Duniabola99.com – Namaku Dani (23) aku tinggal sendiri di kota karena urusan pekerjaanku, sdh 1 tahun ini aku tinggal sendirian tanpa ada yg menemani. Tetapi hari-hariku bisa dibilang bahagia karena hadirnya kakak beradik yg selalu menemaniku. Windi (23) dia adalah tetanggaku, dia begitu cantik, tinggi, putih, sexy dan menggemaskan.
Windi hanya tinggal berdua dgn adiknya yg bernama Pipit (20), tdk kalah dgn kakaknya, Pipit mempunyai tubuh yg sintal dan sexy seperti kakak’a dgn wajah yg manis dan gayanya yg sedikit menggoyahkan imanku, membuat’a menjadi objek khayalan kotorku.
Awal mula aku dekat denganya sekitar delapan bulan yg lalu, saat Pipit meminta bantuanku untuk memperbaiki telepon rumahnya yg rusak.
“tok tok tok..” pintu rumahku di ketuknya, lalu aku buka pintu rumahku dan ternyata Pipit yg mengetuk.
“sore kak, maaf kak..bisa minta tolong gak?” tanya Pipit,
“eh Pipit..tolong apa Pit?” jawabku,
“kakak kerja di telkom kan ya? Bisa tolong chek telepon rumahku gak kak? Soalnya udah 2 hari ini gak telepon rumahku mati” jelas Pipit,
“ooo yaudah aku chek dulu deh teleponnya..” jawabku, lalu aku kerumahnya dan mengechek pesawat teleponnya yg mati itu.
Lalu aku keluar dan bawa tangga untuk mengechek kotak “distribution point” di tiang telepon dekat rumahnya. Setelah yakin tdk ada masalah lalu aku chek jg
“kotak pembagi” dan rosetnya.
“gak ada masalah kok sama jaringannya..coba ganti pesawat teleponnya deh Pit..” jawabku,
“jadi Cuma pesawat teleponnya aja yg rusak kak? Coba ya aku ganti..” lalu Pipit pun mengambil pesawat telepon cadangan dan memasangnya.
“eh iya nyala..yeeeiii makasih ya kak..soalnya mama kalo telepon suka ke telepon rumah aja kak..sekali lagi makasih ya kak..” sahut Pipit senang,
“iya Pit sama-sama, kalo ada masalah lagi panggil aku aja..hehehe..” jawabku.
Setelah kejadian itu aku pun menjadi dekat dgn Pipit, karena Pipit meminta bantuanku dalam pelajaran kuliahnya yng kebetulan jurusannya sama dgnku.
Waktu pun terus berjalan dan aku pun dekat dgn Windi, suatu hari selesai membantu tugas Pipit, aku pun berbincang dgn Windi.
“Win, malam ini ada acara gak? Jalan yuk..” ajakku,
“emh kebetulan gk ada acara..yuk boleh tuh..jalan kemana dan?” tanya Windi,
“kita jalan-jalan aja keliling kota..hehehe..” jawabku,
“emh oke deh..jemput aku ya nanti malam..” sahut Windi,
“oke deh..” jawabku.
Malam harinya aku pun menjemput Windi kerumahnya, aku ketuk pintu rumahnya
“eh kak dani..mau jalan sama kak Windi ya? Ciee yg mau nge-date..hahaha..” ledek Pipit,
“ah kamu Pit bisa aja, kita Cuma jalan-jalan aja kok..” jawabku,
“ah jadian jg gak apa-apa kak..hahaha..” sahut Pipit dan aku pun hanya terdiam malu.
“anak kecil udah ngomong pacaran aja ya..” Windi pun muncul sambil jewer telinga Pipit,
“aadduuhh apaan sih kak..emang bener kan kak Windi sama kak dani itu saling suka?” sahut Pipit,
“apa sih anak ini..yuk dan kita jalan aja..kamu jagain rumah ya..bye..” sahut Windi, lalu Windi pun naik ke motorku dan kami pun jalan berdua.
Dalam perjalanan Windi terus memeluk tubuhku dari belakang, dan tak berapa lama kemudian kami pun sampai di restoran dan kami pun makan malam berdua.
