya jauh lebih lebat dibanding milik budhe Titiek!


    “leeeeee! Ehg. Aukhhhh . . . !!!” mbak Darmi menjerit sejadi-jadinya bilamana puting susunya yang kenyal itu kukenyot dengan keras. Mendengar jeritan yang gaya dari ibu sambungku itu aku makin bersemangat, tangannya langsung kuangkat, dan dengan rakus pula aku jilati habis ketiak superlebat itu, dan dengan gemas kutarik pelan dengan geligiku, “leeeeeeee!ehg, sssakitttth…!!” kata ibu sambungku sambil mengerang. Budhe yang mendengar erangan kesakitan itu, langsung melepas kuluman batang burungku. “Tahankan, mbak. Tahankan!” ujar budhe Titiek sambil memegangi kedua lengan ibu sambungku. “Nantipun mbakyu akan merasakan gelinak, geli-geli terenak dikeleti oleh tole panji” Benar saja. Kalau tadi, ibu sambungku merasa sakit dan jengah kuciumi keleknya, saat ini kulihat dia sudah mulai menikmati. Apalagi dibantu dengan jilatan-jilatan lembut dan kuluman serta kenyotan diputing susunya oleh budhe Titiek. Yang terdengar sekarang adalah desis kenikmatan menggantikan rasa sakit dan jengah itu. Aku sendiri jadi kian bernafsu melihat bentangan kelek superlebat serta ulah ganas dari budheku yang menggremusi sekujur puting susu ibu sambungku. burungku yang nganggur pelan-pelan diraihnya, digosokkan dijembutnya yang lebat, dan pelan-pelan kepala jamurku dimasukkan ke lubang nikmat ibu sambungku. “leeeee! aduhhhhhh!!!, enak tenan” gruguh ibu sambungku bilamana kepala jamurku yang gemuk dan keras itu mulai menyeruak lobang gawuknya, yang sebetulnya masih sangat kecil dan sempit, maklum punya bapakku tidak sebesar punyaku, ge er nih mode on. “aduhhh le alon-alon isik perih banget” bisik ibuku dengan mulut terkerinying-kerenying merasakan sakitnya, sakit tapi nikmat. Budheku yang melihat aksi binal itu malah membantu menekan kemaluanku untuk masuk lebih jauh “tahan mbakyu, mengko mesti enak nek wes mlebu menthok kontole tole panji” suportnya ke ibu sambungku. “iyo…yu, tapi aku gurung nate dilebone ****** gedene sak jaran iki” kata ibu sambungku sambil menahan nafas menikmati sensasi blesnya burung kebanggaanku itu.

    Setelah pelumasan terjadi dengan sempurna, apa yang dikatakan budhe Titiek benar. Kalau tadi, mbak Darmi ibu sambungku merasakan sakit luar biasa, lama kelamaan rasa sakit itu hilang, berganti dengan rasa enak luar biasa. Sudah tentu mbak Darmi ibu sambungku jadi senang sekali. Gerakan-gerakan memutar pantat dan pinggulnya menjadi tarian salsa yang menyenangkan, sangat romantis. Di bawah budhe Titiek mengelomoti gambirku, diatasnya ibu sambungku menggeol-geol pantatnya dengan ritmis seirama dengan ayunan-ayunan pantat ku yang maju mundur dan sesekali melakukan gerakan memutar yang aduhai. “Oukh., benerrr yu, kontole tole ! Ennnaakhhh, tenan. . . !” desis mbak Darmi ibu sambungku berulang-ulang.

    Melihat aksi saur manuk antara budhe dan ibuku sambung aku hanya tersenyum sambil terus menggoes bukit kemaluan ibuku yang cembung mengerombyok itu. Budheku yang melihat aksi saling tukar geyolan panggul itu, mulai ikut panas, budhe langsung berdiri dan mendekatkan puting susunya yang hitam sak jempol itu kemulutku. Akupun mengerti, bahwa budhe ingin aku mengerjai susunya.

    “ayo le! kenyoten penthilku iki, ojok gawukke makmu wae.., penthilku iyo guatel banget je” ujar budhe dengan suara sengau tak menentu. melihat rengekan sengau itu aku jadi kasihan, jadilah aku melakukan dua macam kesibukan sekaligus. Sementara kemaluanku menerobos keluar masuk belahan daging mbak Darmi ibu sambungku, mulutku dengan mesra menciumi penthil budhe Titiek yang sudah mekar menantang.


    “aduhhh le enak tenan, duh yu kontole tole enak yo” desah ibuku sambung menikmati aksi geolanku itu. belum sempat kusauti, budhe sudah ikut-ikutan mendesis “hmmmm, le!enak banget kenyotanhmu! terussss le…yahhhhh disedot sayangggghhh! penthile dicakot cilik-cilik le! iyahhhhh!Pinter le! uffff!hmmmm,….aduhhhhh!gigit, le gigggggggihhhht…!! desah budhe sambil menekankan kepalaku ke buah dadanya yang sekal lumer itu.

    “Besssss!”

    “Sluprutssssep!”

    “Blessss!”

    “Ahk . . . ih!”

    “Oukh . . . !!”

    “Hmhhh !!”

    Berbagai suara, ditingkah dengan berkecipak mulutku menciumi penthil budhe yang timbul tenggelam kadang menonjol kadang melebar kena sapu lidahku berjcampur dengan erangan mbak Darmi yang kalengan menikmati juluran nikmat kontolku, terdengar sangat merdu dan mesra. Mulut gawuke ibu sambung yang sempit itu ikut monyong ketika aku menarik dan memasukkan burungku ke sarangnya dan sampai kempot melesak ke dalam pada waktu aku mengamblaskannya. Jadilah kami diruang sempit itu bertarung mati-matian berburu nikmat, sampai akhirnya mbak Darmi ibu sambungku melolong hebat disusul dengan kejang-kejangnya pinggulnya, sementara budhe tidak mau kalau tangannya terus menekan belakang kepalaku sekuat-kuatnya, sambil menjerit histeris dengan tangan satunya menggelosohi biji kelititnya, ternyata budhe Titiek melalukan solo run untuk mengejar kenikmatan yang sama

    “leeeeeeee panjiiiiiihhhh !AkhhhuUUu mettttuuuuuu . . . !!! Sshhh . . . akkkkhhh . . . mabkyuuuuu edannnnnnn !!” dan ibuku sambil setengah melengkung, meliuk-liuk tubuhnya seperti orang kesetanan ! Kepalanya terlempar ke sana-ke mari. Dengkulnya gemetar sekali. Punggungnya setengah menekuk, bagaikan udang tangannya meremas-remas dan menjambak jambak rambut budhe Titiek yang ada disampingnya sampai budhe merasakan sakit. Namun bercampur kenikmatan. Pada saat itu pula budhe juga merasakan semburan-semburan lahar panas dari dalam lorong vaginanya membasahi tangannya. Banyak sekali. Kental dan licin. aku yang masih jauhhhhh bagaikan orang yang kehausan langsung mengambil tangan budhe dan mengelomoti cairan kejunya itu, dengan tanpa tersisa lagi. Terasa gurih dan harum! mbak Darmi langsung menggelosoh membiarkan burungku lepas, ploph! dengan nafas satu-satu memandangi budhe Titiek yang langsung menggambil batang burungku, dan memasukkannya dimulutnya yang domble itu.

    Setelah itu pelan-pelan dirinya nungging dan memintaku menusuknya dari belakang, jadilah kami bertarung dengan gaya asu kawin. Mendapatkan sodokanku yang keras sampai menyenggol bonggol itilnya, budhe langsung mendesis nikmat panjang “aduhhhhhhh leeeee tobat uedannnnn tenan enakkkkhhhh” Dua menit setelah jatuhnya mbak Darmi ibuku sambung dalam kenikmatan yang sangat, kini giliran budhe Titiek menjerit-jerit histeris. Tubuhnya berkelojotan, seperti ayam disembelih. Menggelepar-gelapar. “Oukh, leeeeee! Akhhuuuu keluarrrhhhh!!! Ssshhh, leeee! Akkhhh! Ennnnnaaakhhhh !!! dan budhe Titiek tidak lagi mampu mempertahankan bentengnya. Bobol seketika. Lahar menyembur-nyembur terbeliak-beliak. Aku pun merasakan hal yang sama lahar dikawahku juga pengin menyembur dengan kuat, dengan erangan aku segera mempercepat tusukanku, dan dengan pelukan yang hangat dari budhe yang mencoba meraih kepalaku melalui ketiaknya yang lebat itu, aku langsung menciuminya dengan ganas, mengambil seluruh isi mulutnya dengan lidahku. Tercium aroma keringat dari ketiak budhe ketika adegan itu, menambah sungsum nikmat sampai keumbun-umbun. Namun lahar itupun juga tumpah, aku terus menggonjotnya meremas penthilnya untuk mendorong laju lahar dari tubuhku. “ohhhhh le, kowe rosa-rosa tenan le” seru budhe sambil menggeol-geolkan pantatnya untuk mempercepat keluar pejuhku. “leeee, Akkhhuuu lemassss Lettttiih Isti . . . rahattsss duluuu, yo le! !!” budheku merintih-rintih minta jeda. “Sebentar, budhekkjjj. Tanggung, nih! Tahan dulu yaaak budhe!” ujarku tersendat-sendat.

    “Ampun, leeeeeee!Ampunnnnn! !!” mendengar rintihan-rintihan budhe titiek. Aku semakin ganas dan bersemangat menghujamkan batang kemaluanku. Budhe Titiek meronta-ronta. Terpaksa aku memeluk tubuh budhe dengan kedua tanganku. Dan burungku terus sibuk bekerja. Blassssh! Slesssepsss!Srrrt! Blassshhhh ! !!” weeesssss leeeeee, lereeeeen yooooo ! Ampunnn !”

    “Sebentar, budhes . . . !!”seruku sambil mengelomoti leher dan telinganya. Nampaknya nafsu budhe mulai bangkit lagi dari letih, lemas dan tidak bertenaga, akhirnya budhe Titiek jadi bernafsu lagi, itupun karena bukit kemaluannya terus menerus diserbu habis-habisan oleh burungku yang pagi itu sangat perkasa. Akhirnya budhe Titiek kembali menggoyang-goyangkan pinggulnya, memutar-mutar romantis. “edan leeee, . !! Uukh, kau sungguh perkasa dan pintar. Aku jadi nafsu lagi. Enak tenan, lee!!” budhe Titiek mengerumasi rambutku dengan mengangkat ketiak lebatnya tinggi-tinggi, menguarkan bau ketek yang sangat merangsang nafsu. Jadilah kami terus bertarung, mendaki bukit yang terjal, dengan gaya ****** kenthu.

    Lima belas menit kemiudian, barulah kami berdua mencapai orgasme secara bersamaan. “budheeeeeek! Akkkhhuuuu kelluuuarrr, ssshhh . . . ! Akkkkhhhh !! Oukh !!” akupun menggeram hebat bagaikan harimau lapar bertemu lawan. Kedua lenganku yang kaya kepiting itu memeluk dan menekan tubuh budhe sekuat-kuatnya, sehingga budhe merasakan tubuhnya remuk seketika. “Oukh, leeee! Akhhhuuu jughhhaaa kelluarrr . . . sssh, akhhhhh !!” Banjirlah lorong vagina yang sempit itu, sehingga sebagian menetes-netes ke luar, . Semprotan-semprotan bertubi-tubi telah menyemburkan cairan yang luar biasa banyaknya, saling bercampur kental, hangat dan licin! Hmmmmmh, benar-benar sorga dunia!

    Setelah rasa lemes itu hilang, kami bertiga mandi bersama, saling menyabuni saling menyentuh, menggosok dan akhirnya saling bertukar cium, bertukar ludah, dan saling mengelus yang akhirnya memaksa kami berpacu lagi menembus dinginnya kamar mandi itu. Aku jejaka kemencur itu telah dilantik menjadi pejantan tangguh oleh budheku dan juga mbak Darmi ibuku sambung. Bahkan pernah dalam satu hari aku tidak sempat memakai celana kolor, karena mereka berdua saling membagi nikmat dan memintaku untuk dilayani.

  • Video Bokep Eropa tercyduk ibunya jadi ngentot bertiga

    Video Bokep Eropa tercyduk ibunya jadi ngentot bertiga


    1917 views

  • Kisah Memek Nikmatnya Memek Bu Suti

    Kisah Memek Nikmatnya Memek Bu Suti


    2703 views

    Duniabola99.com – Setelah mendapat pengalaman pertama, aku menjadi ketagihan melakukan hubungan layaknya suami istri lagi. Tak sia-sia rasanya keperjakaanku diberikan kepadanya. Sebab, Bu Suti tidak pernah menolak ketika aku ajak untuk bersetubuh.


    Bu Suti memiliki susu kecil ukuran 32 B, badan langsing dengan tinggi badan 158 cm, dan memiliki pantat bahenol. Kulitnya tidak seputih kulitku dan kulitnya pun tidak semulus dan sekencang kulit abg. Maklum sudah 48 tahun. Tapi, darinya aku selalu memperoleh kenikmatan yang tiada tara. Keluarga Bu Suti, setiap pagi selalu sepi sebab, kedua cucu yang tinggal bersamanya sekolah pagi dan biasa berangkat bareng suaminya yang hendak pergi bekerja.

    Di rumahnya hanya Bu Sutilah perempuan satu-satunya. Sebab, kedua cucunya adalah laki-laki. Kedua cucunya itu dititipkan oleh anaknya dengan alasan kalau tinggal bersama mereka di kampung tidak ada yang mengurus anaknya. Suami istri itu keduanya bekerja pagi pulang sore. Pagi itu, adikku yang masih berusia satu tahun menangis terus. Maka, walaupun belum jam 09.30 WIB (jam biasa aku mengantar adikku) aku antarkan saja adikku itu ke rumah nenekku.

    Ketika lewat rumah Bu Suti terlihat ia sedang menyapu halaman rumahnya. Dengan iseng sambil menggendong adikku, aku remas pantat bahenolnya. Bu Suti cemberut sambil menatapku yang berjalan sambil cengengesan. Setelah menitipkan adikku dan memberikan uang untuk jajan adikku pada nenekku. Aku segera bergegas kembali ke rumah.

    Aku lihat Bu Suti masih menyapu halaman rumahnya. Dengan sedikit berbisik, aku ajak Bu Suti ke rumah. Ketika Bu Suti sudah mengiyakan akan menyusul ke rumahku, aku pun segera ke rumah dengan perasaan senang dan deg degan menunggu apa yang akan terjadi sebagai pengalaman keduaku. Seperti biasa, aku lucuti seluruh pakaianku sampai telanjang bulat. Kemudian aku lilitkan handuk untuk menutup kontolku yang sudah tegang dan keras membayangkan persetubuhan yang bakal terjadi antara aku dan Bu Suti.

    Tak lama, pintu rumahku terbuka. Jantungku berdetak kencang sekali. Aku menjadi bingung mesti bagaimana dan mulai dari mana. Antara aku dan Bu Suti hanya saling menatap. Ku lihat Bu Suti, sesekali memandang ke arah kontolku yang sudah tegang dan mengeras di balik handuk. Tersungging senyum di wajahnya, membuat ketegangan yang aku alami berangsur- angsur menjadi lebih tenang.

    “ayo, Dek Puji ada perlu apa manggil ibu ke rumah?” tanya Bu Suti yang seolah senang mempermainkan perasaanku yang serba salah. “eemm ini bu. Aku boleh ngulangin kayak kemarin?” pintaku penuh harap. “idih, ibu kan sudah tua. Sudah loyo. Kalau setiap hari begituan mana sanggup!” jawabnya sambil tetap tersenyum menatapku.

    “ah, ibu belum juga dicoba kok sudah bilang tidak sanggup!” sergahku. “yaudah deh, tunggu sebentar ya. Ibu mau ke rumah dulu ngambil handuk biar nanti kalau udah begituan biar langsung mandi.” jawabnya dengan sedikit genit. Aku menggangguk mengiyakan sambil terus menatap pantat bahenolnya ketika ia berjalan ke luar pintu rumahku.

    Bongkahan pantatnya itu membuatku berkali-kali menelan ludah. Betapa bahenolnya pantat Bu Suti sampai membuat hasrat birahiku naik sampai ke ubun-ubun. Sambil bersantai di kursi menunggu Bu Suti, aku mencoba mengingat segala adegan film porno yang sering aku tonton.

    Namun, aku pun menjadi ragu apakah Bu Suti akan mau diajak bersetubuh dengan berbagai gaya. Ketika aku mulai terlena dengan lamunanku, Bu Suti masuk rumah membawa handuk dan perlengkapan mandi. Baju warna hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah dan agak longgar menambah seksi penampilannya walaupun susunya ukuran kecil. Dari bawah makin membuat panas penampilannya sebab, legging cream yang dipakainya begitu mencetak setiap lekuk kaki, paha, dan pantatnya yang bahenol. Tak hanya itu, saking ketat legging yang dipakainya membuat garis memeknya tercetak dengan indah dan menggiurkan naluri kelelakianku.


    Bu Suti pun menawarkan diri untuk memulai persetubuhan di dalam kamarku. Tanpa banyak basa basi aku gandeng ia menuju kamarku. Di dalam kamar, tanganku mulai bergerilia menjamah setiap lekuk tubuhnya, terutama susu kecil dan pantat bahenol yang lebih sering jadi sasaran kenakalan kedua telapak tanganku. Aku elus, aku remas, aku usap, dan remas lagi susu dan pantatnya dengan halus. Bu Suti menikmati dan membalas mengelus punggungku serta kontol yang sedari tadi tegak mengacung di balik handukku. aku jilat dan kenyot halus lehernya yang jenjang.

    Terasa gurih keringat lehernya dilidahku yang semakin bernafsu melakukan tugasnya. Hingga akhirnya, bibirku sudah mencaplok bibirnya. Kami berpagutan dengan liar. Tak lupa, lidah kami saling kenyot saling lilit dan saling memberi jilatan-jilatan penuh gairah. Entah berapa banyak liur kami yang tertukar dan tertelan habis. Sehingga nafsu kami semakin lama semakin menjadi-jadi. Erangan demi erangan, ke luar dari mulut Bu Suti. Matanya merem melek seiring erangan yang keluar dari mulutnya. “emmmmhhhh ssshhhh deeeek puujiiii suuuussssuuuu ibbbbbuuuuu diiikenyyyyoooott yaaaa!” pintanya dengan suara bergetar sambil membuka baju dan kutang cream yang melekat di tubuhnya.

    Tanpa banyak bicara, aku jilat melingkar bagian hitam susunya, aku kenyot-kenyot puting hitam yang sudah mengeras. Ukuran putingnya seukuran kelingking. Sungguh menggairahkan sekali. Kedua telapak tanganku bergantian menjamah susunya. Meremas lembut. Sampai akhirnya sebelah tanganku aku arahkan ke tengah selangkangannya.

    Aku gesek-gesekan jari tengahku diantara memeknya sambil lidahku terus menjilati susu dan mengeyot lembut puting susunya. “eemmmm ddeeeeeeek maaaassssuuukkiiiiinnn uuuuddddaaaahhhh gaaakkk taaaahaaaann gggaaaatttteeelllll memmmmeeekkk ibbbuuuu!” pintanya sambil mengerang. Sesuai pintanya aku mulai turunkan legging cream dan celana dalamnya langsung. Tampak bulu-bulut hitam memeknya. Aku bimbing ia untuk berbaring di atas kasurku. Aku amati sebentar memeknya dan mulai mengarahkan wajahku pada memeknya.

    Aku jilat liang memeknya, aku kenyot-kenyot itilnya. Ia semakin menggelinjang merespon kelincahan lidah dan mulutku. Tangan Bu Suti menjambak rambutku. Ditekan- tekannya kepalaku pada memeknya sampai akhirnya kepalaku ditekannya kuat-kuat terbenam di memeknya. Terasa cairan hangat mengalir dari liang memeknya. “ssssshhhh aaaaaaaaahhhhhh keeellluaaaaarrrrr deeeeekkkk!” erangannya sambil tetap menekan kepalaku dalam-dalam pada memeknya. Dengan perlahan ia menaik turunkan pantatnya pada wajahku yang ia tekan diantara memeknya. Tampak mulai kendur cengkramannya pada kepalaku. Sehingga aku mulai menegakan badanku.

    Terlihat senyum Bu Suti penuh kepuasan. Aku pun tersenyum sambil mengarahkan telapak tanganku untuk meremas susunya. Aku jilat dan kenyot susunya. Bu Suti membalas mengusap-usap kepalaku dengan lembut sehingga aku merasa begitu disayanginya. Tangan Bu Suti kini menggapai kontolku dikocoknya perlahan dan mulai mengarahkannya pada lubang memeknya. Dengan perlahan tak seperti pengalaman pertamaku dengan Bu Suti, aku dorong perlahan-lahan kontolku.

    Terasa nikmat dan hangat lubang memeknya. Kontolku terasa dipijit di dalam memeknya. Bu Suti mulai menggoyangkan pinggulnya memutar. Kontolku terasa diempot-empot. Nikmat sekali. Aku mulai semakin membenamkan kontolku lebih dalam dengan memaju mundurkan dengan perlahan. “ssssshhh deeeekkkk leeebbbiiihhh cccceeeeeepppaaaattt eeemmmhhhh eeennnaaaakkk.” pintanya sambil terus mendesah.


    Aku mulai menambah kecepatan gerakan kontolku. Sehingga bunyi “plok plok plok” semakin keras terdengar. Kedua tangan Bu Suti mulai meraba, meremas lembut dadaku. Aku semakin bergairah. Mempercepat kocokanku. Sampai akhrinya, terasa memeknya berkedut-kedut. “aaaaaaaahhhhhh aaaaaahhhhh ssssshhhhhhhh!” erangannya menikmati orgasme kedua sambil tangannya menahan tubuhku supaya menghentikan gerakan dalam memeknya.

    Peluh membanjiri tubuh kami. Ku lihat wajahnya tersenyum puas. Aku cabut kontolku dalam memeknya. Sambil berbisik ku minta ia menungging agak tinggi dengan di topang lututnya dan badan atas telungkup di kasur. Tanpa ada penolakan ia menuruti permintaanku. Dengan posisi nungging, pantat bahenolnya terlihat bulat. Aku amati liang memeknya yang semakin merekah. Dan aku mulai maju mengarahkan kontolku ke lubang memeknya. Bles kontolku terbenam di dalamnya. Dengan kontol yang sudah terbenam dalam, aku mulai atur gerakan cepat dan perlahan memaju mundurkan kontolku.

    Tiba-tiba muncul pikiran lain dalam otakku ketika melihat lubang duburnya. Aku jiati jari tengah tangan kiriku dengan ludah. Aku arahkan jari tersebut mengusap-usap lubang duburnya. Bu Suti semakin liar melenguh, mendesah, dan mengerang. Aku semakin liar mengocok memeknya dengan kontolku yang lincah di dalamnya. Aku coba menusuk duburnya dengan jari tengahku yang basah. Ia pun makin melenguh. “aaaaaahhhhh ssssssshhhhh ssssshhhhh.” lenguhnya sambil memutar-mutar pantatnya. Tak terasa jari tengahku sudah masuk setengahnya.

    Suara Bu Suti mendesah dan meringis karena perih nikmat pada duburnya. Aku semakin cepat mengocok kontolku. sedangkan jari tengah di duburnya aku biarkan karena peret dan tercengkram kuat otot duburnya. Tubuh kami semakin banyak dibanjiri peluh. Bu Suti semakin cepat memutar dan menekan-nekan pantatnya. Kontolku terempot-empot di dalam memeknya sehingga aku merasakan kepala kontolku mulai gatal dan geli.

    Hingga akhirnya Bu Suti mendahului orgasme akibat kocokan kontolku yang brutal pada memeknya. “ssssssshh aaaaaaaaahhhh keeeellluaaaar laaaagggiiii!” lenguhannya begitu enak terdengar. Memeknya berkedut-kedut sehingga kontolku yang sudah gatal dan geli memuntahkan banyak sperma di dalam liang memeknya. Aku biarkan sperma tumpah dan terkuras habis di dalam memeknya.

    Sampai akhirnya badanku ambruk menindih tubuhnya dengan kontol yang masih terbenam di memeknya. Ketika sudah surut gelora yang membakar hasrat birahi. Aku cabut kontolku dari dalam memek Bu Suti. Aku rebahkan tubuhku di sampingnya. Bu Suti membalikan badannya mengarah padaku. Wajahku ia cium-cium dengan lembut. Sedangkan aku diam saja sambil terus ngos-ngosan.

    Tangan Bu Suti dengan lembut mengusap dadaku. Mungkin sudah 10 menit kita berbaring bersama di atas kasur. Akhirnya Bu Suti bangkit dan melilitkan handuk pada tubuhnya untuk pergi mandi. Sungguh penampilan Bu Suti walau sudah tua tapi membuatku begitu nyaman berada di sampingnya. Dengan berbekal handuk aku pun mengikuti Bu Suti ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi kita pipis bareng sambil tanganku iseng meremas-remas susu kecil dan kendor milik Bu Suti.


    Bu Suti geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat ulahku. “udah ah, ibu capek. Nanti kamu mau lagi.” katanya tanpa menghindarkan tanganku pada susunya. “iya bu, aku masih mau! soalnya aku pengen nyobain begituan di kamar mandi.” jawabku sambil memperlihatkan kontolku yang sudah tegak berdiri. “tapi ibu sudah gak kuat. Kalau ibu begituan lagi ibu bisa kelelahan dan ketiduran.

    Mana pekerjaan ibu masih banyak di rumah.” bantahnya mencoba menenangkan hasratku. “ya udah deh bu. bagaimana kalau ini ibu hisap atau dijilatin aja?” pintaku sambil mengarahkan kontolku ke arahnya. “iya deh ibu coba, tapi cuci dulu burungnya!” jawab Bu Suti. Sungguh senang sekali Bu Suti mau melakukannya. Tidak seperti kemarin ia menolak untuk menghisap kontolku.

    Dengan semangat aku cuci kontolku dari sisa-sisa lendir yang lengket. Setelah melap kontolku dengan handuk, aku arahkan kontolku pada mulut Bu Suti yang setia berjongkok dihadapanku. Dengan ragu-ragu ia membuka mulutnya dan mendorong kepalanya perlahan. Akhirnya, dengan perlahan kontolku masuk ke dalam mulutnya. Terasa nikmat, geli, dan hangat. Secara natural, Bu Suti mulai memaju mundurkan mulutnya. Agak ngilu ketika kepala kontolku berkali-kali mengenai giginya. “emmmhhh enaaakk bu.

    Tolong sambil kepala burungku dikenyot pelan-pelan bu.” pintaku sambil merasakan sensasi yang baru aku alami dioral perempuan. Kontolku merasakan sensasi luar biasa. Hangat, geli, dan basah ketika berkali-kali ke luar masuk mulutnya. Apalagi Bu Suti mulai memainkan lidahnya yang terasa dingin di kulit kontolku. “emmmmhhh” rasanya seperti melayang di awang-awang. Sesekali kepala kontolku dikenyotnya pelan-pelan dan menggemaskan. uh rasanya, menenangkan jiwa. “haduh dek, leher ibu pegel. Kamu lama banget ke luarnya.” keluhnya sambil tangannya mengocok-ngocok kontolku. “iya nih bu. Nikmat sih tapi kayanya aku gak akan ke luar kalau sama mulut ibu.” jawabku. “aduh, terus gimana biar kamu cepet ke luar?” tanyanya dengan gemas sambil tidak berhenti mengocok kontolku. “ya, burung aku masukin ke memek ibu aja biar cepet ke luar.” jawabku. “yaudah deh ayo.

    padahal ibu udah cape ini lutut udah gemeter kayak mau copot.” ujar Bu Suti sambil nyengir. Perlahan aku duduk di lantai kamar mandi sambil bersandar pada dinding. Aku minta Bu Suti untuk naik di atas pangkuanku. Awalnya ia terlihat bingung tapi dengan sabar aku arahkan badannya supaya dia leluasa memasukan kontolku ke dalam memeknya. Sampai akhirnya ia paham dan mulai menggoyang pantatnya memutar. Terasa, cairan hangatnya mulai membasahi memeknya sehingga terasa licin dan membuat kontolku leluasa.