Selesai makan malam, Windi pun mengeluarkan tabletnya iseng-iseng browsing.
“lah kamu bawa tablet Win?” tanyaku,
“hehehe..kemana-mana aku slalu bawa tablet dan..” jawab Windi,
“dan nitip dulu donk, aku mau ke toilet bentar”sahut Windi,
“oke deh..” iseng-iseng aku utak-atik tabletnya dan ternyata Windi sedang buka facebook. Dan terkejutnya aku ketika aku lihat di album foto Windi banyak gambar wanita diikat, bahkan beberapa diantaranya ada foto dirinya dan Pipit sedang diikat.
“Apa mungkin Windi dan Pipit penyuka bondage jg?” pikirku.
Windi pun kembali dan aku pun memberikan tabletnya. Jam pun sedah menunjukan pukul 23.00 lalu aku pun mengajak Windi pulang. Didalam perjalanan aku beranikan diri untuk membuka percakapan tentang bondage.
“Win, kok tadi di facebook kamu ada foto kamu sama Pipit diiket sih?” tanyaku pura-pura polos,
“kamu ngeliat ya dan?” tanya Windi balik,
“iya sel tadi aku liat..” jawabku,
“hehehe..aku Cuma main-main aja kok dan sama Pipit..” jawab Windi,
“mau main sama aku gak Win?” tanyaku, “eemhh..eenngg..” Windi pun ragu menjawabnya,
“tenang Win, aku gak akan nodai kamu kok..” jawabku,
“kalo gitu..iya deh aku mau..” sahut Windi,
“asiikk..hehehe..main dimana nih Win?” tanyaku,
“main dirumahku aja yuk dan..kebetulan jam segini Pipit udah tidur..jadi kita bisa bebas..” jawab Windi sambil tersenyum. Setelah perc akapan itu, kami pun pulang dan bersiap untuk scene.
Sesampainya dirumah, aku masukan motorku ke garasi rumah Windi, lalu aku pun ikut Windi menuju kamarnya. Sesampainya dikamar, Windi langsung mengeluarkan peralatan yg biasa ia gunakan bersama Pipit saat bermain bondage. Diantaranya gulungan tali, scarf, lakban dan jg dildo. Lalu Windi pun membuka seluruh bajunya.
“waaOOOww ternyata tubuh Windi lebih sexy dari dugaan aku..” sahutku dalam hati.
“yuk dan kita mulai..” sahut Windi.
“ok deh..” lalu aku pun mulai mengikat tangan Windi terlebih dahulu.
Aku ikat tangan Windi menyiku kebelakang, lalu aku ikat bagian lengan dan bagian atas dan bawah payudara Windi.
“wah ternyata kamu makin sexy aja Win kalo diiket gini..hehehe..” candaku dan Windi pun hanya tersenyum.
Lalu aku ikat bagian paha, lutut, betis, dan pergelangan pahamu agar kamu gak bisa bergerak lagi.
“eemmhh..erat banget dan iketan kamu..eegghhh..” Windi pun mencoba meronta mengetes ikatanku di tubuhnya.
Lalu aku baringkan tubuh Windi di atas ranjang, lalu dgn perlahan aku mulai elus-elus tubuh Windi.
“eemmhhh..eemmhhhh..” Windi pun hanya bisa mengerang mencoba menikmati elusanku di tubuhnya.
“eemmhhh..mmmhhhhh..” erang Windi, lalu aku pun mulai melumat bibirnya sambil mengelus dan meremas payudaranya. “mmmuuuaacchh..eemmhhh..aaahhh..daaannn..mmmuuuaaacchhh” erang Windi menikmati perlakuanku padanya.
Aku mulai isep-isep payudara Windi sambil meremas payudara yg satunya dan jg mengelus bagian memek Windi.
“eeemmmhhh..aaahhhhh..eeeuummhhh..aaaahhhh ddaaaannn..” erang Windi semakin keras terdengar, tp tdk aku hiraukan.
“apa-apaan ini!!” bentak Pipit ketika melihat kakaknya dan aku sedang bercumbu.
“dedee..” sontak, aku dan Windi pun terkejut melihat kehadiran Pipit dikamar Windi yg lupa di kunci saat kami mulai scene.
“dengar penjelasan kakak dulu dee..ini semua gak seperti yg kamu lihat dee..” sahut Windi.
“gak seperti yg aku lihat gimana kak? Jelas-jelas kakak sama kak dani lagi mesum..” tegas Pipit,
“please de jangan laporin kita ke mama dan papa..” mohon Windi,
“eemmhh..oke..tp kak Windi dan kak dani harus kabulin permintaan aku..” jawab Pipit,
“apa yg kamu mau de?” tanya Windi,
“iya Pit kita akan ikutin semua mau kamu..” sahutku.
“aku mau kak dani main jg sama aku..” jawaban Pipit membuatku terkejut.
“hah? Kamu serius Pit..” tanyaku,
“klo kakak gak mau yaudah aku laporin mama sama papa..” ancam Pipit,
“eee..iya iya iya..kakak turutin mau kamu” jawabku.
Lalu Pipit pun langsung membuka bajunya sampai telanjang bulat.
“ayo kak aku udah siap..” sahut Pipit, lalu aku pun menyumpal Windi dgn cd lalu aku lakban mulutnya 6x.
“mmmpphhh mmmppphhh mmpphh..” erang Windi, lalu aku mulai mengikat perglangan tangan Pipit kebelakang lalu aku satukan dgn pinggangnya.
Lalu aku ikat jg bagian lengan dan bagian atas dan bawah payudaranya.
“eemmhhh..aawwhhh pelan-pelan kaakk..” erang Pipit kesakitan karena ikatanku yg erat.
“sssttt..udah kamu tenang aja..” sahutku sambil mengikat tubuh Pipit. Lalu aku ikat paha, lutut, betis dan pergelangan kaki Pipit, lalu aku sumpal jg mulut Pipit dgn cd lalu aku lakban 6x seperti Windi.
“mmmpphhh mmpphhh mmmpphhh..” erang Pipit sambil meronta mencoba melepaskan diri dari ikatanku.
Lalu aku bopong jg tubuh Pipit ke ranjang bersama Windi. Lalu aku periksa isi lemari Windi dan ku temukan handycam. Langsung saja aku nyalakan dan letakan handycam tersebut di sudut ruangan dgn menggunakan tripod. Aku sorot mereka berdua menggunakan handycam dan merekam semua gerak gerik yg mereka lakukan. Aku rekam semua adegan saat Pipit dan Windi mencoba melepaskan diri namun tdk berhasil. Lalu aku ambil dildo dan aku telusupkan kedalam memek Windi dan Pipit lalu aku nyalakan dildonya agar bergetar.
“mmmpphhh mmmppphhh mmppphhh..” erang mereka berdua saat dildo bergetar didalam memek mereka.
Windi dan Pipit pun menggeliat-geliat saat dildo bergetar di memeknya. Lalu aku ambil gulungan tali dan aku ikat hogtied Windi,
”mmmppphhh mmmppphhh mmmppphhh..” erang Windi karena ikatan itu membuat dildo makin dalam bergetar di memeknya.
Aku ambil gulungan tali lagi, lalu aku iikat jg Pipit seperti kakaknya,
“mmmmppphhh mmmpphhh mmpphhhh..” desah Pipit menikmati setiap getaran dildo di memeknya.
Lalu aku ambil scarf dan aku tutup mata mereka agar Windi dan Pipit bisa lebih merasakan getaran dildo yg bergetar didalam memeknya lalu aku ubah getaran dildo menjadi getaran tinggi,
“mmmpppphhh mmppphhh mmpphhh mmpphhh..” sontak Windi dan Pipit pun terkejut dgn getaran dildo yg semakin dahsyat bergetar di memek mereka.
“mmpphhh mmphhhh mmmpphhh…” erang Windi sambil meronta dahsyat merasakan getaran dildo di memeknya dan remasan di payudaranya.
“mmmpphhHH mmpphHHh mmmppHHhh mmpphhHHh..” erangan Windi pun berubah menjadi desahan kenikmatan.