    Aku minta Bu Suti untuk mengkolaborasikan gerakan memutar, maju mundur, dan turun naik. Hasilnya, kontolku merasakan kenikmatan yang tiada duanya. Dinding memeknya terasa mencengkram dan meremas-remas kontolku. Sungguh enak sekali memek wanita tua ini.

    Tanganku yang sedari tadi berada di pinggangnya mulai aku naikan untuk meremas-remas susu dan memilin-milin putingnya sehingga Bu Suti mulai merem melek dan mendesah dengan penuh kenikmatan. “ehhhhmmmmm aaaaaaahhhhh aaaaaaahhh ssshhhhhhhhh.” desahnya merasakan sensasi kontol dan kenakalan kedua tanganku.

    Aku dekatkan lidahku menjilati lehernya yang sudah basah oleh keringat. Terasa bau persenggamaan tercium hidungku membuatku semakin bergairah oleh sensasi tersebut. Emm nikmatnya. “deeeekkkk aaaahhhhhh sssshhhhh ibuuuu caaapppeeeeekk eeemmmmmhhh peeeggggeeeelll ouuuuuhhhhh.” ujarnya sambil mendesah menikmati. “gantian aja bu, aku di atas. Ibu rebahan aja di lantai.” jawabku. Bu Suti mulai mencabut kontolku dan merebahkan badannya di lantai sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar.


    Aku mulai menghujamkan kontolku. Dengan gerakan cepat aku kocokan kontolku keluar masuk memeknya. Bu Suti mendesah dan mengerang hebat akibat gerakan maju mundur secara cepat yang aku lakukan. Kontolku merasakan geli dan gatal. Tidak akan lama lagi aku akan mencapai orgasme, Aku semakin buas menambah kecepatan maju mundur. Sampai akhirnya, kedua telapak tangan Bu Suti mencengkram kuat punggungku. Desahannya semakin menjadi-jadi. Dan akhirnya kita sama-sama orgasme. Nafasku ngos-ngosan. Cape tapi nikmat sekali.

    Aku cabut kontolku yang sudah dibalut lendir dari memeknya lalu duduk bersandar pada dinding kamar mandi. Bu Suti dengan perlahan bangkit dan menggapai gayung untuk membersihkan memeknya. Pengalaman kedua bersama Bu Suti diakhiri dengan acara mandi bareng. Usai kita mandi, aku lihat jam dinding menunjukan pukul 11.38 WIB. Aku pasti kesiangan tiba di sekolah. Tak terasa sungguh, ternyata lebih dari 3 jam setengah kita habiskan untuk bersenggama memburu kenikmatan. Namun, walaupun demikian aku tak menyesal karena Bu Suti selalu memberikan kepuasan padaku dan selalu bersedia jika aku ajak ia ngentot.

  • Video Bokep Asia Yui Kyouno pembantu dan majikannya di ruang tamu

    Video Bokep Asia Yui Kyouno pembantu dan majikannya di ruang tamu


    1881 views

  • Kisah Memek Tante Ku Sekaligus Guru Sexs Ku

    Kisah Memek Tante Ku Sekaligus Guru Sexs Ku


    2586 views

    Duniabola99.com – Sebelum aku menikah, pengalaman seksualku cukup banyak, sebagian besar pasti berisiko tinggi seperti itu. Antara lain: dengan dosen, dengan teman adikku, dengan pacar teman, dengan adik pacar, dan masih banyak lagi. Semua itu mungkin dipengaruhi oleh pengalaman pertamaku, perjakaku direnggut oleh perempuan yang masih terhitung tanteku sendiri, sepupu jauh ibuku.


    Itu terjadi ketika aku berumur 17 tahun, kelas 2 SMU. Sudah lama sekali, tapi kesannya yang mendalam membuat aku tidak akan pernah bisa lupa. Aku bahkan bisa mengingatnya dengan detil, dan kenangan itu selalu membuat aku terangsang.

    Aku memanggilnya Tante Ning. Orangnya baik, supel dan enak diajak ngobrol. Wajahnya sih relatif, tapi menurutku lumayan manis. Yang jelas, kulitnya putih mulus dan body-nya mantap. Waktu itu umurnya sekitar 25 sampai 30 tahun, punya satu anak laki-laki yang masih kecil.

    Keluarga Tante Ning tinggal di Surabaya. Dia sendiri tinggal di Jakarta selama satu tahun untuk mengikuti suatu pendidikan. Selama di Jakarta, dia tinggal di rumah kami. Kebetulan rumah kami cukup besar, dan ada satu kamar kosong yang memang disediakan untuk tamu.

    Sebenarnya Tante Ning itu bukan type perempuan yang nakal. Setahuku dia termasuk perempuan baik-baik, dan rumah tangganya pun kelihatan rukun-rukun saja. Tapi yang jelas dia kesepian selama tinggal di Jakarta. Dia butuh sex. Kebetulan di sini boleh dibilang cuma aku cowok yang dekat dengan dia. Jadi, kukira wajar kalau akhirnya affair itu terjadi. Lagipula, kukira Tante Ning memang termasuk perempuan yang besar nafsu sex -nya.

    Sejak peristiwa yang pertama, kami seperti ketagihan. Kami ML kapan saja, setiap ada kesempatan. Di kamar, di dapur, di kamar mandi, di hotel, di mana saja. Demi menyalurkan nafsuku yang seakan tak pernah surut pada Tante Ning, aku bahkan jadi sering bolos ataupun kabur dari sekolah, dan tanteku yang manis dan sexy itu selalu siap meladeniku.

    Akibatnya, tahun itu aku tidak naik kelas. Semua orang kaget, hanya Tante Ning yang maklum. Dia bilang, walaupun aku tidak naik kelas, tapi aku “lulus” sebagai laki-laki. Harus kuakui, Tante Ning adalah guruku yang terbaik dalam hal yang satu itu.

    Untungnya affair itu tidak berlanjut sampai ketahuan orang. Begitu Tante Ning kembali ke Surabaya, boleh dibilang hubungan kami berakhir, walaupun di awal-awal sesekali kami masih melakukannya (kalau Tante Ning datang ke Jakarta).

    Aku lupa, Tante Ning mengikuti pendidikan apa di Jakarta. Dia kursus sore hari dan pulangnya sudah agak malam, sekitar jam 8. Oleh karena itu, aku mendapat tugas menjemput naik motor. Awalnya sebel juga jadi “tukang ojek” begitu. Untung cuma 2 kali seminggu. Tapi, lama-lama aku malah senang.

    Kami cepat sekali menjadi akrab. Tante Ning tidak canggung-canggung lagi memeluk pinggangku bila kami berboncengan naik motor. Sesekali aku dapat merasakan tonjolan buah dadanya yang menekan empuk punggungku. Itu makanya aku jadi senang. Waktu itu terus terang aku belum punya pacar, jadi bersentuhan dengan perempuan adalah pengalaman yang sangat menyenangkan bagiku.

    Hari itu aku berulang tahun yang ke 17. Pagi-pagi sebelum berangkat sekolah, orang tua dan adikku memberi selamat. Cuma Tante Ning yang tidak. Aku jadi sebel. Apakah aku betul-betul cuma dianggap sebagai “tukang ojek” selama ini? Tapi ternyata dia memilih cara lain. Ketika aku sedang membereskan tas sekolahku di dalam kamar, Tante Ning masuk. Kukira dia mau memberi ucapan selamat, tapi ternyata tidak juga. Dia bilang, seharusnya sweet seventeen dirayakan secara khusus. “Nggak ada uang,” jawabku asal-asalan. Tante Ning mengusap pipiku.

    “Nanti sore kita rayain berdua,” katanya, suaranya pelan sekali. “Tante mau kasih kado spesial buat kamu.”

    Aku jadi deg-degan. Di sekolah, pikiranku ngelantur tidak karuan, ulanganku jadi jeblok banget. Aku penasaran, apa betul Tante Ning mau memberi kado spesial. Entah kenapa, aku mulai membayangkan yang bukan-bukan.

    Karena tidak sabar, ketika jam istirahat aku ke telepon umum di seberang jalan. (Waktu itu belum ada HP). Di rumah cuma ada Tante Ning dan si Mbok. Aku hampir-hampir tidak bisa ngomong waktu denger suara Tante Ning yang merdu. Dengan lugu, akhirnya aku berterus terang bahwa aku penasaran. Kata Tante Ning,

    “Selama ini kamu baik sekali sama Tante. Jadi, kamu boleh minta apa pun yang kamu mau.” “Kalau Tante sendiri mau kasih apa?” tanyaku. “Ya nanti dong!” “Nggak sabaran nih!” “Pulang aja sekarang kalau nggak sabar. Bisa kabur, kan?” “Tapi nanti aku ada ulangan!” “Ya udah, terserah kamu!”

    Aku jadi tambah penasaran. Obrolan di telepon membuat pikiranku bertambah jorok. Entah bagaimana, feeling-ku mengatakan bahwa Tante Ning “naksir” aku. Maka, tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung pulang saat itu juga. Kukebut motorku.


    Tante Ning tersenyum ketika membukakan pintu. “Si Mbok baruuuuu aja ke pasar!” katanya tanpa kutanya, seperti memberi isyarat bahwa situasi rumah benar-benar aman untuk kami. Aku jadi tambah deg-degan. Pikiran jorokku bertambah. Lebih-lebih saat itu Tante Ning mengenakan daster yang potongannya rada sexy.

    “Kadonya mana?” tanyaku tidak sabar. “Nanti dulu dong!” jawab Tante Ning. Lalu aku disuruh menunggu di ruang duduk keluarga, sementara dia masuk ke kamar. Aku duduk di sofa sambil membuka sepatu. Tidak lama, Tante Ning keluar kamar, tapi aku tidak melihat dia membawa kado. Sambil memandangi dia berjalan ke arahku, aku berpikir, “Ngapain dia tadi masuk kamar?” Aku menemukan jawabannya beberapa saat kemudian, ketika kelihatan olehku kedua puting susunya membayang di balik daster. Rupanya di kamar tadi dia cuma membuka BH. Lalu, mana kadonya?

    “Merem dong!” kata Tante Ning sambil duduk di sebelahku. Aku menurut, kupejamkan mataku. Jantungku semakin bergemuruh. Kurasakan kelelakianku mulai bangkit, anuku mulai mengeras. Lebih-lebih ketika kurasakan nafas Tante Ning dekat sekali dengan mukaku. Aku ingin membuka mata, tetapi takut. Maka aku terus memejamkan mata rapat-rapat, sampai kurasakan Tante Ning mengecup pipiku. Lembut sekali. Kiri dan kanan.

    “Itu kadonya?” tanyaku memberanikan diri beberapa saat kemudian. Tante Ning tersenyum. “Itu kado spesial dari Tante,” katanya lembut. “Tapi kalau kamu mau yang lain, kamu boleh minta. Apapun yang kamu mau….” “Aa…aa…aku… tidak berani…” jawabku terbata-bata. “Padahal kamu kepingin sesuatu?” dia mendesak sambil merapatkan body-nya.

    Aku semakin deg-degan. Tonjolan toketnya yang montok menekan lembut lenganku. Aku tidak berani membalas tatapan matanya. “Bilang dong…” suara Tante Ning semakin lembut. Wajahnya semakin dekat, aku jadi semakin tidak berani mengangkat wajah. Sampai tiba-tiba kulihat tangannya merayap… meraba selangkanganku!

    Aku terkejut, bercampur malu karena ketahuan saat itu aku sudah “ngaceng”. Aku tidak tahu bagaimana ekspresi Tante Ning waktu itu, karena aku tetap belum berani melihat wajahnya, tetapi yang jelas dia malah memijit-mijit tonjolan batang kemaluanku yang tentu saja jadi semakin keras.

    “Tante… aku…” Aku semakin tidak enak hati, sementara nafsuku semakin tinggi. “Vaaan, kamu udah gede sekarang….,” bisik Tante Ning. “Udah 17 tahun, udah dewasa…” “Maksud Tante, aku boleh….” “Kamu boleh apapun yang kamu mau, Sayang!”

    Berkata begitu, Tante Ning menerkam mulutku dengan bibirnya. Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut Tante Ning yang kian binal melumat-lumat mulutku, mendesak-desaknya ke dalam dengan buas. Sementara jemari kedua tangannya menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian punggung, dada, dan selangkanganku. Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang.


    Kini aku berani membalas ciuman buas Tante Ning. Nampaknya Tante Ning tidak mau mengalah, dia bahkan tambah liar lagi. Kini mulut Tante Ning merayap turun ke bawah, menyusuri leher dan dadaku. Kemeja seragamku entah kapan dibukanya, tahu-tahu sudah teronggok di lantai. Beberapa cupangan yang meninggalkan warna merah menghiasi leher dan dadaku. Lalu dengan liar Tante Ning membawaku turun ke karpet, dibukanya celana panjang abu-abuku, demikian pula celana dalamku dilucutinya dengan gerakan tergesa-gesa. Aku menjadi telanjang bulat.

    “Oohhh…. Ivaaan…., Tante nggak nyangka, punyamu bagus juga….” seru bergairah Tante Ning sambil memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, dan mulailah dia mengulum-ngulum, sesekali dibarengi dengan menyedot-nyedot. Sementara tangan kanannya mengocok-ngocok batang kejantananku, sedang jemari tangan kirinya meremas-remas buah kemaluanku. Aku hanya mengerang-erang merasakan sensasi yang nikmat tiada taranya.

    Pada satu kesempatan, aku berhasil mencopot daster Tante Ning, sehingga dia tinggal mengenakan celana dalam saja. Aku sangat terkejut saat melihat ukuran buah dadanya. Luar biasa besarnya. Bulat, montok, masih sangat kencang walaupun dia sudah beranak satu. Nafsuku jadi semakin tidak terkendali. Tanpa malu-malu, aku merintih-rintih sembari mengatakan bahwa aku merasa enak luar biasa.

    Sampai akhirnya kulihat Tante Ning menurunkan celana dalamnya sendiri. Dia bugil di hadapanku! Aku sempat berpikir waras, kami tidak boleh melakukan semua ini! Tapi waktu itu Tante Ning sudah menduduki kedua pahaku yang mengangkang. Kemaluannya yang berbulu rimbun tepat menempel di batang kemaluanku. Aku menelentang pasrah.

    “A..a..aku… tttakut, Tante…,” kataku ketika kurasakan Tante Ning mulai menyusup-nyusupkan batang penisku ke dalam lubang vaginanya yang basah. Tante Ning tidak peduli, kurasakan ujung batang penisku sudah masuk. Tapi bagaimanapun Tante Ning mengalami kesulitan karena aku masih setengah hati.

    Tante Ning menciumi mukaku. Bibirku dilumatnya kembali, lalu lidahnya menjulur-julur menjilat-jilat. Sementara itu, tangan kanannya terus berusaha menjejal-jejalkan batang penisku ke dalam lubang surgawi miliknya.

    “Ivan, please..,” desahnya di telingaku. “Kamu udah gede, kamu udah boleh, Van…”

    Entah bagaimana, nafsuku kembali berkobar. Batang kemaluanku yang tadinya mulai agak kendor karena aku ketakutan, kini kembali menegang keras. Tante Ning kegirangan, mukaku diciuminya dengan gemas. Pinggulnya bergerak-gerak sementara tangan kirinya terus menuntun batang kemaluanku memasuki vaginanya. Uhhh, nikmat luar biasa. Aku menggigit bibir. Sleeeppp… terasa batang kemaluanku melesak semakin dalam. Inci demi inci, sampai akhirnya masuk semua. Tante Ning merintih pelan menyebut namaku, “Ivvvaaaannnn…..”


    Tanteku yang manis itu mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya. Maju, mundur, kiri, kanan, berputar-putar. Nikmatnya sungguh tidak terkatakan. Batang penisku serasa disedot dan dipelintir-pelintir. Aku belum pernah merasakan surga dunia senikmat itu, maka aku tidak tahan. Baru beberapa goyangan, tanpa dapat kucegah sedetikpun, aku “muncrat”.

    Air maniku menyembur-nyembur entar berapa kali, menyirami vagina Tante Ning yang kurasakan berkedut-kedut. Itulah untuk pertama kalinya aku mencapai orgasme yang sesungguhnya, setelah sekian lama aku hanya dapat merasakannya dengan “ngocok” di kamar mandi.

    Aku tidak tahu bagaimana perasaan Tante Ning waktu itu. Aku juga belum mengerti bahwa waktu itu dia sangat kecewa karena birahinya tidak mencapai puncak. Yang jelas, kami sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Perasaanku tidak karuan. Menyesal, takut, malu, campur aduk jadi satu.

    Tiba-tiba Tante Ning menangis sesenggukan. Aku jadi semakin tidak enak hati. Dengan sok gentle, aku memeluk tubuhnya yang telanjang dari belakang. Aku meminta maaf dan berusaha membujuk. Tapi kata Tante Ning, dia justru malu telah menjerumuskan aku.

    “Tapi aku nggak nyesel kok, Tante…,” kataku. Tante Ning memalingkan mukanya menatapku. “Betul?” tanyanya. Aku mengangguk. Entah kenapa, tahu-tahu “anu”ku berdiri lagi. Kulihat muka Tante Ning memerah, dia pasti dapat merasakan karena batang penisku yang menegang itu menempel rapat pada pantatnya. Dia lalu membalikkan tubuhnya dan kami berpelukan. Entah siapa yang memulai, kami lalu berciuman bibir. Nafsuku berkobar-kobar lagi.

    Tante Ning mengajakku masuk ke kamar. Dengan tubuh bugil, kami berangkulan menuju kamar Tante Ning di belakang. Tiba di sana, Tante Ning rebah duluan di atas ranjang. Aku menyusul. Dua-tiga kali Tante Ning masih bertanya lagi, apakah betul aku tidak menyesal dan tidak menganggapnya sebagai perempuan murahan.

    Lalu kami berciuman bibir, lama dan penuh nafsu. Kurasakan batang kemaluanku sudah luar biasa keras, aku siap untuk meniduri tanteku sekali lagi. Tapi kata Tante Ning, kali ini aku harus sabar. Aku harus bisa membuat Tante Ning mencapai puncak kenikmatan seperti yang tadi kualami. Maka, dia mengajariku segala macam teknik merangsang birahi perempuan.

    Dimulai dari berciuman. Dia mengajariku cara-cara memainkan mulut dan lidah. Setelah kuikuti, ternyata memang lebih enak. Lalu dia menyuruhku menciumi lehernya. Aku berhasil membuat sebuah cupangan, tapi Tante Ning lekas-lekas mengingatkan bahwa cupangan di leher akan mudah ketahuan orang. Maka, dia minta aku mencupang toketnya. Tanpa diminta pun, aku akan dengan senang hati melakukan itu.

    Toketnya itu luar biasa bagus. Putih, besar, bulat, kencang dan padat. Aku mencium dan meremas-remas seperti tanpa rasa puas. Dan aku jadi tambah bernafsu karena perbuatanku itu membuat Tante Ning menggelepar-gelepar keenakan. Dia bahkan jadi seperti tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Mulutnya mulai mengeluarkan kata-kata jorok, di tengah-tengah desahan dan rintihannya.


    Aku sebenarnya sudah sangat tidak sabar, ingin segera memasukkan senjataku lagi ke dalam lubang surgawi Tante Ning. Tapi Tante Ning belum memberi isyarat untuk itu. Dia malah memintaku mencumbui selangkangannya dulu.

    “Sini, Sayang…, ciumin ini Tante …,” pintanya sambil berbaring telentang dan membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.

    Tanpa membuang waktu lagi, aku terus menyerudukkan mulutku pada celah vagina Tante Ning yang merekah minta diterkam. Benar-benat lezat. Vagina Tante Ning mulai kulumat-lumat tanpa karuan lagi, sedangkan lidahku menjilat-jilat deras seluruh bagian liang vaginanya yang telah dibanjiri lendir. Berulangkali kugelitik kelentitnya dengan ujung lidah sambil kukenyot dalam-dalam.

    Rambut kemaluan Tante Ning lebat dan rindang. Cupangan merah pun kucap pada seluruh bagian daging vagina Tante Ning yang menggairahkan ini. Tante Ning hanya menggerinjal-gerinjal kegelian dan sangat senang sekali nampaknya. Kulirik tadi, Tante Ning terus-menerus melakukan remasan pada buah dadanya sendiri sambil sesekali memelintir puting-putingnya. Berulang kali mulutnya mendesah-desah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan menarik-narik daging kelentitnya.

    “Ooohhhhh, Ivvvaaannn…, enak banget, Sayaaang… Teruuss…., teruuuuussssss….. Please…, yaaaahhhhhh “

    Beberapa menit kemudian, aku merayap lembut menuju perut Tante Ning, dan terus merapat di seluruh bagian buah dadanya. Dengan ganas aku menyedot-nyedot puting payudaranya yang kini mengeras dan membengkak. Kembali kubuat beberapa cupangan di buah dadanya.

    Berulang kali jemariku memilin-milin gemas puting-puting susu Tante Ning secara bergantian, kiri dan kanan. Aku kini benar-benar tidak tahan lagi untuk menyetubuhi Tanteku. Tanpa menunggu komando dari Tante Ning, aku membimbing masuk batang kemaluanku pada liang vaginanya.

    Tapi Tante Ning masih sempat mengubah posisi. Seperti yang pertama, kembali dia berada di atas. Ternyata itu memang disengaja oleh Tante Ning karena posisi begitu lebih menguntungkan aku. Aku jadi lebih tahan, sebaliknya Tante Ning akan cepat mencapai orgasme.

    Benar saja. Tante Ning langsung menggenjot cepat karena rupanya dia sudah sangat keenakan dan hampir mencapai puncak. Aku menelentang saja sembari meremas-remas toket montoknya yang bergelantungan terkontal-kantil. Sesekali aku mengangkat pantat mengikuti komando Tante Ning. Tidak begitu lama, Tante Ning mengajakku segera membalik posisi.

    “Ooouhkk.. yeaaah… ayoo.. ayooo… genjot Vaaannn..!” teriak Tante Ning saat merasakan batang kejantananku mulai menikam-nikam liar vaginanya. Dalam posisi di atas, gerakanku lebih leluasa. Aku semakin meningkatkan irama keluar masuk batang kemaluanku. Tante Ning hanya berpegangan pada kedua tanganku yang terus meremas-remas sepasang buah dadanya. Kedua kakinya mengangkang lebar, pinggulnya terangkat-angkat seirama dengan hunjaman batang kemaluanku.


    “Blesep… sleeep… blesep..!” suara senggama yang sangat indah mengiringi dengan alunan lembut. Tante Ning mendesah, mengerang, dan merintih-rintih.

    “Aaaarghh…, enak sekali, Ivaaannnn….., Tante suka kontol kamuhhh… Terus, Sayaaang…, teruuuussssss….., ssssshhhhhh….., aaaaarrggghhhhh….”

    Aku semakin bersemangat, kusodok-sodokkan batang penisku semakin kuat dan cepat. Itulah nikmat bersetubuh yang pertama kali kurasakan. Aku masih belum bisa bertahan lama saking enaknya. Hanya beberapa menit, puncak klimaks itu kucapai dengan sangat sempurna, “Creeet… crooot… creeet..!”

    Pada saat hampir bersamaan, tubuh Tante Ning mengejang, pinggulnya terangkat tinggi-tinggi.

    “Oooorrrrgghh.. sssssshhhhh… aaarrrgghhhh..,” seru Tante Ning menggelepar-gelepar ketika menggapai puncak kenikmatannya. “Tanteeehhh.…….” “Oooohhhh, Ivaann…. Teken terus, Vaan, Tante masih enak…, teken terus, yaahhh…” “Ivan kayak mimpi, Tante….,” bisikku polos. “Hm-mm, Tante juga, mimpi di surga… Peluk Tante, Sayang…”

    Selanjutnya, dengan batang kemaluan yang masih tetap menancap erat pada vagina Tante Ning, aku jatuh tertidur. Tante Ning juga. Kami baru terbangun ketika si Mbok pulang dari pasar.

  • Video Bokep Eropa Dengan Kakek kekar di dalam mobil

    Video Bokep Eropa Dengan Kakek kekar di dalam mobil


    2199 views

  • Kisah Memek Aku Berselingkuh Dengan Pak RT Bagian Dua

    Kisah Memek Aku Berselingkuh Dengan Pak RT Bagian Dua


    2814 views

    Duniabola99.com – Sementara aku masih terlena di ranjang dan menarik nafas panjang sesudah orgasmeku tadi, Pak Parno terus menciumi dan ngusel-uselkan hidungnya ke pinggulku, perutku. Bahkan lidah dan bibirnya menjilati dan menyedoti keringatku. Tangannya tak henti-hentinya merabai selangkanganku.


    Aku terdiam. Aku perlu mengembalikan staminaku. Mataku memandangi langit-langit kamar motel itu. Menembusi atapnya hingga ke awang-awang. Kulihat Mas Adit sedang sibuk di depan meja gambarnya, sebentar-sebentar stip Staedler-nya menghapus garis-garis potlod yang mungkin disebabkan salah tarik.

    Mungkin semua ini hanyalah soal perlakuan. Hanyalah perlakuan Mas Adit yang sepanjang perkawinan kami tidak sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan biologisku. Lihat saja Pak Parno barusan, hanya dengan lumatan bibirnya pada ketiakku dan kobokkan jari-jarinya yang menari-nari di kemaluanku, telah mampu memberikan padaku kesempatan meraih orgasmeku.

    Sementara kamu Mas, setiap kali kamu menggumuliku segalanya berjalan terlampau cepat, seakan kamu diburu-buru oleh pekerjaanmu semata. Kamu peroleh kepuasanmu demikian cepat.

    Sementara saat nafsuku tiba dengan menggelegak, Mas Adit sudah turun dari ranjang dengan alasan ada yang harus diselesaikan, si anu sedang menunggu, atau si anu besok mau pergi dan sebagainya. Kamu ternyata sekali sangat egois. Kamu biarkan aku tergeletak menunggu sesuatu yang tak pernah datang. Menunggu Mas Adit yang hanya memikirkan kebutuhannya sendiri. Yang aku nggak tahu kapan itu datangnya .. Sepertinya aku menunggu Godotku .., menunggu sesuatu yang aku tahu nggak akan pernah datang padaku ..

    ‘Dik Marni capek ya ..’, bisikkan Pak Parno membangunkan aku dari lamunan.
    ‘Nggak Pak. Lagi narik napas saja .. Tadi koq nikmat banget yaa .., sedangkan Pak Parno belum ngapa-apain padaku .. Pakee .. Pak Parno juga hebat lhoo .. Baru di utik-utik saja aku sudah kelabakkan .. Hi hi hi ..’, aku berusaha membesarkan hati Pak Parno yang telah memberikan kepuasan tak terhingga ini.

    Rupanya Pak Parno hanya ingin nge-cek bahwa aku nggak tertidur. Dengan jawabanku tadi dengan penuh semangat dia turun dari ranjang. Dia lepasin sendiri kemejanya, celana panjangnya dan kemudian celana dalamnya. Baru pertama kali ini aku melihat lelaki lain telanjang bulat di depanku selain Mas Adit suamiku. Wuuiihh .. aku sangat tergetar menyaksikan tubuh Pak Parno.

    Pada usianya yang lebih dari 55 tahun itu, sungguh Pak Parno memiliki tubuh yang sangat seksi bagi para wanita yang memandangnya. Bahunya bidang. Lengannya kekar, dengan otot-otot yang kokoh. Perutnya nggak nampak membesar, rata dengan otot-otot perut yang kencang, seperti papan penggilasan.

    Bukit dadanya yang kokoh, dengan dua putting susu besar kecoklatan, sangat menantang menunggu gigitan dan jilatan perempuan-perempuan binal. Dari tampilan tubuhnya yang kekar dan macho ini, aku lihat Pak Parno adalah sosok penggemar olahraga yang fanatik. Otot-otot di tubuhnya menunjukkan dia sukses berolahraga selama ini.


    Pandanganku terus meluncur ke bawah. Dan yang paling membuatku serasa pingsan adalah .. kontolnya .. Aku belum pernah melihat kontol lelaki lain .. Kontol Pak Parno sungguh-sungguh merupakan kontol yang sangat mempesona dalam pandanganku saat ini. Kontol itu besar, panjang, keras hingga nampak kepalanya berkilatan dan sangat indah. Kepalanya yang tumpul seperti helm tentara Nazi, sungguh merupakan paduan erotis dan powerful. Sangat menantang. Dengan sobekan lubang kencing yang gede, kontol itu seakan menunggu mulut atau kemaluan para perempuan yang ingin melahapnya.

    Sesudah telanjang Pak Parno juga menarik pakaianku, celana jeansku yang sedari tadi masih di separoh kakiku, kemudian blus serta kutangku dilepasnya. Kini aku dan Pak Parno sama-sama telanjang bulat. Pak Parno rebah di antara pahaku. Dia langsung nyungsep di selangkanganku. Lidahnya menjilati kemaluanku. Waduuiihh .. Ampunn .. Kenapa cara begini ini nggak pernah aku dapatkan dari Mas Aditt ..

    Lidah kasar Pak Parno menusuk dan menjilati vaginaku. Bibir-bibir kemaluanku disedotinya. Ujung lidahnya berusaha menembusi lubang vaginaku. Pelan-pelan nafsuku terpancing kembali. Lidah yang menusuk lubang vaginaku itu membuat aku merasakan kegatalan yang hebat. Tanpa kusadari tanganku menyambar kepala Pak Parno dan jariku meremasi kembali rambutnya sambil mengerang dan mendesah-desah untuk kenikmatan yang terus mengalir. Tanganku juga menekan-nekan kepala itu agar tenggelam lebih dalam ke selangkanganku yang makin dilanda kegatalan birahi yang sangat. Pantatku juga ikut naik-naik menjemput lidah di lubang vaginaku itu.

    Tak lama kemudian, Pak Parno memindahkan dan mengangkat kakiku untuk ditumpangkan pada bahunya. Posisi seperti itu merupakan posisi yang paling mudah bagi Pak Parno maupun bagi aku. Dengan sedikit tenaga aku bisa mendesak-desakkan kemaluanku ke mulut Pak Parno, dan sebaliknya Pak Parno tidak kelelahan untuk terus menciumi kemaluanku. Terdengar suara kecipak mulut Pak yang beradu dengan bibir kemaluanku. Dan desahan Pak Parno dalam merasakan nikmatnya kemaluanku tak bisa disembunyikan.

    Posisi ini membuat kegatalan birahiku semakin tak terhingga hingga membuat aku menggeliat-geliat tak tertahankan. Pak Parno sibuk memegang erat-erat kedua pahaku yang dia panggul. Aku tidak mampu berontak dari pegangannya. Dan sampai pada akhirnya dimana Pak Parno sendiri juga tidak tahan. Rintihan serta desahan nikmat yang keluar dari mulutku merangsang nafsu birahi Pak Parno tidak bisa terbendung.

    Sesudah menurunkan kakiku, Pak Parno langsung merangkaki tubuhku. Digenggamnya kontolnya, diarahkan secara tepat ke lubang kemaluanku. Aku sungguh sangat menunggu detik-detik ini. Detik-detik dimana bagiku untuk pertama kalinya aku mengijinkan kontol orang lain selain suamiku merambah dan menembus memekku. Seluruh tubuhku kembali bergetar, seakan terlempar ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar .. menunggu kontol Pak Parno menembus kemaluanku .. Aku hanya bisa pasrah .. Aku nggak mampu lagi menghindar dari penyelewengan penuh nikmat ini .. Maafin aku Mas Adit ..

    Aku menjerit kecil saat kepala tumpul yang bulat gede itu menyentuh dan langsung mendorong bibir vaginaku. Rasa kejut saraf-saraf di bibir vaginaku langsung bereaksi. Saraf-saraf itu menegang dan membuat lubang vaginaku menjadi menyempit. Dan akibatnya seakan tidak mengijinkan kontol Pak Parno itu menembusnya. Dan itu membuat aku penasaran,


    ‘Santai saja Mar, biar lemesan..’, terdengar samar-samar suara Pak Parno di tengah deru hawa nafsuku yang menyala-nyala.
    ‘Pakee .. Pakee .. ayyoo .. Pakee tulungi saya Pakee .. Puas-puasin ya Pakee.. Saya serahin seluruh tubuh saya untuk Pakee ..’, kedengerannya aku mengemis minta dikasihani.
    ‘Iyaa Dik Marr .. Sebentar yaa Dik Marr ..’, suara Pak Parno yang juga diburu oleh nafsu birahinya sendiri.

    Kepala helm tentara itu akhirnya berhasil menguak gerbangnya. Bibir vaginaku menyerah dan merekah. Menyilahkan kontol Pak Parno menembusnya. Bahkan kini vaginakulah yang aktif menyedotnya, agar seluruh batang kontol gede itu bisa dilahapnya.

    Uuhh .. aku merasakan nikmat desakan batang yang hangat panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak. Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus mendesak masuk. Rahimku terasa disodok-sodoknya. Kontol itu akhirnya mentok di mulut rahimku. Terus terang belum pernah se-umur-umurku rahimku ngrasain disentuh kontol Mas Adit. Dengan sisa ruang yang longgar, kontol suamiku itu paling-paling menembus ke vaginaku sampai tengahnya saja. Saat dia tarik maupun dia dorong aku tidak merasakan sesak atau penuh seperti sesak dan penuhnya kontol Pak Parno mengisi rongga vaginaku saat ini.

    Kemudian Pak Parno mulai melakukan pemompaan. Ditariknya pelan kemudian didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu dia ulang-ulangi dengan frekewnsi yang makin sering dan makin cepat. Dan aku mengimbangi secara reflek. Pantatku langsung pintar. Saat Pak Parno menarik kontolnya, pantatku juga menarik kecil sambil sedikit ngebor. Dan saat Pak Parno menusukkan kontolnya, pantatku cepat menjemputnya disertai goyangan igelnya.

    Demikian secara beruntun, semakin cepat, semakin cepat, cepat, cepat, cepat, cepat, cepaatt ..ceppaatt. Payudaraku bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku, keringat Pak Parno mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing, mataku dan mata Pak Parno sama-sama melihat keatas dengan menyisakan sedikit putih matanya. Goncangan makin cepat itu juga membuat ranjang kokoh itu ikut berderak-derak. Lampu-lampu nampak bergoyang, semakin kabur, kabur, kabur. Sementara rasa nikmat semakin dominan. Seluruh gerak, suara, nafas, bunyi, desah dan rintih hanyalah nikmat saja isinya.

    ‘Mirnaa .. Ayyoo.. Enakk nggak kontol padee Mirr, enak yaa.. enak Mirr .. ayyoo bilangg enak mana sama kontol si Adit .. Ayoo Mirr enak mana sama kontol suamimu ayoo bilangg ayyoo enakan manaa ..’, Pak Parno meracau.
    ‘Pakee .. enhaakk.. pakee.. Enhakk kontol pakee .. Panjangg .. Uhh gedhee bangett .. pakee.. Enakan kontol Pak Parnoo ..’.

    Posisi nikmat ini berlangsung bermenit-menit. Tanpa terasa pergumulan birahi ini sudah berjalan lebih dari 1 jam. Suasana erotis tampak sangat indah dan menonjol. Erangan dan desahan erotik keluar bersahut-sahutan dar mulut kami. Kulihat tubuh kekar Pak Parno tampak berkilatan karena keringatnya.

    Dan hal itu membuat Pak Parno jauh terlihat seksi di mataku. Kulihat keringatnya mengalir dari lehernya, terus ke dada bidangnya, dan akhirnya ke tonjolan otot di perutnya. Dengan gemas kupermainkan putting susunya yang bekilatan itu. Kugigiti, kujilati, kuremas-remas. Dan Pak Parno yang merasakan itu, tambah buas gerakannya. Sodokan kontolnya tambah kencang di memekku dan kurasakan tangan-tangannya yang kasar merambahi payudaraku.

    Pada akhirnya, setelah hampir 2 jam kami bercinta, aku mendapat orgasmeku 2 kali secara berturut-turut. Itu yang ibu-ibu sering sebut sebagai multi orgasme. Bukan mainn .. hanya dari Pak Parno aku bisa meraih multi orgasmeku inii .. Oohh Pak Parnoo.. terima kasihh .. Pak Parno mau memuaskan akuu.. Sekarangg ayoo .. Pakee biar aku yang memuaskan kamuu .. 10 menit kemudian…


    Dan kontol Pak Parno aku rasakan berdenyut keras dan kuat sekali.. Kemudian menyusul denyut-denyut berikutnya. Pada setiap denyutan aku rasakan vaginaku sepertinya disemprot air kawah yang panas. Sperma Pak Parno berkali-kali muntah di dalam vaginaku.

    Uhh .. Aku jadi lemess bangett .. Nggak pernah sebelumnya aku capek bersanggama. Kali ini seluruh urat-urat tubuhku serasa di lolosi. Dengan telanjang bulat kami sama telentang di ranjang motel ini. Di sinilah akhirnya terjadi untuk pertama kalinya aku serahkan nonokku beserta seluruh tubuhku kepada lelaki bukan suamiku, Pak Parno.

    Dan aku heran .. pada akhirnya.. tak ada rasa sesal sama sekali dari hatiku pada Mas Adit. Aku sangat ikhlaskan apa yang telah aku serahkan pada Pak Parno tadi. Dan dalam kenyataan aku mendapatkan imbalan kepuasan dari Pak Parno yang sangat hebat.

    Di motel ini aku mengalami 3 kali orgasme. Dua kali beruntun aku mengalami orgasme dalam satu kali persetubuhan dan yang pertama sebelumnya, yang hanya dengan gumulan, ciuman dan jilatan Pak Parno di ketiakku sembari tangannya ngobok-obok kemaluanku aku bisa mendapatkan orgasme yang sangat memberikan kepuasan pada libidoku. Hal itu mungkin disebabkan karena adanya sensasi-sensasi yang timbul dari sikap penyelewengan yang baru sekali ini aku lakukan. Yaa.. pada akirnya aku toh berhak mendapatkannya .. tanpa menunggu Mas Adit yang sangat egois.

    Sesungguhnya aku ingin tinggal lebih lama lagi di tempat birahi ini, namun Pak Parno mengingatkan bahwa waktu bernikmat-nikmat yang pertama kali kami lakukan ini sudah cukup lama. Pak Parno khawatir orang-orang rumah menunggu dan bertanya-tanya. Pak Parno mengajak selekasnya kami meninggalkan tempat ini dan kembali menyelesaikan pekerjaan yang telah kami sanggupi pada Mbak Surti dalam rangka membantu hajatannya.

    Setelah kami mandi dan membersihkan tanda-tanda yang kemungkinan mencurigakan, kami kembali ke jalanan. Ternyata kemacetan jalan menuju ke Senen ini sangat parah di siang hari ini. Dengan adanya pembangunan jembatan layang pada belokan jalan di Galur, antrean mobil macet sudah terasa mulai dari pasar Cempaka Putih. Mobil Pak Parno serasa merangkak. Untung AC mobilnya cukup dingin sehingga panasnya Jakarta tidak perlu kami rasakan.

    Sepanjang kemacetan ini pikiranku selalu kembali pada peristiwa yang barusan aku alami bersama Pak Parno tadi. Lelaki tua ini memang hebat. Dia sangat kalem dan tangguh. Dia sangat sabar dan berpengalaman menguasai perempuan. Dialah yang terbukti telah memberikan padaku kepuasan seksual. Paduan kesabaran, tampilan ototnya yang kekar, postur tegap tubuhnya, serta kontol gedenya yang indah membuat aku langsung takluk secara iklas padanya. Aku telah serahkan seluruh tubuhku padanya.

    Dan Pak Parno tidak sekedar menerimanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi dia sekaligus membuktikan bahwa kenikmatan hubungan seksual yang sebenar-benarnya adalah apabila pihak lelaki dan pihak perempuannya bisa mendapatkan kepuasannya secara adil dan setara. Dan aku merasakannya .. tapi .. Benar adilkah ..?

    Ah .. pertanyaan itu tiba-tiba mengganguku. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku bahwa dari hubungan badan tadi, aku berhasil merasakan orgasmeku hingga 3 kali. Sementara Pak Parno hanya mengeluarkan spermanya sekali saja. Artinya dia meraih kepuasan dalam hubungan seksual dengan aku tadi hanya sekali. Ahh ..adakah hal ini menjadi masalah untuk hubunganku dengan Pak Parno selanjutnya ..? Kenapa dia banyak diam sejak keluar dari motel tadi ..?


    Aku menjadi gelisah, aku kasihan pada Pak Parno apabila dia masih menyimpan dorongan birahinya. Apabila belum seluruh cairan birahinya secara tuntas tertumpah. Bukankah hal demikian itu bagi lelaki akan menimbulkan semacam kegelisahan ..? Apa yang harus aku lakukan ..??

    ‘Pak, tadi puas nggak Pak..?’, aku memberanikan diri untuk bertanya.
    ‘Bukan main Dik Mar, aku sungguh sangat puas’, begitu jawabnya.

    Suatu jawaban yang sangat santun yang justru semakin besar kekhawatiranku. Jawaban macam itu pasti akan keluar dari setiap ‘gentlemen’. Aku harus amati dari sudut yang lain. Kulihat dibawah kemudi Kijangnya. Nampak celananya masih menggunung. Artinya kontolnya masih ngaceng. Aku nekat. Kuraba saja tonjolan celananya itu.

    ‘Ininya koq masih ngaceng Pak? Masih pengin yaa?? Tadi masih mau lagi yaa??’, sambil tanganku terus memijiti gundukkan itu. Dan terbukti semakin membesar dan mengeras.
    Pak Parno diam saja. Aku tahu pasti dia menikmati pijatanku ini. Aku teruskan. Tanganku meremasi, mengurut-urut.
    ‘Hheehh ..dik Marr .. enak sekali tangan Dik Marr yaa..’.

    Biarlah, biarlah aku akan selalu memberikan yang aku bisa. Dengan berbagai style, tanganku terus meremasi dan mijit gundukkan kontol itu. Tetapi lama kelamaan justru tanganku sendiri makin menikmati kenikmatan memijit-mijit itu. Dan semakin lama justru aku yang nyata semakin kelimpungan. Aku kenang kembali kontol gede ini yang 40 menit yang lalu masih menyesaki kemaluanku. Yang tanpa meninggalkan celah sedikitpun memenuhi rongga vaginaku. Dan ujungnya ini yang untuk pertama kalinya bisa mentok ke dinding rahimku.. ah nikmatnya ..

    ‘Pakee.. Aku pengin lagii ..’, aku berbisik dengan setengah merintih.
    ‘Kita cari waktu lagi Dik Mar .., gampang.., Dik Mar khan bisa bilang pada Mas Adit, mau ke Carrefour atau ke Mangga Dua cari barang apa.. gitu’.
    ‘Iyaa siihh.. Boleh dibuka ya Pak. Aku pengin lihat lagi nih jagoan Pak ..’, sambil aku melempar senyum serta melirikkan mataku ke Pak Parno melihat reaksinya.
    ‘Boleehh ..’, dia jawab tanpa melihat ke aku, karena keramaian lalu lintas yang mengharuskan Pak Parno berkonsentrasi.

    Tanganku sigap. Pertama-tama kukendorkan dulu ikat pinggangnya. Kemudian kubuka kancing utamanya. Selanjutnya kuraih resluitingnya hingga nampak celana dalamya yang kebiruan. Di belakang celana dalam itu membayang alur daging sebesar pisang tanduk yang mengarah ke kanan. Oouu.. ini kali yang namanya stir kanan.. Kalau stir kiri, mengarahnya kekiri tentunya.

    Dengan tidak sabar kubetot kontol Pak Parno dari sarangnya. Melalui pinggiran kanan celana dalamnya, kontol Pak Parno mencuat keluar. Gede, panjang, kepalanya yang bulat berkilatan. Dan pada ujung kepala itu ada secercah titik bening. Oooww ..baru sekarang aku berkesempatan memperhatikan kontol ini dari jarak yang sangat dekat, bahkan dalam genggamanku.

    Rupanya precum Pak Parno telah terbit di ujung kepalanya. Precum itu muncul dari lubang kencingnya. Uuuhh .. indahnyaa .. bisakah aku nggak bisa menahan diri ..??


    ‘Pak Parno pengin khan..??’, kembali aku berbisik.
    ‘Heehh .. Dik Mar mau bantu Pak Parno nih ..??’, jawaban yang disertai pertanyaan balik.
    ‘Gimana bantunya Pak.., berhenti duluu .. Cari tempat lagii .. Hayoo..’, jawabanku enteng.
    ‘Nggak begitu Dik Mar, kita nggak mungkin berhenti lagi. Ya ini khan macet nih jalanan. Maksudku, apakah .. eehh .. Dik Mar marah nggak kalau aku bilang ini ..??’.
    ‘Nggak pa pa Pak, saya rela koq, dan saya pengin bantu bener-bener, Pak’.
    ‘Dik Mar pernah mengisep punya Mas Adit khan?’.
    ‘Ooo.. Kk.. kaalau ii.. ttuu terus terang aku belum pernah Pak.., kalau lihat punya Mas Adit rasanya aku geli gituu.. jijikk gituu ..’.
    ‘Kalau lihat punya saya inii.?’, dia terus mendesak dengan pertanyaan yang terus terang aku nggak bisa menjawab secara cepat.

    Masalahnya aku dihadapkan pada sesuatu hal yang bener-bener belum pernah aku lakukan, bahkan pun dalam khayalan seksualku. Pasti yang Pak Parno inginkan adalah aku mau mengisep-isep kontolnya itu, yaa khan? Tapi aku juga berpikir cepat .. Tadi sewaktu di motel, Pak Parno membenamkan wajahnya ke selangkanganku tanpa risah-risih. Kemudian dijilatinya vaginaku, kelentitku, lubang kemaluanku. Dia juga menelan cairan-cairan birahiku. Aku jadi ingat prinsip adil dan setara yang aku sebutkan di atas tadi.

    Mestinya aku yaa.. nggak usah ragu-ragu untuk berlaku mengimbangi apa yang telah dilakukan Pak Parno padanya. Dia telah menjilati, menyedoti kemaluanku. Dan aku sangat menikmati jilatan dahsyatnya. Dan sekarang Pak Parno seakan menguji padaku. Bisakah aku bertindak adil dan setara juga pada dia. Aku membayangkan kontol itu di mulutku ..

    ‘Dik Mar, sperma itu sehat lhoo, bersih, steril.. dan banyak vitaminnya. Itu dokter ahli lho yang ngomong. Cobalah, kontol Pak Parno ini pasti sedap kalau Dik Mar mengulumnya.. ‘, aku sepertinya mendengar sebuah permohonan.

    Aku kasihan juga pada Pak Parno. Mungkin dia sudah mengharapkan sejak awal jalan bersama dari rumah tadi. Mungkin bahkan dia sudah mengharapkan jauh beberapa waktu yang lalu. Dan kini saat aku sudah berada disampingnya harapan itu nggak terkabul. Ah, aku jadi iba .. Kulihat kembali kontol indah Pak Parno.

    Yaa.. benar-benar indah..apa artinya indah itu .. Kalau memang itu indah ..sudah semestinya kalau aku menyukainya ..dan kalau aku menyukainya .. mestinya aku nggak jijik ataupun geli .. Dan lihat precum itu.. Juga indah khan, bening, murni, dan mungkin juga wangi ..dan asin .. Dan.. Banyak lho yang sangat menyukainya .., menjilatinya, meminumnya ..

    Tahu-tahu aku sudah merunduk, mendekatkan wajahku, mendekatkan bibirku ke kontol Pak Parno yang indah itu. Dan tanpa banyak tanya lagi aku telah mengambil keputusan .. Ah,.. ujung lidahku kini menyentuh, menjilat dan merasakan lendir lembut dan bening milik Pak Parno. Yaahh .. asinnya yang begitu lembutt..

    ‘Dik Maarr .. Uhh enakk bangett sihh ..’, kepalaku dielus-elusnya. Dan dia sibakkan rambutku agar tidak menggangu keasyikanku. Dan selanjutnya dengan penuh semangat aku mengkulum kontol Pak Parno di mobil yang sempit itu. Kemudian Pak Parno sedikit memundurkan tempat duduknya.


    ‘Dik Marr .. Terus Dik Marr .. Kamu pinter banget siihh .. uuhh Dik Marr..’, aku terus memompa dengan lembut. Banyak kali aku mengeluarkan kepala itu dari mulutku.. Aku menjilati tepi-tepinya .. Pada pangkal kepala ada alur semacam cincin atau bingkai yang mengelilingi kepala itu. Dan sobekan lubang kencingnya itu .. kujilati habis-habisan ..

    ‘Marr.. enak bangett .. akau mau keluar nihh Dik Marr .. Aku mau keluar nihh ..’, aku tidak menghiraukan kata-katanya, mungkin maksudnya peringatan untukku, jangan sampai air maninya tumpah di mulutku. Dia masih khawatir bahwa mungkin aku belum bisa menerimanya.

    Tetapi apa yang terjadi padaku kini sudah langsung berbalik 180 derajat. Rasanya justru aku kini yang merindukannya. Dan aku memang merindukannya. Aku pengin banget merasakan sperma seorang lelaki langsung tumpah dari kontolnya langsung ke mulutku. Dan lelaki itu adalah Pak Parno, yang bukan suamiku sendiri. Aku terus menjilati, menyedoti. Batangnya, pangkalnya, pelernya, sejauh bisa bibir atau lidahku meraihnya, disebabkan tempat yang sempit ini, semua bagian kontolnya itu aku rambah dengan mulutku.

    Dan pengalaman pertama itu akhirnya hadir. Saat mulutku mengkulum batangan gede panjang milik Pak Parno itu, aku rasakan kembali ada kedutan besar dan kuat. Kedutan itu kemudian disusul dengan kedutan-kedutan berikutnya. Kalau yang aku rasakan di motel tadi kedutan-kedutan kontol Pak Parno dalam lubang vaginaku, sekarang hal itu aku rasakan di rongga mulutku. Kontol Pak Parno memuntahkan laharnya.

    Cairan, atau tepatnya lendir yang hangat panas nyemprot langit-langit rongga mulutku. Sperma Pak Parno tumpah memenuhi mulutku. Entah berapa kali kedutan tadi. Tetapi sperma dalam mulutku ini nggak sempat aku telan seluruhnya karena saking banyaknya.

    Sperma Pak Parno berleleran di pipiku, daguku, bahkan juga ke kening dan rambut panjangku. Kontol Pak Parno masih berkedut-kedut saat kukeluarkan dari mulutku. Dan aku raih kembali untuk kuurut-urut agar semua sperma yang tersisa bisa terkuras keluar. Mulutku langsung menyedotinya. Sekali lagi, pengalaman pertama nyeleweng ini benar-benar memberiku daftar panjang hal-hal baru yang sangat sensasional bagiku. Dan aku makin merasa pasti, hal-hal itu nggak mungkin aku dapatkan dari Mas Adit, suamiku tercinta.

    Sesuai rencana, aku diturunkan di Pasar Senen oleh Pak Parno. Sungguh aku keberatan untuk perpisahan ini. Kugenggam tangannya erat-erat, untuk menunjukkan betapa besarnya arti Pak Parno bagiku. Aku berjalan dengan gontai saat menuju toko kertas dekorasi itu.

    Saat aku turun dari taksi sesampai di rumah, Mbak Surti nampak cemberut. Aku biarkan. Pada temen yang lain aku bilang banyak bahan yang aku cari stoknya habis sehingga aku menunggu cukup lama. Di ujung jalan sana kulihat mobil Kijang Pak Parno. Mungkin sudah lama lebih dahulu nyampai di kompleks. Orang-orang pemasang tenda dan pengatur sound system sudah mulai melaksanakan tugasnya. 2 jam lagi acara akan dimulai.

    Aku pamit pulang sebentar, untuk menengok rumah. Mas Adit belum pulang. Aku mandi lagi sambil mengenang peristiwa indah yang kualami sekitar 2,5 jam yang lalu. Saat sabunku menyentuh kemaluanku, masih tersisa rasa pedih pada bibirnya. Mungkin jembut Pak Parno tersangkut saat kontolnya keluar masuk menembus memekku. Dan itu biasanya menimbulkan luka kecil yang terasa pedih pada bibir vaginaku saat terkena sabun seperti ini.

  • Video Bokep Asia Konatsu Hinata diikat dan disiksa dengan kenikmatan

    Video Bokep Asia Konatsu Hinata diikat dan disiksa dengan kenikmatan


    2260 views

  • Kisah Memek Aku Berselingkuh Dengan Pak RT

    Kisah Memek Aku Berselingkuh Dengan Pak RT


    5600 views

    Duniabola99.com – Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai arsitek swasta, tugasnya boleh dibilang tidak kenal waktu. Walaupun dia sangat mencintaiku, bahkan mungkin memujaku, aku sering kesepian.


    Cerita Aku sering sendirian dan banyak melamun membayangkan betapa hangatnya dalam sepi itu Mas Adit, begitu nama suamiku, ngeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku ambil buah ketimun yang selalu tersedia di dapur. Aku melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh seorang lelaki, yang tidak selalu suamiku sendiri, hingga meraih kepuasan.

    Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah di atas 55 tahun, 20 tahun di atas suamiku dan 27 tahun di atas umurku, kalau membayangkan Pak Parno ini, aku bisa cepat meraih orgasmeku. Bahkan saat-saat aku bersebadan dengan Mas Aditpun, tidak jarang khayalan seksku membayangkan seakan Pak Parnolah yang sedang menggeluti aku.

    Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan kemaluan lelaki yang gedee banget. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku nyampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tetap kekar dan kokoh walaupun tua, aku bayangkan kontol Pak Parno juga kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh.., betapa nikmatnya dientot kontol macam itu ..

    Di kompleks itu, di antara ibu-ibu atau istri-istri, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 158 cm dan berat 46 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal banget. Mereka bilang aku seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang cukup besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini..

    Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan, menyunatkan anaknya. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami se-RT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada yang bikin hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian bikin pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku.

    Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar Senen. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Surti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu.

    ‘Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Parno mau ke Senen, mbonceng saja sama dia’, Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Pak Parno yang nampak paling sibuk di antara bapak-bapak yang lain.


    ‘Emangnya Pak Parno mau cari apaan?, aku nanya.
    ‘Inii, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya’, Pak Parno yang terus sibuk menjawab tanpa menengok padaku.
    ‘Iyaa deh, aku pulang bentar ya Pak Parno, biar aku titip kunci rumah buat Mas Adit kalau pulang nanti’. Segalanya berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk yang hadir disitu.

    Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Pak Parno yang nyopirin Kijangnya. Udara AC di mobil Pak Parno nyaman banget sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu.

    Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Pak Parno yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang.

    Saat aku menelan ludahku membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Pak Parno nyelonong menepuk pahaku. ‘Dik Marini mau beli apaan? Di Senen sebelah mana?’, sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada ke-bapak-an.

    Dan aku bener-bener kaget lho. Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau ngomong sambil meraba yang di ajak ngomong.