Sementara itu aku lihat Pipit tenang saja merasakan dildo yg bergetar di memeknya. Setelah aku cek tubuh Pipit, memek Pipit pun basah karena Pipit orgasme. Orgasme pertama Pipit membuatnya lemas sedangkan dildo di memeknya masih terus bergetar.
“mmmpphh mmpphh mmpphhh mmmmmppphhhhh..” selang berapa lama kemudian Windi pun mendapatkan orgasme pertamanya.
Aku buka penutup mata Windi dan Pipit, aku lihat Pipit tertidur karena kelelahan lalu aku cabut dildo dari memek Pipit dan membiarkannya tertidur sambil terikat dan tersumpal.
“gimana Win rasanya? Enak kan? Hehehe..” kataku sambil membuka lakban di mulut Windi.
“fffuuaaahhh..aahhh..enak sih dan, tp pegel aku..” jawab Windi,
“yaudah deh aku buka iketan di kakimu dulu..” sambil buka iketannya.
Setelah itu aku dudukan Windi dan aku duduk dibelakangnya. Aku mulai mengelus payudara Windi sambil meremasnya.
“MMMHHHH daann, aku masih lemas..mmmhhhh..” sahut Windi.
“udah kamu nikmatin dulu aja ya..” kataku sambil mengelus dan meremas payudaranya sambil memainkan dildo di memek Windi.
“eeeggghhh aaahhh aaahhh ddaaannn eeemmmhhh..” sahut Windi, lalu aku lumat jg bibirnya.
“eemmhhh mmuuuaaahhh mmmuuaahhh..” Windi pun membalas dgn melumat bibirku lagi.
“aalllmmmuuaacchh mmmuuuaaacchh aalllmmmhhhhuuaacchh..”, aku elus dan remas payudara Windi sambil mainin dildo yg ada di memeknya.
“mmmuuaaahhh aaahhhh aahhh udaaahh daaannn..” desah Windi minta berhenti dirangsang.
Aku remas payudara Windi sampai mengeras dan menegang, Windi pun terus meronta karena dildonya terus aku kocok di memeknya,
“aahhh aaahhhh aaahhh daannn aaaahhhhhh..”
“ssssrrrr..ssssrrrr…sssrrrrr” Windi pun mendapatkan orgasmenya yg kedua kalinya.
“eemmmhhh mmmhhh daaannn, lemeesss..” erang Windi kelelahan karena orgasme berulang-ulang.
Setelah orgasme, Windi pun lemas dan bersandar di tubuhku.
“gimana Win rasanya?” tanyaku,
“lemes daann..capek, mau tidur..” jawabnya,
“yaudah kamu tidur ya sekarang..” aku elus-elus rambut Windi agar tertidur.
Dan tak lama kemudian Windi pun tertidur. Aku baringkan Windi disamping Pipit yg jg sedang tertidur terikat dan tersumpal. Lalu aku sumpal mulut Windi dan aku otm dgn scarf yg aku ambil dari lemarinya. Setelah itu, aku pun pindah di ruang tamu sambil menjaga
“kakak beradik yg tdk berdaya” itu dari tidurnya malam ini.
Sambil rebahan di sofa, aku lihat rekaman Windi dan Pipit saat aku ikat dan aku rangsang. Dalam rekaman itu, aku lihat reaksi Pipit yg tdk segan-segan mengumbar reaksinya yg sedang aku rangsang. Berbeda dgn Windi yg terlihat kalem dan sangat menikmati setiap getaran dildo di memeknya. Terlihat Pipit sangat terangsang hebat sampai-sampai dia teriak hebat karena terangsang.
“mau gak ya kalo Pipit diajak gituan..hehehe..bisa kalee..” pikirku kotor karena melihat rekaman tadi.
Tak terasa waktu sdh menunjukan jam 3 pagi, dan aku pun memutuskan untuk tidur di sofa saja.
Pagi harinya sekitar jam 9 pagi aku pun terbangun. Aku melihat sekitar sepi tdk ada siapa-siapa. oiya aku lupa, Pipit dan Windi. Langsung saja aku bergegas ke kamar untuk menemui mereka.
“mmmpphhh mmpphhh mmmpphhh..” kudengar erangan Windi dan Pipit saat aku buka pintu kamarnya dan aku lihat mereka sedang meronta ingin dilepaskan.