    ‘Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar inpress ituu..’, walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Pak Parno di pahaku ini bukan hal yang aneh.

    Tetapi rupanya Pak Parno nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, ‘Ooo, yyaa.. aku tahu ..’, tangannya kembali menepuk-nepuk dan digosok-gosokkanya pada pahaku seakan sentuhan bapak yang melindungi anaknya.

    Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Pak Parno merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan.

    Dia ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan, bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus.

    Pak Parno mengalah. Tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Pak Parno meremas pahaku. ‘Dik Maarr..’, dia berbisik sambil menengok ke aku.

    Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Parno sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Parno dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Senen yang macet membuat sopir harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kemudi.

    Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku kepingin tangan Pak Parno itu kembali ke pahaku. Kembali meremasi. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku menjadi penuh disesaki dengan birahi. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal.


    Benar. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Pak Parno kembali ke pahaku. Aku benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Langsung tangan Pak Parno meremasi pahaku. Dan juga naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii malahan ditangkapnya dan diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Pak Parno. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung.

    Sekali aku nyeletuk,
    ‘N’tar dilihat orang Pak’,
    ‘Ah, nggaakk mungkin, kacanya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam’, aku percaya dia.

    Sesudah beberapa saat rupanya desakan birahi pada Pak Parno juga menggelora,
    ‘Dik Mar.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?’, dia berbisik ..
    ‘Kemana..?’, pertanyaanku yang aku sertai harapan hatiku ..
    ‘Ada deh.. Pokoknya Dik Mar mau khan..’.
    ‘Terserah Pak Parno.., Tapinya n’tar ditungguin orang-orang .., n’tar orang-orang curiga .. lho’.
    ‘Iyaa, jangan khawatirr.., paling lama sejamlah.’, sambil Pak Parno mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari belokan ke arah balik. Aku nggak mau bertanya, mau ngapain ‘sejam’??

    Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Parno membalikkan mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah.. Pak Parno ini pasti sudah biasa begini. Mungkin sama ibu-ibu atau istri-istri lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran.

    Dengan penuh gelora dan deg-degan jantungku, aku menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini.., apa kekurangan Mas Adit, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan Pak Parno ini. Bahkan sebelumnya khan belum pernah sekalipun selama 8 tahun pernikahan aku disentuh apalagi digauli lelaki lain.

    Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat Pak Parno. Pasti dia akan menjagaku, melindungiku. Pasti dia akan mengahadpi aku dengan halus dan lembut. Bagaimanapun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi warganya.

    Pasti dia nggak akan merusak citranya dengan perbuatan yang membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin banget bisa melayani dia yang selama ini selalu jadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan juga aku ingin merasakan bagaimana dia memuaskan aku pula sesuai khayalanku.


    Agu gemetar hebat. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah yang naik ke kekepalaku membuat seakan wajahku bengap. Dan semakin kesana, semakin aku nggak bisa mencabut persetujuanku atas ajakan ‘jalan-jalan dulu’ Pak Parno ini.

    Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil nampak seorang petugas berlarian menuntun Pak Parno menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Pak Parno langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakin berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo.. aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Pak Parno mematikan mesin mobilnya.

    ‘Nyampai Dik Mar ..’,
    ‘Di mana ini Pak ..?’, terus terang aku nggak tahu di mana tempat yang Pak Parno mengajak aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis ‘motel’ yang sering aku dengar dari temen-temen dalam obrolan-obrolan porno dalam arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu.

    Pak Parno tidak menjawab pertanyaanku, tetapi tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Pak Parno yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh uh uh .. Aku tergagap sesaat.. sebelum aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi. Aku merasakan lidahnya menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya.

    Lidah itu menari-nari di mulutku. Bau lelaki Pak Parno menyergap hidungku. Beginilah rasanya bau lelaki macam Pak Parno ini. Bau alami tanpa parfum sebagaimana yang sering dipakai Mas Adit. Bau Pak RT yang telah 55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas Adit. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini..

    Sambil melumat, tangan-tangan Pak Parno juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada buah dadaku. Uuiihh .. tak tertahankan. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat hingga pantatku naik-naik dari jok yang aku dudukin disebabkan gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi aku merasa edaann .. aku digeluti Pak RT ku.

    Bibir Pak Parno melumatku, dan aku menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan macam ini dalam banyak khayalan-khayalan erotikku. Ohh .. Pak Parnoo .. Tolongin akuu Pakee .. Puaskanlah menikmati tubuhkuu ..Paak, .. semua ini untuk kamu Paak .. Aku hauss .. Paak .. Tulungi akuu Paakk.

    ‘Kita turun yok Dik Mar .., kita masuk dulu ..’, Pak Parno menghentikan lumatannya dan mengajak aku memasuki motel ini.

    Begitu masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor motel itu. Pak Parno menanyakan aku mau minum apa, atau makanan apa yang aku inginkan yang bisa diantar oleh petugas motel ke kamar. Aku terserah Pak Parno saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Aku kebelet pengin kencing.

    Saat kembali ke peraduan kulihat Pak Parno sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku masuk ke kamar tidur ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Pak Parno itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, ‘Sini Dik Mar .. ‘, uh uh .. Omongan seperti itu .. masuk ketelingaku pada saat macam begini ..aku merasakan betapa sangat terangsang seluruh syaraf-syaraf libidoku.

    Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar motel dengan seseorang, yaitu Pak Parno, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan jauh lebih tua dari suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan panggilanya yang ..’Sini Dik Mar’, itu .. terasa sangat erotis di telingaku.

    Aku inilah yang disebut istri nyeleweng. Aku inilah istri yang selingkuh..uh uh uh .. Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya akan makna selingkuh dan aku tetap melangkah ke dalamnya. Birahi yang dibakar oleh pengertian nyeleweng dan aku terus saja melanggarnya. Uhh .. aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar ..

    Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, yang kemudian dengan serta merta Pak Parno menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya istri yang nyeleweng dan selingkuh, yang menunggu saat-saat lanjutannya yang akan dipenuhi kenikmatan dan gelinjang yang pasti sangat hebat bagi istri penyeleweng pemula macam aku ini.

    ‘Dik Mar .. Aku sudah lama merindukan Dik Mar ini. Setiap kali aku lihat itu gambar bintang film Sarah Ashari yang sangat mirip Dik Mar .. Hatiku selalu terbakar .. Kapann aku bisa merangkul Dik Mar macam ini ..’.

    Bukan main ucapan Pak Parno. Telingaku merasakan seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian macam itu. Dan semakin membuat aku rela dan pasrah untuk digeluti Pak Parno yang gagah ini. Pak Parnoo ..Kekasihkuu.. Dia balik dan tindih tubuhku.

    Dia langsung melahap mulutku yang gelagapan kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus juga ludahku. Sepertinya aku dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremasi kedua susuku yang kemudian dilepaskannya pula.

    Ganti bibirnyalah yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedotin habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku ..Pakee ..Pakee .. Pakee ..ampun nikmattnya Pakee..

    Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tak terperikan kenikmatan yang mendatangi aku.

    Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku. Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku dan kemudian meremasi kelentitku ..aku langsung melayang ke ruang angkasa tak bertepi. Kenikmatan .. sejuta kenikmatan .. ah .. Selaksa juta kenikmatan Pak Parno berikan padaku lewat jari-jari kasarnya itu.

    Jari-jari itu juga berusaha menusuk lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan tangannya merangsek kemaluanku dengan jari-jarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku ..


    Ohh.. kenapa aku ini ..Ooohh.. Mas Adit .. maafkanlah akuu .. Ampunilahh .. istrimu yang nggak mampu mengelak dari kenikmatan tak bertara ini .. ampunilah Mas Adit .. aku telah menyelewengg .. aku nggak mampuu maass ..

    Pak Parno terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti ketiakku. Dia nampak sekali menikmati rintihan yang terus keluar dari bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan dari suamiku. Sementara jari-jarinya terus menusuki lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf peka birahi dia kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya.

    Yang semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang aku terimapun bertambah. Pak Parno tahu persis titik-titik kelemahan wanita. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vagina aku tergiring sampai titik dimana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kali disentuh lelaki yang bukan suamiku, Pak Parno berhasil membuatku orgasme.

    Saat orgasme itu datang, kurangsek balik Pak Parno. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan bagaimana luka dan rasa sakit yang ditanggung Pak Parno. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu agar jarinya lebih meruyak ke lubang vaginaku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat. Tingkahku itu semua terus menerus diiringi racau mulutku.

    Dan saat orgasme itu memuncratkan cairan birahiku aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. “Sperma” perempuan yang berupa cairan-cairan bening yang keluar dari kemaluannya. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar ber AC ini.

    Saat telah reda, kurasakan tangan Pak Parno mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh .. Dia yang ngayomi aku. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar motel itu.


    ‘Dik Mar, Dik Mar hebat banget yaa hh.. Istirahat dulu yaa..?!, Saya ambilkan minum dulu yaahh ..’, suara Pak Parno itu terasa menimbulkan rasa yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih ngos-ngosan. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini.

    Kamar motel ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya saat aku menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Adit suamiku untuk disentuhi dan digumuli oleh Pak Parno, Pak RT kampungku, yang bahkan juga sering jadi lawan main catur suamiku di saat-saat senggang. Mas Adit .. Ooohh .. maass ..maafkanlah aakuu .. maass..

  • Video Bokep Eropa Terima Kasih atas Tumpangannya

    Video Bokep Eropa Terima Kasih atas Tumpangannya


    1924 views

  • Video Bokep Asia Shiona Suzumor hisap kontol kecil

    Video Bokep Asia Shiona Suzumor hisap kontol kecil


    1739 views

  • Kisah Memek Mengobati Rasa Kesedihan Mama Bagian Dua

    Kisah Memek Mengobati Rasa Kesedihan Mama Bagian Dua


    4724 views

    Duniabola99.com – Sore harinya , kembali pintu rumah diketuk..,”Selamat sore Pak Ar” kata pak dino didepan pintu , setelah saya mempersilahkan Pak Dino duduk , tiba2 mama muncul dengan pakaian terus tanpa lengan bahan kaos warna biru benhur…membuat lekuk tubuh mama yang putih mulus sangat jelas tercetak dibalik baju kaosnya , kulihat Pak Dino terkesima karena kecantikan dan keanggunan Mama.. lalu melihatku.


    “Ma!! ini Pak Dino yang papa sering ceritakan dan Pak Dino !!, ini isteriku ” kataku singkat bersandiwara memperkenalkan Mama kepada pak Dino, “Jadi Pak Ar!!, sudah… “,”Betul Pak Dino, kami menikah 2 bulan sebelum ketempat tugas ini” kataku memotong,”Pantasan Pak Ar banyak diam dikantor dan tidak pernah tergoda dengan cewek perusahaan…!!” jamin Pak Dino kepada Mama, dan mama hanya tersenyum manis sambil menutup bibirnya dengan jari2 yang lentik dengan muka merona.

    Kami bertiga bercerita kurang lebih 2 jam..yang paling berkesan adalah pesan Pak Dino pada mama ”Ibu…, sebaiknya menetap saja disini Bu Arman , sampai melahirkan anak pertama atau merawat kehamilan Ibu diudara yang segar ini sampai akan melahirkan, Kami tidak yakin Pak Arman dapat bertahan membujang.. Serius Bu… disini Bu Arman!! (Pak Dino memanggil Bu Arman Kepada Mama) dalam setahun udah lebih selusin karyawan bujangan menikah dengan penduduk setempat yang cantik , putih dan manis lagi ” Mama makin merona…kayak anak perawan..sambil menyandarkan kepalanya dibahuku dengan manjanya..membuat Pak Dino terkecoh habis.

    Acting mama sebagai isteri Manja didepan pak dino membuatku semakin menyayangi mama dan nekat, apa toh salahnya.. aku sebagai anaknya juga akan membahagiakan mama bila perlu menggantikan fungsi papa… dari pada orang lain yang .. yang.. akan menggantikan tempat papa…rasanya tidak rela. dan mama hanya terdiam entah apa yang dia pikirkan ,sekali-kali melirikku..sepertinya ada rasa cemburu… atau bangga .. hanya mama yang tau

    Hari pertama berlalu , waktu memasuki malam ke2, kami kesulitan tempat tidur , tempat tidur yang ada hanya satu itupun sangat kecil untuk kami berdua…, apa boleh buat , mama kuberi kesempatan tidur terlebih dahulu ,lagi pula masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan..ntar kalo mama sudah lelap , selanjutnya saya akan tidur disampingnya atau dibawahnya atau tidur disova kedingianan seperti malam kemarin.

    Mama telah siap dengan pakaian peraduannya, baju tidur sutra putih transparan bercorak burung dara..yang dipakainya sangat seksi, sangkin transparansnya baju tidur mama, BH dan CD yang mama kenakan tampak jelas tembus warna aslinya yaitu merah maron berenda, wow..walaupun hanya diterangi dengan lampu redup, mama kelihatan sangat cantik dan… dan..sangat merangsang siapun yang melihatnya..,

    sangat romantis suasananya, apalagi membayangkan tidur seranjang dengan mama…mmm…mm…tidak ada orang ketiga kecuali setan..yang membuatku berpikiran yang aneh2 terhadap mama kandungku……….. Mama tidak curiga apa yang kupikirkan, mungkin Mama hanya melihat kesulitanku..masalah tempat tidur “Kenapa tidak minta satu lagi tempat tidur sama pak dino” kata mama memberi solusi ,”Masa sich suami isteri tidur pisah didaerah dingin kayak gini??” jawabku,

    “OK deh sayang…, kalo uda ngantuk , Ar..boleh tidur disamping mama” kata mama percaya diri sambil sedikit menggeser kekiri, melihat tingkah laku mama itu, timbul lagi kebanyolanku “Sepertinya Anak pertama mama nantinya seorang laki-laki” kataku menimpali penawaran tempat mama,”Ia Donk!!, Anak mama yang pertama kan Kamu Ar!!” kata mama sekedar menjawab, “Bukan itu maksud Ar.. Ma!!, itu lho kata Pak Dino Ibu Arman sebaiknya melahirkan anak pertama di kamp ini” kataku mencontoh ucapan pak Dino ngeledek mama, “Kenapa laki-laki?? “tanya mama masih berlagak oon…”

    Mama kan bergeser kekiri berarti papa tidur di kanan ntar naiknya ke Mama dari kanan donk!!..ha..ha..kan hasilnya anak laki”,tiba2 tiba mama dengan manjanya menyerang dan memukulku dengan bantal dan kubiarkan mengenai kepalaku”Aduh sakit ma! sayang!!” kataku semakin menggoda, “Kamu nakal Ar!!, siapa yang mau melahirkan anakmu” kata mama sambil meyerang yang kedua kalinya,

    tapi kali ini saya tidak beri kesempatan mama memukulku walaupun hanya dengan bantal, Kutangkap lengannya dan lengan kiriku menarik pinggangnya ketubuhku, dan mama terjerambab dalam pelukannku.., mama berusaha melepaskan diri, mama kuterkam dibibirnya dan menggendongnya kepembaringan…,


    Seperti dua kejadian yang lalu…sewaktu mama tertidur dipangkuanku dalam perjalanan, serta kedua kalinya sewaktu mama kupeluk dari belakang di dapur , mama berupaya berontak melepaskan diri, tetapi kali ini mama tidak melalukan perlawanan atau upaya melepaskan diri yang berarti.., sepertinya hanya suatu gerakan manja yang malah makin merangsang birahiku….seperti gerakan anak perawan yang malu2 kucing,

    Alangkah bahagianya aku ..Seandainya..seandainya Wanita cantik yang kupeluk ini adalah isteriku…., isteri yang akan melahirkan anak2ku…,pikirankupun makin kotor “Ar…Ar…goblok!!, bukankah wanita dalam pelukanmu sekarang ini adalah isterimu..walaupun hanya dalam sandiwara??, dan…dan…Ar bego!!, Hanya kamu berdua anak Ibu yang tau, lagi pula Mamamu telah bersedia menjadi isterimu, gauli lah dia..

    kasihani Ibumu..ini kesempatan emas bagimu Ar!!, dia juga sangat merindukan belaian laki-laki sepertimu…oh..Ar!!!, jangan sia-siakan wanita yang sangat cantik ini..Ar…”…kubaringkan dan kutindih tubuh mama diranjang yang sempit , memang mama malam ini sangat istimewa, cantik seksi dalam pakaian tidurnya.., dan kepalanya terjurai dipinggir tempat tidur siap menerima terkaman, kini nekat dan tekatku sudah bulat… ” Ar…. Mamamu.. .. itu.. sudah siap kamu setubuhi Ar…” bisik setan di benakku ,

    kucoba mencium lehernya , tidak ada reaksi perlawanan… turun ke buah dadanya , mama hanya menggeliat…sambil mencakar cakar dan menarik baju kaosku..hingga sobek… sewaktu mulutku mulai menggelitik…kedua putingnya .. kebawah…turun keperut sampai kebawah pusatnya…persis menggigit halus gumpalan daging diatas pubisnya walaupun masih dibalik baju tidurnya , mama mengerang…gigitan halus ditempat ini membuat mama kesurupan, entah kenapa. .”Ohhhchh..Ar..jangan siksa mama…sayang!!” keluh mama seperti nada meminta.

    “Ar.. Sayang sama mama…sayang banget…seperti papa menyayangi mama” balasku sambil melucuti baju tidurnya.. dan mamapun telah memberi peluang.. “wow…. mama bersedia kusetubuhi dengan rela ” …pikirku , ditambah lagi Mama juga aktif melucuti celana pendekku. dan dengan kerja sama yang sangat cepat kami berdua telah bergumul berpelukan menjadi satu dalam keadaan bugil…sewaktu usahaku ingin memasukan pionku yang sangat kenyal dan tegang kevaginanya yang juga mulai berlendir …mama berusaha meregangkan selangkangnya ..”tapi Ar…inikan tidak boleh kita perbuat…”kata mama ragu..,

    belum selesai ucapan mama ,cluppp…chesss..”ouww…achhhgg..!!,”mama kan udah jadi isteriku “, rintihan mama dan erangan birahiku pun menjadi satu sewaktu kepala pionku membelah vagina mama yang sudah berlendir hangat…dan sewaktu mama memainkan otot vaginanya…meyebabkan pionku kelelap…terjepit dan terhisap kedasar vaginanya…, ditambah kocokanku yang mengaduk biru vaginanya…diimbangi goyangan pinggul mama memutar dan naik turun membuat kami berdua…lupa segala-galanya…

    Mama tidak sempat menanggapi lagi ucapanku yang terakhir,…”Sakit Ar…ohhhh!!” , keringat birahi telah melumuri tubuh kami berdua , dan entah berapa lama pergumulan kami, anak dan ibu..menyebabkan bantal dan seprei bercampur lendir berhamburan dan berantakan..tiba2 mama berada diatasku dan duduk diselangkangku dengan pionku tetap berkubang divaginanya, sambil menarik tubuhku untuk duduk dan menyedot putingnya..kiri dan kanan..dan mama pun asyik menggoyangkan pinggulnya naik turun…menyebabkan saya tidak tahan lagi….Ohh…., Mama!!…, Ar tidak tahan lagi….”Ya..ya…ochhhhh…ai….mama juga menikmati sayang” erang mama,.


    akhirnya mamapun mencapai langit ketujuh dengan menegang…dan vagina mamapun berdenyut ikut memeras lendir yang tersemprot..dari pionku…, tak ada setetespun yang tercecer..diisapnya semua, dan kamipun makin mengencangkan pelukan…sambil menikmati sisa birahi…berciuman, berpelukan …lemas …dan mama pun tersenyum nikmat….tertelungkup diatas tubuhku..dengan masih mengayomi pionku di vaginanya.

    “Kamu nakal Ar!!” kata mama tersenyum sambil menggelitik dadaku dengan jari-jarinya..”Abis mama cantik sekali sich!!” balasku juga menggelitik gundukan daging diatas pubisnya,”owwwhhh..jangan digelitik disitu sayannngg” teriak mama sambil mengencangkan pelukannya, hah!! rupanya disitulah kelemahan mama..pantasan dengan gigitan halus dipubisnya membuat mama rela kusetubuhi.

    Setelah beberapa saat keringat dan lendir yang melumuri tubuh kami mulai mengering…mama tiba2 bangun menuju kamar mandi , tetapi saya menahannya “Baring aja dulu ma!! sayang”, kataku sambil mengecup bibirnya, ” Mama mau cucian, kalo tidak salah hari ini mama lagi masa subur..,Mama tidak mau mengandung benihmu” kata mama tetap berkuat untuk ketoilet,

    ”Ma!!, kalo hanya sekali kemungkinan 99 persen pasti jadi walaupun mama cuci bersih ,tapi kalo 2 kali kemungkinan 99% tidak jadi” kataku merayu sambil membalikan badanku sehingga mama sekarang terlentang dibawahku…sambil meraba gundukan daging diatas pubisnya yang ditumbuhi ranbut tempat kelemahan mama, Pionku yang tadinya mulai mengkerut..kini mengeras dan tegang kembali , apalagi sewaktu tangan mama mulai meramasnya dan mengarahkan ke vaginanya sambil berkata..

    ”terserah kamu Ar…owww!!”, Pionku kembali mengaduk vagina mama yang kedua kalinya..dan mamapun sangat tangkas menggoyangkan pinggulnya melingkar dan naik turun..sambil kedua kakinya melilit kakiku.., tidak sampai disitu..mama juga aktif mencium mulutku bergantian menarik kepalaku dan membawa kedadanya…sepertinya buah dada mama ingin dilemot dan dielus juga..

    Ternyata pada babak kedua ini, mama sangatlah agresif dan ganas..mungkin pelampiasan dari birahinya yang terpendam sepeninggal papa, dan sayapun tidak ragu2 lagi, menyantap suguhan utama dari mama yang telah merawatku 20 tahun..sungguh nikmat dan tidak pernah saya bayangkan bahwa..wanita yang melahirkanku dan sempurna dalam paras maupun tubuh..juga sangat sempurna dalam bercinta,terlebih lagi dalam gayanya meminta digendong sambil melingkarkan kakinya dipinggangku agar pionku tidak terlepas dari vaginanya, dan melemot kedua buah dadanya bergantian dengan mulutnya sambil dionjot onjot.

    Model ini sangat menguras tenaga kami berdua, dan mama meminta untuk bersegera , perlahanan-lahan kuhampiri sofa disudut ruangan dan duduk dimana mama kududukkan diatas selangkangku berhadapan , mama membuang kepalanya kebelakan memberikan kesempatan agar kedua buah dadanya kuhisap dan satunya kuremas..

    crot…crott…auuuww achhh….desah mama kesurupan setelah mencapai orgasme yang kedua..dan akupun ..memburu dengan mengocok vaginanya dengan tumbukan pionku menggetarkan seluruh tubuhnya termasuk buah dadanya…ohhhhh….mamaku….terimalah persembahan anakmu…achhhhhhhhh…..dan mama hanya terdiam mendesis….Lama sekali kami berdiam berpelukan sambil duduk berhadapan..menikmati hangatnya birahi…”Kamu hebat melebihi papamu Ar”..sapa mama tersenyum puas.., kukecup mulut itu…. sebelum mama meminta digendong kekamar mandi…

    Setelah mama membersihkan lendir yang ada diselangkangnya dan mungkin juga yang ada divaginanya sampai dimulut rahimnya, khawatir ada spermaku yang masih melekat yang bisa membuahi mama menjadi hamil,mama kembali berbaring sisiku..masih dalam keadaan telanjang bulat dengan sedikit menindih tubuhku..

    ”Ar… waktu malam pengantin dengan papamu dulu..” mama tiba2 ragu melanjutkan kata2nya, “Kenapa Ma!!?, Papa cuma mencumbu mama 2 kali Kan??” kataku menggoda dan mama hanya mengangguk malu ,”Lalu Mama hamil kan??!”, kembali mama hanya mengangguk… “Kalau begitu Ar..mau cukupin mencumbu mama 3 kali malam ini supaya tidak hamil” kataku sambil menindih dan mencium mama.., mama tidak menolak dan malah balas menyedot ciumanku…


    sekaligus membuka selangkangnya dan memberi kesempatan kepadaku untuk menyetubuhinya untuk yang ketiga kalinya….Tidak ada kesulitan memulai ronde ini,karena justru mama yang empunya inisiatif. hanya saja waktu yang kami gunakan lebih lama dari 2 ronde sebelumnya, mungkin karena pionku terasa sedikit kram..atau lendir yang sudah banyak tersemprot…menyebabkan orgasme agak lambat atau karena kami berdua lebih banyak beroral seks dalam posisi 69.

    Keesokan harinya, matahari pagi telah bersinar menembus masuk kekamar, pagi2 sekali mama terbangun dan membuka jendela agar udara segar menggantikan udara birahi yang menyelimuti kamarku semalam…mama sudah mandi dengan membasahi rambutnya..kini rambut yang indah itu diurai sebatas bahu, seperti yang sering dilakukan sampai 3 tahun lalu…mama sudah berdandan tipis.. walaupun masih menggunakan sepasang pakaian dalam BH dan CD bewarna pink berenda.. dan berkaca didepan meja rias..

    Baru kali ini kulihat benar2 bahwa tubuh dan paras mama sangat sempurna…layaknya bidadari yang menjelma jadi wanita yang sangat cantik ,anggun dan seksi, jantungku berdecak kencang…” harus…, mama harus jadi isteriku ….dan melahirkan anak anakku.., tidak perduli apapun tanggapan orang dan apapun yang akan terjadi…, kenapa harus bercape2 mencari isteri seperti Mama, mama kan juga seorang wanita..

    lebih cantik dari gadis perawan yang pernah kulihat, Perlahan lahan kuhampiri mama dari belakang..dan mama pun mengetahui kedatanganku dari cermin didepannya, sehingga mama tidak kaget sewaktu aku memeluknya dari belakang…, mama mengangkat sedikit dagunya memberikan luang untuk mencium lehernya..dari samping..serta mengaktifkan tanganku menelusuri bawah BHnya untuk meramas kedua buah dadanya..

    Mama menggeliat dan bersandar didadaku..,tangan kirinya menyusup di CDku diantara selangkangku, “Ai…sepertinya pion ini gak tidur semalam ya sayang” kata mama sambil menggenggam halus pionku yang sudah tegang.., “Abis Mama gak keloni tadi subuh.., sepertinya dia menuntut haknya..Ma!!” kataku sambil memopong tubuh mama yang mungil kemeja kerja yang ada diruang itu.”Kok disini sayang” kata mama protes,

    “Buat suasana baru Ma!!” kataku sambi membaringkan mama diatas meja dan menekuk kedua lututnya seperti posisi hendak melahirkan…, perlahan lahan kusapu dan kusimak buluh2 yang menutupi pubis dan bibir vaginannya , dengan sedikit melebarkan liang vagina mama dengan jari2 lalu mulai kujilati clitorisnya yang entah sejak kapan memerah dan berlendir..mama menggelinjat dan menyambak rambutku…dan menanamkan mukaku kedalam vaginanya…

    seakan akan vagina ini akan menelan mukaku…, kuakui mama cepat sekali terangsang apabila menyentuh pubisnya, kuikuti kemauan mama dengan menyedot clitorisnya…, membuat mama berteriak histeris..,auhhhh..achgg…erang mama ” mana pionmu sayang…mama pingin melumatnya”,kali ini saya tidak mengikuti keinginan mama, pionku langsung kosodokan ke vaginanya…dan dengan dorongan dan kocokan yang sangat kuat…

    sampai sampai teh dan berkas yang ada diatas meja ikut berhamburan…tetek mama bergoyang ikut pula irama kocokanku namun tidak lama karena segera kedua tangankupun bermain diputingnya sambil meramas…mama makin gelagapan…dan kesetanan…”mama mengencangkan vaginanya “oh sayang…jangan dikeluarin di memek mama…, mama pingin menelannya…ohhchhh…”pinta mama kesurupan.


    begitu merasakan hampir bersamaan klimaks mama…, sayapun merubah posisi dan naik ke meja membawa selangkangku kewajah mama dan menjongkok menjilat vaginanya dan akhirnya mama memainkan pionku kedalam mulutnya sekaligus memeras lendir lendir yang tersemprot dan ditelannya sebagian dan sebagian disapuhkan ke lehernya…buah dadanya dan pionku…

    Pertarunganku kami kali ini sangat meguras tenaga..mama sepertinya kehabisan tenaga sampai sampai tidak bisa bangun dan berdiri, terpaksa dengan sisa tenaga yang ada maksudnya akan menggendong mama ketempat tidur tidak kesdampaian dan mamapun saya baringkan dilantai dan sayapun tertelungkup diatasnya tubuhnya..

    Mulai saat itu..dan hari2 berikutnya akan kubahagiakan Mama sebagai wanita yang telah melahirkanku dan dan…mengambil sepenuhnya tugas Papa….

    Demikian pula Mama.., tidaklagi memanjakanku sebagai anak satu2nya…tetapi lebih dari itu…setiap hari membuatkan masakaan kesukaanku dan melayaniku dari A sampai Z termasuk di ranjang yang sempit itu.

    Selama 3 minggu pertama layaknya pengantin baru selama saya dirumah rasanya tidak pernah tubuh kami tidak bersentuhan, mama tak henti2nya memperbaiki dan merapikan tempat tidur kami yang selalu berantakan…dan berlumuran lendir.., mama tidak pernah mengeluh..walaupun ia kurang tidur dan istirahat untuk melayaniku…, kecuali kemarin mama mempertanyakan siklus haidnya “seharusnya mama haid seminggu lalu ” kata mama cemas,

    “Haid mama terlambat karena capek ma!, dan kurang tidur, mungkin perlu lebih banyak ditidurin” kataku ngeledek, mama hanya tersenyum “Mama tidak mau mengandung benihmu sayang!!, Mama akan gugurkan, malu dongk hamili tanpa suami”,” lho , Pak Arman kan suami Mama” kataku singkat, “itukan hanya sandiwara, disini, tapi diluar sana kamu kan anak mama” kata mama ,

    “Yang tau kan cuma kakek dan nenek dikampung serta Mama, tetapi di sini semua orang tau bahwa mama kan isteriku” kataku menjelaskan, sekali lagi mama hanya terdiam sejenak “tetapi mengandung benihmu itukan sangat tabu” protes mama,”bukankah bersetubuh antara anak dan ibu kandung juga sangat tabu, tetapi kita kan sudah melanggarnya, dan ternyata sangat membahagiakan, ia kan Ma!!”, mama mengangguk

    “Memang sich waktu dalam perjalanan kamu ganggu mama rasanya sangat meyakitkan…, kok diganggu anak sendiri, tetapi setelah kamu setubuhi mama pertama kalinya..ternyata perasaan mama agak lain ya!!, mama makin sayang sepertinya perasaan itu sama yang mama berikan kepada papamu dulu”, kata mama curhat dan panjang lebar, “Berarti mama bersedia menjadi isteri Ar??” tanyaku mengharap cemas,


    ”Bukankah selama ini kamu sudah menganggap mama adalah isterimu??,lagi pula 3 minggu ini kan mama sudah melayanimu sebagi suami mama” kata mama sedikit memelas..paksa,”aih.. ! Sepertinya mama tidak rela menjadi isteriku” kataku sedkit merajuk,

    ”Mama rela dan mulai saat ini mama bersedia kamu setubuhi kapan saja kamu mau tetapi ada satu permintaan mama yaitu mama belum siap mengandung benihmu” kata mama mulai terisak…, tetapi perasaanku agak lain…kata mama belum siap..artinya nanti suatu waktu mama akan siap mengandung benihku…oh..mamaku , isteriku yang cantik…engkau sangat mulia..dan tidak sampai hati rasanya mendesak mama terius menerus…biarlah keadaan yang akan menyesuaikan nya nanti,

    “Gini aja ma!!, inikan mama baru terlambat satu minggu atau 7 hari…, kalau hanya keterlambatan haid, begitu mama haid kita kembali kejakarta untuk pasang Kontra sepsi dan kembali lagi kesini , tetapi kalau mama ternyata hamil, mama harus tinggal sementara disini merawat kandungan mama, Ok!??”,”tapi..tapi…setelah melahirkan anakmu…Ach!!” mama tidak bisa melanjutkan kata2nya,

    ”Mama khawatir tidak ada surat nikah untuk ngurus akte lahirnya kan???”,mama hanya mengangguk cemas,”tidak masalah..ma!!, kita minta duplikat akte nikah di catatan sipil disini, kalu mereka tidak percaya dan tidak mau memberikannya ya!!..kita nikah aja di CCTN sipil bereskan ma!!” sekali lagi urusan kayak ginian mama hanya berdiam dan sangat mempercayaiku… .sebagai pengganti papa…, saya selalu memeluk mama sewaktu kami saling curhat..dan hampir selalu diakhiri dengan..kondisi kami telanjang berpelukan , sekalipun hujan lebat dan Angin dingin meniup mencekam dibulan Desember…

  • Kisah Memek Mengobati Rasa Kesedihan Mama

    Kisah Memek Mengobati Rasa Kesedihan Mama


    2761 views

    Duniabola99.com – Hari itu sangat mendung, maklum musim penghujan diawal bulan Desember.., cuaca sangat dingin, dan aku bermalas-malasan berbaring di satu2nya tempat tidur yang cukup empuk di Barak tempatku bertugas. Barak yang sangat jauh dari keramaian kota, kira2 8 jam perjalanan mobil ke Bandara terdekat. praktis tidak ada komunikasi kecuali SMS kalau lagi beruntung mendapatkan signal 1 strep. ditempat yang terpencil ini tidaklah membosankan…, karena dipenuhi pemandangan alam yang indah mempesona.


    Hampir setahun saya dikontrak di perusahaan perkebunan milik PMA tempatku bekerja sekarang..sebagai Manager pengawas, saya mempunyai pendapatan yang lumayan untuk balik ke Jakarta setiap minggu, tetapi kesempatan ini saya tidak pergunakan sampai saat ini kecuali 6 bulan lalu, hitung2 untuk menabung rencana perkawinanku dengan Candy , putri yang sangat cantik yang dijodohkan oleh Almarhum Ayahku.

    Sebenarnya perjodohan ini saya tidak setujui walaupun Candy sangat cantik , 20 tahun atau setahun lebih muda dariku..sangat penurut ..dan kutahu ia sudah mempunyai Pacar.. , bila disandingkan dengan Mama…, ibarat mereka bersaudara selisih beberapa tahun saja, sama cantiknya, cuma Mama lebih dewasa..walaupun Mama sekarang berumur 40 tahun… dan mungkin ini yang menyebabkan saya memilih kerja yang jauh dari rumahku agar waktu dapat melupakan perjodohan kami…, lagi pula saya ingin mencari jodoh sendiri ,..yang dapat mengetahui segala kebutuhannku …, kira2 seperti Mama..lah adanya.

    Mengingat Mama, Mama yang sangat jauh di Jakarta…yang telah merawatku sampai saya mulai bekerja ditempat ini…, Mama yang hidup sendiri di rumah peninggalan ayahku yang cukup mewah dengan fasilitas yang memadai lebih dari cukup memenuhi kebutuhan Mama sendiri walaupun Mama tidak perlu bekerja, lagi pula , kami memiliki pembantu yang sangat setia..dan selalu menemani Mama… dan dan sepertinya semua itu tdk ada artinya bagi Mama yang kesepian.. oh Mama..

    SMS yang Mama kirim minggu lalu.., Mama akan berkunjung ke tempat kerjaku sekalian berrekreasi ketempat indah yang saya pernah ceritakan. hanya saja Mama tidak mempunyai teman perjalanan…telah kujawab “Mama tidak perlu datang apalagi tidak ada yang menemani, Ar..akan mengambil cuti tahunan bulan depan dan kembali kejakarta melepaskan rindu dengan Mama…” , alasanku agar Mama tidak perlu berlelah-lelah menempuh perjalanan yang sangat jauh, lagi pula ditempat yang terpencil dan sepi ini tidak ada satupun pekerja yang membawa keluarganya.

    Malu rasanya kalau saya seorang manejer masih ditemani oleh Mama …., tetapi Mama tetap bersikeras…malahan Mama telah memiliki tiket penerbangan yang konek dengan penerbangan terdekat ditempatku dan berdua ditemani oleh Candy . alasan Mama satu2nya yaitu ingin melihat tempat kerja Anaknya yang semata wayang sekaligus mengajak Candy jalan-jalan.

    Keesokan harinya..sebelum saya menjemput Mama dan Candy , pagi2 buta kutemui teman sekerjaku, “Pak Dino…saya akan ke Bandara menjempu Pacarku, mungkin besok siang saya kembali ke Kamp” kataku singkat. dan Pak Dino hanya tersenyum..”Seminggu pun boleh Pak Ar !! apalagi menjemput calon isteri, semua pekerjaan disini sangat lancar”

    Siang harinya tepat jam 13.00 saya tiba di Bandara…, Pesawat yang akan ditumpangi oleh Mama dan Candy belum juga tiba..karena alasan teknis diperkirangan terlambat 2 jam…, pk 16 lewat 8 menit…pesawat satu2nya yang lending dibandara ini telah tiba…, satu persatu penumpang saya telusuri dari jauh…, seluruhnya penumpang berduan cowok dan cewek, atau rombongan cowok…tidak ada penunpang yang berduaan cewek dengan cewek…, tetapi yang satu itu…cewek sendirian …sepertinya Mama !!!, betul…Mama hanya sendiri…,


    Mama dengan Anggunnya turun dari pesawat, kacamata sunglass bertengger didahinya, memakai blus hitam lengan panjang berenda …, celana panjang ketat warna putih..menjinjing tas kesukaannya…, busana yang tidak mencolok…tetapi sangat serasi..dan kelihatan sangat cantik …, paling cantik dari semua penumpang…, semua pengunjung dibandara ini….

    Kuraih kopor begasinya, kusambut dan kucium tangannya…, Mama memelukku dan mencium didahiku…, seperti yang selalu Mama lakukan kepadaku setiap kali bertemu atau berpisah.., lama sekali Mama memelukku sambil memperhatikan wajahku sampai ke kaki, “sepertinya kamu agak gemuk cuma lebih hitam..anakku”, “Ia Ma..!!!, kerjanyakan dikebun…, tetapi Mana Candy Ma!!” tanyaku singkat…,

    “Nah…lho…, langsung tanya pacarnya..tidak menanyakan kesehatan Mama!!” gledek Mama, mukaku jadi memerah malu…, “justru Ar nanyain , kok teganya Candy membuat Mamaku yang cantik bepergiann sendirian..” balasku , “Sedianya Candy akan menemani Mama, tetapi karena tugas ahirnya tdk bisa ditinggalkan, makanya Mama putuskan sendiri aja” alasan Mama singkat….

    Entah kenapa perasaanku jauh lebih senang kalau Mama tidak ditemani oleh Candy, mungkin karena rinduku kepada Mama yang kutemui 6 bulan terakhir, atau perjodohanku dengan Candy yang tidak semestinya terjadi di zaman modern ini…, tetapi alasanku kepada Pak Dino untuk menjemput pacarku…, malu rasanya..

    Lama sekali aku terdiam mencari alasan yang tepat…,”Kenapa kamu diam Ar”, tanya Mama sewaktu kami meninggalkan Bandara, ” Kita keliling kota dulu Ma, sambil mencari persiapan bekal di jalan dan Ar istirahat sebentar , jam 7 malam kita berangkat.. dan perkirakan jam 5 pagi kita tiba dilokasi tempat kerja Ar… ” kataku meminta persetujuan mama, ” terserah kamu Ar, yang penting kamu tidak kelelahan dalam perjalanan yang panjang ini” kata mama.

    Dalam perjalanan , Mama banyak bercerita tentang kejadian…dirumah di jakarta…sepertinya mama sangat kesepian.., tinggal sendirian yang ditemani seorang pembantu, walaupun jadual senam, fitnes, renang..hampir setiap hari tidak ada yang mama lewatkan, Mama juga menjelaskan status perjodohan kami.., sebenarnya tidak mengikat tergantung kami berdua.., “Bukan Ar tidak suka Candy, tetapi Candy sudah punya pacar, lagi pula Ar pingin mencari jodoh sendiri yang …yang…pokok..ne ..seperti Mama” kataku terbata-bata,

    “terserah kamu Ar…, Mama pingin cepat2 punya Mantu” kata mama singkat sambil mengantuk…, “kita istirahat di SBBU depan ya Ma..Ar juga ngantuk”, mama tidak menjawabnya karena sudah tertidur. Di tempat istirahat , kami pindah di jok tengah.., dan mama tertidur pulas terlentang diatas pangkuanku..dan sayapun tertidur…kecapaian, dimalam yang sangat dingin.

    Tengah malam..Mama menggeliat, dan sayapun tersadar.., mama berusaha tidur miring sambil memeluk pinggangku, tepat pipinya berada diatas pionku.., perlahan2 lahan kuelus anak rambut yang ada dikeningnya…, pelukan mama makin mengencang…, kasihan mama…, alis itu, hidung yang mancung, bibir yang tipis..memerah..dagu yang menggelantung, leher yang jenjang..membuat wajah mama sangat sempurna cantiknya.., tetapi sangat cepat ditinggalkan oleh papa selama-lamanya.., tidak sadar , wajah yang sempurna itu mulai kuelus lembut.., dalam tidurnya…,


    mama mungkin merasakan kehangatan dari belaianku diwajahnya , dari kening sampai dagunya, dan mama berusaha meraih tanganku yang mengelus wajahnya membawa turun ke lehernya dan …dan..buah dadanya…, wow.., buah dada mama yang kenyal menonjol dan besar tidak ditopang dengan BH…, ditempat ini tangan mama menekan tanganku , dan akupun mulai mengikuti kemauan mama meraba buah dadanya dari balik bajunya.

    Denyut jantungku mulai memacu…, mamaku dalam tidurnya sangat merindukan belaian kasih sayang seorang laki2…, patutkah saya, anak yang dilahirkannya 20 tahun lalu…yang dibesarkan dengan kasih sayang tanpa pamrih membalasnya dengan memberikan kasih sayang yang lain sebagai seorang laki2 walaupun mama tidak sadar dalam tidurnya ?? seperti keadaan saat ini , naluri kelakianku kini ditantang… oleh seorang wanita yang cantik.., seksi..yang kuidam2kan , …diperjalanan hanya kami berdua…ditengah malam yang sangat sepi dan dingin dan tidak ada orang ketiga yang tau,….

    Entah setan yang mana mulai membisik ” Kasihan Ibumu Ar!!…penuhilah kebutuhan dan keinginannya, tidak ada yang tau Ar!! lagi pula ia tidak sadar..dan dia sangat membutuhkannya”, itulah bisikan..yang mendengung membuatku gelisah, gugup dan takut…tetapi menjanjikan… dan secara refleks pionku pun mulai bereaksi… mengeras … tetapi sakit…karena terjepit dengan celanaku dan tertindih dengan pipi mama.., yang membuatku makin berani karena Mama makin agresif..

    dengan menggelinjitkan tubuhnya , memberikan peluang untuk buah dadanya yang sebelah untuk kuraba , tanganku mulai menyusup langsung meremas kedua buah dadanya bergantian…, mama makin menggeliat..nafas mama mulai memburu . Dalam tidurnya Mama bereaksi sambil berusaha memasukan jari2nya kebalik baju dalamku dan mencakar punggungku dengan kukunya yang tajam…, pionku makin meregang , sangkin sakitnya pionku terjepit, kuusahakan membuka kancing celanaku dan langsung melorotnya…

    Mungkin mama merasakahn benda kenyal bulat panjang..hangat melekat dipinya.., ia menarik tangannya yang mencakar punggungku…dan memegang batang pionku…, wow…jari yang halus lembut…melilit batang pionku menarik kearah bibirnya yang tipis…, kurasakan kehangatan bibir mama membuatku merasakan suatu kenikmatan yang belum pernah kualami sebelumnya…,

    secara tidak sadar tanganku pun meninggalkan buah dadanya dan langsung …menyusup dibalik celananya…plus…bertengger tepat diatas bibir vaginanya, dan…dan tubuh mama makin bergetar.., jari2nya yang memegang pionku makin mengeras…, nafasnya tidak karuan lagi…pinggulnya mengggejolak…clup…, jari tangahku kumasukan dalam liang vaginanya…terasa hangat…menjepit…yang entah kapan mulai membasah……


    Sambil kuaduk aduk vagina mama dengan jari2ku…, per-lahan2 pula kuarahkan kepala pionku kemulutnya…, tiba2 …. plak…plak jari2 yang mencengkram pionku mendarat dipipiku dengan sangat keras…., Mama terjaga dan menamparku…, plak..plok…plak…, entah beberapa kali kedua tangan mama mendarat dipipiku.., sangat keras…dan sakit…tetapi saya membiarkannya…, Nafsu birahiku yang tadinya sangat membara..kini berganti menjadi suatu ketakutan… penyesalan…dan ..dan…siap menerima hukuman seberat apapun…

    Mama berbalik dan tertelungkup.. yang tadinya kepalanya dipangkuanku kini berganti kakinya… sambil menagis…, lama sekali saya biarkan mama menagis… “Teganya kamu Ar.. membuat Mama seperti ini !!” kata mama dalam isaknya tangisnya, ” Maaf Ma!!…Ar khilaf…” kataku nyaris tak terdengar… saking takut dan menyesal, dan berjuta .. kata2 yang sediannya ingin kuucapkan.. tetapi .. tak kunjung terucap…, takut kalau mama makin marah…, dan mungkin membunuhku.

    Walaupun saya rela kalau mama membunuhku…untuk menebus kesalahanku .. tetapi pastilah mama bertambah sedih…, kutinggal sendiri didunia ini dengan noda dan nista.., boleh jadi Mama juga akan bunuh diri…, … oh… tidak Mama tidak boleh membunuhku…, tiba2 mama bangun duduk disampingku…, dengan tenangnya mama mengusap sisa air matanya…, mama tidak menangis lagi ” Ar .. Antar Mama Balik kebandara “,

    ” tapi Ma .. penerbangan kejakarta 3 hari lagi..” kataku memberi alasan.. dan pasrah, ” Tidak apa Ar , mungkin Mama tidak seharusnya datang kesini” kata mama tegas, tidak boleh dibantah… Inilah suatu kenyataan yang saya harus terima, Mama yang dengan penuh kasih sayang melahirkanku, merawatku dan menjagaku sampai hari ini…namun saya balas dengan perbuatan yang tidak sepantasnya. Kuputar balik Mobil menuju Bandara dan perlahan-lahan kutinggalkan tempat yang sepi …dingin … mencekam..

    Mama hanya terdiam membisu entah apa yang dipikirkan , dan saya pun diam berusaha konsentrasi membawa Mobil ditengah malam itu…” Ma !!! bolehkah Ar singgah sebentar untuk menelpon teman sekerja Ar di Kamp?”, tanyaku tanyaku mengharap cemas, ” terserah kamu..”, jawab mama lirih. Kuhentikan mobil dan berusaha menelpon Pak Dino, lama sekali baru ada jawaban dari sana, ” Ini Arman Pak Dino, Tolong dikemas Laptop saya dan semua Barang Milik saya di Barak dan kirim ke Jakarta , alamatnya ntar saya SMS “, Pak Dino kaget dan hanya sempat bertanya “Kenapa”,

    “Ada masalah Keluarga dan saya harus kembali sekarang dan Mobil saya Titip di Bandara” kataku …mengulang-ulang karena signyal sangat kecil…, setelah telepon terputus , kembali saya akan melanjutkan perjalanan , tiba2 ” Apa maksud kamu mengepak barang2 dan kirim kejakarta ..” tanya mama sedikit curiga, “Ar sangat malu kembali kerja, lagi pula mungkin Ar tidak konsentrasi lagi, Ijinkan Ar untuk ikut kejakarta , menemani Mama , merawat Mama, untuk menebus kesalahan Anak yang tidak tau Adat ini” perlahan-lahan mobil kujalankan , “berhenti dulu Ar, Maksudmu kenapa sangat malu kembali kerja di Kamp”,


    “awalnya Izin Ar untuk menjemput Pacar Ar dan temannya, Ar tidak mengatakan menjemput Mama , karena Ar malu kalau Mama yang berkunjung ketempat yang sangat terpencil ini, lagi pula Pak Dino sudah mempersiapkan segalanya untuk menjemput kita, terus apa kata mereka kalau Ar pulang ke Kamp sendirian, lagi pula takutnya Ar dengan mama tidak akan ketemu lagi kalau berpisah, karenanya kemana mama pergi disitupun Ar harus ikut” kataku menjelaskan , lama sekali mama terdiam…dan kelihatannya Mama sangat terharu dengan ucapanku yang terakhir dan akhirnya

    ” Kita teruskan perjalanan Ar…ke tempat kerjamu ” kata mama singkat , jelas dan sangat tegas dan tersenyum , awan menduk yang meliputi wajah kami berdua telah sirna dengan terbitnya Senyum Mama.. yang sangat cerah.. walaupun samar samar tampak ditengah malam buta, “tetapi…Ma”, ” Mama sangat mengerti perasaanmu Ar, Mama bersedia menjadi Pacarmu selama di Kamp kalau itu yang kamu maui, Hanya sebatas Pacar dan jangan sampai kejadian tadi terulang kembali” kata mama memotong alasanku, ” berarti mama , memaafkan perbuatan Ar tadi??”, ”

    Awalnya Mama sangat Marah dan kecewa, tetapi setelah mama pikir2, ini mungkin karena keadaan…, lagi pula mama tau sekarang anak mama sudah dewasa..” Betul Ma??, Mama tidak marah lagi???” tanyaku menegaskan…, tiba2 mama memegang wajahku.., menilik bekas tamparnya yang masih memerah..

    ” Oh…Anakku..maafkan Mama ya!!, sini dekat dekat dengan mama, mama mau cium pipimu bekas tangan mama” , kusodorkan pipiku kiri dan kanan yang masih memar dan sakit, mamapun menciumnya dengan lembut…”yang mana lagi sayang!!” kata mama seakan akan ingin menyelasaikan tugasnya dengan cepat, kusodorkan bibirku “ini juga ma”,

    “Hushh.. jangan merayu mama Ar!!”, kunyalakan lampu jok untuk memperlihatkan bibirku yang juga mungkin membengkak, “oh..kasihan anak Mama..ha..ha..” kata mama sambil tertawa..melihat bibirku menebal ” tapi ini untuk pacarmu aja ya sayang!!”, kata mama menghindar, ” Bukankah Mama telah bersedia menjadi pacarku ” , mama tersentak…, perlahan-lahan tangan mama menarik leherku kearahnya , sambil menutup mata dan bibir terkatup, mama mendekatkan bibirnya ke bibirku yang membengkak..

    Kusambut Bibir Mama yang tipis, basah, merekah dan hangat, tidak seperti sewaktu kami berdua diliputi nafsu birahi yang sangat membara walaupun mama tidak sadar dalam tidurnya..,bibir itu menciumku sangat lembut.., harum .. bak bunga yang baru mekar dipagi hari…bibir itu juga sedikit bergetar.. dan membuat juga sekujur tubuhku ikut bergetar..seakan akan seluruh urat nadiku dialiri strom hangat halus…dan nikmat sekali…

    Mama menciumku dengan penuh kasih sayang, kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya.., tetapi sebagai seorang wanita .. dalam puncak emosinya yang membutuhkan kasih sayang seorang pria…kelihatannya mama sedidik ragu…., dan keraguan inilah menyebabkan bibirnya sedikit bergetar..yang diikuti desah nafas..halus yang dipaksakan… yang kurasakan..terakhir ini mungkin juga mama rasakan bahwa ada suatu yang tidak betul diantara kami ..membuat kami terdiam.. lama.. lama sekali rasanya suasana sepi dan kaku , tiba2 “Ar …kamu jangan mempermainkan lagi mama ya Sayang!!”..kata mama memecahkan kesunyian dipagi yang buta itu.


    Tidak terasa Mobil yang kami gunakan melaju dengan kecepatan hampir maksimal..dan mama sempat memperingatiku ” Pelan2 aja Ar.. jalannya agak licin”..,setelah 2 jam..tepatnya 05.15 pagi kami pun membelok masuk ke Kamp tempat kami bekerja…, Dipintu gerbang yang kami singgah sejenak ..memberikan waktu kepada pak satpam untuk memeriksa, setelah melihat hanya kami berdua

    “Katanya yang dijemput adalah Istri Bapak berdua dengan…”, Pak satpam tdk sempat menyelesaikan kata2nya.., karena mama menggeliat dan “Temannya gak jadi datang, cuman sendiri”, kataku lirih agar tidak membangunkan mama, “Sukurlah Pak , karena kami belum menyiapkan ektra bed” kata pak satpam sambil tersenyum..dan mempersilahkan kami meneruskan perjalanan..masuk Kamp.

    Sebelum tiba dibarak tempatku bekerja mama sempat bertanya “Tadi Satpamnya ngomong apa sich Ar??”, “sebelum Ar pergi jemput mama alasan Ar kan untuk menjemput Pacar alias Calon Isteri berdua dengan temannya, tetapi ternyata.., yang datang cuman seorang , tentu yang datang pacarnya, masa sich temannya?,berarti pak satpam melihat mama tadi menggap calon istriku, lagi pula dia meminta maaf karena tidak sempat atau tidak perlu mempersiapkan ektra bed”, kataku menggoda , Mama hanya tersenyum..”apa kamu tdk malu , calon isterimu udah tua kayak gini..??”, tanya mama ,

    “Siapa bilang Mama sudah tua, dibandingkan dengan Candy, mama mungkin kelihatan tua setahun atau hanya lebih lebih dewasa dan seksi” , “Gombal kamu Ar” mama hanya tersipu2 ..mendengar rayuanku,lanjutnya “jadi selama mama disini harus berstatus calon isterimu ya??”, “kira2 begitulah, lagi pula kita harus seranjang…bolehkan Ma!!”, Mama tdk lagi memperhatikan ucapanku yang terakir, atau mama pura2 tidak mendengarnya..karena kami telah tiba dan mama langsung membuka pintu pondok dan mulai melakukan inspeksi.., “Hm..sederhana tapi sangat nyaman..dan sehat pondok ini Ar..”kata mama setelah meneliti semua ruangan ,

    “inikan spesial disiapkan untuk Mama tersayang!!” kataku singkat, “Atau untuk calon isterimu yang tdk jadi datang” balas mama dengan sedikit nada cemburu, sambil membuka baju dan celana panjangnya..sehingga nampak samar tubuh mama hanya menggunakan singlet berenda merah maron yang sangat ketat sebatas pusat pengganti BHnya.. dan juga CD berenda transparant warna sama dengan singletnya..sambil membuka kopernya menarik daster tipis halus untuk dikenakannya ,

    “Mama istirahat ya!!, ntar siang Mama rapiin kamarmu” kata mama kelelahan sambil menghempaskan badannya di TT satu2nya yang ada diruang itu. Kuturunkan semua perlengkapan mama dari mobil..dan mengaturnya diruang tamu.. dan tak terasa kelelahanpun menghantuiku…, setelah membuka baju dan celana panjangku, sayapun pingin istirahat,…tapi dimana??, disamping mama???, diTT yang sempit..itu??.

    Kubiarkan Mama sendiri menikmati satu2nya TTku yang empuk, dan demi mama saya pun rela beristirahat di sova dengan berselimutkan kain yang tipis…apa adanya.


    Sampai Sabtu sore hari, saya terjaga..dengan selimut yang dikenakan mama sebelumnya, kini melekat menyelimutiku dengan hangat.. dan sayup2 terdengar suara mama bernayanyi keci didapur sibuk memasak..