“selamat pagi semuanya, apa kabarnya pagi ini?” tanyaku iseng,
“mmmpphhh mmmfftt mmmpphhhh..” erang Windi dan Pipit.
“hehehe..iya iya aku lepasin..” aku lepas sumpalan Windi dan Pipit.
“ffuuuaahhh uueeekkk..ah kak dani nih pake disumpel segala..tenggorokanku kering nih kak..” protes Pipit,
“iya nih dan tenggorokan aku jg kering..” sahut Windi.
“hehehe..yaudah aku ambilin minum dulu ya..” lalu aku pun pergi mengambil minum.
“eeerrgghhh eeggghhh kaakk, coba lepasin iketan aku..” sahut Pipit,
“lepasin gimana? Tangan kakak aja belum dilepasin nih..eeeggghhh..” jawab Windi.
“nah ini minum dulu..”lalu aku berikan Windi dan Pipit minuman memakai sedotan.
“aahhh..segar..lepasin aku donk dan..pegel nih..” Rengek Windi,
“iya deh, sini aku lepasin..” jawabku,
“ehemm..mentang-mentang lagi PDKT aku dilupain..” sindir Pipit,
“hehehe..apa sih Pit, gak lupa kok aku..” jawabku.
Setelah ikatan mereka berdua aku lepas mereka pun terbebas.
“adduuhhh berbekas..mandi air hangat dulu ah biar ilang..” lalu Pipit pun bergegas ke kamar mandi dan berendam air hangat.
Ku lihat Windi sedang mengusap bilur-bilur bekas ikatan di pergelangan tangannya.
“sini Win aku pijitin..” kataku sambil memijit lengan dan pergelangan tangan Windi.
“makasih ya dan..eemmhhh..enak jg pijitan kamu” jawabnya sambil tersenyum.
“sekarang kamu telungkup aja Win..aku pijitin sekalian tubuhmu” kataku, lalu Windi pun menurut dan aku pun mulai memijat tubuhnya.
“udah dan cukup..” sahut Windi lalu aku pun duduk di sisi tempat tidur dan Windi pun balik badan sampai terlentang. “Win, ada sesuatu yg mau aku omongin sama kamu.” Sahutku mulai perbincangan,
“Apa dan?” Tanya Windi,
“sebenernya aku udah lama suka sama kamu, tp aku gak berani bilang..” kataku, lalu Windi pun hanya tersenyum dan berkata,
“aku jg suka kok sama kamu..” aku pun tersenyum,
“jadii..” sahutku,
“kita jalanin dulu aja dan..” jawab Windi, lalu aku pun tersenyum dan mendekatkan wajahku ke wajahnya. “wwuuuaaaahhhh segernya habis berendam air hangat..” tiba-tiba Pipit keluar dari kamar mandi sambil berteriak yg membuat aku dan Windi pun kaget.
“naahhh ketauan kan..ayo mau ngapain tuh?” ledek Pipit,
“ah kamu anak kecil diem aja..udah ah aku mau mandi dulu.” Lalu Windi pun bergegas kekamar mandi.
“gimana kak? Ngapain aja tadi sama kak Windi? Hehehe..” ledek Pipit lagi,
“ah kamu bisa aja, udah ah aku mau masak dulu buat kalian” sahutku,
“aku ikut kak..” lalu aku pun pergi ke dapur untuk masak dgn dibantu Pipitda.
Setelah masakan jadi, kami pun sarapan sekalian makan siang.
“gimana masakannya?” tanyaku pada mereka berdua,
“lumayan lah untuk masakan seorang lelaki..hehehe..” jawab Windi,
“ciee ciiee..hahaha..” ledek Pipit,
“sssttt udah kamu makan dulu tuh..” protes Windi,
“hehehe iya-iya..” jawab Pipit.
“lain kali kita main lagi yah kak..” sahut Pipit,
“gampang nanti di bicarakan lagi..” jawab Windi.
Sejak scene itu perasaan aku dan Windi akhirnya menemukan kejelasan. Ditambah lagi aku dan Windi bisa sering-sering scene dgn atau tanpa Pipit.