    Perlahan lahan kuhampiri mama yang asyik melantungkan lagu kesayangannya “Broken angels”, lagu kesayangan sejak Papa pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya.., lagu yang sangat menyayat hati.. dan diiringi gemerincik minyak panas dan asap yang mengepul dari wajan ..hampir menyelimuti wajah mama, kupeluk mama dari belakang dan mama tersentak kaget dan menoleh kebelakang membuat wajah kami bersentuhan..,

    sebelum mama sempat mengeluarkan seruan kaget atau marah, “Mama menangis ya!!” kataku sambil menatap matanya yang memerah dihiasi 2 butir airmata siap meluncur berderai, kusapu airmata itu sambil mengecup keningnya,”tidak sayang !!, mata mama panas karena asap ini” kata mama berbohong sambil menunjuk wajan yang masih mengepul, “Mama ingat Papa ya!!”, mama hanya terdiam.

    Mama masak apa?” tanyaku mengalihkan perasaan mama yang hampir meledak, “masakan kesukaanmu sayang” kata mama tersenyum..manis walaupun senyum itu diliputi kabut kesedihan, “Tapi sepertinya masakan ini, kesukaan Papa!!” kataku menggoda dan mama pun sepertinya tidak tahan lagi membendung emosinya dan menyerbu kepelukanku, menyembunyikan wajahnya, dan meledaklah tangisnya didadaku..

    Kudekap tubuh mama dan membiarkan mama melepas semua perasaan kesedihannya, tak terasa waktupun berlalu perlahan lahan, kurasakan mama tidak dapat lagi mempertahankan tubuhnya dalam kondisi berdiri, kubopong mama dan dengan sangat hati2 kubaringkan ketempat tidur..tetapi tiba2 Mama menarik tubuhku untuk memeluknya lebih erat sambil terisak.

    Kubiarkan tubuhku tertarik dalam pelukannya sehingga menindih tubuh mama. Untuk yang kedua kalinya ada perasaan yang sangat aneh menjalar diseluruh tubuhku..hangat, nikmat syur..syur..tidak seperti kasih sayang yang kualami sebelumnya, perasaan syur yang menelusuri seluruh pori-pori menjalar terus turun keselangkangku..menyebabkan pionku berdetak dan tegang..oww..ow..,


    Pion yang salah tingkah ini khawatir dirasakan oleh mama, menimbulkan kecurigaannya , maksudnya untuk menghindari tonjolannya pionku ke paha mama, tetapi mama justru mendahului goyangan pinggulnya membuat pionku mengarah keselangkang tepat diatas vaginanya. Maksud hati menjauh malah terjerumus kebantalan pubis mama yang sangat empuk.., mama sangat merasakan tonjolan dan ketegangan pionku, Mama makin menggeliat dan mengencangkan pelukannya ” Ar.., mama sangat merindukan papamu..oh…” desah mama dalam isak tangisnya.

    Mendengar Mama mengeluh seperti itu , timbullah Perasaan Takut karena telah mengecewakan Mama, tetapi kalau kubiarkan mama melepas rindu dalam pelukanku…, ach … aku Ragu jangan sampai aku salah sangka dan Mama memarahiku seperti kemarin dalam perjalanan, cemas melihat kondisi mama yang labil, tetapi … kenikmatan , dan kehangatan dan syur dalam pelukan dan dekapan mama bercampur aduk jadi satu,membuatku semakin nekat.., ku lemot mulut mama yang berbibir tipis , kusedot tapi mama menghindar dan berusaha melepaskan bibirnya.. dengan mengatupkan mulutnya dan menengadah, apa boleh buat..leher mama yang menjadi sasaranku, kujilat dan turun ke dada..

    ”Jangan Ar!!” desah mama terbata-bata dan ragu tetapi tidak marah, “Ar bersedia menggantikan Papa Ma!” kataku mengharap nekat , mudah2an mama mau menerimanya, sambil kujilati dadanya..kekiri dan kekanan ke puting kegundukan buah dadanya yang mulai mengenyal, mama makin menggeliat sambil berusaha melepaskan puting susunya dari mulutku, tetapi usahanya sia-sia malah menambah ransangan di buah dadanya, dan akhirnya mama pasrah malahan menarik kepalaku justru menekan kedadanya

    “tapi..Ar..oh!!..” kata mama tidak beraturan .. tersengal-sengal sambil menahan birahi dan keraguannya, tiba tiba…tok..tok..tok…pintu diketuk dari luar, Mama menghentikan kata2nya dan sayapun diam membisu diatas tubuh mama…dengan mulut masih ,melekat diputing kirinya. Hening sejenak…kutarik selimut yang berhamburan untuk menutupi tubuh kami berdua.

    Dalam selimut ,Mama berdiam , membisu dan cemas serta sedikit gemetaran berada dibawah tubuhku yang mendekapnya. “Mama jangan bersuara, mereka menganggap kita istirahat melepas rindu, sebentar lagi mereka akan berlalu” kataku membisikan dekat telinganya, apa boleh buat sudah terlanjur apalagi gelora birahiku telah mengalahkan ketakutan dan keraguanku dan lagi pula mama hanya mengangguk gelisah sambil menahan nafasnya yang juga mulai bergejolak. Perlahan-lahan kucium bibirnya…,

    mama tidak bereaksi hanya menutup mulutnya rapat2 sambil membolakan matanya seperti mengancamku tapi ada rasa takut ketahuan , tetapi dengan memencet hidungnya agar mama membuka mulutnya untuk bernafas dan usahaku berhasil, kusedot lidah mama, mama hanya tetap diam pasrah.., tok…tok…”Pak Arman !!” serunya dibalik pintu , rupanya pak dino yang berkunjung, “Sialan kamu pak dino, aku lagi mencumbu mama nich, minggat lu” kataku hanya dalam hati dan kulanjutkan kerjaanku mengerayangi buah dada mama dengan tangan kiriku memutar pelintir putingnya dan tangan kananku memfiksasi kepalanya dari belakang lehernya agar mama tidak banyak bergerak dan menghindar dari ciumanku.

    Setelah kuperlakukan mama seperti ini, mencium dan meraba teteknya dengan sedikit paksaan, mama hanya dapat menunjuk gelisah kepintu tanpa bersuara…, mungkin maksudnya “sabar Anakku…jangan keburu..ada orang dibalik pintu, malu mama kalau ketahuan dicumbu oleh anaknya”, mudah2an mama berpikir demikian berarti mama mau melayaniku kelak ,hanya karena malu dilihat orang lain mama minta bersabar,

    ok dech…kuhentikan semua kegiatanku ditubuh mama dengan harapan bahwa mama kelak akan melayaniku dengan sukarela, tidak seperti sekarang , dipaksa dan terpaksa, kasihan mama dan kesempatan ini digunakan mama untuk bangun, tetapi segera saya menariknya ..dan mama terjerambat kembali diatas tubuhku..sekali lagi mama ingin memberontak melepaskan diri..tapi sia-sia..akhirnya mama pasrah tertelungkup diatas tubuhku.

    Kucium bibirnya.., dagunya..turun kelehernya…tetapi mama tidak bereaksi seperti tadi..malah tubuhnya terasa dingin..makin dingin…karena tidak ada lagi reaksi dari mama, menyusul birahiku yang juga menyurut..Lama , lama sekali keadaan ini berlangsung hening dan kudapati mama meneteskan air mata entah kenapa yang jelas bukan karena marah akibat perbuatan yang telah kulakukan kepadanya.

    Kubiarkan mama melampiaskan kesedihannya sampai dia tertidur..

  • Video Bokep Eropa cewek toket kecil pulang renang ngentot dimobil

    Video Bokep Eropa cewek toket kecil pulang renang ngentot dimobil


    2160 views

  • Kisah Memek Ngentot Dengan Bos Ku Yang Galak

    Kisah Memek Ngentot Dengan Bos Ku Yang Galak


    3614 views

    Duniabola99.com – Sudah dua tahun aku bekerja di perusahaan swasta ini. Aku bersyukur, karena prestasiku, di usia yang ke 25 ini aku sudah mendapat posisi penyelia. Atasanku seorang wanita berusia 42 tahun. Walaupun cantik, tapi banyak karyawan yang tidak menyukainya karena selain keras, sombong dan terkadang suka cuek.


    Namun sebagai bawahannya langsung aku cukup mengerti beban posisi yang harus dipikulnya sebagai pemimpin perusahaan. Kalau karyawan lain ketakutan dipanggil menghadap sama Bu Melly, aku malah selalu berharap dipanggil. Bahkan sering aku mencari-cari alasan untuk menghadap keruangan pribadinya.

    Sebagai mantan pragawati, tubuh Bu Melly sangatlah bagus diusia kepala empat ini. Wajahnya yang cantik tanpa ada garis-garis ketuaan menjAdikannya tak kalah dengan anak muda. Saking keseringan aku mengahadap keruangannya, aku mulai menangkap ada nada-nada persahabatan terlontar dari mulut dan gerak-geriknya.

    Tak jarang kalo aku baru masuk ruangannya Bu Melly langsung memuji penampilanku. Aku bangga juga mulai bisa menarik perhatian. Mudah-mudahan bisa berpengaruh di gaji hahaha nyari muka nih.

    Sampai suatu ketika, lagi-lagi ketika aku dipanggil mengahadap, kulihat raut muka Bu Melly tegang dan kusut. Aku memberanikan diri untuk peduli,

    “Ibu kok hari ini kelihatan kusut? ada masalah?”, sapaku sembari menuju kursi didepan mejanya.
    “Ia nih Ndy, aku lagi stres, udah urusan kantor banyak, dirumah mesti berantem sama suaminya kusut deh”, jawabnya ramah, sudut bibirnya terlihat sedikit tersenyum.
    “Justru aku manggil kamu karena aku lagi kesel. Kenapa ya kalau lagi kesel trus ngeliat kamu aku jadi tenang”, tambahnya menatapku dalam.

    Aku terhenyak diam, terpaku. Masak sih Bu Melly bilang begitu? Batinku.
    “Andy, ditanya kok malah bengong”, Bu Melly menyenggol lenganku.
    “Eeehh nggak, abisnya kaget dengan omongan Ibu kayak tadi. Aku kaget dibilang bisa nenangin seorang wanita cantik”, balasku gagap.

    “Ndy nanti temenin aku makan siang di Hotel (***) ya.. Kita bicarain soal promosi kamu. Tapi kita jangan pergi bareng , nggak enak sama teman kantor. kamu duluan aja, kita ketemu disana”, kata Bu Melly.
    Aku semakin tergagap, tidak menyangka akan diajak seperti ini.
    “Baik Bu”, jawabku sambil keluar dari ruangannya.

    Setelah membereskan file-file, pas jam makan siang aku langsung menuju hotel tempat janji makan siang. Dalam mobilku aku coba menyimpulkan promosi jabatan apa yang akan Bu Melly berikan. Seneng sih, tapi juga penuh tanda tanya. Kenapa harus makan siang di hotel? Terbersit dipikiranku, mungkin Bu Melly butuh teman makan, teman bicara atau mudah-mudahan teman tidur.. upss mana mungkin Bu Melly mau tidur dengan aku. Dia itu kan kelas atas sementara aku karyawan biasa. Aku kesampingkan pikiran kotor.


    Sekitar setengah jam aku menungu di lobby hotel tiba-tiba seorang bellboy menghampiriku. Setelah memastikan namaku dia mempersilahkanku menuju kamar 809, katanya Bu Melly menunggu di kamar itu. Aku menurut aja melangkah ke lift yang membawaku ke kamar itu. Ketika kutekan bel dengan perasaan berkecamuk penuh tanda tanya berdebar menunggu sampai pintu dibukain dan Bu Melly tersenyum manis dari balik pintu.

    “Maaf ya Ndy aku berobah pikiran dengan mengajakmu makan di kamar. Mari.. kita ngobrol-ngobrol kamu mau pesen makanan apa?”, kata Bu Melly sambil menarik tangan membawaku ke kursi. Aku masih gugup.

    “Nggak usah gugup gitu dong”, ujar Bu Melly melihat tingkahku.
    “Aku sebetulnya nggak percaya dengan semua ini .aku nggak nyangka bisa makan siang sana Ibu seperti ini. Siapa sih yang nggak bangga diundang makan oleh wanita secantik Ibu?”, ditengah kegugupanku aku masih sempat menyempilkan jurus-jurus rayuan. Aku tau pasti pujian kecil bisa membangkitkan kebanggan.

    “Ahh kamu Ndy bisa aja, emangnya aku masih cantik”, jawab Bu Melly dengan pipi memerah. Ihh persis anak ABG yang lagi dipuji.
    “Iya Bu, sejujurnya aku selama ini memimpikan untuk bisa berdekatan dan berduan dengan Ibu, makanya aku sering nyari alasan masuk keruangan Ibu”, kataku polos.
    “Aku sudah menduga semua itu soalnya aku perhatikan kamu sering nyari-nyari alasan menghadap aku. Aku tau itu. Bahkan kamu sering curi-curi pandang menatapku kan?”, ditembak seperti itu aku jadi malu juga.

    Memang aku sering menatap Bu Melly disetiap kesempatan, apa lagi kalau sedang rapat kantor. Rupanya tingkahku itu diperhatikannya.

    Kami berpandangan lama. Lama kami berhadapan, aku di tempat duduk sedangkan Bu Melly dibibir tempat tidur. Dari wajahnya terlihat kalau wanita ini sedang kesepian, raut mukanya menandakan kegairahan. Perlahan dia berdiri dan menghampiriku.

    Masih tetap berpandangan, wajahnya semakin dekat.. dekat.. aku diam aja dan hup.bibirnya menyentuh bibirku. Kutepis rasa gugup dan segera membalas ciumannya. Bu Melly sebentar menarik bibirnya dan menyeka lipstik merahnya dengan tisu. Lalu tanpa dikomando lagi kami sudah berpagutan.

    “Pesen makannya nanti aja ya Ndy”, katanya disela ciuman yang semakin panas.


    Wanita cantik setinggi 165 ini duduk dipangkuanku. Sedikit aku tersadar dan bangga karena wanita ini seorang boss ku, duduk dipangkuanku. Tangan kirinya melingkar dileherku sementara tangan kanan memegang kepalaku. Ciumannya semakin dalam, aku lantas mengeluarkan jurus-jurus ciuman yang kutau selama ini. Kupilin dan kuhisap lidahnya dengan lidahku. Sesekali ciumanku menggerayang leher dan belakang telinganya. Bu Melly melolong kegelian.

    “Ndy kamu hebat banget ciumannya, aku nggak pernah dicium seperti ini sama suamiku, bahkan akhir-akhir ini dia cuek dan nggak mau menyentuhku”, cerocos Bu melly curhat.
    Aku berpikir, bego banget suaminya tidak menyentuh wanita secantik Bu Melly. Tapi mungkin itulah kehidupan suami istri yang lama-lama bosan, pikirku.

    Bu Melly menarik tangaku. Kutau itu isyarat mengajak pindah ke ranjang. Namun aku mencegahnya dengan memeluknya saat berdiri. Kucium lagi berulang-ulang, tanganku mulai aktif meraba buah dadanya. Bu melly menggelinjang panas. Blasernya kulempar ke kursi, kemeja putihnya kubuka perlahan lalu celana panjangnya kuloloskan.

    Bu Melly hanya terdiam mengikuti sensasi yang kuberikan. Wow, aku tersedak melihat pemandangan didepanku. Kulitnya putih bersih, pantatnya berisi, bodynya kencang dan ramping. Celana dalam merah jambu sepadan warna dengan BH yang menutupi setangkup buah dada yang walaupun tidak besar tapi sangat menggairahkan.

    “Ibu bener-bener wanita tercantik yang pernah kulihat”, gumamku.

    Bu melly kemudian mengikuti aksiku tadi dengan mulai mencopot pakaian yang kukenakan. Namun dia lebih garang lagi karena pakaianku tanpa bersisa, polos. Mr. Happy yang sedari tadi tegang kini seakan menunjukkan kehebatannya dengan berdiri tegak menantang Bu Melly.

    “Kamu ganteng Ndy”, katanya seraya tangannya meraup kemaluanku dan ahh bibir mungilnya sudah mengulum.
    Oh nikmatnya. Sentuhan bibir dan sapuan lidahnya diujung Mr.Happy ku bener-bener bikin sensasi dan membuat nafsu meninggi.

    Aku nggak tahan untuk berdiam diri menerima sensasi saja. Kudorong tubuhnya keranjang, kuloloskan celana dalam dan BH-nya. Sambil masih tetap menikmati jilatan Bu Melly, aku meraih dua bukit kembar miliknya dan kuremas-remas. Tanganku merayap keselangkangannya. Jari tengahku menyentuh itilnya dan mulai mengelus, basah. Bu Melly terhentak. Sesekali jari kumasukkan kedalam vaginanya. Berusaha membuat sensasi dengan menyentuh G-spot-nya.

    Atas inisiatifku kami bertukar posisi, gaya 69. Jilatan lidahnya semakin sensasional dengan menulur hingga ke pangkal kemaluanku. Dua buah bijiku diseruputnya Bener-bener enak. Gantian aku merangkai kenikmatan buat Bu Melly, kusibakkan rambut-rambut halus yang tertata rapi dan kusentuh labia mayoranya dengan ujung lidah. Dia menggeliat. Tanpa kuberi kesempatan untuk berpikir, kujilati semua sudut vaginanya, itilnya kugigit-gigit.


    Bu melly menggelinjang tajam dan, “Ndy aku keluar lo.. nggak tahan”, katanya disela rintihan.
    Tubuhnya menegang dan tiba-tiba terhemmpas lemas, Bu Melly orgasme.

    Aku bangga juga bisa membuat wanita cantik ini puas hanya dalam lima menit jilatan.
    “Enak Ndy, aku bener-bener nafsu sama kamu. Dan ternyata kamu pintar muasin aku, makasih ya Ndy”, ujarnya.
    “Jangan terima kasih dulu Bu, soalnya ini belum apa-apa, nanti Andy kasi yang lebih dahsyat”, sahutku.
    Kulihat matanya berbinar-binar.
    “Bener ya Ndy, puasin aku, sudah setahun aku nggak merasakan orgasme, suamiku sudah bosan kali sama aku”, bisiknya agak merintih lirih.

    Hanya berselang lima menit kugiring tubuh Bu melly duduk diatas pinggulku. Mr.Happy kumasukkan ke dalam vaginanya dan bless, lancar karena sudah basah. Tanpa dikomando Bu Melly sudah bergerak naik turun. Posisi ini membuat ku bernafsu karena aku bisa menatap tubuh indah putih mulus dengan wajah yang cantik, sepuasnya. Lama kami bereksplorasi saling merangsang. Terkadang aku mengambil posisi duduk dengan tetap Bu melly dipangkuanku. Kupeluk tubuhnya kucium bibirnya.

    “Ahh enak sekali Ndy”, ntah sudah berapa kali kata-kata ini diucapkannya.

    Mr.Happyku yang belum terpuaskan semakin bergejolak disasarannya. Aku lantas mengubah posisi dengan membaringkan tubuh Bu Melly dan aku berada diatas tubuh mulus. Sambil mencium bibir indahnya, kumasukkan Mr.Happy ke vaginanya. Pinggulku kuenjot naik turun. Kulihat Bu Melly merem-melek menahan kenikmatan.

    Pinggulnya juga mulai bereaksi dengan bergoyang melawan irama yang kuberikan. Lama kami dalam posisi itu dengan berbagai variasi, kadang kedua kakinya kuangkat tinggi, kadang hanya satu kaki yang kuangkat. Sesekali kusampirkan kakinya ke pundakku. Bu Melly hanya menurut dan menikmati apa yang kuberikan. Mulutnya mendesis-desis menahan nikmat.

    Tiba-tiba Bu melly mengerang panjang dan “Ndy, aku mau keluar lagi, aku bener-bener nggak tahan”, katanya sedikit berteriak.
    “Aku juga mau keluar nih.. bareng yuk”, ajakku.
    Dan beberapa detik kemudian kami berdua melolong panjang “Ahh..”.

    Kurasakan spermaku menyemprot dalam sekali dan Bu Melly tersentak menerima muntahan lahar panas Mr. Happyku. Kami sama sama terkulai.

    “Kamu hebat Ndy, bisa bikin aku orgasme dua kali dalam waktu dekat”, katanya disela nafas yang tersengal.
    Aku cuma bisa tersenyum bangga.
    “Bu Melly nggak salah milih orang, aku hebat kan?” kataku berbangga yang dijawabnya dengan ciuman mesra.


    Setelah mengaso sebentar Bu Melly kemudian menuju kamar mandi dan membasuh tubuhnya dengan shower. Dari luar kamar mandi yang pintunya nggak tertutup aku menadang tubuh semampai Bu melly. Tubuh indah seperti Bu Melly memang sangat aku idamkan. Aku yang punya kecenderungan sexual Udipus Comp-lex bener-bener menemukan jawaban dengan Bu Melly. Bosku ini bener-bener cantik, maklum mantan peragawati. Tubuhnya terawat tanpa cela. Aku sangat beruntung bisa menikmatinya, batinku.

    Mr.Happyku tanpa dikomando kembali menegang melihat pemandangan indah itu. Perlahan aku bangun dari ranjang dan melangkah ke kamar mandi. Bu melly yang lagi merem menikmati siraman air dari shower kaget ketika kupeluk. Kami berpelukan dan berciuman lagi. Kuangkat pantatnya dan kududukkan di meja toalet. Kedua kakinya kuangkat setengah berjongkok lalu kembali kujilati vaginanya.

    Bu melly kembali melolong. Ada sekitar lima menit keberi dia kenikmatan sapuan lidahku lantas kuganti jilatanku dengan memasukkan Mr. Happyku. Posisiku berdiri tegak sedangkan Bu Melly tetap setengah berjongkok di atas meja. Kugenjot pantatku dengan irama yang pasti. Dengan posisi begini kami berdua bisa melihat jelas aktifitas keluar masuknya Mr.Happy dalam vagina, dua-duanya memerah tanda nikmat.

    Setelah puas dengan posisi itu kutuntun Bu Melly turun dan kubalikkan badannya. Tangannya menumpu di meja sementara badannya membungkuk. Posisi doggie style ini sangat kusukai karena dengan posisi ini aku ngerasa kalau vagina bisa menjepit punyaku dengan mantap. Ketika kujebloskan si Mr.Happy, uupps Bu Melly terpekik. Kupikir dia kesakitan, tapi ternyata tidak.

    “Lanjutin Ndy, enak banget.. ohh.. kamu hebat sekali”, bisiknya lirih.
    Ada sekitar 20 menit dalam posisi kesukaanku ini dan aku nggak tahan lagi mau keluar.
    “Bu.. aku keluar ya”, kataku.
    “Ayo sama-sama aku juga mau”, balasnya disela erangan kenikmatannya.

    Dan.. ohh aku lagi-lagi memuncratkan sperma kedalam vaginanya yang diikuti erangan puas dari Bu Melly. Aku memeluk kencang dari belakang, lama kami menikmati sensasi multi orgasme ini. Sangat indah karena posisi kami berpelukan juga menunjang. Kulihat dicermin kupeluk Bu Melly dari belakang dengan kedua tanganku memegang dua bukit kembarnya sementara tangannya merangkul leherku dan yang lebih indah , aku belum mencopot si Mr. Happy.. ohh indahnya.


    Selesai mandi bersama kamipun memesan makan. Selesai makan kami kembali kekantor dengan mobil sendiri-sendiri. Sore hari dikantor seperti tidak ada kejadian apa-apa. Sebelum jam pulang Bu Melly memanggilku lewat sekretarisnya. Duduk berhadapan sangat terasa kalau suasananya berobah, tidak seperti kemarin-kemarin. Sekarang beraroma cinta.

    “Ndy, kamu mau kan kalau di kantor kita tetep bersikap wajar layaknya atasan sama bawahan ya. Tapi kalo diluar aku mau kamu bersikap seperti suamiku ya”, katanya tersenyum manja.

    “Baik Bu cantik”, sahutku bergurau.
    Sebelum keluar dari ruangannya kami masih sempat berciuman mesra.

    Sejak itu aku resmi jadi suami simpanan bos ku. Tapi aku menikmati karena aku juga jatuh cinta dengan wanita cantik idaman hati ini. Sudah setahun hubungan kami berjalan tanpa dicurigai siapapun karena kami bisa menjaga jarak kalau di kantor.

  • Video Bokep Asia Iroha Suzumura toket gede ngocok kontol telan sperma

    Video Bokep Asia Iroha Suzumura toket gede ngocok kontol telan sperma


    2121 views

  • Kisah Memek Yang terjadi saat dirumah hanya berdua sama ABG

    Kisah Memek Yang terjadi saat dirumah hanya berdua sama ABG


    2528 views

    Duniabola99.com – Suatu hari aku mendapat perintah dari boss untuk mendatangi rumah Ibu Yuli, menurutnya antena parabola Ibu Yuli rusak tidak keluar gambar gara-gara ada hujan besar tadi malam. Dengan mengendarai sepeda motor Yamaha, segera aku meluncur ke alamat tersebut. Sampai di rumah Ibu Yuli, aku disambut oleh anaknya yang masih SMP kelas 2, namanya Anita.


    Karena aku sudah beberapa kali ke rumahnya maka tentu saja Anita segera menyuruhku masuk. Saat itu suasana di rumah Ibu Yuli sepi sekali, hanya ada Anita yang masih mengenakan seragam sekolah, kelihatannya dia juga baru pulang dari sekolah. “Jam berapa sich Ibumu pulang, Nit..?” “Biasanya sih yah, sore antara jam 5-an,” jawabnya.

    “Iya, tadi Oom disuruh ke sini buat betulin parabola. Apa masih nggak keluar gambar..?” “Betul, Oom… sampai-sampai Nita nggak bisa nonton Diantara Dua Pilihan, rugi deh..” “Coba yah Oom betulin dulu parabolanya…”

    Lalu segera aku naik ke atas genteng dan singkat kata hanya butuh 20 menit saja untuk membetulkan posisi parabola yang tergeser karena tertiup angin. Nah, awal pengalaman ini berawal ketika aku akan turun dari genteng, kemudian minta tolong pada Anita untuk memegangi tangganya.

    Saat itu Anita sudah mengganti baju seragam sekolahnya dengan kaos longgar ala Bali. Kedua tangan Anita terangkat ke atas memegangi tangga, akibatnya kedua lengan kaosnya melorot ke bawah, dan ujung krahnya yang kedodoran menganga lebar. Pembaca pasti ingin ikut melihat karena dari atas pemandangannya sangat transparan. Ketiak Nita yang ditumbuhi bulu-bulu tipis sangat sensual sekali, lalu dari ujung krahnya terlihat gumpalan payudaranya yang kencang dan putih mulus. Batang kemaluanku seketika berdenyut-denyut dan mulai mengeras.

    Sebuah pemandangan yang merangsang. Anita tidak memakai BH, mungkin gerah, payudaranya berukuran sedang tapi jelas kelihatan kencang, namanya juga payudara remaja yang belum terkena polusi. Dengan menahan nafsu, aku pelan-pelan menuruni tangga sambil sesekali mataku melirik ke bawah. Anita tampak tidak menyadari kalau aku sedang menikmati keindahan payudaranya. Tapi yah.. sebaiknya begitu. Gimana jadinya kalau dia tahu lalu tiba-tiba tangganya dilepas, dijamin minimal pasti patah tulang.


    Yang pasti setelah selamat sampai ke bumi, pikiranku jadi kurang konsentrasi pada tugas. Aku baru menyadari kalau sekarang di rumah ini hanya ada kami berdua, aku dan seorang gadis remaja yang cantik. Anita memang cantik, dan tampak sudah dewasa dengan mengenakan baju santai ketimbang seragam sekolah yang kaku.

    Seperti biasanya, mataku menaksir wanita habis wajah lalu turun ke betis lalu naik lagi ke dada. Kelihatannya pantas diberi nilai 99,9. Sengaja kurang 0,1 karena perangkat dalamnya kan belum ketahuan. “Oom kok memandang saya begitu sih.. saya jadi malu dong..” katanya setengah manja sambil mengibaskan majalah ke mataku. “Wahh… sorry deh Nit… habis selama ini Oom baru menyadari kecantikanmu,” sahutku sekenanya, sambil tanganku menepuk pipinya.

    Wajah Anita langsung memerah, barangkali tersinggung, emang dulu- dulunya nggak cakep. “Idihh… Oom kok jadi genit deh..” Duilah senyumnya bikin hati gemas, terlebih merasa dapat angin harapan. Setelah itu aku mencoba menyalakan TV dan langsung muncul RCTI Oke. Beres deh, tinggal merapikan kabel-kabel yang berantakan di belakang TV. “Coba Nit.. bantuin Oom pegangin kabel merah ini…

    ” Dan karena posisi TV agak rendah maka Anita terpaksa jongkok di depanku sambil memegang kabel RCA warna merah. Kaos terusan Anita yang pendek tidak cukup untuk menutup seluruh kakinya, akibatnya sudah bisa diduga. Pahanya yang mulus dan putih bersih berkilauan di depanku, bahkan sempat terlihat warna celana dalam Anita. Seketika jantungku seperti berhenti berdetak lalu berdetak dengan cepatnya.

    Dan bertambah cepat lagi kala tangan Anita diam saja saat kupegang untuk mengambil kabel merah RCA kembali. Punggung tangannya kubelai, diam saja sambil menundukkan wajah. Aku pun segera memperbaiki posisi. Kala tangannnya kuremas Anita telah mengeluarkan keringat dingin. Lalu pelan-pelan kudongakkan wajahnya serta kubelai sayang rambutnya. “Anita, kamu cantik sekali.. Boleh Oom menciummu?” kataku kubuat sesendu mungkin.

    Anita hanya diam tapi perlahan matanya terpejam. Bagiku itu adalah jawaban. Perlahan kukecup keningnya lalu kedua pipinya. Dan setengah ragu aku menempelkan bibirku ke bibirnya yang membisu. Tanpa kuduga dia membuka sedikit bibirnya. Itu pun juga sebuah jawaban. Selanjutnya terserah anda. Segera kulumat bibirnya yang empuk dan terasa lembut sekali. Lidahku mulai menggeliat ikut meramaikan suasana. Tak kuduga pula Anita menyambut dengan hangat kehadiran lidahku, Anita mempertemukan lidahnya dengan milikku. Kujilati seluruh rongga mulutnya sepuas-puasnya,

    lidahnya kusedot, Anita pun mengikuti caraku. Pelan-pelan tubuh Anita kurebahkan ke lantai. Mata Anita menatapku sayu. Kubalas dengan kecupan lembut di keningnya lagi. Lalu kembali kulumat bibirnya yang sedikit terbuka. Tanganku yang sejak tadi membelai rambutnya, rasanya kurang pas, kini saat yang tepat untuk mulai mencari titik-titik rawan. Kusingkap perlahan ujung kaosnya mirip ular mengincar mangsa.


    Karena Anita memakai kaos terusan, pahanya yang mulus mulai terbuka sedikit demi sedikit. Sengaja aku bergaya softly, karena sadar yang kuhadapi adalah gadis baru berusia sekitar 14 tahun. Harus penuh kasih sayang dan kelembutan, sabar menunggu hingga sang mangsa mabuk. Dan kelihatannya Anita bisa memahami sikapku, kala aku kesulitan menyingkap kaosnya yang tertindih pantat, Anita sedikit mengangkat pinggulnya. Wah,

    sungguh seorang wanita yang penuh pengertian. “Ahhh.. Ahhh..” hanya suara erangan yang muncul dari bibirnya kegelian ketika mulutku mulai mencium batang lehernya. Sementara tanganku sedikit menyentuh ujung celana dalamnya lalu bergeser sedikit lagi ke tengah. Terasa sudah lembab celana dalam Anita.

    Tanganku menemukan gundukan lunak yang erotis dengan belahan tepat ditengah-tengahnya. Aku tak kuasa menahan gejolak hati lagi, kuremas gemas gundukan itu. Anita memejamkan matanya rapat-rapat dan menggigit sendiri bibir bawahnya. Hawa yang panas menambah panas tubuhku yang sudah panas. Segera kulucuti bajuku, juga celana panjangku hingga tinggal tersisa celana dalam saja.

    Tanpa ragu lagi kupelorotkan celana dalam Anita. Duilah.. Baru kali ini aku melihat bukit kemaluan seindah milik Anita. Luar biasa.. padahal belum ada sehelai bulu pun yang tumbuh. Bukitnya yang besar putih sekali. Dan ketika kutekuk lutut Anita lalu kubuka kakinya, tampak bibir kemaluannya masih bersih dan sedikit kecoklatan warnanya.

    Anita tidak tahu lagi akan keadaan dirinya, belaianku berhasil memabukkannya. Ia hanya bisa medesah-desah kegelian sambil meremasi kaosnya yang sudah tersingkap setinggi perut. Begitulah wanita. Gam-gam-sus (gampang gampang susah) apa sus-sus-gam (susah susah gampang). Tidak sabar lagi aku membiarkan sebuah keindahan terbuka sia-sia begitu saja. Aku segera mengarahkan wajahku di sela-sela paha Anita dan

    menenggelamkannya di pangkal pertemuan kedua kakinya. Mulutku kubuka lebar-lebar untuk bisa melahap seluruh bukit kemaluan Anita. Bau semerbak tidak kuhiraukan, kuanggap semua kemaluan wanita yah begini baunya. Lidahku menjuluri seluruh permukaan bibir kemaluannya. Setiap lendir kujilati lalu kutelan habis dan kujilati terus. Kujilati sepuas-puasnya seisi selangkangan Anita sampai bersih. Lidahku bergerak lincah dan keras di tengah-tengah bibir kemaluannya.


    Dan ketika lidahku mengayun dari bawah ke atas hingga tepat jatuh di klitorisnya, Kujepit klitorisnya dengan gemas dan lidahku menjilatinya tanpa kompromi. Anita tak sanggup lagi untuk berdiam diri. Badannnya memberontak ke atas- bawah dan bergeser-geser ke kiri-kanan.

    Segala ujung syarafnya telah terkontaminasi oleh kenikmatan yang amat sangat dashyat. Sebuah kenikmatan yang bersumber dari lidahku mengorek klitorisnya tapi menyebar ke seantero tubuhnya. Anita sudah tidak mengenal lagi siapa dirinya, boro-boro mikir, untuk bernafas saja tidak bisa dikontrol. Aku jadi semakin ganas dan melupakan softly itu siapa. Batang kejantananku sudah amat sangat besar bergemuruh seluruh isinya.

    Demi melihat Anita tersenggal-senggal, segera kutanggalkan modal terakhirku, celana dalam. Tanpa ba. bi. bu. be. bo segera kuarahkan ujung kemaluanku ke pangkal selangkangan Anita. Sekilas aku melihat Anita mendelik kuatir melihat perubahan perangaiku.

    Batang kemaluanku memang kelewatan besarnya belum lagi panjangnya yang hampir menyentuh pusar bila berdiri tegak. Anita kelihatannya ngeri dan mulai sadar ingatannya, kakinya agak tegang dan berusaha merapatkan kedua kakinya. “Ampun Oom.. jangan Ooommm.. ampun Oommm.jangannn…” Tangan Anita mencoba menghalau kedatangan senjataku yang siap mengarah ke pangkal pahanya.

    Merasa mendapat perlawanan, sejenak aku jadi agak bingung, tapi untunglah aku memiliki pengalaman yang cukup untuk menghadapinya. Segera aku meminta maaf sambil tanganku kembali membelai rambutnya yang terurai agak acak-acakan. “Nita takut Oom. Nanti kalau Mama tahu pasti Nita dimarahin. Dan lagi Nita nggak pernah kayak ginian. Nita juga jadi malu..

    ” Katanya setengah mau menangis dan membetulkan kaosnya untuk menutupi tubuhnya. “Jangan kuatir Nit. Oom tidak bermaksud jahat terhadap kamu. Oom sayang sekali sama Nita. Dan lagi Nita jangan takut sama Oom. Semua orang cepat atau lambat pasti akan merasakan kenikmatan hubungan ‘beginian’. Jangan takut ‘beginian’ karena ‘beginian’ itu enak sekali.” “Iya, tapi Nita nggak tahu harus bagaimana dan kenapa tahu-tahu Nita jadi begini..?” Air mata Anita mulai mengalir dari pojok matanya.

    Melihat itu aku segera memeluknya agar bisa menenangkannya. Agak lama aku memberi ceramah dan teori edan secara panjang lebar, sampai akhirnya Anita bisa memahami seluruhnya. Dan sesekali senyumnya mulai muncul lagi. “Coba sekarang Nita belajar pegang ‘anunya’ Oom, bagus khan,” aku meraih tangannya lalu membimbingnya ke batang kejantananku.


    Tangannya kaku sekali tapi setelah perlahan-lahan kuelus- eluskan pada batang kejantananku, otot tangannya mulai mengendor. Lalu tangannya mulai menggenggam batang kejantananku.

    Pelan-pelan tangannya kutuntun maju-mundur. Kelembutan tangannya membuat batang kejantananku mulai bergerak membesar, sampai akhirnya tangan Anita tidak cukup lagi menggenggamnya. Dan Anita kelihatan menikmatinya, tanpa kuajari lagi tangannya bergerak sendiri. “Ahhh.. enak sekali Nit.. aaahhh.. kamu memang anak yang pintar.. ahhhh..” mulutku tak sanggup menahan kenikmatan yang mulai menjalari seluruh syarafku.

    Sementara itu tangan kiriku mulai meremas payudaranya yang masih tertutup kaos Bali yang tipis. Belum pernah aku meremas payudara sekeras milik Anita. Tangan kananku yang satu meraih kepalanya lalu dengan cepat kulumat bibirnya. Lidahku menjulur keluar menelusuri setiap sela rongga mulutnya. Hingga akhirnya lidah Anita pun mengikuti yang kulakukan.

    Dari matanya yang terpejam aku bisa merasakan kenikmatan tengah membakar tubuhnya. Segera aku meminta Anita untuk melepas kaosnya agar lebih leluasa. Dan tanpa ragu-ragu Anita segera berdiri lalu menarik kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya.

    Batang kejantananku semakin berdenyut-denyut menyaksikan tubuh mungil Anita tanpa mengenakan selembar benang. Tubuhnya yang sintal dan putih bersih membakar semangatku. Betul-betul sempurna. Kedua payudaranya menggelembung indah dengan puting yang mengarah ke atas mengingatkanku pada payudara Holly Hart (itu lho salah satu koleksi Playboy).

    “Nit, tubuhmu luar biasa sekali.. Hebat!” Pujianku membuat wajahnya memerah barangkali menahan malu. “Oomm, boleh nggak Anita mencium ‘itu’nya Oom?” Anita tersipu-sipu menunjuk ke selangkanganku. Rasanya tidak etis kalau aku menolaknya. Lalu sambil duduk di sofa aku menelentangkan kedua kakiku. “Tentu saja boleh kalau Anita menyukainya..

    ” Kubikin semanis mungkin senyumku. Anita pun mengambil posisi dengan berjongkok lalu kepalanya mendekati selangkanganku. Mulanya hanya mencium dan mengecup seputar kepala batang kejantananku. Pelan-pelan lidahnya mulai ikut berperan aktif menjilat-jilatinya. Anita kelihatan keenakan mendapat mainan baru. Dengan rakus lidahnya menyusuri sekeliling batang kejantananku.

    Sensasi yang luar biasa membuatku gemas meremasi kedua payudaranya. “Aaduuhhh… enak sekali Nit.. Teruss.. Nitt, coba ke sebelah sini,” kataku sambil menunjuk ke buah pelirku. Anita segera paham lalu mejulurkan lidahnya ke pelirku. Anita menggerakkan lidahnya ke kanan-kiri atas-bawah. “Oomm, ke kamar Nita aja yuk biar nggak gerah..” Sahutnya mengajak ke kamarnya yang ber-AC.


    “Terserah Nita aja dehh..” balasku. Begitu Anita merebahkan tubuhnya ke spring bed, aku tidak mau menunggu terlalu lama untuk merasakan tubuh indahnya. Segera kutindih dan kucumbui. Sekujur tubuhnya tak ada yang kusia- siakan. Terutama di payudaranya yang aduhai.

    Tanganku seakan tak pernah lepas dari liang kewanitaannya. Setiap tanganku menggosok klitorisnya, tubuh Anita menggerinjal entah mengapa. Sementara itu batang kejantananku seperti akan meledak menahan tekanan yang demikian besarnya. Akhirnya kutuntun batang kejantananku ke arah liang kewanitaan Anita. Liang kewanitaan Anita yang telah kebanjiran sangat berguna sekali, bibir kemaluannya yang kencang memudahkan batang kejantananku menyelinap ke dalam.

    Sedikit-sedikit kudorong maju. Dan setiap dorongan membuat Anita meremas kain sprei. Kalau Anita merasa seperti kesakitan aku mundur sedikit, lalu maju lagi, mundur sedikit, maju lagi, mundur, maju, mundur, maju, “blesss…”

    Tak kusangka liang kewanitaan Anita mampu menerima batang kejantananku yang keterlaluan besarnya. Begitu amblas seluruh batang kejantananku, Anita menjerit kesakitan. Aku kurang menghiraukan jeritannya. Kenikmatan yang tak ada duanya telah merasuki tubuhku. Tapi aku tetap menjaga irama permainanku maju-mundur dengan perlahan. Menikmati setiap gesekan demi gesekan. Liang senggama Anita sempit sekali hingga setiap berdenyut membuatku melayang.

    Denyutan demi denyutan membuatku semakin tak mampu lagi menahan luapan gelora persetubuhan. Terasa beberapa kali Anita mengejankan liang kewanitaannya yang bagiku malah memabukkan karena liang kewanitaannya jadi semakin keras menjepit batang kejantananku. Erangan, rintihan, dan jeritan Anita terus menggema memenuhi ruangan. Rupanya Anita pun menikmati setiap gerakan batang kejantananku. Rintihannya mengeras setiap batang kejantananku melaju cepat ke dasar liang senggamanya.

    Dan mengerang lirih ketika kutarik batang kejantananku. Hingga akhirnya aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Ketika batang kejantananku melaju dengan kecepatan tinggi, meledaklah muatan di dalamnya. batang kejantananku menghujam keras, dan kandas di dasar jurang.

    Anita pun melengking panjang sambil mendekap kencang tubuhku, lalu tubuhnya bergetar hebat. Sebuah kenikmatan tanpa cela, sempurna Keesokkan harinya aku mendapat telepon dari Ibu Yuli. Perasaanku mendadak tegang dan kacau, kuatir beliau mengetahui skandalku dengan anaknya.

    Mulanya aku tidak berani menerimanya, tapi daripada Ibu Yuli nanti ngomongin semua perbuatanku pada teman sekerjaku, terpaksa kuterima teleponnya dengan nada gemetar. “Hallooo.. apa kabar Bu Yuli.” “Oh baik, terima kasih lho, parabola Ibu sekarang sudah bagus, dan sekalian Ibu mau nanyakan ongkos servisnya berapa.. ” “Ah. nggak usah deh, Bu.. Cuman rusak sedikit kok, hanya karena kena angin jadi arahnya berubah.


    ” “Jangan begitu, nanti Ibu nggak mau nyervis ke tempatmu lagi lho.” “Wah.. tapi saya cuman sebentar saja kerjanya.” “Iya, bagaimanapun khan kamu sudah keluar keringat, jadi ibu mesti bayar. Nanti siang yach, kamu ke rumah ibu. Ibu tunggu lho.” “Iya dech kalau Ibu maunya begitu, tapi sebelumnya terima kasih, Bu.” Begitulah akhirnya aku nongol lagi di rumah Ibu Yuli. Lagi-lagi Nita yang menerimaku. “Wah, terlambat Oom. Ibu dari tadi nungguin Oom datang. Barusan saja Ibu pergi arisan ke kantornya. Tapi masuk saja Oom, soalnya ada titipan dari ibu.” Sampai di dalam, kelihatannya Nita tengah belajar bersama dengan teman- temannya.

    Ada 3 orang cewek sebayanya lagi asyik membahas soal Fisika. Dan kedatanganku sedikit memecah konsentrasi mereka. Kuamati sekilas teman Nita kok cakep-cakep yach. Aku membalas sapaan mereka yang ramah. “Kenalin ini Oom gue yang baru datang dari Jawa Tengah.” Kaget juga aku dikerjain Nita.

    Satu persatu kusalami mereka, Lusi, Ita, dan Indra. Senyum mereka ceria sekali. Di usia mereka memang belum mengenal kepahitan hidup. Semuanya serba mudah, mau ini tinggal bilang ke mama, mau itu tinggal bilang ke papa. Dasar anak keju. Ketiganya memang jelas kelihatan anak orang kaya. Penampilan, gaya, dan kulit mulus mereka yang membedakan dari orang miskin.

    Lusi punya lesung pipit seperti aktris Italy. Ita wajahnya mengingatkanku pada seorang aktris sinetron yang lemah lembut, tapi yang ini agak genit. Indra yang berbadan paling besar mirip seorang aktris Mandarin. Persis aktris-aktris lagi makan rujak bareng. Habis aku paling bingung kalau mendeskripsikan wanita cantik, rasanya nggak cukup selembar folio.

    Aku menurut saja ketika tanganku di seret ke dalam oleh Nita sambil berpamitan pada temannya mau mengantar Oomnya ke kamar. Dan setelah mengunci pintu kamar, kekagetanku tambah satu lagi. Tubuhku langsung direbahkan ke kasur, lalu menindihku sambil mulutnya menciumiku. “Oom, Nita mau lagi.” rengeknya manja. Ya, ampun sungguh mati aku nggak bisa menolaknya. Aku pun segera membalas ciumannya.

    Nafsu birahiku menanjak tajam. Anita yang masih mengenakan seragam SMP-nya terguling ke samping hingga giliranku yang di atas. Kancing bajunya satu demi satu kulepas. Buah dadanya yang terbungkus BH kuremas dengan gemas. Dari leher hingga perutnya kutelusuri agak brutal. Dan Nita yang meronta-ronta tak kuberi ampun sedikitpun. Kakinya mengangkang lebar kala tanganku mulai merambat ke atas pahanya dan berhenti tepat di tengah selangkangan.


    Gundukan kemaluan yang empuk membuat tanganku gemetar kala meremasnya. Dan jari tengahku mencongkel sebuah liang yang menganga di tengahnya. Celana dalam Nita mulai lembab kelihatannya tak tahan menghadapi serangan yang bertubi-tubi. Akupun sangat merindukan Nita, hingga rasanya tak sabar lagi untuk segera menancapkan batang kemaluanku.

    Segera kupeloroti celana dalamnya setelah roknya kusingkap ke atas. Kerinduan akan baunya yang khas membuat kepalaku tertarik ke arah kemaluan Nita, lalu kubenamkan di sela pahanya. Mulutku memperoleh kenikmatan yang tiada tara kala mengunyah dan memainkan bibirku pada bibir kemaluannya. Nita pun semakin menggila gerakannya apalagi bila lidahku mengorek-ngorek isi kemaluannya. Nikmat sekali rasanya. Klitorisnya yang menyembul kecil jadi sasaran bila Nita menghentak badannya ke atas.

    Sepertinya Nita sudah ‘out of control’ karena tangannya dengan kacau meremas segala yang dapat diraih. Demikian juga halnya denganku, entah berapa cc cairan memabukkan yang telah kureguk. Batang kemaluanku yang sudah ‘maximal’ kuarahkan ke liang senggama Nita. Sekilas kulihat Nita menggigit bibirnya sendiri menanti kedatangan punyaku.

    Akupun tak ingin menyia- nyiakan kesempatan yang sangat langka ini. Benar-benar kunikmati tiap tahapan batangku melesak ke dalam liang kemaluannya. Sedikit demi sedikit batang kemaluanku kutekan ke bawah.

    Indah sekali menyaksikan perubahan wajah Nita kala makin dalam kemaluanku menelusuri liang kemaluannnya. Akhirnya, “Blesss..” Habis sudah seluruh batang kemaluanku terbenam ke liang kenikmatannya. Selanjutnya dengan lancar kutarik dan kubenamkan lagi. Makin lama makin asyik saja. Memang luar biasa kemaluan Nita,

    begitu lembut dan mencengkeram. Ingin rasanya berlama-lama dalam liang kemaluannya. Semakin lama semakin dahsyat aku menghujamkan batangku sampai Nita menjerit tak kuasa menahan kenikmatan yang menjajahnya. Hingga akhirnya Nita berkelojotan sambil meremas ganas rambutku.

    Wajahnya tersapu warna merah seakan segenap pembuluh darahnya menegang kencang, hingga mulutnya meneriakkan jeritan yang panjang. Kiranya Nita tengah mengalami puncak orgasme yang merasuki segenap ujung syarafnya. Menyaksikan pemandangan seperti ini membuatku makin cepat mengayunkan batang kemaluanku. Dan rasanya aku tak bisa menahan lebih lama lagi, lebih lama lagi.., lebih lama lagi.

    Secepatnya kucabut batang kemaluanku dan segera kuarahkan ke mulut Nita. Nita agak gugup menerima batang kemaluanku. Tapi nalurinya bekerja dengan baik, mulutnya segera menganga dan langsung mengulum batang kemaluanku.

    Dan kala aku meledakkan lahar, lidahnya menjilati sekujur batang kemaluanku. Tubuhku rasanya langsung luruh, tenagaku terkuras habis-habisan. Beberapa kali batang kemaluanku mengejut dan mengeluarkan lahar. Oh, my God.. Keasyikanku berdua dengan Nita membuat kami tidak merasakan jam yang terus berjalan.

    Tidak terasa hampir 3 jam kami meninggalkan teman-teman Nita di luar. Sekilas terdengar suara kasak-kusuk, seperti ada orang lagi mengintip perbuatan kami. Tapi saking asyiknya menikmati tubuh Nita, aku jadi tak mempedulikannya.

  • Video Bokep Eropa tante pirang minta tumpangan dan dientot dimobil

    Video Bokep Eropa tante pirang minta tumpangan dan dientot dimobil


    2577 views

  • Kisah Memek Gadis Imut Dengan Payudara Baru Tumbuh

    Kisah Memek Gadis Imut Dengan Payudara Baru Tumbuh


    3943 views

    Duniabola99.com – Namaku Andi, aku mahasiswa di salah satu PTN top di Bandung. Sekarang umurku 20 tahun. Jujur saja, aku kenal seks baru sejak SMP. Aku senang sekali ada situs khusus buat bagi-bagi pengalaman seperti ini, sehingga apa yang pernah kita lakukan bisa dibagi-bagi.


    Awal aku mengenal seks yaitu saat secara tidak sengaja aku buka-buka lemari di rumah teman SMP-ku dan menemukan setumpukan Video VHS tanpa gambar di dalam sebuah kotak. Karena penasaran film apa itu, kuambil satu dan langsung kucoba di video temanku di kamar itu yang kebetulan sepi, karena temanku sedang les.

    Kusetel film yang berjudul… apa ya? aku lupa, ternyata itu film dewasa (waktu itu aku belum banyak tahu). Aku cuma pernah dengar teman-temanku pernah nonton film begituan, tapi aku tidak begitu penasaran. Nah, saat itu aku baru tahu itu loh yang namanya BF. Kebetulan itu film seks tentang anak kecil yang masih mungil bercinta dengan bapaknya, oomnya, temannya dan lain-lain.

    Dan aku ingin cerita nih pengalaman pertamaku. Kejadian ini terjadi ketika aku masih SMA, di rumahku ternyata ada pembantu baru. Orangnya masih lumayan kecil sekitar 12 tahun lah, tapi itu dia yang membuatku suka. Aku itu suka sama wanita imut-imut yang masih agak kecil mungkin gara-gara video waktu itu (aku suka begitu melihat situs-situs tentang Lolita, soalnya cewek-cewek di situs-situs itu masih imut-imut). Dan yang paling membuatku terangsang adalah payudaranya yang masih baru tumbuh, masih agak runcing (tapi tidak rata).

    Setiap hari itu dia kerjaannya, biasalah kerjaan pembantu rumah tangga, ya ngepel, ya mencuci dan lain-lain. Kalau aku sarapan, kadang suka melihat dia yang sedang ngepel and roknya agak terbuka sedikit, jadi tidak konsentrasi deh sarapannya karena berusaha melihat celana dalamnya, tapi sayang susah. Untuk awal-awal aku hanya bisa minta dibuatkan teh atau susu.

    Lambat laun karena aku sudah ingin begitu melihat tubuhnya itu, kuintip saja dia kalau sedang mandi. Tapi sayang karena lubang yang tersedia kurang memadai, yang terlihat hanya pantatnya saja, soalnya terlihat dari belakang. Kadang-kadang terlihat depannya hanya tidak jelas, payah deh. Nah pada suatu hari aku nekat. Kupanggil dia untuk pijati aku, oh iya nama dia Ine.

    “Ine.. pijitin saya dong, saya pegel banget nih abis maen bola tadi”, kataku.

    “Iya Mas, sebentar lagi ya. Lagi masak air nih, tanggung”, jawabnya.
    “Iya, tapi cepet ya. Saya tunggu di kamar saya.”

    Cihuy, dalam hati aku bersorak. Nanti mau tidak dia ya aku ajak begituan. Lalu kubuka bajuku sambil menuggu dia. Lalu pintuku diketok,

    “Permisi Mas”, ketoknya.
    “Masuk aja Ne, nggak dikunci kok”, lalu dia masuk sambil bawa minyak buat mijit.
    Mulailah dia memijatku. Mula-mula dia memijat punggungku dan sambil kuajak ngobrol.
    “Kamu sekolah sampai kelas berapa Ne?” tanyaku.
    “Cuma sampai kelas tiga aja Mas, soalnya nggak ada biaya”, jawab dia.
    “Sekarang kamu umur berapa?” tanyaku lagi.
    Dia menjawab, “Umur saya baru mau masuk 12 Mas.”
    “Udah gede dong ya”, kataku sambil tersenyum.


    Lalu aku membalikkan badan, “Pijitin bagian dadaku ya…” pintaku sambil menatap memohon. “Iya mas”, katanya. Dia memijati dadaku sambil agak menunduk, jadi baju yang dia pakai agak kelihatan longgar jadi aku bisa melihat bra yang dia kenakan yang menutupi dua buah payudara yang masih baru tumbuh. Wah, kemaluanku jadi tidak karuan lagi rasanya. Dan aku juga menikmati wajahnya yang masih polos itu.

    Begitu dia selesai memijati dadaku, aku langsung bilang, “Pijitan kamu enak”, terus aku nekat langsung meraba payudara dia yang imut itu, tapi ternyata dia kaget dan langsung menepis tanganku dan langsung lari dari kamarku. Aku kaget dan jadi takut kalau dia minta berhenti dan bicara dengan ibuku. Gimana nich? aku langsung dihantui rasa bersalah. Ya sudah ah, besok aku minta maaf saja dengan dia dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.

    Benar saja, besok itu dia ternyata agak takut kalau lewat depanku. Aku langsung bicara saja dengan dia.
    “Ne… yang kemaren itu maaf ya… Saya ternyata khilaf, jangan bilang sama Ibu ya.”
    “Iya deh Mas, tapi janji nggak kayak gitu lagi khan, abis Ine kaget dan takut”, kata dia.
    “Iya saya janji”, jawabku.

    Sebulan setelah peristiwa itu memang aku tidak ada kepikiran untuk menggituin dia lagi. Dan dia juga sudah mulai biasa lagi. Tapi pada suatu hari pas aku sedang mencari celanaku di belakang, mungkin celanaku sedang dicuci. Soalnya itu celana ada duitku di dalamnya. Yah basah deh duitku.

    Eh, pas aku lewat kamar si Ine, kelihatan lewat jendela ternyata dia lagi tidur. Rok yang dia pakai tersibak sampai ke paha. Yah, timbul lagi deh ide setan untuk ngerjain dia. Tapi aku bingung bagaimana caranya. Akhirnya aku menemukan ide, besok saja aku masukkan obat tidur di minumannya. Dan aku menyusun rencana, bagaimana caranya untuk memberi dia obat tidur.

    Besok pas sedang makan dan kebetulan rumah sedang sepi, aku minta dibuatkan teh. Setelah selesai dia buat dan diberikan ke aku. Kumasukkan saja obat tidur ke teh itu. Terus manggil dia,

    “Ne… kok tehnya rasanya aneh sih?”
    “Masa sih Mas?” kata dia.
    “Cobain saja sendiri”, dia langsung minum sedikit.
    “Biasa saja kok Mas…” katanya.
    “Coba lagi deh yang banyak”, kataku.
    Dia minum setengah, terus aku bilang,
    “Ya udah yang itu kamu abisin saja, tapi buatin yang baru.”
    “Iya deh Mas, maaf ya Mas kalo tadi tehnya nggak enak”, jawabnya.
    “Nggak apa-apa kok”, jawabku lagi.


    Aku tinggal tunggu obat tidur itu bekerja. Ternyata begitu dia mau buat teh baru, eh dia sudah ambruk di dapur. Langsung saja kuangkat ke kamarku. Begitu sampai di kamarku, kutiduri di kasurku. Berhasil juga aku bisa membawa dia ke kamarku, pikirku dalam hati. Lalu aku mulai membukan bajunya, gile… aku deg-degan, soalnya pertama kali nich!

    Kelihatan deh branya, dan di dalam bra itu ada benda imut berupa gundukan kecil yang bisa membuatku terangsang berat. Lalu kubuka roknya, kelitan CD-nya yang berwarna krem. Tubuhnya yang tinggal memakai bra dan CD membuat kemaluanku semakin tidak tahan. Tubuhnya lumayan putih. Dalam keadaan setengah telanjang itu, posisi dia kuubah menjadi posisi duduk, lalu kuciumi bibirnya, sambil meremas-remas payudaranya yang masih agak kecil itu. Dan tanganku yang satu lagi mengusap CD-nya di bagian bibir kemaluannya.

    Kumasukkan lidahku ke mulutnya dan aku juga berusaha menghisap dan menjilati lidahnya. Sekitar 10 menitan kulakukan hal itu. Setelah itu kubuka branya dan CD-nya. Wow, pertama kalinya aku melihat seorang gadis dengan keadaan telanjang secara langsung. Payudaranya terlihat begitu indah dengan puting yang kecoklatan baru akan tumbuh. Bagian kemaluannya belum ditumbuhi rambut-rambut dan terlihat begitu rapat.

    Langsung kujilati dan kuhisapi payudaranya. Dan payudara yang satu lagi kuremas dan kuusap-usap serta kupilin-pilin putingnya. Putingnya tampak agak mengeras dan agak memerah. Setelah aku mainkan bagian payudaranya, kujilati dari dada turun ke arah perut dan terus ke arah bagian kemaluannya. Bagian itu kelihatan masih sangat polos, dan terlihat memang seperti punya anak kecil. Kubuka kedua pahanya dan belahan kemaluannya, begitu kudekati ingin menjilati.

    Tercium bau yang tidak kusuka, ah kupikir peduli amat, aku sudah nafsu sekali. Kutahan nafas saja. Kubuka belahan kemaluannya dan aku melihat apa yang di namakan klitoris, yang biasanya aku melihat di situs-situs X, akhirnya kulihat secara langsung. Lalu kujilati bagian klitorisnya itu. Tiba-tiba dia mengerang dan mendesah, “Sshh…” begitu. Aku kaget hampir kabur. Ternyata dia hanya mendesah saja dan tetap terus tidur. Ketika aku jilati itu, ternyata ada cairan yang meleleh keluar dari kemaluannya, kujilati saja. Rasanya asin plus kecut.

    Nah sekarang aku dalam keadaan yang amat terangsang, tapi begitu kuperhatikan wajahnya dan ke seluruh tubuhnya aku jadi tidak tega untuk merebut keperawanannya. Aku kasihan tapi aku sudah dalam keadaan yang amat terangsang. Akhirnya kuputuskan untuk masturbasi saja. Soalnya aku tidak tega. Aku pakaikan dia baju lagi dan menidurkan di kamarnya. Yah, aku melepaskan pengalaman pertamaku untuk bercinta dengan seorang gadis mungil berumur 12 tahun! Tidak tahu deh aku menyesal atau tidak.


    Setelah melepas kesempatan untuk bercinta dengan Ine. Aku jadi kepikiran terus. Setiap aku apa-ngapain, selalu ingat sama payudara mungilnya Ine dan daerah kemaluannya yang masih polos itu. Untungnya si Ine tidak pernah merasa pernah di apa-apain sama aku. Dia selalu bersikap biasa di depanku tapi akunya tidak biasa kala melihat dia. Soalnya pikiranku kotor melulu.

    Pelampiasannya paling aku masturbasi sambil melihat gambar-gambar XXX yang aku dapatkan dari situs-situs Duniabola99 ini. Tapi aku bosan juga dan hasrat ingin nge-gituin si Ine semakin besar saja. Sepertinya aku sudah tidak tahan.

    Akhirnya pada suatu waktu, aku mendapat kabar yang amat sangat bagus, ternyata orangtuaku mau pindah ke luar negeri, karena bapakku ditugasi ke luar negeri selama 2 tahun. Jadi, aku tidak perlu takut dia mengadu sama ibuku, paling aku ancam sedikit dan aku kasih duit dia diam. Setelah kepergian orangtuaku ke luar negeri, aku langsung punya banyak planning untuk ngerjain dia. Yang pasti aku sudah malas membius-bius segala. Soalnya dia diam saja, tidak seru! Ya sudah aku merencanakan untuk memaksa dia saja (eh, kalau ini termasuk pemerkosaan tidak sih?).

    Pada suatu hari, ketika Ine sedang mandi. Kuintip dia. Biasalah, cuma kelihatan belakangnya saja, tapi aku jadi bisa mengantisipasi kalau dia sudah selesai mandi langsung aku sergap saja. Untungnya setelah dia selesai mandi, keluar kamar mandi menuju kamarnya hanya memakai handuk saja tidak pakai apa-apa lagi. Begitu keluar kamar mandi langsung kututup mulutnya dan kupeluk dari belakang, dia-nya meronta-ronta.

    Cuma tenagaku sama tenaga anak umur 12 tahun menang mana sih. Kubawa masuk ke kamar dia saja. Soalnya kalau ke kamar aku jauh. Nanti kalau dia meronta-ronta malah lepas lagi. Pas masuk kamar dia kujatuhkan dia ke kasur sambil menarik handuknya. Dia kelihatan ketakutan sekali dengan tubuh tidak mengenakan apa-apa.


    “Mas Andi, jangan Mas” mohonnya.
    “Tidak apa-apa lagi Ne… Paling sakitnya sedikit entar kamu pasti akan ngerasain enaknya”, kataku.
    Dia kelihatan seperti mau teriak, langsung saja kututup mulutnya.
    “Jangan coba-coba teriak ya!” hardikku.
    Dia mulai menangis. Aku jadi sedikit kasihan, tapi setan sudah menguasai tubuhku.
    “Cobain enaknya deh…” kataku.
    Sambil tetap menutup mulutnya kuraba dan kuelus payudaranya itu.
    “Santai aja, jangan nangis. Nikmati enaknya kalo payudara kamu di elus-elus”, kataku.

    Setelah kulepas tanganku dari mulut dia, langsung kucium bibirnya. Ternyata dia lumayan menikmati ciuman sambil payudaranya tetap kuremas-remas. “Enak kan?” kataku. Dia diam saja. Terus kubuka CD-ku. Kukeluarkan batang kemaluanku. Dia kaget dan takut.
    “Tolong pegangin anuku donk… dipijitin ya…” pintaku.

    Pertama-tama dia takut-takut untuk memegang anuku, tapi setelah lama dipegang sama dia, dia mulai memijiti. Wah, rasanya enak sekali anuku dipijiti sama dia. Setelah itu dia kusuruh tiduran,

    “Mas mau ngapain?” tanyanya.
    “Aku mau ngasih sesuatu hal yang paling enak, kamu nikmatin aja” jawabku.

    Kubuka belahan pahanya, pertama dia tidak mau buka, tapi setelah kubujuk dia akhirnya membuka pahanya dan kujilati kemaluannya sampai ke klitorisnya. Dia mendesah-desah keenakan. “Tuh kan enak”, kataku. Kujilati sampai keluar cairannya.

    Aku merasa pemanasan sudah cukup, begitu kusiapkan batang kemaluanku ke depan liang kemaluannya dia menangis lagi dan berbicara,
    “Jangan Mas, saya masih perawan.”
    “Saya juga tau kok kamu masih perawan”, jawabku.

    Aku tetap bersikeras untuk menyetubuhinya. Pas aku mau mendorong kemaluanku masuk ke dalam liang kemaluannya, eh dia meronta dan mau lari. Dengan cepat kutangkap. Wah, susah nih pikirku. Kebetulan di kamar dia kulihat ada tali untuk jemuran, kuambil dan kuikat saja tangan dan kakinya ke tempat tidur.

    “Aku tahu kamu masih perawan, abis gimana lagi aku udah amat terangsang”, kataku.
    Dia memandangku dengan tatapan memohon dan sambil dengan keluar air mata.
    “Atau kamu lebih suka lewat pantat, biar perawan tetap terjaga?” tanyaku.
    “Iya deh Mas, lewat pantat aja ya… tapi tidak apa-apa kan Mas? Nanti bisa rusak tidak pantat saya?” jawabnya.
    “Tidak apa-apa kok”, jawabku.

    Ya, sudah kulepaskan talinya. Aku tanya sama dia, dia punya lotion atau tidak, soalnya kalau lewat pantat harus ada pelicinnya. Terus dia bilang punya. Kuambil dan kuolesi ke pantatnya dan kuolesin juga ke kemaluanku.


    Langsung saja aku ambil posisi dan si Ine posisinya menungging dan pantatnya terlihat jelas. Aku mulai masukkan ke pantatnya. Pertama agak susah, tapi karena sudah diolesi lotion jadi agak lancar.

    “Sslleb… ahhh… enak sekali”, jepitan pantatnya sangat kuat.
    “Aduh… Mas, sakit Mas…” rintihnya.
    “Tahan sedikit ya Ne…” kataku.

    Langsung saja kugenjot. “Gile banget, enaknya minta ampun…” Terus aku berfikir kalau lewat kemaluannya lebih enak apa tidak ya? masih perawan lagi. Ah, lewat kemaluannya saja dech, peduli amat dia mau apa tidak. Kulepaskan batang kemaluanku dari pantatnya. Aku membalikkan badannya terus kuciumi lagi bibirnya sambil meremas payudaranya.

    “Udahan ya Mas, saya sudah cape…” pintanya.
    “Bentar lagi kok”, jawabku.
    Setelah itu langsung kutindih saja badannya.
    “Lho Mas mau ngapain lagi?” tanyanya sambil panik tapi tak bisa ngapa-ngapain karena sudah kutindih.
    “Tahan dikit ya Ne…” kataku.

    Langsung kututup mulutnya pakai tanganku dan batang kemaluanku kuarahkan ke liang kemaluannya. Dia terus meronta-ronta. Ine menangis lagi sambil berusaha teriak tapi apa daya mulutnya sudah kututup. Akhirnya batang kemaluanku sudah sampai tepat di depan lubang kemaluannya.

    Aku mau masukkan ke lubangnya susahnya minta ampun, karena masih rapat barangkali ya? Tapi akhirnya kepala kemaluanku bisa masuk dan begitu kudorong semua untuk masuk, mata Ine terlihat mendelik dan agak teriak tapi mulutnya masih kututup dan terasa olehku seperti menabrak sesuatu oleh kemaluanku di dalam liang kemaluannya. Selaput dara mungkin, kuteruskan ngegituin dia walaupun dia sudah kelihatan sangat kesakitan dan berurai air mata.

    Kucoba lepas tanganku dari mulutnya. Dia menangis sambil mendesah, aku makin terangsang mendengarnya. Kugenjot terus sambil kupilin-pilin putingnya. Pada akhirnya aku keluar juga. Kukeluarkan di dalam luabang kemaluannya. Pas kucabut kemaluanku ternyata ada darah yang mengalir dari liang kemaluannya. Wah, aku merenggut keperawanan seorang anak gadis.

    “Ine… sorry ya… tapi enak kan. Besok-besok mau lagi kan…” tanyaku.
    Dia masih sesenggukan, dia bilang kalo kemaluannya terasa sakit sekali. Aku bilang paling sakitnya cuma sehari setelah itu enak.


    Besok-besok dia aku kasih obat anti hamil dan aku bisa berhubungan dengan dia dengan bebas. Ternyata setelah setahunan aku bisa bebas berhubungan dengan dia, dia minta pulang ke kampung katanya dia dijodohi sama orangtuanya. Kuberikan uang yang lumayan banyak. Soalnya dia tidak balik lagi.
    “Inget ya Ne… kalo kamu lagi pingin begituan dateng aja ke sini lagi ya…”

    Begitulah kisahku dan aku tetap suka sama cewek yang imut-imut. Kenapa ya? apa aku fedofil? Tapi sepertinya tidak deh, Soalnya yang kusuka itu harus punya payudara walaupun kecil. Jadi sepertinya aku bukan pedofil, Ok.

  • Video Bokep Asia Chie Aoi berbikini merah ngentot sampai squirt

    Video Bokep Asia Chie Aoi berbikini merah ngentot sampai squirt


    2135 views

  • Kisah Memek Susi Pembantu Ku Yang Bikin Gelisah

    Kisah Memek Susi Pembantu Ku Yang Bikin Gelisah


    2578 views

    Duniabola99.com – Kisah ini berawal ketika ane di mutasi perusahaan ke daerah Bogor karena kinerja ane di tempat asal kurang bagus..ane sempet putus asa dan yg lebih sedih ane harus pisah ma bokin yg ane sayangi. Tapi karena kebutuhan akhirnya ane ambil juga itu keputusan untuk mutasi.. Sesampai di Bgr ane dapet fasilitas kontrak rumah dari perusahaan,dan ane dapet di daerah pinggiran kota,lumayan lah type 36,ada 2 kamar plus perabotan udah ada di sana..


    Setelah 1 bulan berlalu ane kewalahan ngurusi itu rumah,maklum ane berangkat pagi,pulang malam,minggu pulang ke Bandung ketemu bokin ya jadinya itu rumah acak2an dan kotor banget..

    Ane ngerasa ga nyaman,dan ane mutusin untuk nyari orang buat ngurusi rumah. Ane sempatkan datangi salah satu yayasan penyalur di kota Bgr,ane pilih 1 orang yg ane pikir bisa kerja,orangnya biasa aja,masih muda,umur 20 tahun,aslinya dari daerah di jawa tngh,dan 1 yg bikin ane pilih dia,dia keliahatan cekatan saat ane melihat cara praktek di beberapa orang yg di tawarkan..

    Sebenarnya kalau ane emang niat macem2,ane bisa aja pilih yg genit,karena ada beberapa orang yg matanya tuh menunjukan kalo “pilih gw aja” dan sedikit centil..

    lanjut..

    Ane minta Susi (sebut aja begitu) di antar ke rumah hari sabtu,karena ane pikir hari minggu ane akan pergi dan ane minta susi untuk bersihin rumah..

    Hari sabtu malam orang yayasan datang mengantar susi,dan ane lunasi biaya administrasi,lalu jadilah susi bekerja di rumah ane..

    Hari minggu ane tinggal dia di rumah,untuk bersih2 dan cuci baju ane yg udah menggunung..

    Hari senin pagi ane datang ke rumah,ane seneng banget rumah udah bersih,rumput2 di bersihin depan rumah..baju ane pun udah pada wangi di setrika ma doi..

    Karna ane puas,ane kasih doi uang jajan 50 ribu,dia seneng banget,ane bilang itu di luar gaji dan uang makan..ane kasih dia uang makan karena ane ga pernah makan di rumah,jd di rumah gak pernah masak..

    hari2 berlalu,ane emang tidak pernah memandang status orang dari pekerjaannya,walaupun susi adalah pembantu,tp dia sering cerita tentang pribadi,tentang orang tua di kampung dll..
    Dari situ ane tau bahwa ortu susi cerai,dan susi di paksa bekerja untuk menghidupi keluarga,ane juga tahu bahwa susi di kampung punya pacar,dan pacarnya itu sering telp tiap hari,susi kadang mengeluh juga karena pacarnya ini sering minjem duit tp ga di bayar..

    Ane sering nasihati dia supaya lebih hati2 dalam pacaran,lebih2 cowok kayak gitu..dan dia pun mengangguk..


    Kami tiap malam nonton tv bareng,kadang becanda,bahkan ke mall bareng untuk belanja sabun dsb..kadang kalau ane lagi ada duit ane beliin dia baju karen aane tahu bajunya itu2 aja..

    skip..

    tak terasa sudah 3 bulan susi kerja di rumah,dan kelihatan dia sangat betah,terlihat dari badan dia yg sekarang jd lebih gemuk di banding saat pertama datang..tp hal itulah yg mengganggu pikiran ane..body nya justru bikin ane gusar..toketnya yg dulu kelihatan kecil tp sekarang malah kelihatan nyembul…bokongnya yg dulu biasa aja sekarang jd menarik…haduh…ane pikir bahaya ni..tp ane buang jauh2 perasaan itu..

    Diam2 ane suka ngintip dia kalo habis mandi…kadang ane juga curi2 pandangan ke arah pahanya kalau dia lg pake baju daster dan duduk sembarangan…

    Suatu hari ane dapet tugas dari kantor untuk mengurus proyek di kalimantan,ane pun harus pergi selama 2 minggu..ane pergi dan sebelumnya ane pamit ke susi berpesan supaya hati2 jaga rumah selama ane pergi..

    Di kalimantan ane sms menanyakan kabar,dan ane beranikan untuk sms yg bernada memancing..seperti “km udah mandi belum susi manis?”…dan dia pun membalas dengan “udah aa sayang”…
    Dan ane pancing2 dia dengan sms bahwa sebenarnya ane suka ma dia…tp takut di tolak karena susi udah punya cowok..

    Tak di sangka susi membalas dengan sms yg sangat mengagetkan “aa kenapa ga bilang,susi juga suka banget ma aa,tp susi takut,susi kan cuma pembantu”..
    wah..ini yg ane tunggu…ane tlp dia..dan kita pun ngobrol panjang lebar tentang seringnya ane curi2 pandang…dll…

    Ane pun pulang ke Bgr,ane langsung menuju rumah..susi menyambut dengan senyuman malu…ane pun mencubit lengannya..tanda kangen..

    Ane beranikan mengajak susi ngobrol malam itu…kami pun ngobrol..tp terlihat sekali susi sangat kaku dan tidak seperti biasanya…ane bertanya “kenpa sus”…”ga apa2 a” susi menjawab..

    Ane duduk mendekati susi..dia sangat terlihat gelisah..ane dekatkan bibir ane ke bibir susi..susi sedikit menghindar..tp ane udah pengen banget mencium susi..ane sedikit memaksa dan kami pun berciuman…ane mainkan lidah ane di di bibir susi…kami pun bergumul mesra dengan hangatnya…di temani hujan bibir kami saling bermain…


    Malam itu tak terjadi apa2..ane ga ingin buru2 melakukan sesuatu..ane takut susi akan minta pertanggungan jawab bila ane exe dia malam itu..

    esok hari nya sepulang kerja ane langsung mandi…kami pun ngobrol..sudah mulai cool…suasananya udah mulai seperti biasa lg..susi nonton tv,ane di sebelahnya,yg berbeda adalah sekarang susi udah berani duduk dekat2 nempel ke ane..

    Ane membuka pembicaraan..ane bertanya tentang hubungan susi dengan pacarnya di kampung sejauh apa hubungan yg mereka lakukan..

    Susi bercerita bahwa mereka memang sering berciuman..dan susi juga pernah pegang punya cowoknya..begitu pula sebaliknya…sambil berpura2 cemburu aku pun pergi ke kamar..
    Susi mengejar ane ke kamar..dia minta maaf..dan bilang bhwa susi masih perawan…
    Ane bilang gak percaya…karena blm membuktikannya..kami pun sedikit ngadu argument..dan ane minta pembuktian kalo susi memang masih benar perawan..

    Tak di sangkan susi langsung membuka daster yg di pakainya…”susi akan buktikan kalau susi memang masih perawan”..kata susi
    “jangan sus,aku ga berani tanggung jawab kalo sampai terjadi sesuatu”ane bilang begitu
    “aa ga usah mikirin tanggung jawab,yg penting susi kan buktikan kalau memang susi masih perawn”,susi mendekati ane hanya mengenakan BH dan Celana Dalam…

    Ane konak gan…ga tahan..melihat secara langsung apa yg selama ini ane inginkan…oh shit…ane bingung..
    di tengah kebingungan ane,bibir susi sudah melumat bibir ane…kita berciuman di pinggir tempat tidur…tangan ane secara replex mulai bergerilya menuju gunung kembar susi…ane ga kuaaaaaat (dalam hati ane menahan nafsu ini)..

    Ane terus belai toket susi…ane buka bra yg membungkusnya..ane rebahkan susi di ranjang..susi tersenyumm..oh..

    ane mulai melumat pentil susunya…tangan ane mulai bergerilya di paha susi…susi pun melenguh “ohhh”…

    tangan ane menuju selangkangan susi…bermain si pinggiran celana dalam yg masih membungkus meki susi..ane terus benjilati puting susu susi yg mulai keras…tangan ane pun membuka celana dalam yg di pkai susi…susi melenguh kembali..”oooohhhh”….


    Ane secara cepat membuka celana pendek dan kaos ane…ane pun membuka CD yg ane pakai…

    kembali ane lumat bibir susi…tangan ane mulai mengelus pinggiran meki susi…susi pun men desah “aaaaahhhh”…
    Tangan ane mulai menyibak meki susi yg di tumbuhi bulu yg tidak terlalu tebal…jari ane menari2 mengelus klitoris susi…susi pun tambah mendesah “AAAAAAHHHH”…

    Jari ane bermain2 di bibir lobang meki susi…bibir ane bermain di toketnya…dan tangan susi pun mulai mengelus2 kontol ane yg udah keras n panas…

    “aa..punya aa gedee…” susi berbisik..
    Ane tersenyum sambil kembali melumat bibir susi dan memainkan jari di mekinya…

    Bibir ane pindah ke toketnya….lalu turun menjilati perutnya…dan sampailah di pertigaan selangkangan susi…

    Ane buka perlahan belahan paha susi…ane pun mulai merunduk…ane sibak kedua belahan meki susi…dan lidah ane mulai bermain di bibir meki susi…oooh…mantapnya meki perawan…

    “AA..AAAAAhhh”..susi mendesah ketika bibir mekinya ane jilati…lidah ane mulai menusuk2 lobang mekinya…dan sekali2 lidah ane bermain di klitoris susi…

    “aa”ooooooughhhh…..”..susi mendesah semakin keras…

    ane menjilati mekinya -+ 15 menit..ane pun kembali melumat toket susi….pentilanya ane jilati melingkar..jari ane terus bermain di bibir meki susi yg mulai basah di bajiri cairan kenikmatan…

    Susi terus mendesah..”ouwgh..aa…ouwgh..aa…”dia memanggil ane dalam desahannya..

    Tak menunggu lama,ane siapkan rudal konti ane yg udah keras banget…ane arahkan ke meki susi yg udah basah…ane lebarkan pahanya…ane tempatkan di lobangnya..dan ane tekan pelan2….”aa…ouwgh…”susi mendesah….”aa…sakit”….”ouwgh”…susi sedikit meringis ketika konti ane mulai masuk ke mekinya…konti ane semakin dalam…”aa…sakit…”…”oughwwhhh”..susi mndesah sambil menutup matanya….

    Ane cabut pelan2…ane tekan lagi…ane cabut lagi…ane tekan lagi…dan seterusnya….
    “owgh..aa…oegh…owgh…ooooooh…”desahan susi semakin terdengar…
    Ane pun mengenjot konti ane di mekinya…dan tiba2 keluarlah darah keperawanan dari lobang meki susi….


    …ane genjot lagi lebih cepat…darah semakin banyak….ane genjot terus…”aa…sakiiiiiit….owwwuuuuuuuggggghhh”.. .susi mendesah sambil terpejam matanya..
    Ane genjot terus…”sabar sayang…bentar lagi sakitnya hilang”…ane menimpali sambil terus menggenjot..
    konti ane keluar nasuk di meki susi….sampai darah perawannya tak lagi keluar…

    Ane goyang2 di dalam mekinya…ane hujam lebih dalam…”oooooooooooowwwwwwwghhhhhh”…susi menjerit…mekinya semakin licin…menandakan susi udah mendapatkan O…dan ane pun memepercepat genjotan ane….”OOOOOOOOOOOOOOOOOOWWWWWWGGGGGGGGGGGGHHHHHH HHHHHHH”….susi menjerit kenikamatan…susi mencengkeram pundak ane…..tangannya mencakar bokong ane…dan “croooooooot”….ane pun orgasme…..sperma ane memenuhi lobang meki susi….

    Ane memeluknya…dan susi pun tersenyum…”percaya kan kalo susi masih perawan?” tanya susi pada ane
    “iya aku percaya”…ane pun tersenyum…dan kami pun berpelukan…

    Ane minta susi supaya kencing dulu…dan membersihkan mekinya…ane pengen malam ini 5 ronde..hehehe…

    kami pun bermain hingga pagi hari…esoknya ane ajak susi ke bidan yg jauh dari rumah ane…ane minta susi untuk KB…susi pun KB suntik…dan kami pun hingga sat ini masih berhubungan..

    1 yg membuat ane ga bisa lepas dari susi…mekinya wangi…dan nikmat banget saat di oral…beda dengan bokin ane yg kadang ada bau tak sedapnya…

    Ane jd jarang pulang ke bandung,ane malah tiap minggu menghabiskan waktu bermain sex seharian bareng susi…semua gaya udah kami mainkan…bahkan anal sudah kami praktekan…

    Susi tak pernah minta ane menikahi dia..karena dia pun tak mungkin memutuskan hubungan dengan pacarnya di kampung yg sudah di jodohkan oleh ortunya…entah sampai kapan kami begini…tp jujur..nikmat sex bukan karena status..tp karena barang…hehehe

    Buat agan2 yg suka maen ma pembokatnya,saran dari ane,pembokat juga manusia,yg butuh kasih sayang dan materi,selain gaji 750rb ane kasih tambahan 1 jt perbulan buat susi plus uang jajan 50 rb tiap hari agar meki yg mantap itu di jaga dan di rawat demi kepentingan bersama..dan satu lagi,buatlah komitment agar sang pembokat tidak menuntut anda menikahinya..dan ini adalah hal yg paling penting!!!
    Buat agan2 yg suka maen ma pembokatnya,saran dari ane,pembokat juga manusia,yg butuh kasih sayang dan materi,selain gaji 750rb ane kasih tambahan 1 jt perbulan buat susi plus uang jajan 50 rb tiap hari agar meki yg mantap itu di jaga dan di rawat demi kepentingan bersama..dan satu lagi,buatlah komitment agar sang pembokat tidak menuntut anda menikahinya..dan ini adalah hal yg paling penting!!!